Undang-undang Martabat Tujuh adalah karya paling monumental Kesultanan Buton, Sulawesi Tenggara yang diwariskan hingga saat ini. Undang-undang tersebut berhasil mengatur kehidupan masyarakat, keluarga kesultanan, pejabat, dan pegawai yang ada di Buton dan membawa Buton ke zaman keemasan. Keberhasilan Undang-undang Martabat Tujuh ini karena ia dibuat dan diundangkan dengan memadukan antara ajaran tasawuf, fiqh, dan budaya lokal masyarakat Buton.

8.1Demikian kesimpulan field riset yang dilakukan oleh salah satu dosen Program Studi Hukum Islam (PSHI) Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI), Dr. Muhammad Roy Purwanto, S.Ag., M.Ag. Hasil riset tersebut dipresentasikan dalam International Conference on Diciplines in Humanities and Social Sciences (DHSS) 2016, Bangkok, Thailand, Selasa-Rabu, 18-19 Rajab 1437 H/26-27 April 2016. Konferensi diselenggarakan oleh Emirates Association of Arts and Management Professionals (EAAMP).

Dalam konferensi tersebut judul yang diketengahkan Dr. Muhammad Roy—begitu ia biasa disapa—adalah ‘Acculturation among Local Wisdom, Law, and Sufism in Forming Martabat Tujuh Enactment of Buton Sultanate’. “Akulturasi sufisme Islam dengan budaya lokal tampak sekali dalam pasal, peraturan, ajaran, dan nilai-nilai yang terdapat dalam Undang-undang Martabat Tujuh,” tulis Dr. Muhammad Roy.

“Penamaan Martabat Tujuh sebagai nama Undang-undang, konsep binci-binciku kuli, adanya pasal hakim agama, sistem pemerintahan, konsep dan syarat sultan, pembagian kekuasaan kesultanan, dan tingkatan tata pemerintahan Buton merupakan bukti adanya akulturasi sufisme Islam dengan budaya lokal Buton dalam pembentukan Undang-undang Martabat Tujuh,” lanjutnya.

Dr. Muhammad Roy berharap dosen-dosen Universitas Islam Indonesia (UII) lebih banyak yang berpartisipasi dalam seminar atau konferensi internasional. “Sebagai manifestasi internasionalisasi (UII),” tuturnya. Terkait biaya, sebagaimana yang dirasakan oleh Dr. Muhammad Roy, saat ini tidak perlu dikhawatirkan. Sebab UII, melalui Badan Pengembangan Akademik (BPA) mensupport full untuk kegiatan akademik (seminar/konferensi) internasional. (Samsul Zakaria/DMRP)

Abi Yajid Bustami adalah mahasiswa Program Studi (Prodi) Ekonomi Islam (Ekis) angkatan 2013 yang mengikuti ASEAN Arabic Teaching Program (AATP) 2016. AATP atau disebut juga al-Barnaamij al-Aasiyaaniyah Li Ta’liim al-Lughah al-‘Arabiyah adalah acara yang disponsori oleh Datuk Trengganu, Malaysia. Abi mengikuti AATP selama 1 bulan, 21 Jumadil Ula-20 Jumadil Akhir 1437 H/01-29 Maret 2016.

7 (1)“Mengajar Bahasa Arab dengan menerapkan sistem dan metode pembelajaran modern selama berada di Madrasatut Ta’liim wat Tarbiyah Trengganu. Seperti pemberian kosakata Bahasa Arab setelah Shalat Shubuh,” papar Abi saat ditanya apa saja kegiatan selama mengikuti AATP, Kamis 01 Jumadil Akhir 1437 H/07 April 2016. “Mengajar Bahasa Arab dengan merujuk kitab-kitab dasar seperti Darsul Lughah, al-Muthaala’ah, dan Hadiits Kulla Yaumin,” tambahnya.

Untuk lebih memantapkan hafalan para siswa, Abi mengadakan pengulangan kosakata setiap selesai Shalat Dhuhur. “Dan mengajarkan Kitaab Hadiits Kulla Yaumin setelah Shalat Isya,” tutur alumnus Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor Ponorogo Jawa Timur tersebut. Menurut Abi, agenda mengajar Bahasa Arab tersebut akan diadakan kembali di Thailand.

