Salah satu standar mutu Universitas Islam Indonesia (UII) yaitu adanya 5 persen mahasiswa asing. Dalam konteks tersebut, masing-masing unit atau prodi semestinya turut andil mewujudkan standar tersebut. Program Studi Hukum Islam (PSHI) Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) merespon hal tersebut dengan mengadakan “Workshop Strategi Promosi Kelas Internasional”. Hal ini sejalan dengan langkah PSHI akhir September lalu yaitu me-launching kelas internasional berbahasa Arab.

Bertempat di Ruang Sidang FIAI, Kamis, 02 Muharram 1437 H/15 Oktober 2015 acara berjalan lancar. Hadir 2 pembicara dari Fatoni University (FTU) Thailand, Ust. Mahdee Maduerawae, MA., dan Ust. Suaidee Orsantinutsakul, MA. Dalam sambutannya, Wakil Dekan FIAI, Dra. Hj. Sri Haningsih, M.Ag., sangat mengapresiasi workshop tersebut. “Kelas internasional sangat inline dengan World Class University (WCU) UII,” tuturnya.

Sebelumnya, UII dengan inisiasi FIAI telah melakukan kerjasama dengan FTU. “Ini adalah follow up dari MoU dan MoA dengan Fatoni University,” ungkap Dr. H. M. Roy Purwanto, MA., selaku moderator yang juga turut menjadi saksi kerjasama UII dan FTU. FTU sendiri meskipun tergolong muda (baru berdiri 1998) sudah memiliki 155 mahasiswa asing. Hal ini tentu menarik untuk dijadikan contoh bagi UII.

Ust. Mahdee mengungkapkan bahwa mulanya di FTU hanya ada 2 fakultas yaitu Ushuluddin dan Syari’ah. Seiring berjalannya waktu sudah ada perkembangan yang signifikan. Satu hal yang menjadi daya tarik mahasiswa asing belajar di FTU adalah dimana pihak kampus membantu mengurusi visa pelajar. Hal ini tidak banyak dilakukan oleh kampus lain.

Sementara Ust. Suaidee menuturkan bahwa networking sangat penting untuk menarik mahasiswa asing. Disamping itu, FTU sendiri adalah kampus Islam satu-satunya di Thailand. Selebihnya, FTU memiliki kurikulum yang kuat dalam hal keislaman. “Wajib hafal Qur’an untuk semua fakultas,” ujarnya. Satu juz per tahun untuk mahasiswa bidang sosial agama dan setengah juz untuk yang eksakta (umum).

Lebih penting lagi adalah bahasa dimana di FTU menggunakan bahasa pengantar Arab dan Inggris. Hal ini tentu memudahkan mahasiswa asing yang tidak mengerti bahasa Thailand. Aspek lain, biaya hidup di Thailand cukup murah. Sebab, secara geografis kampus terletak di kampung sehingga biaya hidup rendah. Beberapa hal di atas menjadi pelajaran penting PSHI untuk menentukan langkah strategis promosinya ke depan.

Salah satu cara meningkatkan kemampuan berbahasa adalah dengan berkomunikasi langsung dengan orang asli dimana bahasa itu berasal. Adalah al-Ustadz as-Sayyid ar-Rifa’i al-Mishri, MA., dosen Mesir yang saat ini sedang mengajar di Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo datang ke Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) UII untuk memberikan kuliah.

12. Matrikulasi 2Acara bertajuk “at-Taujihat wa al-Irsyadat lil Fashl ad-Dauli” tersebut diadakan di Ruang Sidang FIAI, Sabtu, 19 Dzulhijjah 1436 H/3 Oktober 2015. Hadir sebagai peserta 25 mahasiswa hukum Islam yang sudah terseleksi sebagai mahasiswa program internasional bahasa Arab.

Prof. Dr. H. Amir Mu’allim, MIS., selaku Kaprodi Hukum Islam dalam sambutannya dengan sangat antusias menyemangati mahasiswa. Dia memaparkan bahkan secara resmi kelas internasional memang sudah dibuka namun pelaksanaan kuliah reguler akan dimulai semester genap ini.

