Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam (PSPAI) Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII) yang menjalankan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Internasional di Malaysia dan Thailand sudah kembali ke Indonesia. Berbagai cerita menarik dan pengalaman akademik yang tidak terlupakan bagi mahasiswa menjadi bagian penting dari proses PPL tersebut.

1.2Sebelumnya, di Ruang Sidang FIAI, Sabtu, 25 Syawwal 1437 H/30 Juli 2016, Wakil Rektor I UII Dr. Ing. Ir. Ilya Fadjar Maharika, MA., IAI., melepas secara resmi keberangkatan mahasiswa. Sebanyak 4 (empat) mahasiswa melaksanakan PPL di Brainybunch International Islamic Montessori, Selangor, Malaysia. Mereka terdiri dari Andri Setiawan, Fatihatul Muthmainah, Ulufi Khasanah, dan Nisa Havidza.

Sementara itu 11 (sebelas) mahasiswa lain diberangkatkan ke daerah Pattani, Thailand untuk mengajar di lembaga-lembaga/sekolah-sekolah yang ada di sana. Mereka terdiri dari; Andi Mustafa H, Nur Azizah, Anas Ahmad Rahman, Hermansyah, Rico Setya Priatama, Wahyuddin Luthfi, Sarah Sabilah, Kurnia Alifiani, Dwi Nur Rachmawati, dan Siti Nur Chanifah.

Setelah melakukan PPL selama kurang lebih 1 bulan, Selasa, 27 Dzulqa’dah 1437 H/30 Agustus 2016, para mahasiswa dibersamai dosen pembimbing tiba di Yogyakarta. Pihak Brainybunch mengapresiasi program PPL Internasional tersebut. Banyak manfaat yang diraih kedua belah pihak dari program tersebut. Mereka berharap program tersebut dapat berlanjut di tahun mendatang.

Fatihatul Muthmainah sebagai peserta terbaik PPL di Brainybunch merasa bersyukur mengikuti PPL Internasional. Baginya kesempatan tersebut berguna untuk meningkatkan kemampuannya dan peserta lain dalam menguasai bahasa Inggris. Dia berharap ke depan lebih banyak lagi program yang ditawarkan prodi untuk meningkatkan kualitas mahasiswa dan mendorong mereka berperan aktif di kancah internasional.

Ketua PSPAI, Dr. Junanah, MIS., merasa bersyukur dengan suksesnya PPL Internasional 2016. “Alhamdulillah, yang ditempati merasa senang dan berkenan dengan kehadiran mahasiswa. Mahasiswa merasa satu bulan adalah waktu yang singkat sehingga tahun depan bisa diperpanjang dengan digabung dengan Kuliah Kerja Nyata (KKN) kalau UII mengizinkan,” harapnya.

Selama berada di Thailand, selain melakukan penarikan secara resmi peserta PPL, para dosen pembimbing PPL juga melakukan presentasi tentang Sinergi Akademik antara Fakultas Agama Islam Fatoni University (FTU) dengan PAI FIAI, Ahad-Senin, 25-26 Dzulqa’dah 1437 H/28-29 Agustus 2016. Dalam hal ini Dra. Sri Haningsih, M.Ag., memaparkan tentang Rumusan Capaian Pembelajaran berbasis KKNI sekaligus membingkai aktivitas program Memorandum of Agreement (MoA) FIAI dengan FAI FTU.

Selanjutnya, Drs. Ajen Wijdan SZ, MSI memaparkan tentang Pola Pengembangan Madrasah Empowering Center (MEC) dilanjutkan Siska Sulistyorini, S.Pd.I., M.Pd.I., presentasi tentang Learning Inovation Center (LIC) PSPAI FIAI. Terakhir Drs. Imam Mujiono, M.Ag., yang mendedahkan tentang materi Public Speaking.

