Sebagai seorang muslim tentu kita selalu berusaha meningkatkan kualitas dalam ketaatan dan ketakwaan kepada Allah. Salah satu upaya, yaitu menjaga hubungan baik dengan Sang Maha Pencipta yang disebut juga habluminallah. Selain menjaga hubungan baik dengan Allah,  kita juga berkewajiban menjaga hubungan sesama manusia yang disebut habluminannas.
Salah satu cara menjaga habluminallah yaitu dengan semakin meningkatkan nilai ibadah. Misalnya, berusaha semaksimal mungkin sholat fardhu di awal waktu, menunaikan zakat tepat waktu sesuai syariat, berupaha sungguh-sungguh melaksanakan ibadah haji. Selain itu juga berusaha menjalankan shalat sunat rawatib dengan lengkap. Dapat pula dengan melakukan berbagai puasa sunnah. Ada juga pilihan dengan memperbanyak waktu untuk dzikir kepada Allah, dalam 24 jam berapa waktu yang dipersembahkan untuk Allah? Tentu hal tersebut tidak serta merta dikerjakan secara bersamaan, namun dapat dikerjakan mulai sedikit demi sedikit, terus-menerus dan semoga menjadi kebiasaan semakin baik di waktu mendatang. Indikasi semakin terbiasa beribadah dengan baik, dapat dicek  ketika kita tidak mengerjakannya serasa belum lengkap ibadah kita hari ini.
Sedangkan habluminannas adalah hubungan sesama manusia yang dapat dilakukan dengan  selalu berusaha untuk menjaga hubungan baik sesama manusia. Berusaha untuk tidak menyakiti hati orang lain, tidak merugikan orang lain, menjaga perasaan orang lain. Harus sungguh-sungguh menjaga lisan, terus berusaha agar tidak ada yang terluka atau tersakiti.
Menjaga hubungan sesama manusia terutama muslim, ada 6 hak muslim terhadap muslim lainnya. Hal ini sebagai upaya menjaga  nilai habluminannas. Untuk itu marilah kita terapkan hak muslim kepada muslim lainnya, semata untuk kualitas hidup yang lebih baik.
Pertama, membalas salam
Apabila ada seorang muslim mengucap salam Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh yang artinya semoga Allah melimpahkan keselamatan, rahmat, dan keberkahan-Nya , kita yang mendengar wajib untuk menjawabnya dengan Wa’alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh yang artinya semoga keselamatan dan rahmat Allah serta keberkahannya terlimpah juga kepada kalian.
Kedua, memenuhi undangan 
Wajib bagi muslim untuk hadir memenuhi sebuah undangan. Jika kita berhalangan hadir, alangkah lebih baiknya kita beritahukan kepada pihak pengundang.
Ketiga, menasehati dalam hal kebajikan
Kadang-kadang kita merasa tidak enak ketika mengajak teman untuk segera shalat, untuk membaca Al Qur’an, untuk mengurangi konsumsi rokok padahal hal tersebut termasuk menasehati dalam kebajikan. Jadi memang seharusnya kita lakukan.
Keempat, mendoakan yang bersin
Jika teman kita ada yang bersin dan mengucap Alhamdulillah (Segala puji bagi Allah), yang mendengar wajib menjawab dengan Yarkamukallah (Semoga Allah mengasihimu). Dan dijawab lagi oleh yang bersin dengan Yahdikumullah (Semoga Allah memberi petunjuk kepadamu).
Kelima, menjenguk yang sakit
Hal ini sangat dianjurkan karena orang yang sedang sakit dan mendapat perhatian, maka akan menambah semangat untuk segera sehat kembali. Maka tidak heran jika di daerah pedesaan masih banyak yang melakukan “Tilikan bareng” atau menjenguk orang sakit bersama-sama dan dido’akan bersama dengan harapan dapat menambah semangat si sakit agar segera sehat kembali.
Adapun do’a menjenguk orang sakit sebagaimana tuntunan rasul adalah sebagi berikut :
Allahumma rabban naasi adzhibil ba’sa isyfihi wa antasy syaafi la syifaa-a illaa syifaa-uka syifaa-an la yughaadiru saqama.
Artinya :
“Ya Allah, Dzat yang dipertuhankan manusia, hilangkanlah rasa sakit dan anugerahkanlah kesembuhan padanya (yang sedang sakit), karena Engkau adalah Dzat Yang Maha Menyembuhkan.
Keeanam, melayat jenazah
Menjadi kewajiban kita apabila salah seorang muslim meninggal maka kita harus : Memandikan, mengkafani, mensholatkan dan menguburkan.

Pemenuhan hak-hak sesama muslim menjadi salah satu upaya dalam menjalin persaudaraan yang indah dan menjaga ukhuwah Islamiyah. Mari sebagai muslim yang baik, seharusnyalah kita selalu berusaha meningkatkan nilai ibadah di hadapan Allah dan meningkatkan hubungan sesama dengan sebaik- baiknya

Penulis: Siti Komariah, Tendik FIAI UII

Perkembangan teknologi yang semakin pesat, memiliki dampak positif dan negatif. Bahkan ada yang membuat makin kawatir. Salah satu contohnya, hanya dengan genggaman tangan atau smartphone, semua informasi dari dalam maupun luar negeri, dengan berbagai macam jenis informasi dapat di akses oleh anak-anak hingga dewasa, baik itu konte positif maupun negatif. Konten negatif bisa saja mempengaruhi perilaku dan cara pandang seseorang, terutama anak dan remaja.

Teknologi itu prinsipnya jika diperlakukan untuk kebaikan, maka akan berdaya guna, namun apabila dimanfaatkan untuk keburukan, akan berikan kerugian  baik secara material maupun immaterial. Sebagai contoh, secara material, teknologi memberikan kemudahan untuk menjangkau pasar atau konsumen, misalnya dengan memanfaatkan platform belanja online seperti shopee untuk menjual produk. Sedangkan, manfaat teknologi secara immaterial salah satunya memberikan kemudahan dalam mendapatkan informasi, pengetahuan. Namun, adanya teknologi, apabila tidak dimanfaatkan secara baik, juga dapat membawa kemudharatan bagi manusia.

Remaja adalah kelompok usia yang rentan terhadap pengaruh teknologi. Pada tahap ini, mereka sedang dalam proses mencari jati diri dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Masa remaja merupakan fase peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Fase transisi ini sering kali menghadapkan individu pada situasi yang berubah-ubah, di mana di satu sisi mereka masih bersikap seperti anak-anak, namun di sisi lain, mereka diharapkan bertindak seperti orang dewasa. Konflik semacam ini bisa memunculkan perilaku yang aneh, canggung, dan jika tidak dikendalikan, dapat mengarah pada kenakalan remaja. (Rulmuzu, 2021). Kemudahan dalam mengakses segala informasi dan rasa keingintahuan yang tinggi pada remaja, apabila tidak dikontrol, mereka dapat mengakses konten yang tidak sesuai dengan usianya dan mengarah pada budaya barat. Contohnya, konten pornografi, kriminalisme, judge, kekerasan. Kebebasan tersebut, menimbulkan terjadinya kasus-kasus degradasi moral pada kalangan remaja, seperti tawuran, penggunaan narkoba, pergaulan bebas, bullying, hingga kriminalisme.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) makna kata degradasi berarti kemunduran, kemerosotan, penurunan. Degradasi moral adalah penurunan akhlak atau budi pekerti seseorang. Degradasi moral dapat terjadi pada semua kalangan usia, namun usia yang paling rentan adalah remaja, dikarenakan mereka sedang berada pada masa peralihan mencari identitas diri. Belakangan ini, kita dikejutkan dengan kasus pembunuhan seorang siswi SMP di Mojokerto oleh teman sekelasnya, yang juga mengalami pemerkosaan setelah meninggal. (www.kompasiana.com). Siswi tersebut dibunuh oleh temannya dengan motif dendam, karena selalu ditagih membayar iuran kelas Rp 5.000. Setelah dibunuh dengan cara dicekik, teman pelaku yang ikut melancarkan aksinya, memperkosa korban yang sudah meninggal. Perilaku tersebut sudah sangat jauh dari nilai-nilai pancasila dan ajaran agama Islam.

Masa muda dalam Al Quran digambarkan sebagai fase yang memiliki fisik yang kuat dan tangguh, dibandingkan dengan fase-fase sebelum dan sesudahnya. Hal tersebut dijelaskan dalam Q.S Ar-Rum ayat 54: yang artinya “Allah-lah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dan Dia Maha Mengetahui, Maha Kuasa”.

Peran anak muda dalam sejarah Islam yang sangat luar biasa digambarkan oleh sosok Muhammad al-Fatih. Muhammad al-Fatih adalah seorang sultan Kerajaan Utsmani. Beliau dengan umur yang masih belia yaitu 23 tahun, berhasil menaklukkan Kekaisaran Romawi Timur yang telah berkuasa selama 11 abad..

Peran keluarga dan lembaga pendidikan sangat krusial dalam mencegah penurunan moral pada remaja. Keluarga berfungsi sebagai fondasi awal dalam membentuk karakter dan nilai-nilai remaja. Dengan memberikan dukungan emosional, pendidikan, dan pengawasan yang memadai, keluarga dapat membimbing remaja dalam menghadapi berbagai masalah dan tantangan sehari-hari. Selain itu, sekolah juga memiliki peran penting dalam membentuk moral remaja. Program rehabilitasi, pelatihan keterampilan, mentoring, dan kegiatan komunitas di sekolah dapat membantu remaja membuat pilihan yang positif. Melalui kerjasama antara keluarga, sekolah, dan lingkungan, masa depan remaja dapat dibentuk menjadi lebih stabil, memiliki pola pikir positif, dan penuh potensi.(Bobyanti, 2023).

Degradasi moral akan terjadi pada kondisi ketika semua nasihat agama, nasihat orangtua tidak bisa lagi merasuk pada pikiran dan hati remaja, namun konten digital yang buruk menjadi ide untuk ditiru, jadi panutan meski itu sebenarnya tidak sesuai ajaran agama.

Penulis: Desi Rahmawati, Tendik FIAI UII

Ibu merupakan pendidik paling penting dalam memperkuat integritas anak. Oleh karena itu, para ibu harus memberikan contoh yang terbaik kepada anaknya, karena itu sumber pembelajaran nyata. Ketika orang tua  memberikan contoh yang baik, seringkali anak menirunya. Sebaliknya, jika seorang ibu memberikan contoh yang buruk, maka karakter anak pun akan terdorong untuk menjadi buruk. Menanamkan nilai positif pada anak hendaknya dimulai sejak dini. Perkembangan kepribadian anak lebih efektif terjadi pada usia dini. Namun ketika anak sudah besar  akan  makin sulit untuk membentuk kebiasaan yang baik. Ibu juga harus mendorong pembelajaran anak dengan mendidiknya melalui cerita positif penuh ketauladanan. Cara ini memungkinkan Ibu menyampaikan nilai-nilai keagamaan, seperti menceritakan kisah para nabi, dengan cara yang memberikan dampak positif bagi jiwa anak. Pengaruh hiburan terhadap ketegangan hidup juga harus disesuaikan dengan usia anak dan tidak boleh menyimpang dari nilai-nilai Islam. Semua cara tersebut mempunyai dampak yang sangat besar terhadap perkembangan kekuatan terpendam anak, baik pada ranah fisik, emosional, maupun kognitif.