Sementara itu, Sayyid Rifa’i pertama-tama mengungkapkan takjubnya atas Indonesia. “Indunisiyya jannatullahi fi al-ardh,” ujarnya. Maksudnya, Indonesia adalah surga Allah di muka bumi. Lebih lanjut dia menerangkan bahwa bahasa adalah basis komunikasi. “Al-lughatu asas al-kalam,” tambahnya.

Dalam kuliahnya, Sayyid Rifa’i mengajak mahasiswa untuk lebih berani berkomunikasi dengan bahasa Arab. Di sela-sela itu, dia bertanya kitab apa yang terakhir dibaca mahasiswa. Mahasiswa yang hadir merasa tertantang untuk lebih menguasai bahasa Arab.

Dalam rangka menggali keunggulan program studi, Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) bekerjasama dengan Badan Perencana (BP) Universitas Islam Indonesia (UII) mengelar workshop bertajuk “Penguatan Keunikan Lokal Fakultas Ilmu Agama Islam 2015”. Bertempat di Ruang Sidang FIAI, Sabtu, 27 Dzulhijjah 1437 H/10 Oktober 2015. Acara diawali sambutan Dekan FIAI, Dr. H. Tamyiz Mukharrom, MA. “Prodi harus bekerja keras terapkan local genius,” tegasnya.

IMG_8033Sementara itu, Prof. Dr. Ir. H. Hari Purnomo, MT., selaku Kepala BP mengatakan bahwa pengembangan UII sampai 2038 adalah keunikan lokal. “Keunikan dimaksud diserahkan ke prodi masing-masing,” tuturnya dalam workshop yang dihadiri pejabat fakultas, pejabat prodi, dan tim kurikulum prodi. Dia mencontohkan, di Ilmu Kimia keunikannya pada minyak atsiri. Lainnya, di Psikologi penguatannya pada psikologi Islam. “Lalu bagaimana dengan FIAI?” tanyanya memberikan arahan workshop.

Hadir sebagai narasumber, Prof. Irwan Abdullah, Ph.D., Guru Besar Universitas Gadjah Mada (UGM). Baginya, merumuskan keunikan lokal tidak cukup hanya dengan sekali duduk. Perumusan keunikan lokal membutuhkan waktu yang lama dan berkesinambungan. Secara sederhana, keunikan lokal itu seperti rumah makan Padang. “Dapat membaca semua lidah orang Indonesia,” ungkapnya. Meskipun berangkat dari lokalitas tetapi dapat menembus batas sampai nasional dan bahkan internasional.

Pendidikan menurutnya harus bisa mencetak kader yang berkarakter. Beberapa karakter dimaksud misalnya, tidak mengemis harga diri, tidak mudah dibeli, dan tidak bergantung pada orang lain (mandiri). Sebelumnya, Prof. Irwan mengapresiasi langkah UII. “Tidak banyak PT yang konsen pada perubahan kurikulum,” tuturnya bermaksud mengatakan workshop yang diadakan UII memiliki urgensi yang signifikan.

Sementara narasumber kedua, Dr. Muqowim, M.Ag., Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga berbicara tentang “Local Genius dalam Konteks Studi Islam”. Menurutnya, salah satu masalah umat muslim adalah eksistensi dunia Islam yang justru tidak islami. Hal ini tentu harus dapat dijawab oleh Studi Islam. Dr. Muqowim juga menekankan tentang bagaimana menjadi being religious, bukan semata having religion.

Acara yang dimoderatori Joko Sulistio, ST., M.Sc., itu berakhir pukul 12.00 WIB. Setelah ishama dilanjutkan diskusi keunikan lokal masing-masing prodi. Peserta berkumpul berdasarkan prodinya untuk merumuskan local genius perspektif prodi masing-masing. Selanjutnya, dengan dipandu Ari Sujarwo, S.Kom., MIT (Hons) perwakilan prodi mempresentasikan hasil rumusannya.

Masih dalam rangka orientasi mahasiswa baru, Sabtu (12/9) lalu, Program Studi Ekonomi Islam (Prodi Ekis) FIAI UII mengadakan Studiun Generale (SG) 2015 dengan tajuk: “Meningkatkan Kapabilitas Lulusan Ekonomi Islam di Tengah Persaingan SDM Industri Keuangan Syariah”.

