Berita terbaru seputar Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Dapatkan update terbaru berita-berita dan informasi menarik lainnya. Informasi mengenai beasiswa, kerjasama, event perlombaan tingkat nasional dan internasional serta program pertukaran pelajar hanya di http://fis.uii.ac.id

Secara teoritis, Islam adalah agama yang mengatur segenap aspek kehidupan. Namun perlu dipahami bahwa dalam tataran praktis, interpretasi ajaran Islam bersifat polyinterpretable (dapat diinterpretasikan secara berbeda). Termasuk dalam konteks ini adalah formulasi ajaran Islam dalam pemikiran kenegaraan yang juga bervariasi. Bagaimanapun tetap saja ada arus utama pemikiran yang secara signifikan menentukan arah atau jenis perubahan.

9. Pak YusdaniDemikian sebagaimana dipaparkan oleh Dr. Yusdani, M.Ag., Dosen Tetap Program Studi Hukum Islam (PSHI) Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) UII dalam disertasinya yang berjudul Respons Pemikiran Islam terhadap Perubahan Relasi Rakyat dan Negara di Indonesia Era Reformasi. Disertasi tersebut telah diujikan dalam Promosi Doktor dan Ujian Terbuka di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, Senin, 12 Dzulqa’dah 1437 H/15 Agustus 2016. Yusdani berhasil lulus dan dikukuhkan sebagai doktor dalam bidang Studi Islam dengan predikat “sangat memuaskan”.

Bertindak selaku promotor, Prof. Dr. Machasin, MA (UIN Sunan Kalijaga), dan co-promotor, Prof. Drs. Purwo Santoso, MA., Ph.D (UGM). Sementara penguji lain yaitu, Prof. Noorhaidi, MA., M.Phil., Ph.D (UIN Sunan Kalijaga), Prof. Dr. Abd. Munir Mulkhan, SU (UIN Sunan Kalijaga), Prof. Siswanto Masruri, MA (UIN Sunan Kalijaga, ndan Dr. Ahmad Yahi Anshori, MA (UIN Sunan Kalijaga).

Dalam promosi doktor tersebut, Yusdani dapat menjawab pertanyaan penguji dengan baik. Dia menyampaikan bahwa disertasinya masuk dalam kajian Fiqhus Siyaasah (Fikih Politik). Menurutnya, referensi tentang Fiqhus Siyaasah lebih banyak yang bersifat normatif. Oleh karena itu, disertasinya memiliki posisi penting dalam Fiqhus Siyaasah dalam konteks ketersinggungannya dengan realitas sosial.

Rektor UIN Sunan Kalijaga, Prof. Drs. K. Yudian Wahyudi, MA., Ph.D., yang bertindak selaku Ketua Sidang berharap Yusdani dapat memperkuat UII setelah menjadi doktor. Tak terkecuali, Yudian juga memberikan pertanyaan dan catatan kritis terhadap disertasi Yusdani. Dalam ujian itu, Yudian didampingi Sekretaris Sidang, Dr. Waryono Abdul Ghafur, MA. (Samsul Zakaria)

Tahun 2016 ini, Program Studi Hukum Islam (PSHI) Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta kembali meraih Program Hibah Kompetisi Program Studi (PHK-PS). Program yang diinisiasi oleh Badan Pengembangan Akademik (BPA) UII tersebut salah satunya bertujuan untuk men-support program studi (prodi) untuk go international.

U8ntuk PSHI, tahun ini adalah kali ketiga (batch 3) mendapat hibah tahunan tersebut. Batch pertama diraih tahun 2013 dan batch kedua didapatkan tahun 2015 yang lalu. Dengan demikian PSHI termasuk salah satu prodi di UII yang berhasil mendapatkan PHK-PS sampai tahap terakhir. Dengan berakhirnya batch 3 akhir tahun ini diharapkan PSHI sudah semakin siap untuk meraih akreditasi internasional.

Judul hibah yang dilaksanakan oleh PSHI adalah Penguatan Akademik Program Studi Hukum Islam (PSHI) menuju International Recognition. Secara umum PSHI ingin mendapatkan pengakuan internasional melalui penguatan akademiknya. Dengan cara tersebut maka akan mempermudah road menuju akreditasi internasional yang menjadi trend perguruan tinggi saat ini.

