STORIES 2025: Pendidikan Islam di Era Digital

Student Symposium on Islamic Education (STORIES) 2025 sukses diselenggarakan oleh Magister Ilmu Agama Islam FIAI UII bekerjasama dengan Prodi Pendidikan Agama Islam dan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) PAI . Kegiatan akademik yang mempertemukan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi ini menghadirkan energi baru bagi perkembangan kajian Pendidikan Islam di era teknologi. Mengangkat tema “Transformasi Pendidikan Islam di Era Digital: Membangun Karakter, Spiritualitas, dan Keberlanjutan Global,” kegiatan ini awalnya menargetkan 100 peserta, namun jumlahnya meningkat hingga mencapai 180 orang. Acara ini berlangsung pada Sabtu, 29 November 2025, di Auditorium Lantai 5 Gedung KHA Wahid Hasyim FIAI UII.

Ketua Program Studi Magister Ilmu Agama Islam FIAI UII, Dzulkifli Hadi Imawan, Lc., M.Kom.I., Ph.D., menyampaikan bahwa dari 180 peserta tersebut, 100 di antaranya mempresentasikan karya ilmiah yang telah disiapkan. Karya-karya ini selanjutnya akan direview dan diseleksi untuk dipublikasikan pada jurnal yang relevan, dan beberapa karya terbaik akan diberi penghargaan khusus. Menurutnya, simposium ini juga menjadi momentum penting untuk mengaitkan Pendidikan Agama Islam dengan perkembangan kecerdasan buatan agar tetap adaptif dan relevan di era digital.

Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Pengembangan Akademik dan Riset UII, Prof. Dr. Jaka Nugraha, dalam sambutannya menegaskan bahwa teknologi harus dimanfaatkan secara bijak. “Teknologi harus menjadi sarana memperkuat kualitas pembelajaran, bukan melemahkan karakter peserta didik,” ujarnya.

Dalam pemaparannya, Ir. Dhomas Hatta Fudholi, Ph.D., Dosen Informatika FTI UII, menjelaskan bahwa teknologi AI memberikan banyak kemudahan dalam proses pembelajaran. Namun, ia menegaskan pentingnya etika dalam penggunaannya. Ia menekankan bahwa penggunaan AI dalam asesmen atau ujian tidak diperbolehkan di lingkungan UII, kecuali ada izin eksplisit dari dosen pengampu.

Pada sesi selanjutnya, Gus Romzi Ahmad, CEO Pesantren Development, menyoroti pentingnya pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan siswa. Ia menegaskan bahwa pendidikan harus berorientasi pada kebutuhan peserta didik, bukan hanya pada apa yang ingin disampaikan guru. Menurutnya, setiap siswa memiliki minat, fokus, dan kebutuhan belajar yang berbeda, sehingga guru harus menghargai diferensiasi individu dan menerapkan pendekatan pembelajaran yang lebih konstruktif serta berpusat pada siswa.

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *