وَمِن كُلِّ شَيْءٍ خَلَقْنَا زَوْجَيْنِ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

Dan segala sesuatu Kami Ciptakan berpasang-pasangan agar kamu mengingat (kebesaran Allah).” (Q.S. al-Dzariyât [51]: 49)

Realitas sosial selalu menghadirkan keberadaan (eksistensi) yang terdiri dari dua hal yang berbeda. Misalnya, kemiskinan yang selalu saja dihadapkan dengan kekayaan. Hal ini karena secara literal-kebahasaan lawan dari kata miskin, yang paling tepat, adalah kaya. Oleh karena itu, miskin dan kaya adalah sebuah “oposisi”, yang secara struktural sebenarnya berhubungan erat. Dalam hal ini, eksistensi sesuatu menjadi semakin jelas manakala eksistensi sesuatu yang lain tidak menampakkan dirinya. Kemiskinan menjadi sebuah pembicaraan yang hangat dan fenomenal karena dirasa sangat menyentuh realitas kehidupan. Namun, sebenarnya aspek lain yang mengakibatkan perbincangan ini adalah inferioritas kekayaan yang tidak begitu menonjol, atau memang sengaja tidak ditampakkan. Read more

Maksiat yang membawa pelakunya pada perasaan hina dan butuh (mendekatkan diri) pada Allah lebih baik daripada ketaatan yang menimbulkan rasa keagungan diri dan disertai kesombongan. (Ibn Athaillâh)

Kuncinya adalah Hati

Semestinya merupakan hal yang wajar bila seorang Muslim merasakan ketenangan saat telah menunaikan ketaatan dan merasakan ketakutan setelah melakukan kemaksiatan. Dalam ranah dhahir, secara kasat mata, ketaatan adalah mutlak sebuah kabaikan. Sementara kemaksiatan –sekecil apapun bentuknya- tetaplah kesalahan. Namun, struktur bangunan amal seseorang tidaklah terjadi berkat kontribusi aktivitas jasmani saja. Amal tidaklah terwujud tanpa ada campur tangan rohani yang biasa dikenal dan diwakili oleh hati. Dalam hadits Nabi unsur terakhir justru disebut sebagai tolak ukur baik buruknya aktivitas jasmani seseorang. “Ingatlah bahwa dalam jasad itu ada sekerat daging, jika ia baik, baiklah jasad seluruhnya, dan jika ia rusak, maka rusaklah jasadnya seluruhnya. Ingatlah, ia adalah hati (al-qalbu)“. (HR. Bukhari dan Muslim).

Read more

وَفِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ لِّلسَّائِلِ وَالْمَحْرُومِ

“Dan pada harta benda mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta, dan orang miskin yang tidak meminta.” (QS. Adz-Dzariyat [51]: 19)

Islam sebagai agama yang banyak dianut oleh rakyat Indonesia selayaknya memiliki andil (saham) yang besar terhadap pemberantasan kemiskinan bangsa ini. Sebagaimana kita maklumi bahwa kemiskinan adalah masalah bangsa Indonesia yang tiada pernah menemui titik terangnya. Setiap tahun kemiskinan semakin bertambah yang biasanya didahului oleh surplus Sumber Daya Manusia (SDM) usia remaja yang memasuki usia kerja. Karena terbatasnya lapangan pekerjaan maka berdampak pada pengangguran yang berimplikasi pada kemiskinan rakyat. Sebagai sebuah agama yang nilai-nilai luhurnya bersumber dari tuhan (wahyu) maka Islam seharusnya mampu membaca kondisi yang ada dan berusaha melakukan respon yang benar dan tepat guna. Dengan demikian kemiskinan tidak lagi menjadi momok bangsa yang berlarut-larut tanpa menemui jalan tengah (solusi). Dan hal ini juga karena hakikatnya ajaran Islam itu mengandung nilai-nilai implikatif yang responsif, konstruktif, dan inovatif terhadap kehidupan umat manusia.

Read more

Rasulullah saw biasanya memberi kabar gembira kepada para sahabatnya dengan bersabda, “Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan kepadamu puasa di dalamnya, pada bulan ini pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan para setan diikat, juga terdapat pada bulan ini malam yang lebih baik dari seribu bulan, barangsiapa tidak memperoleh kebaikannya maka dia tidak memperoleh apa-apa.

(HR Ahmad dan al-Nasâ’i)

Marhaban yâ Ramadhân

Bulan Ramadhan adalah bulan suci yang benar-benar penuh dengan berkah dan keutamaan, bulan yang sangat diistimewakan oleh Allah SWT, di dalamnya terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan, di dalamnya penuh dengan rahmat, ampunan dan pembebasan dari api neraka, bulan yang dirindukan kedatangannya dan ditangisi kepergiannya oleh orang- orang yang shalih. Pada bulan Ramadhan inilah kaum muslim seharusnya melakukan pengembaraan ruhani dengan mengekang nafsu syahwat dan mengisi dengan amal-amal yang mulia. Semua itu merupakan momen dan sekaligus sarana yang baik untuk mencapai puncak ketaqwaan kepada Allah SWT. Dosa dan kekhilafan juga merupakan sasaran yang akan kita hapuskan dalam bulan suci Ramadhan ini.