Anak adalah individu yang dapat diandalkan oleh orang tuanya, dan tanggung jawab utama orang tua adalah mendidik mereka. Pendidikan anak adalah hal yang sangat penting dan menjadi prioritas utama. Dalam pandangan Islam, hak anak atas pendidikan sangat terkait dengan tanggung jawab orang tua. Seorang ibu harus memastikan mereka tidak mengabaikan pengasuhan dan pendidikan anak, karena itu bagian dari amanah yang dititipkan oleh Allah, maka  pendidikan yang baik adalah bagian dari melaksanakan menuntaskan amanah. Sebaliknya, mengabaikan hak anak adalah bentuk pengkhianatan terhadap amanah Allah  (Q.S An-Nisa: 58). Anak-anak merupakan generasi penerus bangsa, dan anak yang sehat adalah mereka yang tumbuh dan berkembang dengan baik untuk menjadi sumber daya manusia yang berkualitas di masa depan. Upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia harus dimulai sejak awal kehidupan dan diteruskan hingga usia dini, karena masa ini adalah periode kritis yang menentukan tumbuh kembang anak.

Perkembangan generasi muda sebaiknya dimulai sejak usia dini, yaitu saat mereka masih menjadi bagian dari keluarga. Apapun itu, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat dan lingkungan pertama yang terpenting dalam konteks pendidikan akhlak moral anak. Pendidikan keluarga adalah pondasi untuk perkembangan intelektual dan pertumbuhan menuju dewasa. Pendidikan anak dimulai di rumah sebelum mereka melanjutkan ke tempat pendidikan lainnya.

Perlindungan seorang ibu terhadap anaknya pasti akan membantu tumbuh kembang anaknya kelak. Selain perlindungan dari ibu, tentu anak juga butuh perhatian, kasih sayang dan semua bimbingan yang diperlukan. Anak merupakan amanah yang dititipkan Allah kepada orang tua, untuk merawat, membimbing, dan mendidik mereka semaksimal mungkin hingga meraih akherat yang baik. Harapannya anak berbakti kepada orangtua dan mendoakan kebaikan orangtuanya meski telah tiada.

Memperkuat keimanan anak lewat pendidikan dan nasehat sejak dini bukan berarti ibu menanamkan berbagai ketakutan, melainkan agar anak merasa terlindungi dan belajar mencintai Allah dan Rasul-Nya. Para ibu melakukan ini untuk melindungi anak-anak mereka dari segala bahaya yang mengancam kehidupan dunia dan akhirat.

Para ibu diharapkan memberikan pengetahuan tentang keyakinan agama dalam membesarkan anak untuk menjadi pedoman hidup mereka, serta mengajarkan bahwa kehidupan tidak hanya ada di dunia saja, namun juga di akhirat (setelah kematian). Para ibu juga hendaknya menyampaikan kepada anak-anaknya bahwa hidup untuk beribadah merupakan wujud ketaatan hamba kepada Tuhan juga wujud rasa syukur atas keberadaannya di dunia ini.  Untuk pentingnya terus menerus anak belajar prinsip-prinsip Islam dalam keluarga.

 

Ibu juga harus bisa menjadi teladan yang baik bagi anak-anaknya, karena keteladanan ibu adalah landasan dan pintu pertama. Pada dasarnya setiap manusia dilahirkan dengan potensi untuk mempunyai kepribadian yang sesuai dengan fitrah ciptaan manusia. Namun, di kemudian hari diperlukan proses pengembangan kepribadian yang panjang melalui pengasuhan dan pendidikan anak hingga dewasa. Oleh karena itu, pendidikan karakter sebagai upaya aktif untuk menanamkan kebiasaan baik harus terus menerus ditanamkan agar terbiasa melakukan kebaikan sejak masa kanak-kanak.

Anak yang mulai memahami sesuatu dan menjadi penasaran (pada masa remaja) akan banyak bertanya. Hal itu dilakukan untuk membuka emosi-emosi kecil agar bisa mengetahui kehidupan yang lebih besar. Anak yang banyak bertanya sebaiknya dijawab sesuai usianya. Ibu sebaiknya tidak memarahi atau melarang anak jika terlalu banyak bertanya. Ketika anak mengajukan pertanyaan, sebaiknya ibu menjawab dengan jelas, memberikan contoh praktis, sehingga anak menerima dan memahaminya dengan tegas dan pikiran jernih. Anak-anak umumnya memiliki tingkat keingintahuan yang besar. Kita perlu mengajari anak-anak kita untuk bersiap menghadapi situasi apa pun yang harus mereka lalui. Para ibu diharapkan dapat menjadi motivator dan penyemangat dalam hidup, tegar serta kuat, serta membantu anak-anaknya untuk menghadapi hidup dan segala hal, rintangan serta tantangan dengan lebih berani.

Peran ibu dalam pendidikan anak usia dini sangat beragam dan memerlukan pendekatan yang berbeda-beda untuk mengembangkan kepribadian anak. Pendidikan karakter harus dilakukan melalui contoh nyata dalam pengamalan akhlak mulia dan pengenalan kepada Tuhan sejak dini. Ibu diharapkan membesarkan anak dengan penuh tanggung jawab dan disiplin, karena tanggung jawab merupakan aspek penting dalam perkembangan kepribadian anak. Para ibu perlu mempelajari akhlak mulia, shalat, puasa, mengaji, serta kisah-kisah para nabi dan ulama dari Al-Quran dan Hadits, termasuk pentingnya memberi, bersikap baik terhadap orang lain, tanggung jawab, dan kedisiplinan untuk membangun ukhuwah islamiyah. Berbagai metode dapat diterapkan untuk memastikan keberhasilan pendidikan karakter. Peran ibu sangat vital dalam memberikan perhatian dan kasih sayang, karena menjaga hubungan yang baik bagi sesama manusia adalah kunci dalam perkembangan anak. Sebagai pendidik utama dan yang pertama, ibu harus selalu memperhatikan prinsip-prinsip pendidikan Islam seperti ketakwaan, sopan santun, kejujuran, tanggung jawab, dan ketajaman dalam pendidikan Islam.

Penulis: Aniek Sulistiyo Soeparlan, Tendik FIAI UII

Tidak semua orang bisa memaknai proses spiritual ketika mendaki gunung. Namun yang bisa menangkap perjuangan hingga ke puncak gunung, akan menjadikan itu sebagai pengalaman mendalam. Mengenal ciptaan Allah berbagai bentuk. Mungkin seakan remeh bagi sebagian orang, tapi tidak bagi pelaku pendaki gunung. Semua akan bernilai, yang awalnya kegiatan mendaki ini hanya untuk melepas penat karena kesibukan saat bekerja. Nyatanya justru memberikan nilai tambah berupa tingginya rasa syukur. Ya, tadabbur alam.

 Tadabbur berasal dari bahasa Arab dari kata “dabbara” yang berarti belakang. Tadabbur bisa diartikan memikirkan, merenungkan, atau memperhatikan sesuatu di belakang atau di balik yang terlihat. Sehingga dapat dimaknai proses merenungkan sesuatu di balik keberadaan alam ini. Memperhatikan ciptaan Allah nan agung, merenung penciptaan langit, terbentuknya bintang, proses adanya gunung, dan sebagainya yang kesemuanya mustahil manusia bisa menciptakannya. Tingginya rasa syukur akan menimbulkan kebaikan-kebaikan dalam diri manusia.

Pernah mengasah daya juang dengan mendaki beberapa gunung bersama beberapa teman,  Gunung Arjuno dengan ketinggian 3.339 mdpl, Gunung Welirang 3.156 mdpl yang berlokasi di Jawa Timur. Persiapan menuju keberanian pendakian menjadi hal yang harus dipertimbangkan saat seseorang sudah berkomitmen untuk mendaki. Mulai dari mencari informasi jalur transportasi dari tempat tinggal menuju basecamp gunung, mencari informasi tentang jalur pendakian, pertimbangan waktu tempuh, medan, cuaca, manajemen logistik dan kelengkapan perlengkapan hingga memahami unsur budaya setempat sebagai rasa hormat terhadap wilayah yang akan dikunjungi dikarenakan. Akhirnya melihatkan doa, memohon kelancaran dalam perjalanan dan pendakian. Melupakan beban pekerjaan, bisa lebih fokus mengenal Allah dan ciptaanNYA. Ada juga, sebagian  besar gunung di Indonesia dianggap sebagai wilayah suci dan sakral dalam pemahaman masyarakat lokal, ini menjadi pelajaran memilah mana itu ajaran agama dan mana ajaran adat istiadaat setempat.

 Adapun kesan spiritual yang yang didapat salah satunya saat mendaki gunung yaitu perasaan nikmat dan tenang, terutama saat sayup angin menjelang Subuh hingga menunggu matahari berangkat dari ufuk timur. Firman Allah Q.S Al Furqan [25]: 61 menyebutkan Mahasuci Allah yang menjadikan di langit gugusan bintang-bintang dan Dia juga menjadikan padanya matahari dan bulan yang bersinar. Dengan berdzikir dan melihat kebesaran Allah SWT sampai di puncak kedua gunung tersebut. Q.S An-Naml [27] : 88 menyebutkan Dan engkau melihat gunung-gunung yang engkau kira tetap di tempatnya, padahal ia berjalan (seperti) awan berjalan. (Itulah) ciptaan Allah yang mencipta dengan sempurna segala sesuatu. Sungguh, Dia Mahateliti apa yang kamu kerjakan. Mendaki gunung akan bisa membuktikan firman Allah di atas. Fenomena alam. Beribadah di alam. Memang beribadah pun tidak dilupakan dalam proses pendakian, termasuk bagaimana harus tayamum saat jauh dari sumber air. Semua kondisi dalam situasi alam yang menantang. Setiap waktu shalat menjadi lebih takjub dengan rasa syukur diberi nikmat sehat, nikmat iman, nikmat bersama  teman.

Meskipun telah berupaya dalam persiapan mendaki yang sudah dirasa matang, pendakipun tidak akan mengetahui apa yang akan terjadi saat perjalanan menuju puncak gunung di sinilah peran doa memohon kemudahan dari Allah. Maka yang bisa dilakukan hanyalah bergantung pada kehendak Allah SWT berharap bisa kembali dalam kondisi selamat dan sehat sampai rumah. Dalam diri kami bertawakkal. Ada yang jelas nampak dari perjalanan menelusuri gunung dengan kondisi fisik dan mental yang terus diasah. Pendakian akan memperliatkan karakter setiap pendaki, makin  terlihat seberapa kuat ego, sosial, interaksi antar pendaki berbagai kondisi. Di saat itulah secara tidak sadar seseorang akan diuji bagaimana dia membina hubungan baik, kerjasama, mufakat, kesabaran dan solidaritas meski lelah, penat atau dalam situasi panik. Dengan saling terbuka bercerita tanpa handphone dan bekerjasama sesama pendaki yang mungkin sebelumnya tidak dikenal, maka setelah usai pendakian akan terjalin silaturrahim yang baik. Tidak peduli dari mana asal usul, agama atau gaya hidup sekalipun.