Terkait dengan MoA antara FIAI dan FTU disepakati bahwa tahun 2017 akan dilaksanakan riset kolaboratif (joint research) dan pertukaran dosen (lecturers exchange). Dalam hal ini semua prodi di FIAI akan terlibat. Sementara terkait PPL Internasional di Thailand kedepannya akan dikoordinatori oleh Pusat ASEAN Bagian Indonesia (PUSAINA) FTU. Sebab PUSAINA sudah dipercaya dan diotorisasi oleh pemerintah untuk menangani program tersebut. (Samsul Zakaria/PAI)

Yogyakarta yang terkenal sebagai kota pelajar masih menjadi magnet bagi calon mahasiswa untuk menimba ilmu. Tidak kurang dari 4.201 mahasiswa baru memilih UII sebagai almamaternya. Termasuk 155 mahasiswa telah menjadi bagian dari Program Studi Ekonomi Islam (PSEI) Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) UII.

3Rabu, 21 Dzulqa’dah 1437 H/24 Agustus 2016, PSEI mengadakan Studium Generale (SG) sebagai kuliah pembuka di Gedung Kuliah Umum (GKU) Dr. Sardjito Kampus Terpadu UII. Panitia mendatangkan Eri Sudewo, salah satu pendiri Dompet Dhu’afa Republika sebagai narasumber SG. Dompet Dhu’afa adalah lembaga penghimpun Zakat, Infaq, Shadaqah, dan Wakaf (Ziswaf).

SG dihelat untuk mengenalkan mahasiswa baru dengan suasana akademik di lingkungan kampus. Acara dibuka oleh Wakil Dekan FIAI, Dra. Sri Haningsih, M.Ag. Dalam sambutannya ia berpesan agar mahasiswa baru bersungguh-sungguh dalam belajar. Selanjutnya Ketua PSEI, Dr. Dra. Rahmani Timorita Yulianti, M.Ag., menyampaikan profil PSEI dan mengenalkan para dosen kepada mahasiswa.

Untuk diketahui bahwa Eri Sudewo merupakan tokoh yang tidak asing dalam bidang Ziswaf. Alumnus Arkeologi Universitas Indonesia (UI) Jakarta ini telah meraih banyak penghargaan. Diantaranya Tokoh Perubahan Harian Republika 2009 dan Tokoh Zakat 2010. Eri Sudewo dinilai sukses mengembangkan Dompet Dhu’afa dengan mengelola aset 500 milliar setiap tahunnya.

Menurut Eri Sudewo, Dompet Dhu’afa berawal dari rubrik pada 2 Juli 1993, sebuah rubrik di halaman muka Harian Umum Republika dengan tajuk “Dompet Dhuafa”. Kolom kecil tersebut mengundang pembaca untuk turut serta pada gerakan peduli yang diinisiasi Harian Umum Republika. Tanggal ini kemudian ditetapkan sebagai hari jadi Dompet Dhuafa Republika. Kini, Dompet Dhuafa telah memiliki banyak cabang baik di dalam maupun di luar negeri.

Di awal presentasinya Eri Sudewo memberikan motivasi kepada mahasiswa baru untuk aktif dalam bidang akademik maupun organisasi. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa kuliah yang terpenting bukan karena universitasnya. Tetapi tergantung individu masing-masing mahasiswa untuk bersungguh-sungguh.

Eri Sudewo menyatakan bahwa zakat termasuk dari 5 pilar Islam yang tidak diminati. Karenanya diperlukan upaya penyadaran kepada umat muslim. “Shalat, puasa, ibadah berasal dari sendiri, oleh sendiri, dan untuk sendiri. Sedangkan zakat berasal dari diri sendiri, oleh amil, dan untuk mustahik,” jelasnya dalam SG yang dimoderatori Dr. Siti Achiria, SE., MM.

Riuh tepuk tangan menutup acara studium Generale. Mahasiswa termotivasi dengan hadirnya pemateri Eri Sudewo yang mampu menginspirasi mereka. Di akhir acara Eri Sudewo berpesan, “Jangan melakukan sesuatu karena mencari pujian.” (Samsul Zakaria/Ekis)

Secara teoritis, Islam adalah agama yang mengatur segenap aspek kehidupan. Namun perlu dipahami bahwa dalam tataran praktis, interpretasi ajaran Islam bersifat polyinterpretable (dapat diinterpretasikan secara berbeda). Termasuk dalam konteks ini adalah formulasi ajaran Islam dalam pemikiran kenegaraan yang juga bervariasi. Bagaimanapun tetap saja ada arus utama pemikiran yang secara signifikan menentukan arah atau jenis perubahan.