Sebagai wujud pendampingan dari BPA sebagai penyandang dana, PSHI mendapat giliran pendampingan melalui monitoring dan evaluasi (monev) tengah tahun. Monev dilakukan pada Senin, 20 Syawwal 1437 H/25 Agustus 2016 pukul 12.30-14.30 WIB. Monev tersebut bertujuan untuk mengawal sejauh mana pelaksanaan program dan diskusi tentang masalah dan solusinya.

Bertindak selaku ketia tim monev (bidang program dan aktivitas), Kariyam, S.Si., M.Si (Ketua Badan Penjaminan Mutu [BPM] UII). Didampingi Dra. Sri Mulyati, M.Si (Ketua Pusat Bantuan Sosial dan Kesehatan [Pusbansoskes] UII) untuk bidang keuangan/anggaran. Dalam acara tersebut, Kariyam menyampaikan beberapa masukan perbaikan dan mengapresiasi beberapa aktivitas yang sudah berjalan dengan baik.

Secara keseluruhan, monev berjalan dengan lancar. Namun demikian, persentase capaian fisik sampai tengah tahun hibah baru mencapai 36,69%. Artinya belum sampai separuhnya (50%). Oleh karena itu perlu usaha yang lebih keras supaya di akhir tahun nanti menjadi 100%. Harapannya di akhir tahun nanti target maksimal dapat tercapai. (Samsul Zakaria)

Gagasan tentang penyatuan kalender Islam bukanlah ide yang baru. Namun bagaimanapun ide tersebut senantiasa menarik dan sampai saat ini belum sampai pada tataran implementasi. Pro dan kontra tentang upaya penyatuan tersebut juga tidak kalah menariknya. Telah banyak seminar dan diskusi dilakukan baik level regional, nasional, dan bahkan internasional.

7 (2)Untuk level internasional terakhir dilakukan muktamar di Turki. Sebagai respon dari muktamar tersebut dilakukan Seminar Nasional Kalender Islam Global (Pasca Muktamar Turki 2016) di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Medan, Sumatera Barat. Acara dilaksanakan pada Rabu-Kamis, 29 Syawwal-01 Dzulqa’dah 1437 H/03-04 Agustus 2016.

Turut hadir dalam seminar tersebut Anisah Budiwati, SHI., MSI (Dosen Tetap Program Studi Hukum Islam [PSHI]). Sebagai syarat mengikuti seminar tersebut, dia menulis tentang Unifikasi Kalender Hijriyah dalam Aspek Sosiologis. Dia mengatakan bahwa secara sosiologis masyarakat terpecah dalam dua kelompok. Ada yang setuju namun banyak pula yang menolak.

Namun demikian, unifikasi kalender hijriyah dalam konteks akademis menjadi penting sebagaimana kalender masehi. Meskipun memang diperlukan upaya yang lebih termasuk kesepakatan-kesepakatan untuk mencapai tujuan tersebut. Sebagaimana dijelaskan Anisah, bahwa strategi paling mungkin adalah dengan menggunakan metode hisab bukan ru’yah.

“Sebab kalau masih menggunakan ru’yah maka akan terus berbeda,” tutur anggota Asosiasi Dosen Falak Indonesia (ADFI) tersebut. Selama di UMSU, selain menjadi peserta aktif seminar, Anisah juga berkempatan menggunjungi Observatorium Falak Indonesia (OFI). Menurutnya, observatorium tersebut cukup lengkap dan telah menjadi objek studi ilmiah banyak instansi.

Anisah berharap kajian Ilmu Falak di Universitas Islam Indonesia (UII) dapat terus dikembangkan. Alat-alat falak yang ada dapat ditambah lagi dan semestinya ke depan UII memiliki laboratorium atau observatorium falak sendiri. “UMSU yang tidak memiliki kajian ilmu falak secara khusus saja punya observatorium. Oleh karena itu UII yang memang memiliki bidang kajian Ilmu Falak di PSHI seharusnya juga punya,” harapnya. (Samsul Zakaria)

Dr. Supriyanto Pasir, M.Ag., adalah Dosen Tetap Program Studi Pendidikan Agama Islam (PSPAI) Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII) yang tahun ini mendapatkan beasiswa (scholarship/minhah diraasiyyah) untuk shortcourse selama 3 bulan di Kairo, Mesir. Beasiswa diraih dari M. Amin Rais Foundation & Budi Mulia Dua.