Acara tersebut bertujuan untuk mempererat ukhuwah antara mahasiswa baru angkatan 2015 dengan Prodi Ekis. Selain itu guna memberikan wacana lebih luas mengenai kondisi industri syariah di Indonesia. Tujuannya supaya mahasiswa memiliki orientasi belajar yang lebih baik untuk mendalami dunia perkuliahan ke depan.

Narasumber pada acara yang diselenggarakan di GKU Dr. Sardjito ini adalah Ibu Mursida Rambe, Direktur BMT Beringharjo Yogyakarta. Dalam kuliahnya, Ibu Rambe berbagi pengalaman mengelola BMT Beringharjo yang didirikan dengan modal Rp 1 juta. Saat ini, BMT tersebut memiliki cabang di kota-kota besar di Indonesia.

Ibu Rambe memotivasi mahasiswa untuk ikut aktif dalam kegiatan organisasi kampus sebagai modal untuk menghadapi dunia kerja. “Jadilah mahasiswa yang aktif di organisasi, bukan hanya datang, duduk, diam, pulang, tidur,” tuturnya. Dia juga menekankan pentingnya mendirikan lapangan kerja untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).

Selain diisi dengan narasumber utama, SG juga diisi oleh alumni Prodi Ekis angkatan tahun 2006, Nasruddin, SEI., MEI. Dia memberikan testimoni mengenai kesuksesan alumni Prodi Ekis yang tersebar di seluruh nusantara. Baginya, alumni Prodi Ekis harus memberi motivasi kepada mahasiswa baru untuk tidak menjadi mahasiwa yang hanya mengenal kos dan kampus, tapi juga aktif di mana saja.

Di samping kuliah inti, program tahunan ini juga diramaikan dengan doorprize dan pengenalan organisasi FKEI oleh Presiden FKEI, Adi Wibowo. Acara yang dipandu oleh Fajar Fandi Atmaja, Lc,, MSI., ini disambut meriah dan antusiasme mahasiswa baru hingga berakhir pukul 11.45 WIB.

Dekan Fakultas Ilmu Agama Islam, Dr. H. Tamyiz Mukharrom, MA., dalam sambutannya, berharap Prodi Ekis dapat berkontribusi terhadap sumber daya insani di Indonesia. Termasuk di Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS).

“Orang besar adalah dia yang ngajar ngaji di surau kecil,” tutur KH. Ridwan Muhammad Yusuf ketika membuka training. KH. Ridwan Muhammad Yusuf adalah salah satu alumnus terbaik Tarbiyah FIAI UII yang telah menjadi trainer nasional dan internasional. Dia diundang secara khusus untuk memberikan Training Pembentukan Karakter Islami dengan tajuk “Karakter Islami, Kunci Integritas dan Kualitas”.

10aAcara bertempat di Ruang Sidang Utama FIAI, Sabtu, 21 Dzulqa’dah 1436 H/05 September 2015. Dalam materinya, Ridwan MY—begitu dia biasa disapa—mengajak peserta untuk merenungi makna hidup. Baginya, iqra’ yang merupakan perintah pertama dan utama itu lebih kepada reading the unwritten (membaca yang tidak tertulis).

Allah telah menghamparkan ayat-ayat-Nya secara luas di bumi ini. Manusia diminta untuk berdialog, membaca, dan memaknai ayat-ayat tersebut. Dengan mayat sekalipun manusia diminta untuk belajar. “Learn to life and learn to die too,” ujarnya dalam acara yang dihadiri dosen, tenaga kependidikan, dan perwakilan mahasiswa FIAI tersebut.

Selain aktif memberi training, Ridwan MY juga telah menerbitkan beberapa buku. Diantaranya, Human Soul Interference, Sang Motivator Sejati, Saafir, Meraih Sejuta Bintang, Laroiba: No Doubt, dan High Impact Carrier. Buku-buku karangannya tersebut menjadi bahan penting dalam training-nya.

Ridwan MY mengingatkan akan kepastian dari kehidupan manusia. Kehidupan ini ibarat pesawat, manusia sedang dalam kondisi “take off”. “Setinggi-tingginya take off pasti akan landing juga,” tuturnya. Kalau sudah belajar take off dengan baik maka semestinya terus belajar untuk landing dengan baik juga.