Mulai pertama datang, Abi mengajar di Madrasatut Ta’liim wat Tarbiyah Kampung Alor Belulu, Jabi, Besuk, Trengganu Darul Iman, Malaysia. Di akhir program Abi bersama pengajar lain mengunjungi Thailand dan Filipina untuk menjalin kerjasama dengan madrasah dan pesantren yang ada di sana. “Alhamdulillah, kegiatan ini sangat bermanfaat. Saya dapat banyak pengalaman mengajar dan bersosialisasi dengan pelajar-pelajar Malaysia,” ceritanya.

“Harapan saya kedepannya, teman-teman UII juga ada yang mengikuti kegiatan ini. Sebagaimana cita-cita UII menjadi universitas yang rahmatan lil ‘aalamiin bukan rahmatan li Indonesia saja,” tuturnya. Selama kegiatan, sponsor menanggung kebutuhan makan, tempat tinggal, uang saku, transportasi, dan rekreasi. “Bawa pakaian dan perlengkapan mengajar saja,” kenangnya. (Samsul Zakaria/AYB)

Tidak bisa dimungkiri bahwa penyandang difabel merupakan bagian dari struktur sosial masyarakat di setiap tempat. Namun demikian penyandang difabel seakan masih menjadi penduduk yang dinomorduakan di negeri ini. Meskipun beberapa tempat telah memberikan ruang atau fasilitas publik khusus untuk para penyandang difabel, namun terkadang penyediaan tersebut masih belum memenuhi standar.

6. PSIBerangkat dari kondisi tersebut, untuk meningkatkan dan memenuhi hak-hak difabel di Indonesia, Pusat Pengembangan dan Pelatihan Rehabilitasi Bersumberdaya Masyarakat (PPPRBM) Solo, Jawa Tengah mengadakan kunjungan ke Pusat Studi Islam (PSI) Universitas Islam Indonesia (UII) dalam rangka menjalin kerjasama riset tentang difabel yang akan dilakukan di beberapa tempat Jawa Tengah. Kunjungan ini berlangsung pada hari Jum’at 23 Jumadil Akhir 1437 H/1 April 2016 di Kantor PSI UII Demangan Baru.

Dalam kunjungan tersebut pengurus beberapa pengurus PPPRBM Solo memaparkan beberapa realitas kehidupan difabel di Indonesia khususnya pada beberapa daerah di Jawa Tengah. Mulai dari pelayanan di ruang publik sampai dengan pemenuhan negara terhadap hak-hak masyarakat difabel ini.

Drs. Yusdani, M.Ag., selaku Direktur PSI juga memberikan tanggapan dari perspektif Islam terkait dengan masyarakat difabel ini. “Penyandang difabel juga merupakan bagian masyarakat yang mempunyai hak asasi sebagai manusia dan hak tersebut harus dipenuhi sebagaimana yang diatur dalam Islam,” ujarnya.

Pertemuan ini merupakan langkah awal membangun kerjasama PSI dengan PPPRBM Solo dalam hal sosial dan keislaman sesuai dengan ruang lingkup masing-masing. “Harapannya ke depan banyak kegiatan lain yang bisa dikerjasamakan untuk mewujudkan kesejahteraan sosial,” ujar Edi Safitri, S.Ag., MSI., selaku Sekretaris Jendral (Sekjen) PSI UII dan Dosen Mata Kuliah Umum (MKU) UII.