6 (1)Sebagaimana visa yang diperoleh dari pemerintah Mesir, Supriyano Pasir akan tinggal di Mesir mulai 04 Sya’ban/09 Juni-05 Dzulhijjah 1437 H/07 September 2016 atau kurang lebih 3 bulan. Selama di Mesir ia belajar agama dengan Syaikh al-Azhar, al-Ustadz Dr. Ahmad Abdul Aziz tentang hadhaarah Islaamiah (peradaban Islam). “(Selain itu dengan) al-Ustadz Dr. Rif’at Fauzi Abdil Muthallib tentang Hadits dan Ulumul Hadits,” tutur Pengasuh Pesantren Tahtas Sama’ tersebut.

Disamping itu, ia mendalami Bahasa Arab dan tsaqaafah (budaya) Mesir di Markaz Neil yang terletak di Hayy Sabi’, Madinah Nasr, Cairo. Disamping mengikuti shortcourse, ia juga mendapatkan kesempatan untuk berbagi ilmu. “Alhamdulillah saya diminta mengajar mahasiswa Malaysia alumni Darul Qur’an. Mengajar mereka Ulumul Hadits di Syubro, Cairo,” tutur doktor yang akrab disapa Ustadz Pasir tersebut.

Setelah tinggal selama 2 bulan di Mesir, Ustadz Pasir merasa bahwa sebenarnya kajian keislaman di UII tidak kalah bagus. Namun perlu keterlibatan lebih banyak dosen UII. “Seperti di Universitas al-Azhar, yang memegang kajian di sana adalah dosen al-Azhar,” tutur Pengajar Geriatric Club Budi Mulya Dua tersebut. Dengan demikian, manhaj (pijakan) Islam UII yang moderat dapat disimpulkan melalui aktivitas ilmiah para dosennya.

AlMaqaashid adalah salah satu kajian penting dalam dinamika perkembangan hukum Islam (syari’ah). Konsep tentang al-maqaashid atau maqaashid asy-syarii’ah tersebut terus dielaborasi sehingga menjadi relevan untuk menjadi “alat” untuk menjawab problemika kekinian. Dalam konteks bernegara konsepsi maqaashid dapat dijadikan sarana untuk mengukur pembangunan berkelanjutan.

5 (2)Berkenaan dengan itu, Aly Abdel Moniem telah melakukan riset untuk disertasinya pada Program Paskasarjana (PPs) Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII). Judul disertasinya adalah al-Khithaab al-Maqaashidiy wa al-Tamniyyah al-Mustadaamah: Ru’yah Naqdiyyah Mutammimah li Khiththah al-Tamniyyah al-Wathaniyyah al-Induniisiyyah Thawiilata al-Ajal (2005-20125).

Ujian terbuka disertasi tersebut dilaksanakan di PPs FIAI, Demangan Baru, Sabtu, 18 Syawwal 1437 H/23 Juli 2016. Bertindak selaku promotor, Prof. Jasser Auda, Pd.D (Dosen Karleton University, Kanada). Sebelumnya ketika ujian tertutup, Jasser Auda berkesempatan hadir. Ketika ujian terbuka dia berhalangan hadir namun tetap menyampaikan pesan melalui video.

“Ini adalah disertasi yang luar biasa. Aly sudah memenuhi semua yang saya minta dalam ujian sebelumnya. Saya berharap penguji lain dapat dapat menerima disertasi ini,” ujarnya dengan berbahasa Inggris. Sementara itu, bertindak sebagai co-promotor Dr. Tamyiz Mukharrom, MA (Dekan FIAI). Tamyiz menyampaikan bahwa ketika ujian tertutup disertasi tersebut sudah diuji dengan serius dan memakan waktu lebih dari 2,5 jam.

Sementara penguji lain yaitu Prof. Dr. Syamsul Anwar, MA (Guru besar UIN Sunan Kalijaga), Dr. Tulus Mustofa, Lc., MA (UIN Sunan Kalijaga), Dr. Phil. Syahiron Syamsuddin, MA (UIN Sunan Kalijaga). Bertindak selaku ketua sidang Rektor UII, Dr. Ir. Harsoyo, M.Sc. Dan sekretaris sidang, Dr. Drs. Hujair AH Sanaky, MSI (Direktur PPs FIAI).

Aly Abdel Moniem ditetapkan lulus dengan predikat sangat memuaskan. Sebagaimana disampaikan ketua sidang bahwa sebenarnya Aly berhak atas predikat cumlaude. Namun karena waktu studi yang melebihi batas yang disyaratkan sehingga harus puas dengan predikat sangat memuaskan. Aly tercapat sebagai doktor ke-10 PPs FIAI dan ke-103 untuk promosi yang dilakukan di UII.