9. Pak YusdaniDemikian sebagaimana dipaparkan oleh Dr. Yusdani, M.Ag., Dosen Tetap Program Studi Hukum Islam (PSHI) Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) UII dalam disertasinya yang berjudul Respons Pemikiran Islam terhadap Perubahan Relasi Rakyat dan Negara di Indonesia Era Reformasi. Disertasi tersebut telah diujikan dalam Promosi Doktor dan Ujian Terbuka di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, Senin, 12 Dzulqa’dah 1437 H/15 Agustus 2016. Yusdani berhasil lulus dan dikukuhkan sebagai doktor dalam bidang Studi Islam dengan predikat “sangat memuaskan”.

Bertindak selaku promotor, Prof. Dr. Machasin, MA (UIN Sunan Kalijaga), dan co-promotor, Prof. Drs. Purwo Santoso, MA., Ph.D (UGM). Sementara penguji lain yaitu, Prof. Noorhaidi, MA., M.Phil., Ph.D (UIN Sunan Kalijaga), Prof. Dr. Abd. Munir Mulkhan, SU (UIN Sunan Kalijaga), Prof. Siswanto Masruri, MA (UIN Sunan Kalijaga, ndan Dr. Ahmad Yahi Anshori, MA (UIN Sunan Kalijaga).

Dalam promosi doktor tersebut, Yusdani dapat menjawab pertanyaan penguji dengan baik. Dia menyampaikan bahwa disertasinya masuk dalam kajian Fiqhus Siyaasah (Fikih Politik). Menurutnya, referensi tentang Fiqhus Siyaasah lebih banyak yang bersifat normatif. Oleh karena itu, disertasinya memiliki posisi penting dalam Fiqhus Siyaasah dalam konteks ketersinggungannya dengan realitas sosial.

Rektor UIN Sunan Kalijaga, Prof. Drs. K. Yudian Wahyudi, MA., Ph.D., yang bertindak selaku Ketua Sidang berharap Yusdani dapat memperkuat UII setelah menjadi doktor. Tak terkecuali, Yudian juga memberikan pertanyaan dan catatan kritis terhadap disertasi Yusdani. Dalam ujian itu, Yudian didampingi Sekretaris Sidang, Dr. Waryono Abdul Ghafur, MA. (Samsul Zakaria)

Tahun 2016 ini, Program Studi Hukum Islam (PSHI) Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta kembali meraih Program Hibah Kompetisi Program Studi (PHK-PS). Program yang diinisiasi oleh Badan Pengembangan Akademik (BPA) UII tersebut salah satunya bertujuan untuk men-support program studi (prodi) untuk go international.

U8ntuk PSHI, tahun ini adalah kali ketiga (batch 3) mendapat hibah tahunan tersebut. Batch pertama diraih tahun 2013 dan batch kedua didapatkan tahun 2015 yang lalu. Dengan demikian PSHI termasuk salah satu prodi di UII yang berhasil mendapatkan PHK-PS sampai tahap terakhir. Dengan berakhirnya batch 3 akhir tahun ini diharapkan PSHI sudah semakin siap untuk meraih akreditasi internasional.

Judul hibah yang dilaksanakan oleh PSHI adalah Penguatan Akademik Program Studi Hukum Islam (PSHI) menuju International Recognition. Secara umum PSHI ingin mendapatkan pengakuan internasional melalui penguatan akademiknya. Dengan cara tersebut maka akan mempermudah road menuju akreditasi internasional yang menjadi trend perguruan tinggi saat ini.

Sebagai wujud pendampingan dari BPA sebagai penyandang dana, PSHI mendapat giliran pendampingan melalui monitoring dan evaluasi (monev) tengah tahun. Monev dilakukan pada Senin, 20 Syawwal 1437 H/25 Agustus 2016 pukul 12.30-14.30 WIB. Monev tersebut bertujuan untuk mengawal sejauh mana pelaksanaan program dan diskusi tentang masalah dan solusinya.