Sebagai langkah konkrit ke depan, beberapa tim PSI akan turun ke lapangan memberikan pemaparan dan pengarahan kepada para anggota peneliti dalam hal pengambilan data. (Samsul Zakaria/AA/IZ)

Salah satu keterampilan masyarakat Arab adalah keahlian mereka dalam bersajak atau berpuisi. Sebagaimana karakteristik bahasa Arab, puisi Arab memiliki makna yang dalam dan membutuhkan keterampilan khusus untuk memaknai atau menafsirkannya. Saiful Aziz, mahasiswa Program Studi Hukum Islam (PSHI) angkatan 2014, telah membuktikan kepiawaiannya dalam menafsirkan puisi Arab.
0. CirebonDalam acara Gebyar Bahasa Arab (GBA) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon, dia dinobatkan sebagai Juara 1 Tafsir Puisi Arab se-Indonesia. Juara 2 dan 3 diraih oleh Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim (Maliki) Malang, Jawa Timur. Acara yang diselenggarkan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Bahasa Arab IAIN Cirebon tersebut berlangsung selama 5 hari, Senin-Jumat, 26-30 Jumadil Akhir 1437 H/04-08 April 2016.
“Ini pertama kalinya saya mengikuti kompetisi di cabang Lomba Tafsir Puisi dan bukan Debat Bahasa Arab,” tutur Saiful Aziz yang juga mahasiswa peraih beasiswa Pondok Pesantren (Ponpes) Universitas Islam Indonesia (UII). “Awalnya saya ragu, karena semua lawan saya berasal dari prodi Pendidikan Bahasa/Sastra Arab (PB/SA) yang memperdalam ilmu sastra Arab. Tapi alhamdulillah, ternyata masih tetap bisa menjaga nama harum UII di event ini,” tambahnya.
Saiful Aziz bercerita bahwa semua peserta diminta untuk menafsirkan bait-bait puisi yang diberikan dewan juri ketika perlombaan berlangsung. “Seluruh kemampuan kaidah Bahasa Arab, Nahwu, Sharaf, Balaghah, dan seterusnya harus dikerahkan untuk memenangkan kompetisi Tafsir Puisi ini,” lanjutnya.
Dia memiliki harapan besar tentang “masa depan” Bahasa Arab di UII. “Harapannya, semoga kualitas Bahasa Arab ini bisa dipertahankan dan menjadi icon UII yang menjadi patokan para penuntut ilmu Bahasa Arab di Indonesia,” tutup Saiful Aziz yang saat ini juga sedang kuliah (double degree) di Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) Jakarta. (Samsul Zakaria/SA)

Maqashid syari’ah adalah kajian hukum Islam yang selalu menarik dan terus berkembang. Berkenaan dengan itu, Program Paskasarjana (PPs) Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII) merespon dengan mengadakan Seminar Internasional tentang Maqashid Syari’ah dan Tantangan Kontemporer (Maqaashid Syarii’ah: Rukyah Mandzuumiyyah min ajli Muwaajahati at-Tahaddiyaat al-‘Aalamiyyah al-Mu’aashirah).
4Hadir sebagai pembicara utama dalam seminar tersebut, Prof. Jasser Auda, Ph.D. Dia adalah dosen di Karleton University, Kanada sekaligus sebagai Ketua Ma’had Maqashid. Jasser Auda dikenal sebagai ilmuan kontemporer yang mengelaborasi maqashid syari’ah dengan perspektif modern. Beberapa bukunya telah banyak dikaji di Indonesia. Salah satu masterpiece-nya adalah Maqasid al-Shariah as Philosophy of Islamic Law.
“Saya senang sekali bertemu saudara sekalian di Indonesia, yang terkenal sebagai negara Islam terbesar, khususnya di UII yang merupakan universitas tertua di Indonesia,” tuturnya di hadapan peserta seminar di Demangan Baru, Sabtu, 08 Rajab 1437 H/16 April 2016. “Pada hakikatnya, pembicaraan mengenai persoalan dunia saat ini bersama saudara semua adalah hal penting,” lanjutnya.
Jasser Auda mengajak untuk mengkaji maqashid syari’ah secara kontekstual sehingga lebih mampu menjawab tantangan zaman. “Karena banyak persoalan kontemporer yang tidak muncul pada fikih klasik, seperti soal lingkungan misalnya,” paparnya.
“Saya cukupkan sekian. Terima kasih, saya berharap bahwa makna sudah mengalir lewat ruh bukan lewat layar,” tuturnya mengakhiri presentasi dan kemudian dilanjutkan tanya jawab. Selain menjadi narasumber utama Seminar Internasional, Jasser Auda turut menjadi penguji (promotor) disertasi dalam ujian tertutup promovendus atas nama Aly Abdoel Mun’iem, MSI.
Dalam seminar tersebut, hadir sebagai pembicara lain, Dr. H. Tamyiz Mukharrom, MA (Dekan FIAI). Sebelumnya, Tamyiz juga telah melakukan riset tentang Jasser Auda tepatnya tentang “Respon Dosen Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) Yogyakarta Terhadap Konsep Ushul Fiqh Jasser Auda”. Turut mendampingi, Dr. Drs. H. Hujair AH Sanaky, MSI (Direktur PPs FIAI) dan Aly Abdoel Mun’iem, MA (penerjemah).
Selaku Dekan FIAI, Tamyiz mengapresiasi Seminar Internasional yang dihelat PPs FIAI. “(Acara ini) baik untuk merumuskan maqashid yang holistis yang sifatnya lebih ke publik dari sekadar individu. Seperti hifdzu an-nafs atau hifdzu al-maal yang bersifat publik. Jadi perumusan maqashid tidak hanya seperti yang sudah ada,” tuturnya.
Sementara bagi Direktur PPs FIAI, Dr. Drs. H. Hujair AH Sanaky, MSI., kehadiran Jasser Auda memberikan nuansa akademik baru. “Dalam ujian digunakan 3 bahasa (Indonesia, Arab, dan Inggris). Dia juga penguji internasional pertama bagi PPs. Selama ini penguji hanya lokal (Indonesia),” tuturnya saat diwawancarai Senin, 02 Sya’ban 1437 H/09 Mei 2016. Menurutnya, dalam ujian terbuka doktoral Aly Abdoel Mun’iem, Jasser Auda akan kembali datang. Bila tidak memungkinkan ujian dilakukan dengan video konference/skype. (Samsul Zakaria/MSI)

Mahasiswa Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menorehkan prestasi internasional. UII dinobatkan sebagai Juara 3 Debat Bahasa Arab Ihtifal Institusi Pengajian Tinggi (IPT) ASEAN 2016 di Universiti Sains Islam Malaysia (USIM), Negeri Sembilan, Malaysia. Tim UII terdiri dari Saiful Aziz (Hukum Islam, 2014), Tiyas Kurnia Sari (IP Akuntansi, 2014 dan Pendidikan Bahasa Inggris, 2015), dan Wafa’ (Psikologi, 2014).
Ihtifal IPT yang merupakan acara tahunan tersebut berlangsung selama 5 hari, Kamis-Senin, 06-10 Rajab 1437 H/14-18 Mei 2016. Dalam kompetisi tersebut UII juga berpartisipasi dalam cabang lomba Tilawah. Delegasi UII diwakili oleh Nurin Retno Sawitri (Teknik Lingkungan, 2012).
2Sementara itu Tim Debat Arab UII adalah satu-satunya tim dari Indonesia yang berhasil masuk semifinal. Di semifinal UII yang berhadapan USIM A mendebatkan tentang ‘As-samaah lil wilaayaat al-muttahidah al-amriikiyyah bi binaai qawaa’ida ‘askariyyah fii iqliimi aasiyaan afdhal’ (kebolehan Amerika untuk membangun benteng militer di ASEAN adalah penting). UII harus mengakui keunggulan USIM A. Akhirnya, UII ditetapkan sebagai juara 3 bersama International Islamic University Malaysia (IIUM) B. Juara 1 diraih oleh USIM A dan Juara 2 adalah IIUM B.
“Saya selaku Direktur DPBKM UII sangat mengapresiasi capaian prestasi delegasi UII sebagai juara 3 di kompetisi Debat Bahasa Arab tingkat ASEAN di USIM 2016,” tutur Beni Suranto, ST., M.Soft.Eng, selaku Direktur Direktorat Pembinaan Bakat Minat dan Kesejahteraan Mahasiswa (DPBMKM) UII.
“Untuk cabang tilawah tahun ini belum bisa meraih prestasi karena memang baru pertama mengikuti. Pengiriman delegasi kompetisi mahasiswa di level internasional akan terus didorong dan diupayakan oleh UII. Hal ini untuk mendukung peningkatan prestasi mahasiswa sebagai keunggulan UII,” lanjutnya.
Cabang lain yang dilombakan di IPT adalah nasyid. Kali ini UII belum mengirimkan delegasi untuk cabang tersebut. “Insya Allah tahun depan jika Tim Nasyid UII siap (akan dikirim),” tutupnya. Semoga prestasi internasional mahasiswa UII terus meningkat kedepannya. (Samsul Zakaria)

Dalam rangka pengembangan institusi, Program Studi Ekonomi Islam (PSEI) Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII) mengadakan silaturahim akademik (silak) ke Malang, Kamis-Sabtu 13-15 Rajab 1437 H/21-23 April 2016. Kunjungan dalam rangka kerjasama tersebut menitikberatkan pada dua institusi, yaitu Universitas Brawijaya (UB) dan Kanindo Syariah Jawa Timur (Jatim).
1 (2)Dalam sambutannya, Prof. Dr. Ghozali Maski, SE., MS., Wakil Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UB, mengapresiasi kedatangan delegasi FIAI UII. “Kami menyambut baik kedatangan rombongan dari Prodi Ekonomi Islam FIAI UII di kampus kami. Program Studi Ekonomi Islam di FEB UB ini baru dibuka pada tahun 2011 dengan izin rekor, namun sebelumnya sudah ada embrio dalam bentuk Konsentrasi Ekonomi Islam pada Jurusan Ilmu Ekonomi,” tuturnya.
Adapun tujuan dari kunjungan ini adalah untuk silaturahim, sharing, dan menjalin kejasama/Memorandum of Understanding (MoU) dalam hal-hal yang berkaitan dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi (PT), yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Selain itu, rombongan juga berdiskusi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pengembangan program studi sehingga diharapkan PSEI dapat lebih baik lagi demi mencapai tujuan bersama.
Para peserta pada kunjungan silaturahmi ini adalah para dosen dan laboran PSEI yang terdiri dari Dekan FIAI, Dr. H. Tamyiz Mukharrom, MA., Ketua Program Studi (Kaprodi) Ekonomi Islam, Dr. Dra. Rahmani Timorita Yulianti, M.Ag., beserta 8 orang dosen lainnya dan 1 orang laboran. Selain ke Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Prodi Ekonomi Islam juga melakukan kunjungan ke Inkubator Bisnis UB yang dikelola oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) UB. Bersamaan dengan itu ditandatangai MoU antara UII dan UB. Dari pihak UII diwakili oleh Dekan FIAI dan dari UB oleh Dekan FEB, Prof. Candra Fajri Ananda, SE.
Rombongan Prodi Ekonomi Islam juga disambut baik di Koperasi Agro Niaga (Kanindo) Syari’ah Jatim, Jumat 15 Rajab 1437 H/22 April 2016. Selain untuk menjalin silaturahmi dan kerjasama, kunjungan ini juga bertujuan untuk berdiskusi mengenai beberapa hal yang terkait dengan pengembangan Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) dan pendampingan usaha.
“Prodi Ekonomi Islam berharap ke depannya dapat terus menjalin kerjasama dengan Kanindo Syari’ah untuk memperkuat konsentrasi bisnis Islam yang akan diselenggarakan pada tahun ini insyaAllah,” ujar Dekan FIAI. Kunjungan pada kedua objek dilanjutkan dengan penandatanganan kesepakatan kerjasama (MoU) antara kedua belah pihak. Dari pihak UII diwakili oleh Dekan FIAI dan dari Kanindo Syari’ah Jatim oleh Ketua Kanindo, Drs. H. Untung Endro Cahyono, MM.

Penelitian dan penulisan karya ilmiah adalah salah satu skill yang harus dimiliki mahasiswa. Dengan keahlian tersebut mahasiswa dapat bersaing dengan mahasiswa dari perguruaan tinggi lain. Selain itu, penelitian—baik oleh mahasiswa maupun dosen—juga merupakan salah satu Catur Dharma Universitas Islam Indonesia (UII). Sementara itu, untuk mahasiswa ada program strategis terkait dengan penelitian.