Universitas Islam Indonesia (UII) berhasil meraih juara umum dalam Festival Bahasa Arab dan Inggris (FBAI) atau al-Mahrajaan al-‘Arabiy wa al-Injiliiziy yang diadakan oleh Universitas Darussalam (Unida) Gontor, Ponorogo, Jawa Timur. Dalam lomba yang berlangsung pada Senin-Selasa, 20-21 Syawal 1437 H/25-26 Juli 2016 tersebut UII mengirimkan 4 delegasi.

3. UnidaAdalah Saiful Aziz (IP Hukum Islam 2014), Tiyas Kurnia Sari (IP Akuntansi 2014 dan Pendidikan Bahasa Inggris 2015), dan Wafa (Psikologi 2014) yang berhasil merebut Juara 1 Debat Bahasa Arab. Sementara itu Wafa juga sukses menjadi juara 2 Broadcasting Bahasa Arab. Selain itu, Uswatun Hasanah (Pendidikan Bahasa Inggris 2015) bersama Tiyas Kurnia Sari meraih juara 2 Lomba Media Pembelajaran Berbasis IT.

“Alhamdulillah, pengalaman lomba di Gontor tidak kalah menarik dari lomba-lomba sebelumnya,” ujar Wafa yang bersama timnya sering menjuarai Lomba Debat Arab nasional. “Syukur kami dari tim debat masih diberi kesempatan mengukur kemampuan kami. Apakah mengalami peningkatan atau sebaliknya,” lanjutnya.

Bagi Wafa, setiap even memiliki konsep perlombaan yang berbeda. Khususnya dalam Lomba Debat Arab. Namun patut disyukuri UII masih dapat bertahan dalam prestasi Debat Arab. Harapannya, prestasi tersebut dapat diteruskan oleh mahasiswa UII lain nantinya. Berdasarkan pengalaman Wafa, lomba debat dapat menambah wawasan keilmuan dan keterampilan mahasiswa dalam berbahasa asing.

Menanggapi raihan tersebut Direktur Direktorat Pembinaan Bakat Minat dan Kesejahteraan Mahasiswa (DPBMKM) UII, Beni Suranto, ST., M.Soft.Eng., mengungkapkan bahwa capaian prestasi ini sangat membanggakan. Diharapkan untuk terus ditingkatkan mengingat capaian prestasi mahasiswa dalam kegiatan yang bersifat kompetisi/kejuaraan menjadi salah satu indikator penting keberhasilan proses pembinaan kemahasiswaan.

Salah satunya adalah dalam pemeringkatan perguruan tinggi oleh Kemenristekdikti, khususnya pada aspek bakat minat. “UII akan terus mendukung mahasiswa untuk mampu meraih prestasi dan reputasi baik di tingkat nasional maupun internasional dengan keyakinan bahwa mahasiswa UII adalah generasi muda yang unggul dan selalu bersemangat dalam mengharumkan nama almamater,” ungkapnya. (Samsul Zakaria/SA)

Salah satu pemikir muslim Indonesia yang memiliki pengaruh cukup besar dalam dinamika pemikiran Islam di Indonesia ialah Nurcholis Madjid, yang populer dengan sebutan Cak Nur. Cak Nur dalam corak berpikirnya lebih menekankan pada dimensi etis yang berorientasi pada nilai-nilai substansi dari pada corak keberagamaan yang hanya legal-formalistik. Selain itu, Cak Nur mencoba mensinergikan ajaran Islam dalam konteks ke-Indonesia-an.

2 (2)Berkenaan dengan hal tersebut, Pusat Studi Islam (PSI) Universitas Islam Indonesia (UII) menggelar diskusi terbatas di Demangan, Jumat 10 Syawwal 1437 H/15 Juli 2016. Hadir sebagai narasumber Muhammad Wahyuni Nafis, MA selaku pimpinan Nurcholis Madjid Society (NCMS) Jakarta. Adapun tema diskusi ialah “Pemikiran Nurcholis Madjid tentang ke-Islam-an, Modernitas, dan Keindonesiaan”.

Dalam paparannya menyampaikan bahwa pokok-pokok pemikiran Cak Nur. “Islam adalah agama yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan keindonesiaan,” ungkapnya. Lebih lanjut bahwa, “Untuk menjadi modern tidak lantas keluar dari Islam, sehingga perlu adanya integrasi Islam dengan nilai-nilai kemoderenan.”