Bertindak selaku ketia tim monev (bidang program dan aktivitas), Kariyam, S.Si., M.Si (Ketua Badan Penjaminan Mutu [BPM] UII). Didampingi Dra. Sri Mulyati, M.Si (Ketua Pusat Bantuan Sosial dan Kesehatan [Pusbansoskes] UII) untuk bidang keuangan/anggaran. Dalam acara tersebut, Kariyam menyampaikan beberapa masukan perbaikan dan mengapresiasi beberapa aktivitas yang sudah berjalan dengan baik.

Secara keseluruhan, monev berjalan dengan lancar. Namun demikian, persentase capaian fisik sampai tengah tahun hibah baru mencapai 36,69%. Artinya belum sampai separuhnya (50%). Oleh karena itu perlu usaha yang lebih keras supaya di akhir tahun nanti menjadi 100%. Harapannya di akhir tahun nanti target maksimal dapat tercapai. (Samsul Zakaria)

Gagasan tentang penyatuan kalender Islam bukanlah ide yang baru. Namun bagaimanapun ide tersebut senantiasa menarik dan sampai saat ini belum sampai pada tataran implementasi. Pro dan kontra tentang upaya penyatuan tersebut juga tidak kalah menariknya. Telah banyak seminar dan diskusi dilakukan baik level regional, nasional, dan bahkan internasional.

7 (2)Untuk level internasional terakhir dilakukan muktamar di Turki. Sebagai respon dari muktamar tersebut dilakukan Seminar Nasional Kalender Islam Global (Pasca Muktamar Turki 2016) di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Medan, Sumatera Barat. Acara dilaksanakan pada Rabu-Kamis, 29 Syawwal-01 Dzulqa’dah 1437 H/03-04 Agustus 2016.

Turut hadir dalam seminar tersebut Anisah Budiwati, SHI., MSI (Dosen Tetap Program Studi Hukum Islam [PSHI]). Sebagai syarat mengikuti seminar tersebut, dia menulis tentang Unifikasi Kalender Hijriyah dalam Aspek Sosiologis. Dia mengatakan bahwa secara sosiologis masyarakat terpecah dalam dua kelompok. Ada yang setuju namun banyak pula yang menolak.

Namun demikian, unifikasi kalender hijriyah dalam konteks akademis menjadi penting sebagaimana kalender masehi. Meskipun memang diperlukan upaya yang lebih termasuk kesepakatan-kesepakatan untuk mencapai tujuan tersebut. Sebagaimana dijelaskan Anisah, bahwa strategi paling mungkin adalah dengan menggunakan metode hisab bukan ru’yah.

“Sebab kalau masih menggunakan ru’yah maka akan terus berbeda,” tutur anggota Asosiasi Dosen Falak Indonesia (ADFI) tersebut. Selama di UMSU, selain menjadi peserta aktif seminar, Anisah juga berkempatan menggunjungi Observatorium Falak Indonesia (OFI). Menurutnya, observatorium tersebut cukup lengkap dan telah menjadi objek studi ilmiah banyak instansi.

Anisah berharap kajian Ilmu Falak di Universitas Islam Indonesia (UII) dapat terus dikembangkan. Alat-alat falak yang ada dapat ditambah lagi dan semestinya ke depan UII memiliki laboratorium atau observatorium falak sendiri. “UMSU yang tidak memiliki kajian ilmu falak secara khusus saja punya observatorium. Oleh karena itu UII yang memang memiliki bidang kajian Ilmu Falak di PSHI seharusnya juga punya,” harapnya. (Samsul Zakaria)

Dr. Supriyanto Pasir, M.Ag., adalah Dosen Tetap Program Studi Pendidikan Agama Islam (PSPAI) Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII) yang tahun ini mendapatkan beasiswa (scholarship/minhah diraasiyyah) untuk shortcourse selama 3 bulan di Kairo, Mesir. Beasiswa diraih dari M. Amin Rais Foundation & Budi Mulia Dua.