Dengan demikian maka manusia dapat terus mempersiapkan diri. Caranya dengan menyadari kesalahan dan berupaya mentaubatinya. Kalau manusia benar-benar mengerti tidak akan takut mati. Sebab kematian justru menjadi dambaan. “Al-Mautu huwa al-muna,” tutupnya.

Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) mengadakan Diskusi Ilmiah Dosen Tetap di Ruang Sidang FIAI, Rabu, 18 Dzulqa’dah 1436 H/02 September 2015. Diskusi tersebut bertajuk “Membangun Ukhuwah Islamiyah Dalam Bingkai Kemajemukan”.

8. Diskusi DosenDr. H. Tamyiz Mukharrom, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) mengapresiasi terlaksananya diskusi ilmiah dosen tetap FIAI tersebut. “Diskusi harus diteruskan untuk menghidupkan atmosfir akademik. Khususnya terkait isu-isu kontemporer,” harapnya.

Dr. Tamyiz menghimbau agar acara diskusi ini dapat berjalan secara rutin setiap 2 atau 3 bulan sekali. Dia juga menjelaskan secara global tentang pentingnya merajut dan mempererat tali ukhuwah islamiyah baik dalam lingkup civitas akademika fakultas maupun dalam masyarakat luar.

Pemateri yang mengisi acara ini perwakilan dari dosen program studi yang ada di FIAI. Dari Prodi Studi Hukum Islam Drs. Yusdani. M.Ag yang memaparkan presentasinya dengan judul “Islam dan Ukhuwah Wataniyah di Indonesia dalam Bingkai Multikultural”.

Dari Program Studi Pendidikan Agama Islam, Lukman. S.Ag., M.Pd., menjelaskan judul presentasinya “Pendidikan Generasi Muslim Universal”. Sedangkan yang terakhir perwakilan dari Program Studi Ekonomi Islam yang menjadi pemateri adalah Martini Dwi Pusparini, SHI., MSI. Dia memaparkan tentang “Etika Muamalah dalam menyikapi Perbedaan”.

Acara diskusi ilmiah dosen tetap FIAI ini berjalan dengan sangat baik dan lancer. Para peserta sangat antusias mendengarkan pemaparan yang diberikan oleh para pemateri. Mereka juga mengajukan pertanyaan-pertanyaan kritis dan objektif terhadap isi presentasi yang dipaparkan.

“Semoga kedepannya acara diskusi ilmiah dosen ini dapat berjalan dengan lebih baik dan lebih sempurna lagi,” harap Junaidi Safitri, SEI., MEI., salah satu panitia diskusi.

Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) FIAI mengadakan Workshop Pengelolaan Jurnal Ilmiah Terakreditasi dan Open Journal System (OJS) di Ruang Sidang FIAI, Selasa, 17 Dzulqa’dah 1436 H/01 September 2015. Hadir sebagai pembicara, Al-Makin, MA., Ph.D dan Saptoni, MA.

7bWorkshop tersebut bertujuan untuk menguatkan eksistensi Jurnal el-Tarbawi yang dikelola oleh Program Studi PAI. Selain eksis juga bagaimana bisa mendapat pengakuan (akreditasi). Disamping itu, perkembangan terkini tentang Online Journal System (OJS) yang juga tidak boleh diabaikan.

Di awal pemaparan materinya, Al-Makin, MA., Ph.D mengatakan bahwa mengelola journal harus ikhlas. “Siap mendanai, siap mem-back-up,” ujar dosen UIN Sunan Kalijaga yang juga Editor in Chief Jurnal al-Jami’ah ini. Artinya, dibutuhkan keseriusan dan komitmen yang tinggi.

Dia mengungkapkan beberapa hal penting yang harus dilakukan oleh pengelola jurnal. Pertama, jurnal harus terbit secara berkala. Kedua, artikel yang di-publish adalah benar-benar ilmiah (penelitian lapangan atau studi literatur). Ketiga, sudah melewati proses review yang tidak sederhana.

Selanjutnya, jurnal harus fokus pada bidang tertentu. “Oleh karena itu kita lihat el-Tarbawi ini sudah sesuai belum dengan kriteria tersebut,” ungkapnya. Tidak kalah penting adalah maintenance penulis. Penulis yang sudah pernah nulis harus sering dihubungi.