Sementara itu, Drs. Yusdani, M.Ag selaku Kepala PSI UII menyampaikan bahwa Cak Nur telah mensinergikan keislaman, kemoderenan dan keindonesiaan. “Pemikiran Cak Nur bertitik tolak dari keislaman, hal ini dapat dilacak dari pendidikan yang ia tempuh, namun demikian banyak kalangan yang salah faham karena pemikirannya dibungkus dengan idiom-idiom yang sulit difahami,” tuturnya.

Diskusi ini berjalan dengan semarak dan hidup. Selain itu, forum tersebut menghasilkan kerja sama yang sinergis antara PSI UII dengan NCMS. (Samsul Zakaria/Iqbal Zen)

Ramadhan adalah bulan yang penuh keistimewaan. Salah satunya Allah SWT melipatgandakan pahala amalan kebaikan yang dilakukan oleh umat muslim. Seiring dengan itu, umat muslim berbondong-bondong untuk berlomba-lomba dalam kebaikan (fastabiqul khairaat). Masjid menjadi lebih ramai, kajian-kajian dan ceramah agama pun lebih digandrungi.

9Adalah Drs. H. Sofwan Jannah, M.Ag., yang turut ambil bagian penting dalam menyemarakkan dakwah islamiyah di bulan Ramadhan ini. Dosen Program Studi Hukum Islam (PSHI) Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII) tersebut berdakwah di Bontang, Kalimantan Timur (Kaltim) selama 5 hari, Kamis-Senin, 18-22 Ramadhan 1437 H/23-27 Juni 2016.

Sofwan Jannah berdakwah di sana atas undangan dari Badan Pembinaan Umat Islam (BPUI) PT. Pupuk Kaltim. Selama di sana, dia menyampaikan ceramah di beberapa Masjid, Mushalla, dan Lembaga di bawah PT. Pupuk Kaltim. Sofwan Jannah bercerita bahwa aktivitas dakwah di sana cukup padat. “Doakan utusan UII dapat memberikan pencerahan bermanfaat bagi masyarakat Bontang,” ujarnya saat diwawancarai ketika masih berada di Bontang.

Uniknya selama berada di sana, Sofwan Jannah mendapatkan julukan baru yaitu sebagai “muballigh”. Muballigh sebenarnya kurang lebih semakna dengan penceramah atau da’i namun menjadi unik karena di Yogyakarta istilah tersebut jarang digunakan. Secara bahasa muballigh adalah ismul faa’il (subyek) dari kata ballagha-yuballighu-tabliigh, yang artinya ‘menyampaikan’. Dengan demikian muballigh artinya ‘yang menyampaikan/penyampai’ (kebaikan).

Lebih lanjut, Sofwan Jannah bercerita bahwa jamaah Shalat terawih di sana sangat semarak. Meskipun pada umumnya datang dari lokasi yang cukup jauh dari masjid. “Tadi malam dan Shubuh tugas di Masjid al-Mubarakah. Jama’ah datang dari jauh. Di area industri namun jamaah cukup banyak meski menjelang akhir Ramadhan,” ungkapnya, Ahad, 21 Ramadhan 1437 H/26 Juni 2016. (Samsul Zakaria)

Peningkatan kompetensi sumber daya manusia tidak hanya tertuang dalam teori kuliah semata tetapi juga harus didukung dengan personality dan skill keterampilan mahasiswa. Perguruan tinggi, sebagai institusi yang diharapkan dapat mencetak tenaga siap kerja memiliki tanggung jawab untuk mempersiapkan lulusan yang tidak hanya berkompeten secara akademik atau menguasai salah satu disiplin ilmu tertentu tetapi juga memiliki personality unggul yang didukung oleh skill keterampilan yang dapat mendukung kinerja dan performa mereka saat memasuki dunia kerja.

8 (2)Pada realitasnya, meskipun baik secara akademik namun saat lulus dari perguuran tinggi, banyak mahasiswa yang dinilai tidak cukup kompeten untuk memasuki dunia kerja. Teori yang ada di dalam perkuliahan hanya berkontribusi sedikit dalam dunia kerja. Berangkat dari hal tersebut dibutuhkan pelatihan yang ditujukan untuk pengembangan skill keterampilan mahasiswa.

“Melalui program short course ini, mahasiswa diharapkan dapat memiliki memiliki pengetahuan, kemampuan dan kesiapan, serta kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja saat ini, terutama di lingkup perbankan syariah,” ujar Dr. Dra. Rahmani Timorita Yulianti, M.Ag., selaku Ketua Program Studi Ekonomi Islam (PSEI) dalam sambutannya pada acara pembukaan short course hari Jum’at, 13 Sya’ban 1437 H/20 Mei 2016.