7 (2)Sebagai upaya untuk mewujudkan hal tersebut, Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) UII menyelenggarakan Workshop Softskill Mahasiswa. Workshop diselenggarakan di Gedung Kuliah Umum (GKU) Dr. Sardjito Sayap Barat Lt. 1, Sabtu, 25 Jumadil Ula 1437 H/5 Maret 2016.

Workshop dengan tema “Membangun Kreativitas melalui PKM” tersebut bertujuan untuk melatih mahasiswa dalam penulisan karya tulis ilmiah. Bertindak sebagai narasumber Direktur Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM) UII, Prof. Akhmad Fauzy, S.Si., M.Si., Ph.D.

Workshop tersebut dihadiri mahasiswa PAI angkatan 2014 dan 2015 beserta Dosen Pembimbing Akademik (DPA) PAI. Mahasiswa cukup antusias mengikuti acara tersebut. Hal tersebut terlihat beberapa pertanyaan yang disampaikan kepada narasumber.

Prof. Fauzy—begitu dia biasa disapa—dalam paparannya memberikan tip dan trik menyusun Proposal Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang didanai oleh Dikti. Menurutnya, skema PKM terdiri dari 7 bidang; PKM-P (Penelitian), PKM-K (Kewirausahaan), PKM-M (Pengabdian Masyarakat), PKM-T (Penerapan Teknologi), PKM-KC (Karya Cipta), PKM-AL (Artikel Ilmiah), dan PKM-GT (Gagasan Tertulis).

Dengan melihat skema tersebut, mahasiswa PAI berpeluang untuk berkompetisi mendapat hibah. Mahasiswa harus mampu menuangkan ide dalam bentuk proposal dengan menyesuaikan skema hibah yang akan didanai. Dengan terbiasa menuangkan ide disitulah kreativitas terus terasah.

Dalam acara tersebut Ketua Program PAI, Dr. Junanah, MIS mengenalkan nama-nama DPA kepada mahasiswa. Harapannya, DPA dapat berjalan lebih efektif dan membawa dampak positif bagi mahasiswa. Acara tersebut paling tidak menjadi langkah strategis untuk berjalannya proses bimbingan mahasiswa dengan DPA yang efektif.

Sebelumnya, acara dibuka secara resmi oleh Dekan FIAI, Dr. H. Tamyiz Mukharrom, MA. Setelah berlangsungnya workshop, diharapkan para mahasiswa yang hadir menyusun proposal PKM dengan dibimbing oleh DPA masing-masing. (Samsul Zakaria/EM)

Mahasiswa dituntut untuk menguasai keahlian praktis supaya teori yang dipelajari dikelas dapat lebih bermanfaat. Bagi mahasiswa Program Studi Hukum Islam (PSHI) Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) satu satu keahlian praktisnya adalah tentang beberapa hal yang menyangkut dengan peradilan agama.

6Untuk menguatkan kerjasama yang sudah terjalin, PSHI menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dan Memorandum of Agreement (MoA) dengan Pengadilan Tinggi Agama (PTA) Yogyakarta. Dari pihak UII diwakili oleh Dekan FIAI Dr. H. Tamyiz Mukharrom, MA. Sementara dari PTA langsung oleh Ketua PTA Drs. H. Yasmisi, SH., MH.

Hadir sebagai saksi, Ketua PSHI Prof. Dr. H. Amir Mu’allim, MIS. Selain itu acara dihadiri oleh pimpinan FIAI, Dosen PSHI, Hakim Tinggi Agama PTA Yogyakarta, dan Ketua Pengadilan Agama (PA) se-Yogyakarta. Acara dilaksanakan di Ruang Sidang FIAI, Senin, 13 Jumadil Ula 1437 H/22 Februari 2016.