Saat melewati jalan setapak nan sepi jauh dari bising perkotaan sembari melihat berbagai macam tumbuhan, dapat merasakan kedekatan dengan alam sehingga memberi kesadaran untuk menjaga kelestarian lingkungan dengan tidak merusak alam. Perjalanan berhari-hari  melibatkan alam dan Allah, jauh dari rumah dan kantor  memberi suasana berbeda tentang ciptaan Allah. Juga rasa rindu yang berat pada sosok keluarga saat proses turun gunung menjadikan semangat syukur makin kuat. Keseharian yang dijalani berkumpul dengan keluarga, sahabat, bekerja mencari nafkah terisi dengan hikmah di setiap jejak kaki melangkah sampai menikmati matahari di puncak kebanggaan setiap pendaki.

Di luar lingkup berbagai macam olahraga, hobi, penelitian tentang ilmu, kegiatan mendaki gunung dapat memberi pelajaran pada kita tentang pencipta seluruh alam, Illahi Rabbi. Seperti tujuan Allah menciptakan gunung seperti dalam firman Allah, “Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan, agar kamu dapat pergi kian kemari di jalan-jalan yang luas.” (Q.S Nuh [71] : 19-20).
Penulis : Ary Purnama, Tendik FIAI UII

Hidup di dunia ini penuh dengan tantangan, ujian, dan cobaan yang kadang membuat hati kita gelisah, kecewa, atau bahkan putus asa. Namun, di balik segala kesulitan itu, ada satu hal yang selalu bisa kita kendalikan dan jaga, yaitu hati kita. Hati adalah pusat dari segala perasaan dan emosi. Ketika hati tenang dan damai, maka kehidupan pun akan terasa lebih indah, dan sebaliknya, jika hati kita dipenuhi dengan kegelisahan dan ketidakpuasan, maka seberapapun nikmat yang kita rasakan tidak akan pernah cukup.

Menjaga Hati dalam Kehidupan Sehari-hari

Menjaga hati adalah salah satu aspek penting dalam menjalani kehidupan yang bahagia dan penuh makna. Hati yang dijaga dengan baik akan membawa ketenangan, kebahagiaan, dan kebijaksanaan dalam setiap langkah kita. Namun, bagaimana cara menjaga hati agar tetap bersih dan sehat?

  • Berserah Diri kepada Allah SWT

Salah satu cara utama untuk menjaga hati adalah dengan berserah diri kepada Allah SWT. Ketika kita menyadari bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidup ini adalah bagian dari rencana-Nya, kita akan lebih mudah menerima segala keadaan dengan lapang dada. Keyakinan bahwa Allah selalu memberikan yang terbaik bagi hamba-Nya akan membantu kita untuk tidak mudah tergoyahkan oleh cobaan dan ujian yang datang.

  • Memaafkan dan Menghindari Dendam

Dendam dan kebencian adalah racun bagi hati. Ketika kita menyimpan dendam terhadap orang lain, hati kita akan selalu diliputi oleh perasaan negatif yang merusak ketenangan batin. Sebaliknya, dengan memaafkan orang lain, kita membersihkan hati dari racun tersebut dan membuka ruang bagi kedamaian dan kasih sayang. Rasulullah SAW mengajarkan kita untuk selalu memaafkan kesalahan orang lain dan menjadikan pemaafan sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari.

  • Berzikir dan Mengingat Allah SWT

Zikir adalah salah satu cara untuk menjaga hati tetap terhubung dengan Allah SWT. Dengan mengingat Allah, hati kita akan senantiasa merasa dekat dengan-Nya dan mendapatkan ketenangan. Zikir juga membantu kita untuk selalu bersyukur atas segala nikmat yang diberikan oleh Allah, baik yang besar maupun yang kecil. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman, “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28). Zikir yang dilakukan dengan ikhlas dan khusyuk akan menenangkan hati dan mendekatkan diri kita kepada Sang Pencipta.

  • Menjaga Pergaulan

Pergaulan yang baik sangat berpengaruh dalam menjaga hati kita. Bergaul dengan orang-orang yang baik dan sholeh akan membantu kita untuk selalu berada dalam kebaikan. Sebaliknya, pergaulan yang buruk akan membawa kita kepada perbuatan yang tidak diridhai oleh Allah SWT. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memilih lingkungan pergaulan yang dapat mendukung kita dalam menjaga hati dan meningkatkan keimanan.

 

Bersyukur: Kunci Kebahagiaan yang Sebenarnya

Selain menjaga hati, bersyukur juga merupakan kunci kebahagiaan dalam hidup. Ketika kita bersyukur, kita mengakui bahwa segala sesuatu yang kita miliki, baik itu kesehatan, keluarga, rezeki, atau kebahagiaan, adalah anugerah dari Allah SWT. Rasa syukur ini akan membuka pintu-pintu rezeki dan keberkahan yang lebih besar dalam hidup kita.

  • Mengakui Kebaikan Allah SWT

Bersyukur berarti mengakui dan menghargai kebaikan Allah SWT yang telah diberikan kepada kita. Ketika kita sadar bahwa semua yang kita miliki adalah pemberian-Nya, hati kita akan dipenuhi dengan rasa terima kasih dan kebahagiaan. Allah SWT berfirman, *“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih’.” (QS. Ibrahim: 7).