Kegiatan ini diselenggarakan oleh Laboratorium Bank Mini Program PSEI Fakulttas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII) dan dikemas dalam sepuluh sesi dalam 8 hari, dimulai pada Jumat, 13 Sya’ban 1437 H/20 Mei 2016 dan ditutup pada Sabtu, 28 Sya’ban 1437 H/4 Juni 2016. Acara bertempat di Ruang sidang FIAI UII. Narasumber berjumlah 8 orang berasal baik dari kalangan akademisi maupun praktisi dari berbagai bank syari’ah yang memiliki kompetensi dalam bidang perbankan dan keuangan Islam.

Program ini bertujuan untuk memperluas wawasan dan pengetahuan mahasiswa tentang perbankan syariah melalui pelatihan intensif serta mempersiapkan mahasiswa untuk dapat meniti karier di berbagai institusi keuangan syariah terutama perbankan syariah. Short course perbankan syari’ah perdana ini diikuti secara antusias oleh seluruh peserta yang berjumlah 14 orang mahasiswa PSEI FIAI UII yang berstatus aktif. (Samsul Zakaria/DMP)

Eksistensi keluarga muslim di era modern ini telah mengalami disfungsi karena terjadi perubahan perilaku sosial. Fungsi tradisional sebuah keluarga secara domestik telah diambil alih oleh lembaga publik seperti pendidikan, transmisi nilai, sosialisasi diri anak dan bahkan kehidupan beragama pun lebih banyak diperoleh diluar rumah.

1. DiskusiAnak-anak sekarang lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungan di luar orang tuanya sendiri. Di samping itu, banyaknya perceraian belakangan ini menambah runyamnya eksistensi sebuah keluarga. Menariknya lagi tuntutan perceraian di atas banyak yang mncul dari pihak isteri ketimbang pihak suami.

Merespon hal tersebut Program Studi (Prodi) Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII) mengadakan Diskusi Interdisipliner dengan tema “Parenting Education”. Diselenggarakan Jum’at, 13 Sya’ban 1437 H/20 Mei 2016. Hadir sebagai narasumber diskusi, Prof. Madya Sharifah Meriam Syed Akill dari Universiti Sains Islam Malaysia (USIM), seorang expert dalam bidang bimbingan konseling.

Selain itu, narasumber dari PAI sendiri yaitu Drs. Aden Wijdan SZ, M.Si. Diskusi dihadiri oleh seluruh dosen PAI, perwakilan dari dosen Prodi Ekonomi Islam dan Prodi Hukum Islam, Katua Prodi pendidikan se-UII, dan beberapa perwakilan dari mahasiswa PAI.

Prof Sharifah memberikan materi tentang bagaimana membangun rumah tangga yang baik dan dapat mendidik anak dengan baik. “Bangunkanlah anak-anakmu supaya dia boleh hidup dalam apa jua zaman yang berlainan sekali dari zamanmu,” tuturnya. Maksudnya, didiklah anakmu sejak dini agar menjadi anak yang berkarakter. Dengan demikian peran orang tua dalam keluarga sangatlah penting.

Salah satunya menjaga anak dari pengaruh media agar tidak mudah terpengaruh hal-hal yang negatif. Anak perlu mendapatkan pendidikan yang tepat. Orang tua harus dapat menangani arus perubahan mendidik anak, dan memberi arahan anak untuk berakhlak karimah. Orangtua juga harus menjadi tauladan yang baik untuk anak-anaknya. Peran orang tua untuk membantu anak memupuk bakat dan minatnya serta mendalami pendidikan agama.

Disisi lain, realita dalam kehidupan membangun rumah tangga tidak semudah yang dibayangkan. Sebagai unit sosial terkecil, unit keluarga akan selalu mengalami perubahan social seiring perubahan dalam masyarakat. Seperti yang dijelaskan oleh Drs. Aden Wijdan SZ, M.Si, banyak timbul masalah yang ada dalam kenyataan di kehidupan. Banyak terjadi perceraian dalam keluarga karena faktor ekonomi.

Kegiatan diskusi tersebut berjalan dengan lancer. Para peserta antusias untuk diskusi dengan tanya jawab. Banyak ilmu yang dapat diambil dan semoga setelah diskusi ini dapat membangun rumah tangga yang harmonis. (Samsul Zakaria/Erma)