6 (1)Sebagaimana visa yang diperoleh dari pemerintah Mesir, Supriyano Pasir akan tinggal di Mesir mulai 04 Sya’ban/09 Juni-05 Dzulhijjah 1437 H/07 September 2016 atau kurang lebih 3 bulan. Selama di Mesir ia belajar agama dengan Syaikh al-Azhar, al-Ustadz Dr. Ahmad Abdul Aziz tentang hadhaarah Islaamiah (peradaban Islam). “(Selain itu dengan) al-Ustadz Dr. Rif’at Fauzi Abdil Muthallib tentang Hadits dan Ulumul Hadits,” tutur Pengasuh Pesantren Tahtas Sama’ tersebut.

Disamping itu, ia mendalami Bahasa Arab dan tsaqaafah (budaya) Mesir di Markaz Neil yang terletak di Hayy Sabi’, Madinah Nasr, Cairo. Disamping mengikuti shortcourse, ia juga mendapatkan kesempatan untuk berbagi ilmu. “Alhamdulillah saya diminta mengajar mahasiswa Malaysia alumni Darul Qur’an. Mengajar mereka Ulumul Hadits di Syubro, Cairo,” tutur doktor yang akrab disapa Ustadz Pasir tersebut.

Setelah tinggal selama 2 bulan di Mesir, Ustadz Pasir merasa bahwa sebenarnya kajian keislaman di UII tidak kalah bagus. Namun perlu keterlibatan lebih banyak dosen UII. “Seperti di Universitas al-Azhar, yang memegang kajian di sana adalah dosen al-Azhar,” tutur Pengajar Geriatric Club Budi Mulya Dua tersebut. Dengan demikian, manhaj (pijakan) Islam UII yang moderat dapat disimpulkan melalui aktivitas ilmiah para dosennya.

AlMaqaashid adalah salah satu kajian penting dalam dinamika perkembangan hukum Islam (syari’ah). Konsep tentang al-maqaashid atau maqaashid asy-syarii’ah tersebut terus dielaborasi sehingga menjadi relevan untuk menjadi “alat” untuk menjawab problemika kekinian. Dalam konteks bernegara konsepsi maqaashid dapat dijadikan sarana untuk mengukur pembangunan berkelanjutan.

5 (2)Berkenaan dengan itu, Aly Abdel Moniem telah melakukan riset untuk disertasinya pada Program Paskasarjana (PPs) Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII). Judul disertasinya adalah al-Khithaab al-Maqaashidiy wa al-Tamniyyah al-Mustadaamah: Ru’yah Naqdiyyah Mutammimah li Khiththah al-Tamniyyah al-Wathaniyyah al-Induniisiyyah Thawiilata al-Ajal (2005-20125).

Ujian terbuka disertasi tersebut dilaksanakan di PPs FIAI, Demangan Baru, Sabtu, 18 Syawwal 1437 H/23 Juli 2016. Bertindak selaku promotor, Prof. Jasser Auda, Pd.D (Dosen Karleton University, Kanada). Sebelumnya ketika ujian tertutup, Jasser Auda berkesempatan hadir. Ketika ujian terbuka dia berhalangan hadir namun tetap menyampaikan pesan melalui video.

“Ini adalah disertasi yang luar biasa. Aly sudah memenuhi semua yang saya minta dalam ujian sebelumnya. Saya berharap penguji lain dapat dapat menerima disertasi ini,” ujarnya dengan berbahasa Inggris. Sementara itu, bertindak sebagai co-promotor Dr. Tamyiz Mukharrom, MA (Dekan FIAI). Tamyiz menyampaikan bahwa ketika ujian tertutup disertasi tersebut sudah diuji dengan serius dan memakan waktu lebih dari 2,5 jam.

Sementara penguji lain yaitu Prof. Dr. Syamsul Anwar, MA (Guru besar UIN Sunan Kalijaga), Dr. Tulus Mustofa, Lc., MA (UIN Sunan Kalijaga), Dr. Phil. Syahiron Syamsuddin, MA (UIN Sunan Kalijaga). Bertindak selaku ketua sidang Rektor UII, Dr. Ir. Harsoyo, M.Sc. Dan sekretaris sidang, Dr. Drs. Hujair AH Sanaky, MSI (Direktur PPs FIAI).