 

  • Bersyukur dalam Setiap Keadaan

Rasa syukur bukan hanya diucapkan saat kita mendapatkan nikmat yang besar, tetapi juga dalam setiap keadaan, baik itu dalam kesenangan maupun kesulitan. Ketika kita mampu bersyukur dalam kesulitan, kita akan menemukan kekuatan untuk menghadapi cobaan tersebut dengan sabar dan tawakal. Sebaliknya, jika kita hanya bersyukur ketika mendapatkan nikmat, maka kita akan mudah merasa kecewa ketika menghadapi kesulitan.

 

  • Membiasakan Diri untuk Bersyukur

Rasa syukur perlu dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari. Mulailah dengan hal-hal kecil, seperti bersyukur ketika bangun tidur, bersyukur atas makanan yang kita makan, atau bersyukur atas kesehatan yang kita miliki. Dengan membiasakan diri untuk bersyukur, kita akan merasakan kebahagiaan yang lebih dalam setiap aspek kehidupan.

 

  • Menunjukkan Rasa Syukur dengan Perbuatan

Selain diucapkan, rasa syukur juga harus ditunjukkan melalui perbuatan. Salah satu cara untuk menunjukkan rasa syukur adalah dengan berbagi kepada sesama, terutama kepada mereka yang membutuhkan. Dengan berbagi, kita tidak hanya menunjukkan rasa syukur kita kepada Allah, tetapi juga membantu orang lain untuk merasakan nikmat yang sama. Rasulullah SAW bersabda, “Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah.” (HR. Bukhari dan Muslim). Ini mengajarkan kita untuk selalu menjadi orang yang memberi, bukan hanya menerima.

Menjaga hati dan bersyukur adalah dua hal yang saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan dalam menjalani kehidupan yang bahagia dan bermakna. Dengan menjaga hati, kita menciptakan ruang untuk kedamaian dan ketenangan batin, sementara dengan bersyukur, kita membuka pintu-pintu rezeki dan keberkahan dalam hidup. Keduanya adalah kunci utama untuk mencapai kebahagiaan sejati, yang tidak hanya bersifat sementara, tetapi abadi hingga akhirat nanti. Mari kita jaga hati kita dari segala macam penyakit hati dan biasakan diri untuk selalu bersyukur atas setiap nikmat yang diberikan oleh Allah SWT, agar kita dapat meraih kebahagiaan yang hakiki dalam hidup ini.

Penulis: Solihin, Tendik FIAI UII

Begitu Tim Sepakbola Nasional Indonesia U-19 menjuarai Piala AFF U-19 2024, Sang Komandan Pelatih Indra Syafri langsung melakukan sujud syukur. Begitu juga diikuti oleh beberapa pemain mengikuti pelatihnya, sujud syukur. Kondisi dilihat oleh jutaan pemirsa TV dan streaming online, tentunya juga ribuan penonton di lapangan sepakbola. Ini sudah bagian dari syiar agama dalam kegiatan sepakbola.

Semangat menerapkan perintah dalam ajaran agama, juga menerapkan nilai-nilai spiritual dalam sepakbola seperti yang dicontohkan tim nasional  sepakbola akan mampu mempengaruhi banyak orang termasuk anak-anak dan remaja. Akan berbeda dengan pola merayakan kemenangan di luar negeri yang berteriak-teriak, minuman keras dan tarian seksi oleh penonton.

Syiar dan dakwah melalui kegiatan sepakbola, juga diamini oleh Gus Baha yang bernama asli Kyai Haji Bahauddin Nursalim dari Rembang. Gus Baha ungkapkan dalam instagramnya.

“Orang di Inggris, kenal Islam lewat Mohammad Salah, pemain bola, karena mereka tidak mengamati kiai yang diamati itu pemain bola. Dulu tuh, pemain muslim mau sholat susah mau puasa susah. Terus mereka minta hak puasa kalau bulan puasa. Tapi menjadi mudah di luar perkiraan. Sekarang dibikin gampang, Manchester City dibeli orang islam, Sulaiman Al Fahim. Akhirnya malah ada masjid. Pelatihnya kalau ada pemain yang puasa monggo-monggo ndereaken (silakan). Kalau tidak boleh nanti bisa dipecat. Mau apa coba,”

Kemenangan dalam  pertandingan sepakbola, semuanya datang karena Allah. Sehingga setiap pemain sepakbola muslim, tidak  merasa kemenangannya hanya karena dirinya. Kemenangan dalam kejuaraan sepakbola patut disyukuri sebagai ungkapan syukur dan ingatan kepada Allah, sebagaimana firman Allah  dalam surat Al-Baqarah ayat 122 yang artinya,

“Ingatlah nikmat yang telah Aku berikan kepadamu.”

Harapannya syiar dan dakwah juga terus digencarkan untuk berbagai cabang olahraga. Di Kampus UII Yogyakarta, dalam acara pertandingan Milad ke-81 tahun 2024, dilakukan doa bersama sebelum bertanding, ucap syukur dan sujud syukur saat beberapa pemain memenangkan pertandingan cabang olahraga, juga menjadi contoh bagi banyak pihak termasuk mahasiswa.

Lebih dalam berkenaan dalil sujud syukur, Rasulullah pernah mencontohkan secara langsung.

عَنْ أَبِى بَكْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- أَنَّهُ كَانَ إِذَا جَاءَهُ أَمْرُ سُرُورٍ أَوْ بُشِّرَ بِهِ خَرَّ سَاجِدًا شَاكِرًا لِلَّهِ.

“Dari Abu Bakroh, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu ketika beliau mendapati hal yang menggembirakan atau dikabarkan berita gembira, beliau tersungkur untuk sujud pada Allah Ta’ala.” (HR Abu Dawud nomor 2774. Syekh Al Albani mengatakan hadits ini shahih)

Jika Rasulullah sudah mencontohkan sujud syukur, maka sepantasnyalah umat Islam menerapkan di berbagai kepentingan, dan kondisi yang menggembirakan.  Sehingga tawuran antar supporter olahraga, perkelahian di lapangan sepakbola bisa dikurangi karena pengaruh positif dari penerapan nilai-nilai keagamaan yang dicontohkan Rasulullah.