Dalam sambutannya, Dekan FIAI berharap kerjasama antara FIAI UII dan PTA Yogyakarta serta PA se-Yogyakarta dapat berjalan dengan baik. Sebab, salah satu medan juang alumni hukum Islam adalah peradilan agama.

Drs. H. Yasmidi, SH., MH., menyambut baik MoU dan MoA dengan FIAI UII. Dia merasa terhormat untuk menjalin hubungan baik dengan insan akademis. Harapannya, kerjasama yang terjalin dapat memberi manfaat kepada kedua belah pihak.

Bagi Drs. Yasmidi, mahasiswa perlu belajar ke PTA dan PA. Sebaliknya, para hakim PA juga perlu mendapatkan masukan dan dari mahasiswa dan dosen PSHI. Dengan demikian akan terjalin hubungan timbal balik yang saling menguntungkan. Acara diakhiri dengan penyerahan cinderamata dari UII ke PTA dan sebaliknya. (Samsul Zakaria)

Keterampilan mengajar sangatlah penting bagi lulusan Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) UII. Untuk mendapatkan skill tersebut mahasiswa diterjunkan untuk praktik mengajar di sekolah-sekolah (SMA/MA) yang ada di Yogyakarta. Program tersebut terbingkai dalam mata kuliah Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) 2. Sementara mata kuliah PPL 1 disampaikan di kelas.

4 - CopySeiring dengan langkah besar UII menjadi World Class University (WCU), konsep PPL perlu dikembangkan. Salah satu upaya yang dilakukan oleh PAI adalah dengan merancang PPL Internasional. Berkaitan dengan itu, Dr. Supriyanto Pasir, M.Ag., dan Lukman, S.Ag., M.Pd., mengunjungi Brainybunch International Islamic Montessori, Selangor, Malaysia.

Delegasi PAI diterima langsung oleh Chief Executive Officer (CEO) Brainybunch, Mr. Fadzil Hashim, M.Sc., Kamis, 9 Jumadil Ula 1437 H/18 Februari 2016. Turut serta mendampingi, Muhammad Ali Nurdin, S.Ag., MA (Direktur Ma’had Tahfidh Brainybunch sekaligus Alumnus PAI FIAI).

“Pada prinsipnya mereka siap menerima mahasiswa PPL dari PAI,” ujar Dr. Supriyanto Pasir, M.Ag., selaku Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Islam (P3I) PAI FIAI. “Pihak Brainybunch akan memfasilitasi tempat dan makan selama mahasiswa menjalani PPL,” tambah doktor yang juga mengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Tahtas Sama’ Yogyakarta tersebut.

Selain ke Brainybunch, hari berikutnya delegasi PAI berkunjung ke Ma’had at-Tarbiyah Bandar, Pattani, Thailand. Menerima langsung kunjungan dari UII, Kepala Ma’had at-Tarbiyah, Dr. Ahmadkamae Waemusor. Pihak Ma’had at-Tarbiyah juga siap bekerjasama dengan PAI terkait mahasiswa PPL. “Berapa orangpun siap,” cerita Dr. Supriyanto Pasir, M.Ag.

Dengan PPL di luar negeri mahasiswa diharapkan mendapatkan pengalaman internasional. Selain itu, program ini akan menumbuhkan budaya kompetitif di lingkungan mahasiswa. Sebab tentu tidak semua mahasiswa dapat mengikuti program ini. Pasalnya, mereka yang terpilih akan didanai oleh prodi. “Syaratnya bisa bahasa Arab-Inggris dengan aktif dan berakhlak karimah,” tutur Ustadz Pasir—begitu dia biasa disapa—saat ditanya tentang syarat mengikuti PPL Internasional.

Rencananya PAI akan mengadakan seleksi untuk mahasiswa yang sudah memenuhi syarat mengambil PPL 2. Dari seleksi tersebut akan dipilih 2 mahasiswa untuk diberangkatkan. Rencananya, PPL Internasional akan dilaksanakan mulai bulan September mendatang. Dengan adanya program ini, Ketua Program Studi PAI Dr. Junanah, MIS berharap kerjasama internasional PAI dapat terus dikembangkan. (Samsul Zakaria/DSP)