Aly Abdel Moniem ditetapkan lulus dengan predikat sangat memuaskan. Sebagaimana disampaikan ketua sidang bahwa sebenarnya Aly berhak atas predikat cumlaude. Namun karena waktu studi yang melebihi batas yang disyaratkan sehingga harus puas dengan predikat sangat memuaskan. Aly tercapat sebagai doktor ke-10 PPs FIAI dan ke-103 untuk promosi yang dilakukan di UII.

Universitas Islam Indonesia (UII) berhasil meraih juara umum dalam Festival Bahasa Arab dan Inggris (FBAI) atau al-Mahrajaan al-‘Arabiy wa al-Injiliiziy yang diadakan oleh Universitas Darussalam (Unida) Gontor, Ponorogo, Jawa Timur. Dalam lomba yang berlangsung pada Senin-Selasa, 20-21 Syawal 1437 H/25-26 Juli 2016 tersebut UII mengirimkan 4 delegasi.

3. UnidaAdalah Saiful Aziz (IP Hukum Islam 2014), Tiyas Kurnia Sari (IP Akuntansi 2014 dan Pendidikan Bahasa Inggris 2015), dan Wafa (Psikologi 2014) yang berhasil merebut Juara 1 Debat Bahasa Arab. Sementara itu Wafa juga sukses menjadi juara 2 Broadcasting Bahasa Arab. Selain itu, Uswatun Hasanah (Pendidikan Bahasa Inggris 2015) bersama Tiyas Kurnia Sari meraih juara 2 Lomba Media Pembelajaran Berbasis IT.

“Alhamdulillah, pengalaman lomba di Gontor tidak kalah menarik dari lomba-lomba sebelumnya,” ujar Wafa yang bersama timnya sering menjuarai Lomba Debat Arab nasional. “Syukur kami dari tim debat masih diberi kesempatan mengukur kemampuan kami. Apakah mengalami peningkatan atau sebaliknya,” lanjutnya.

Bagi Wafa, setiap even memiliki konsep perlombaan yang berbeda. Khususnya dalam Lomba Debat Arab. Namun patut disyukuri UII masih dapat bertahan dalam prestasi Debat Arab. Harapannya, prestasi tersebut dapat diteruskan oleh mahasiswa UII lain nantinya. Berdasarkan pengalaman Wafa, lomba debat dapat menambah wawasan keilmuan dan keterampilan mahasiswa dalam berbahasa asing.

Menanggapi raihan tersebut Direktur Direktorat Pembinaan Bakat Minat dan Kesejahteraan Mahasiswa (DPBMKM) UII, Beni Suranto, ST., M.Soft.Eng., mengungkapkan bahwa capaian prestasi ini sangat membanggakan. Diharapkan untuk terus ditingkatkan mengingat capaian prestasi mahasiswa dalam kegiatan yang bersifat kompetisi/kejuaraan menjadi salah satu indikator penting keberhasilan proses pembinaan kemahasiswaan.

Salah satunya adalah dalam pemeringkatan perguruan tinggi oleh Kemenristekdikti, khususnya pada aspek bakat minat. “UII akan terus mendukung mahasiswa untuk mampu meraih prestasi dan reputasi baik di tingkat nasional maupun internasional dengan keyakinan bahwa mahasiswa UII adalah generasi muda yang unggul dan selalu bersemangat dalam mengharumkan nama almamater,” ungkapnya. (Samsul Zakaria/SA)

Salah satu pemikir muslim Indonesia yang memiliki pengaruh cukup besar dalam dinamika pemikiran Islam di Indonesia ialah Nurcholis Madjid, yang populer dengan sebutan Cak Nur. Cak Nur dalam corak berpikirnya lebih menekankan pada dimensi etis yang berorientasi pada nilai-nilai substansi dari pada corak keberagamaan yang hanya legal-formalistik. Selain itu, Cak Nur mencoba mensinergikan ajaran Islam dalam konteks ke-Indonesia-an.