Syiar dan dakwah tidak harus selamanya dilaksanakan di masjid, gedung megah tapi juga perlu diterapkan di berbagai aktivitas. Sehingga mengajak kebaikan di berbagai kegiatan itu bagian yang harus dilakukan umat muslim.

Sehingga apa yang dilakukan oleh pemain sepakbola, juga dalam olah raga lain yang melibatkan nilai-nilai agama, dapat digolongkan dalam upaya menunjukkan kebaikan dan mengajak pada kebaikan. Kebaikan itu antara lain sujud syukur, mengajak sholat berjamaah para pemain sepakbola dan ajakan mengingat Allah dalam setiap kegiatan olahraga.  Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah,

Diriwayatkan dari Abi Mas’ud al-Anshari, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barang siapa yang menunjukkan kebaikan, maka ia mendapatkan pahala sepadan dengan orang yang melakukannya.” (HR Abu Dawud)

Berbagai pihak bisa memulai kebaikan sesuai profesi dan kegiatan baiknya. Semua dimulai dari hal kecil hingga kebaikan menjadi kebiasaan.

Penulis: Mochammad Rizal Nasrullah

Sebagai seorang muslim tentu kita selalu berusaha meningkatkan kualitas dalam ketaatan dan ketakwaan kepada Allah. Salah satu upaya, yaitu menjaga hubungan baik dengan Sang Maha Pencipta yang disebut juga habluminallah. Selain menjaga hubungan baik dengan Allah,  kita juga berkewajiban menjaga hubungan sesama manusia yang disebut habluminannas.

Salah satu cara menjaga habluminallah yaitu dengan semakin meningkatkan nilai ibadah. Misalnya, berusaha semaksimal mungkin sholat fardhu di awal waktu, menunaikan zakat tepat waktu sesuai syariat, berupaha sungguh-sungguh melaksanakan ibadah haji. Selain itu juga berusaha menjalankan shalat sunat rawatib dengan lengkap. Dapat pula dengan melakukan berbagai puasa sunnah dan lain sebagainya. Tentu hal tersebut tidak serta merta dikerjakan secara bersamaan, namun dapat dikerjakan mulai sedikit demi sedikit, terus menerus dan semoga menjadi kebiasaan semakin baik. Indikasi semakin terbiasa beribadah dengan baik, dapat dicek   ketika kita tidak mengerjakannya serasa belum lengkap ibadah kita hari ini.

Sedangkan habluminannas adalah hubungan sesama manusia yang dapat dilakukan dengan  selalu berusaha untuk menjaga hubungan baik sesama manusia. Berusaha untuk tidak menyakiti hati orang lain, tidak merugikan orang lain, menjaga perasaan orang lain. Harus sungguh-sungguh menjaga lisan, terus berusaha agar tidak ada yang terluka atau tersakiti.

Menjaga hubungan sesama manusia terutama muslim, ada 6 hak muslim terhadap muslim lainnya. Hal ini sebagai upaya menjaga  nilai habluminannas. Untuk itu marilah kita terapkan hak muslim kepada muslim lainnya, semata untuk kualitas hidup yang lebih baik.

Pertama, membalas salam
Apabila ada seorang muslim mengucap salam Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh yang artinya semoga Allah melimpahkan keselamatan, rahmat, dan keberkahan-Nya , kita yang mendengar wajib untuk menjawabnya dengan Wa’alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh yang artinya semoga keselamatan dan rahmat Allah serta keberkahannya terlimpah juga kepada kalian.

Kedua, memenuhi undangan
Wajib bagi muslim untuk hadir memenuhi sebuah undangan. Jika kita berhalangan hadir, alangkah lebih baiknya kita beritahukan kepada pihak pengundang.

Ketiga, menasihati dalam hal kebajikan
Kadang-kadang kita merasa tidak enak ketika mengajak teman untuk segera shalat, untuk membaca Al Qur’an, untuk mengurangi konsumsi rokok padahal hal tersebut termasuk menasehati dalam kebajikan. Jadi memang seharusnya kita lakukan.

Keempat, mendoakan yang bersin
Jika teman kita ada yang bersin dan mengucap Alhamdulillah (Segala puji bagi Allah), yang mendengar wajib menjawab dengan Yarkamukallah (Semoga Allah mengasihimu). Dan dijawab lagi oleh yang bersin dengan Yahdikumullah (Semoga Allah memberi petunjuk kepadamu).

Kelima Menjenguk yang sakit
Hal ini sangat dianjurkan karena orang yang sedang sakit dan mendapat perhatian, maka akan menambah semangat untuk segera sehat kembali. Maka tidak heran jika di daerah pedesaan masih banyak yang melakukan “Tilikan bareng” atau menjenguk orang sakit bersama-sama dan dido’akan bersama dengan harapan dapat menambah semangat si sakit agar segera sehat kembali.

Adapun do’a menjenguk orang sakit sebagaimana tuntunan rasul adalah sebagi berikut :
Allahumma rabban naasi adzhibil ba’sa isyfihi wa antasy syaafi la syifaa-a illaa syifaa-uka syifaa-an la yughaadiru saqama.

Artinya :
“Ya Allah, Dzat yang dipertuhankan manusia, hilangkanlah rasa sakit dan anugerahkanlah kesembuhan padanya (yang sedang sakit), karena Engkau adalah Dzat Yang Maha Menyembuhkan. 