Selanjutnya materi dari Saptoni, MA., terkait dengan Online Journal System (OJS). Dengan sangat antusias dia memaparkan tentang OJS. Salah satu peserta mengusulkan supaya lebih mudah dimengerti harus dengan praktik langsung. Namun karena terbatasnya waktu, hanya disampaikan materi secara lengkap namun tanpa praktik.

Sudah semestinya sebuah program studi menjadi first choice, bukan pilihan kedua apalagi seterusnya. Dalam rangka mewujudkannya dibutuhkan kualitas yang terbaik dari masing-masing program studi. Selain itu, unit-unit atau pusat-pusat yang berada di bawah prodi juga perlu melakukan upaya perbaikan.

6bMerespon hal di atas, Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) UII mengadakan Focus Group Discussion (FGD) Implementasi Mutu. Bertempat di Ruang Sidang FIAI, Rabu, 4 Dzulqa’dah 1436 H/19 Agustus 2015. FGD tersebut merupapakan keberlanjutan dari Workshop Implementasi Mutu yang telah dilakukan sebelumnya. Rangkaian kegiatan tersebut adalah bagian penting dari Rencana Kegiatan dan Anggaran Tahunan (RKAT) Dekanat FIAI.

FGD diikuti oleh Kaprodi, Sekprodi, dan Staf dari Program Studi Hukum Islam, Pendidikan Agama Islam, dan Ekonomi Islam. Selain itu hadir pula Kepala dan Staf Pusat-pusat yang ada di FIAI. Secara struktural, pusat-pusat tersebut berada di bawah prodi.

Hadir sebagai narasumber dan fasilitator FGD, Kariyam, S.Si., M.S (Ketua BPM UII). Dia menerangkan bahwa rencana mutu harus dibuat komplit. Dengan begitu akan dapat diukur sejauh mana mutu sebuah lembaga secara komfrehensif. Terkait mutu, banyak agenda yang sudah dilakukan namun belum terekam dengan baik.

Rencana mutu dibuat semata-mata untuk checklist, mana yang sudah dilakukan dan mana yang belum. Penting pula dicatat bahwa rencana mutu hendaknya tidak kaku tetapi cukup fleksibel untuk disesuaikan. Setelah penyampaikan materi oleh narasumber sekaligus fasilitator dilanjutkan dengan diskusi masing-masing unit. Diakhiri dengan presentasi hasil diskusi serta masukan dari fasilitator.

Tim Debat Arab Universitas Islam Indonesia (UII) berhasil masuk 8 besar dalam acara Ihtifal Institusi Pengajian Tinggi (IPT) ASEAN dan Konvensyen Pendakwah Muda Antarabangsa 2015 di Universiti Sains Islam Malaysia (USIM), Kamis-Senin, 6-9 Dzulqa’dah 1436 H/20-24 Agustus 2015.

5bAcara dengan tema “Integrasi Ilmu Naqli dan Aqli” ini diikuti oleh beberapa perguruan tinggi dari negara-negara di ASEAN serta dimeriahkan dengan beberapa acara seperti Debat Bahasa Arab, Tilawatil Qur’an, dan Konvensi Da’i Muda ASEAN. Sementara dari Indonesia yang turut serta adalah UII, UIN Jakarta, UIN Riau, UIN Semarang, UMY, dan Uninus.

Sebelumnya, delegasi UII dilepas langsung oleh Wakil Rektor III Dr. Abdul Jamil SH., MH., dan Direktur Direktorat Pembinaan Bakat Minat dan Kesejahteraan Mahasiswa (DPBMKM) UII Beni Suranto, ST., M.Soft.Eng., bertempat di Ruang Sidang VIP Lantai 3 Rektorat UII Gedung GBPH Prabuningrat (19/8). Dr. Jamil menyatakan bahwa keikutsertaan Tim Debat UII adalah bagian penting dari merintis jalan prestasi di level internasional.

Delegasi UII terdiri dari Saiful Aziz (Hukum Islam, 2014), Tiyas Kurnia Sari (IP Manajemen, 2014), dan Abiyajid Bustami (Ekonomi Islam, 2013). Ketiganya didampingi seorang official, Samsul Zakaria, S.Sy.

