Salah satu problem yang dihadapi umat Islam hari ini baik di Indonesia maupun di negara muslim lainnya ialah tiadanya sistem baku (unifikasi) penanggalan yang menyatukan seluruh aktivitas dan kegiatan umat muslim di seluruh penjuru dunia.
Ketiadaan sistem penanggalan yang terunifikasi ini berdampak pada rentetan masalah serius. Diantaranya terjadi pertikaian-pertikaian terus-menerus pada saat memasuki momen-momen penting seperti Ramadhan, Idul Fitri maupun Idul Adha baik lokal maupun global.
Persoalan yang sering dipertanyakan yang menjadi ironi mengapa dalam usia yang panjang (kurang lebih 14,5 abad), umat Islam belum mampu membuat sebuah sistem kalender pemersatu yang dapat menampung permasalahan agama (ibadah) dan duniawi sekaligus?
Berkenaan hal tersebut, bertempat di Kampus UII Demangan, Senin, 15 Rabi’ul Akhir 1437 H/25 Januari 2016, Pusat Studi Islam Universitas Islam Indonesia (PSI UII) menggelar diskusi terbatas dengan tema “Upaya Penyatuan Kalender Hijriah bagi Umat Muslim”.
Hadir sebagai narasumber Drs. H. Sofwan Jannah, M.Ag. Dalam paparannya bahwa ia menyampaikan tentang sebab terjadinya perbedaan dalam penentuan awal bulan. “Perbedaan yang terjadi di dalam internal umat Islam ini selain karena perbedaan penafsiran tentang penentuan awal bulan kalender hijriah juga disebabkan karena perbedaan metode yang digunakan oleh umat Islam itu sendiri,” ujarnya.
Hadir pula sebagai narasumber dan sekaligus Direktur PSI UII, Drs. Yusdani, M.Ag. Dalam paparannya dia mengatakan bahwa penyatuan sistem penanggalan adalah ‘PR’ yang harus dilunasi. “Belum terunifikasinya sistem penanggalan umat Islam merupakan utang peradaban (civilizational imperative) yang harus dibayarkan,” tutur Dosen Program Studi Hukum Islam (PSHI) Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) tersebut.
Hal ini sesungguhnya menjadi bahan penting untuk pengembangan keilmuan. “Maka perlu menciptakan dialektika keilmuan yang dapat mempertajam ide dan gagasan untuk mewujudkan kalender Islam internasional,” lanjutnya.
Diskusi mendapat respon dan antusisme yang tinggi dari peserta. Diskusi dihadiri anggota PSI UII dan mitra serta jaringan PSI UII. Seperti sering diberitakan sebelumnya, PSI UII konsen untuk merespon masalah kontemporer dalam rangka memberikan pencerahan kepada umat muslim. (Samsul Zakaria/Iqbal Zen)

Dalam pertemuaan yang dihadiri pimpinan universitas Islam sedunia tersebut dibicarakan banyak hal. Pada prinsipnya, FUIW mendorong kerjasama antara perguruan tinggi Islam. Selain itu, dibicarakan tentang pengembangan dosen (muhadhir), riset internasional, kajian Islam Asia Tenggara, dan lain-lain.
ore Anak Muslim (JAM) ke-6.
i persaingan semakin ketat sehingga sedini mungkin perlu memupuk jiwa kompetitif untuk masa depan,” tutur Fakhri Aulia Rahman, Ketua LDF JAF FIAI.
a bercerita bahwa Ahshabul Kahfi itu terdiri dari 7 orang pemuda (sab’atu fityah) dan seekor anjing. Kisah lengkap Ashhabul Kahfi itu dapat dibaca di Al-Qur’an Surat al-Kahfi, surat ke-18. Surat al-Kahfi sendiri sebagaimana khabar yang masyhur disunnahkan untuk dibaca pada hari Jumat.
nar yang diselenggarakan di Auditorium KH. Abdul Kahar Mudzakir tersebut, Munif Chatib menyampaikan materi tentang langkah-langkah mendidik yang mengedepankan value memanusiakan manusia. “Ada lima ‘bingkisan’ yang harus kita buka agar tujuan mendidik dapat diraih dengan maksimal. ‘Bingkisan’ pertama yang harus kita ‘buka’ adalah bintang,” ungkap pria yang juga menginisiasi Program Guardian Angel Camp untuk praktisi pendidikan ini.
Selama di Malang, rombongan mengunjungi beberapa tempat wisata. Mulai dari Petik Apel di Kebun Apel Batu, berkunjung ke Eco Green Park. Setelah santap siang dialnjutkan ke Jawa Timur (Jatim) Park 1 lalu ke Museum Angkut. Malam harinya adalah acara makan bersama sekaligus ceramah motivasi dan pembagian doorprice.
butannya Dekan FIAI Dr. H. Tamyiz Mukharrom, MA mengucapkan terima kasih atas kehadiran para auditor. Harapannya, hasil audit RKAT 2015 lebih baik dan menjadi masukan berharga untuk pelaksanaan RKAT 2016. “Meskipun tadi malam (dini hari) baru pulang rekreasi dari Malang, kami siap diaudit,” tuturnya.
Sistem ini diluncurkan secara resmi pada hari Selasa, 24 Rabi’ul Awwal 1437 H/5 Januari 2016 dalam acara Launching IETAS dan Public Hearing Mahasiswa PSEI 2015. Acara yang diadakan di Ruang Sidang Utama FIAI UII ini dihadiri oleh seluruh pemangku kepentingan dalam lingkup PSEI, baik dosen, laboran, staff, dan mahasiswa.
Kunjungan dilakukan pada Sabtu, 21 Rabiul Awwal 1437 H/02 Januari 2016. Turut mendampingi kunjungan tersebut, Dr. Drs. Sidik Tono, M.Hum. (Ketua Pusat Kajian dan Bantuan Hukum Islam [PKBHI]), Dr. Drs. Dadan Muttaqien, SH., M.Hum. (Dosen), Anisah Budiwati, SHI., MSI. (Dosen), dan M. Khoirur Rofiq, SHI. (Staf). Kunjungan tersebut adalah kali kedua dimana sebelumnya dilakukan akhir 2014.
Negosiasi dilakukan langsung di kantor Atase Agama di Jakarta, Selasa, 17 Rabiul Awwal 1437 H/29 Desember 2015. Turut serta dalam acara tersebut, Prof. Dr. Amir Mu’allim, MIS., Drs. Syarif Zubaidah, M.Ag., dan Dr. Drs. Sidik Tono, M.Hum. Menyambut langsung delegasi dari UII Mudir Atase Agama, Syeikh an-Nughaimisiy. Dia merespon baik dan berjanji akan memberikan bantuan untuk mendatangkan dosen Arab dimaksud.