2 (2)Berkenaan dengan hal tersebut, Pusat Studi Islam (PSI) Universitas Islam Indonesia (UII) menggelar diskusi terbatas di Demangan, Jumat 10 Syawwal 1437 H/15 Juli 2016. Hadir sebagai narasumber Muhammad Wahyuni Nafis, MA selaku pimpinan Nurcholis Madjid Society (NCMS) Jakarta. Adapun tema diskusi ialah “Pemikiran Nurcholis Madjid tentang ke-Islam-an, Modernitas, dan Keindonesiaan”.

Dalam paparannya menyampaikan bahwa pokok-pokok pemikiran Cak Nur. “Islam adalah agama yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan keindonesiaan,” ungkapnya. Lebih lanjut bahwa, “Untuk menjadi modern tidak lantas keluar dari Islam, sehingga perlu adanya integrasi Islam dengan nilai-nilai kemoderenan.”

Sementara itu, Drs. Yusdani, M.Ag selaku Kepala PSI UII menyampaikan bahwa Cak Nur telah mensinergikan keislaman, kemoderenan dan keindonesiaan. “Pemikiran Cak Nur bertitik tolak dari keislaman, hal ini dapat dilacak dari pendidikan yang ia tempuh, namun demikian banyak kalangan yang salah faham karena pemikirannya dibungkus dengan idiom-idiom yang sulit difahami,” tuturnya.

Diskusi ini berjalan dengan semarak dan hidup. Selain itu, forum tersebut menghasilkan kerja sama yang sinergis antara PSI UII dengan NCMS. (Samsul Zakaria/Iqbal Zen)

Ramadhan adalah bulan yang penuh keistimewaan. Salah satunya Allah SWT melipatgandakan pahala amalan kebaikan yang dilakukan oleh umat muslim. Seiring dengan itu, umat muslim berbondong-bondong untuk berlomba-lomba dalam kebaikan (fastabiqul khairaat). Masjid menjadi lebih ramai, kajian-kajian dan ceramah agama pun lebih digandrungi.

9Adalah Drs. H. Sofwan Jannah, M.Ag., yang turut ambil bagian penting dalam menyemarakkan dakwah islamiyah di bulan Ramadhan ini. Dosen Program Studi Hukum Islam (PSHI) Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII) tersebut berdakwah di Bontang, Kalimantan Timur (Kaltim) selama 5 hari, Kamis-Senin, 18-22 Ramadhan 1437 H/23-27 Juni 2016.

Sofwan Jannah berdakwah di sana atas undangan dari Badan Pembinaan Umat Islam (BPUI) PT. Pupuk Kaltim. Selama di sana, dia menyampaikan ceramah di beberapa Masjid, Mushalla, dan Lembaga di bawah PT. Pupuk Kaltim. Sofwan Jannah bercerita bahwa aktivitas dakwah di sana cukup padat. “Doakan utusan UII dapat memberikan pencerahan bermanfaat bagi masyarakat Bontang,” ujarnya saat diwawancarai ketika masih berada di Bontang.

Uniknya selama berada di sana, Sofwan Jannah mendapatkan julukan baru yaitu sebagai “muballigh”. Muballigh sebenarnya kurang lebih semakna dengan penceramah atau da’i namun menjadi unik karena di Yogyakarta istilah tersebut jarang digunakan. Secara bahasa muballigh adalah ismul faa’il (subyek) dari kata ballagha-yuballighu-tabliigh, yang artinya ‘menyampaikan’. Dengan demikian muballigh artinya ‘yang menyampaikan/penyampai’ (kebaikan).

Lebih lanjut, Sofwan Jannah bercerita bahwa jamaah Shalat terawih di sana sangat semarak. Meskipun pada umumnya datang dari lokasi yang cukup jauh dari masjid. “Tadi malam dan Shubuh tugas di Masjid al-Mubarakah. Jama’ah datang dari jauh. Di area industri namun jamaah cukup banyak meski menjelang akhir Ramadhan,” ungkapnya, Ahad, 21 Ramadhan 1437 H/26 Juni 2016. (Samsul Zakaria)