Sebelum masuk 8 besar, Tim Debat UII bertanding sebanyak 5 kali. Tim Debat UII berhasil menang di 3 pertandingan. Tiyas Kurnia Sari terpilih sebagai pendebat terbaik (afdhalul mutanādhirah) dalam setiap kemenangan tersebut. Setelah diakumulasikan Tim Debat UII menempati posisi ke-5 dari total 16 tim.

Dalam sesi 8 besar (perempat final/rub’u an-nihā-i), UII bertemu dengan University of Malaya (UM). Keduanya mendebatkan tentang “Istikhdām al-Ajhizah al-Iliktrūniyah al-Hadītsah Yuatstsiru ‘ala Sulūki ath-Thifli al-Ijtimā’i” (Penggunaan Perangkat Elektronik Modern Mempengaruhi Perilaku Sosial Anak).

Perdebatan berjalan dengan seru dan alot. Akhirnya, Tim UM yang dinyatakan menang tipis (2-1) oleh dewan juri. “Untuk pertama kali partisipasi dalam acara tersebut, ini adalah prestasi yang luar biasa. Mudah-mudahan tahun depan bisa masuk final,” harap Samsul Zakaria selaku pelatih.

Menyambut awal kuliah reguler, Program Studi Hukum Islam (PSHI) FIAI mengadakan Studium General (SG) di Gedung Kuliah Umum (GKU) Prof. Sardjito, Senin, 16 Dzulqa’dah 1436 H/31 Agustus 2015. Hadir sebagai narasumber KH. Robitul Firdaus, SHI., MSI (Alumnus dan Ph.D Candidate IIU Malaysia) dan Prof. Dr. H. Amir Mu’allim, MIS (Alumnus dan Kaprodi Hukum Islam).

4aDalam sambutannya, Dekan Fakultas Ilmu Agama Islam, Dr. H. Tamyiz Mukharrom, MA., menyambut baik acara tersebut. Menurutnya, PSHI telah meluluskan alumni yang lur biasa. Hal tersebut tentu menjadi motivasi bagi mahasiswa baru.

Di awal penyampaian materi, Prof. Dr. H. Amir Mu’allim, MIS., menyatakan bahwa PSHI sudah kembali terakreditasi A oleh BAN-PT tahun 2015 ini. Menurutnya, capaian itu menunjukkan keilmuan civitas akademika PSHI yang excellent. Setelah itu, dia mengenalkan dosen-dosen tetap Hukum Islam dan stafnya.

Prof. Amir, begitu dia biasa disapa, juga mengungkapkan keunggulan PSHI. Diantaranya, tahun 2015 ini PSHI mendapat hibah dari Badan Pengembangan Akademik (BPA) UII senilai hampir setengah milyar. Disamping itu, prestasi mahasiswa Hukum Islam juga cukup menggembirakan. Hal tersebut selaiknya menjadi penyemangat bagi mahasiswa baru.

Sementara itu, menurut Robitul Firdaus, mahasiswa harus menyiapkan diri sebaik mungkin sejak awal menjadi mahasiswa. Dengan demikian, saat lulus tidak harus mencari apa-apa tetapi dicari oleh apa-apa. Tidak mencari kerja tetapi dicari oleh pekerjaan. Hal ini tentu tidak mudah namun alumni syari’ah memiliki peluang yang besar.

Selanjutnya, Robitul Firdaus mengatakan bahwa the purpose of knowledge is to create a good man. “Sebab good student belum tentu good man. Sementara kalau sudah good man sudah pasti good student,” tuturnya. Mahasiswa yang belajar sungguh-sungguh hingga nilainya baik adalah good student. Tetapi kalau karena belajar dia lupa shalat berarti belum good man.

Terakhir, Robitul Firdaus berpesan kepada mahasiswa baru PSHI untuk mengusai bahasa Arab dan Inggris. Lalu, mengasah kemampuan menulis. “Supaya menjadi fashīhul kalām wa fashīhul qalam,” tuturnya dalam SG yang dimoderatori oleh Samsul Zakaria, S.Sy., tersebut. Selebihnya, ilmu public speaking, metodologi berpikir, dan identifikasi kebutuhan masyarakat.