Read more

“Dan katakanlah: “Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap. Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.” (QS al-Isrâ’ [17]: 81)

Khalifah Ali bin Abi Thalib berkata, “Kebenaran yang tidak terorganisasi dengan baik, akan dikalahkan oleh kebatilan yang terorganisasi dengan rapi”. Pernyataan ini sungguh menarik. Karenanya, perlu mendapat perhatian dari kaum muslimin, sebagai kelompok umat yang mendapat amanah Allah untuk senantiasa menebarkan dan mempertahankan kebaikan, kedamaian, dan kebenaran di muka bumi ini dalam kehidupan umat manusia secara keseluruhan.

Read more

Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung; tetapi semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir tidak akan melaksanakannya (berat), lalu dipikullah amanat itu oleh manusia. Sungguh, manusia itu sangat dzalim dan sangat bodoh

(QS al-Ahzab [33]: 72)

Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna. Dengan segala potensi yang dimiliki manusia mampu menciptakan (baca: menghasilkan) berbagai macam teknologi modern. Dengan segala kemampuannya manusia mampu menembus ruang angkasa yang jauh di sana atas kekuasaan Allah Yang Maha Mulia sebagaimana dalam firman-Nya, “Hai jama’ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan (teknologi)”. (QS al-Rahmân [55]: 33).

Read more

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah…..”(QS. Ali’Imran [03]: 110 )

Muhammad Abdul Qadir dalam bukunya Amar Ma’ruf Nahi Munkar mengatakan bahwa makna ma’ruf menurut timbangan syari’at Islam adalah setiap i’tikad (keyakinan), perbuatan (‘amal), perkataan (qawl), atau isyarat yang telah diakui oleh al-Syâri’ Yang Maha Bijaksana dan diperintahkan sebagai bentuk kewajiban (wujȗb) maupun dorongan (nadb). Jadi, ma’ruf disini berarti al-khayr (kebaikan). Oleh karena itu, amar ma’ruf berarti perintah atau dorongan untuk menjalankan perkara-perkara yangma’rȗf (kebaikan), yang dituntut atau didorong oleh aqidah dan syariat Islam. Sebaliknya, yang dinamakan dengan munkar menurut timbangan syariat Islam adalah setiap i’tikad (keyakinan/keimanan), perbuatan (‘amal), ucapan (qawl) yang diingkari oleh al-Syâri’ Yang Mahabijaksana dan harus dijauhi.

Read more

“Maka adapun orang yang catatannya diberikan dari sebelah kanannya, maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah”. (QS. Al-Insyiqaq [84]: 7-8).

Jika kita amati secara mendalam, nampaknya Allah SWT. selalu mengirimkan hikmah dari i’tibar yang diperoleh dari bencana yang melanda dunia ini. Tak ubahnya perkataan yang pasti akan menggoreskan kesan (positif atau negatif) dihati pendengarnya. Begitupun dengan apa (musibah) yang Allah turunkan kepada manusia -sebagai bentuk kalam Tuhan yang bersifat teguran- tentu memiliki maksud dan tujuan yang terkadang kita merasa sulit atau bahkan kesulitan untuk memaknainya. Semestinya manusia menyadari hal itu lalu melakukan tindak lanjut (fedback) dari semua itu. Sekali lagi ini adalah keterbatasan manusia sebagai ciptaan tuhan (makhluk) yang memang sudah menjadi ketetapan sang pencipta (kholiq) untuk memahaminya.

Read more

Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.(Q.S. al-’Ashr [103]: 1-3)

Tatkala kita membaca surat al-Tîn akan kita dapati statemen Tuhan yang artinya “Sungguh telah Kami ciptakan manusia dalam sebaik-baik bentuk”.(QS al-Tîn [95]: 4) Firman tersebut menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk Allah yang paling sempurna di antara makhluk-makhluk lain. Hal lain yang menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk Tuhan paling sempurna adalah dalam realitanya manusia memunyai potensi yang tidak dimiliki oleh makhluk Tuhan yang lain. Manusia memiliki nafsu yang tidak dimiliki malaikat, manusia mempunyai akal yang tidak dimiliki hewan, manusia mempunyai wujud yang tidak dimiliki oleh jin dan manusia memunyai wujud yang rupawan yang tak pernah terpikirkan oleh manusia itu sendiri. Alangkah kreatifnya Allah SWT. Dia tidak pernah kehabisan ide untuk menciptakan wajah manusia, padahal jumlah manusia di atas muka bumi ini mulai dari Adam sampai manusia terakhir yang terlahir detik ini sudah tak terhitung lagi bahkan tidak satupun diantara manusia yang sidik jarinya berbeda.

Read more

“…Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran dan bertakwalah kamu kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.

(Q.S al-Maidah [05]: 2)

Fakta telah berbicara bahwa banyak pemuda muslim saat ini yang kerap-kali merayakan tahun baru Masehi dengan perayaan yang identik dengan maksiat, begadang semalam suntuk di pinggir pantai, foya-foya, mabuk-mabukan, bahkan tidak sedikit yang melakukan perbuatan zina. Seandainya ini terus kita biarkan, berarti kita telah membiarkan setan tertawa terbahak-bahak melihat anak Adam bermaksiat secara masal. Mengapa kita tidak mengisi hari-harinya dengan berzikir, membaca al-Qur’an, shalawatan, mengadakan pengajian, dan amal kebajikan lainnya yang sekiranya lebih bermanfaat untuk kita? Inilah problem sosial dan krisis iman yang banyak dihadapi pemuda-pemudi saat ini.

Read more