Keeanam melayat jenazah
Menjadi kewajiban kita apabila salah seorang muslim meninggal maka kita harus :
Memandikan, mengkafani, mensholatkan dan menguburkan.

Pemenuhan hak-hak sesama muslim menjadi salah satu upaya dalam menjalin persaudaraan yang indah dan menjaga ukhuwah Islamiyah. Mari sebagai muslim yang baik, seharusnyalah kita selalu berusaha meningkatkan nilai ibadah di hadapan Allah dan meningkatkan hubungan sesama dengan sebaik- baiknya

Penulis: Siti Komariyah

Rujukan: detikhikmah

Hakikat seorang muslim adalah percaya bahwa Allah akan selalu memberikan petunjuk. Menjalani hidup dengan keyakinan bahwa Allah adalah Al-Aziz, dzat Yang Maha Perkasa, pasti membantu hambaNya. Serta yakin, Allah senantiasa membersamai kita akan memberikan rasa tenang dalam menjalani kehidupan.

Tentu sebagai makhluk, manusia tidak lepas dari berbagai kondisi perasaan yang berubah-ubah. Perasaan senang jika mendapatkan yang diinginkan, perasaan sedih dan kecewa saat mendapatkan yang tidak sesuai harapan atau perasaan gelisah atas sesuatu yang belum terjadi. Perlunya merujuk Firman Allah dalam Surat At-Taubah ayat 40 yang artinya “Jika kamu tidak menolongnya (Muhammad), sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir mengusirnya (dari Mekah); sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, ketika itu dia berkata kepada sahabatnya, ‘Jangan engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.’ Maka Allah menurunkan ketenangan kepadanya (Muhammad) dan membantu dengan bala tentara (malaikat-malaikat) yang tidak terlihat olehmu, dan Dia menjadikan seruan orang-orang kafir itu rendah. Dan firman Allah itulah yang tinggi. Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.”

Penggalan kalimat pada Surat At-Taubah ayat 40 “la tahzan innallaha ma’na” adalah penghiburan bagi seorang muslim, sekaligus pengingat bahwa Allah senantiasa membersamai hambanya dalam keadaan suka maupun duka.
Kesedihan atas cobaan yang dihadapi di dunia bersifat sementara, maka percaya bahwa Allah akan memberikan pertolongan adalah bentuk keyakinan untuk terus bersabar di jalan yang telah Allah tentukan. Berserah diri atau tawakal adalah mempercayai bahwa segala yang terjadi merupakan rencana terbaik Allah untuk hambaNya. Kesabaran tidak hanya menahan diri dari keluh kesah, tapi meyakini bahwa setiap hal yang terjadi memiliki hikmah. Tidak perlu marah, tidak perlu mempertanyakan kehendak Allah, fokus pada usaha untuk mengambil hikmah di setiap ujian yang dihadapi. Sabar juga berupa tindakan tidak menyerah pada keputusasaan. Tidak berlarut-larut dalam kesedihan karena dalam jalan sabar, Allah akan memberikan jalan keluar. Dalam sabar, Allah juga memberikan pahala yang besar. Sabar dalam kesedihan adalah cara merasakan kasih sayang Allah atas ketentuan terbaikNya. Menjaga ketataan dalam kesabaran, dengan menjaga shalat, berdzikir dan beramal baik.

Sedangkan bersyukur adalah cara agar selalu fokus nikmat dan rahmat yang telah Allah berikan, sehingga senantiasa melihat keadaan dengan nilai positif. Bahkan kita tidak bisa menghitung betapa besarnya nikmat yang telah Allah berikan, karena terlalu banyak dan terlalu luas jangkauannya. Dalam kesedihan, Allah tetap berikan kesehatan, dalam kesedihan Allah tetap berikan rezeki dan dalam kesedihan Allah tetap berikan kekuatan iman. Memaknai kesedihan adalah proses alami dalam kehidupan dan menjadikan kesedihan ini adalah upaya kita untuk lebih dekat dengan Allah dan memperbaiki diri.
Saat bersedih hati, upaya lain yang dapat dilakukan makhluk adalah membahagiakan orang lain. Apa yang telah kita lakukan dan membuat orang lain bahagia, sepatutnya menjadi obat kesedihan yang telah kita alami. Menjadi bermanfaat bagi orang lain, sekedar melakukan pertolongan kecil yang menghadirkan kata alhamdulillah bagi kita maupun bagi orang lain. Firman Allah pada Al-Qur’an surat Al-A’raf ayat 56 “Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan. Balasan spiritual dari melakukan kebaikan adalah kesempatan saat Allah memberi kemampuan untuk berbuat kebaikan kembali.

Tentu tidak hanya bekal spiritual, kondisi hati yang bersedih hati tentu dapat diobati dengan melakukan kegiatan jasmani, menjaga pola makan yang sehat, berolah raga baik sendiri mapun bersama keluarga atau saudara maupun sahabat, tidur yang cukup atau berpergian melihat pemandangan dapat membantu menjaga kestabilan emosi dan mengurangi perasaan sedih. Melakukan aktivitas atau hobi yang bersifat positif akan membantu mengalihkan perasaan sedih yang dihadapi. Mengikuti kegiatan kajian juga bisa menjadi aktivitas yang menyenangkan, selain mendapatkan ilmu, juga menjadi sarana untuk bertemu dengan orang-orang baru yang bermanfaat untuk memberikan ide-ide baik atau memberikan sudut pandang lain tentang kehidupan.

Kesimpulan : kesedihan adalah hal manusiawi, dan setiap makhluk mengalaminya. Dalam syukur dan sabar, Allah akan senantiasa membersamai.

Ditulis oleh: Rani Dwi Alfita Sari, S.KM