Era digital menyuguhkan perubahan yang menuntut lulusan universitas beradaptasi dengan cepat untuk mencapai karir tertingginya. Menyadari hal itu, Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia (FIAI UII) mengadakan acara Pelepasan dan Pembekalan Karir bagi Mahasiswa, Rabu 22 November 2023 di Gedung KHA Wahid Hasyim lantai 5, Kampus Terpadu UII, Sleman.
Pada akhir November 2023 ini, sebanyak 110 mahasiswa FIAI UII akan mengikuti acara wisuda bersama dengan ratusan wisudawan fakultas lainnya. Untuk memberikan bekal kepada mahasiswa peserta wisuda dalam menghadapi tantangan karir di era digital, FIAI UII mengadakan Pelepasan dan Pembekalan Karir bagi Mahasiswa. Acara dibuka oleh Wakil Dekan Bidang Keagamaan, Kemahasiswaan dan Alumni, Dr. Muhammad Roy, S.Ag, MA sekaligus memberikan sambutan pembuka.
“Menjadi alumni FIAI UII itu bukan akhir perjuangan dalam menuntut ilmu pengetahuan, karena harus terus menuntut ilmu dan menerapkannya. Lulus sarjana baru langkah kecil untuk bekal mengembangkan ilmu. Namun ilmu pengetahuan yang sudah diraih selama kuliah harus tetap jadi jalan agar menjadi manusia mulia dunia akherat karena ilmunya,” kata Muhammad Roy yang juga merupakan pengasuh pondok pesantren di Klaten ini.
Hadir dalam kegiatan ini, lebih dari 80 mahasiswa FIAI UII, dengan narasumber Lifthya Ahadiati Akmala, S.Psi., M.Psi., Psikolog., yang merupakan Kepala Divisi Pengembangan Karir, Direktorat Pengembangan Karier dan Alumni UII. Dalam paparanya, Lifthya mendorong agar mahasiswa FIAI UII setelah wisuda nanti lebih tanggap terhadap tantangan di era digital.
“Mahasiswa setelah wisuda nanti harus siap dengan perubahan, karena dunia kerja dan usaha tidak sama lembutnya dengan kasih sayang orangtua. Sehingga yang selama ini masih menggantungkan kepada orangtua, harus makin mandiri dan siap,” tukas Liftya.
Lifthya melengkapi paparannya, bahwa saat nanti menjadi alumni UII harus memiliki perbedaan kompetensi, bersaing dengan yang lain. Ada 2 pilihan, antara milih berpenghasilan tetap atau tetap berpenghasilan. Diceritakannya, saat Lifthya dikejar deadline tugas kampus, memutuskan untuk mengerjakan di luar kampus agar bisa fokus. Akhirnya menemukan lokasi di sekitar Tiyasan Sleman, sebuah kafe kecil hanya dengan 5 meja. Kemudian datanglah pengunjung lain, pria dengan gaya penampilan sederhana, bercelana pendek, kaos oblong, sandal jepit, rambut gondrong diikat. Setelah duduk, pengunjung gondrong tersebut laju membuka laptop. Setelah terkoneksi internet, pengunjung gondrong tersebut melakukan komunikasi menggunakan Zoom Meeting.
”Tahu gak, ternyata pria pengunjung cafe dengan penampilan sederhana, bercelana pendek, bersandal jepit, justru membahas penanganan proyek pemerintah senilai 5 milyar rupiah. Nah itulah, saat ini alumni UII dituntut bekerja di manapun, dan tempat kerja juga rumah kedua. Beda dengan dahulu sebelum era digital. Ini tantangan sekarang, sehingga alumni FIAI UII harus siap, tidak harus berkantor tetap,” ungkap Lifthya Ahadiati Akmala yang merupakan dosen dari Prodi Psikologi UII.
Paparan Lifthya yang diberi judul The Key of 3: Passion, Skill, Opportunity berdurasi kurang lebih 90 menit, dilanjut dengan sesi tanya jawab.
Setelah acara dari FIAI UII di lantai 5, khusus mahasiswa Program Studi Ekonomi Islam mengikuti sesi pembekalan lanjutan di lantai 3 yang diselenggarakan oleh program studi. Pembekalan lanjutan dengan narasumber Rheyza Virgiawan, Lc., M.E., Ketua Program Studi Ekonomi Islam,
”Mahasiswa yang sudah lulus mengikuti wisuda harus tetap terhubung dengan Ikatan Keluarga Alumni Ekonomi Islam, agar selalu berkomunikasi dengan berbagai informasi, tidak sekedar tentang prodi tapi keilmuwan dan relasi di luar kampus,” kata Rheyza disampaikan setelah paparan selesai.
Rheyza melengkapi, banyak mahasiswa yang belajar wirausaha dengan mengikuti program inkubasi bisnis dari Prodi Ekonomi Islam, mendapatkan bimbingan selama 3 bulan dengan program terstruktur, akhirnya mampu merintis bisnis dan dilanjutkan setelah wisuda.
“Ada mahasiswa Prodi Ekonomi Islam yang rintisan bisnisnya dimulai sejak mahasiswa, sekarang sudah lebih dari 3 tahun lulus, bisnisnya terus berkembang. Konsepnya berupa akses digital untuk memfasilitasi masyarakat agar bisa ditemukan dengan target relasi di luar negeri, misal ke negara Malaysia,” jelas Rheyza
Menurutnya, ada juga yang unik, lulusan dari Program Studi Teknik Sipil sekaligus lulusan Program Studi Manajamen tapi mendaftar kembali menjadi mahasiswa Program Studi Ekonomi Islam UII hanya untuk mempelajari sisi syariatnya, agar bisnisnya sesuai dengan apa yang diatur oleh Islam. Inisiatif kuliah kembali ini karena selama ini dirasa ada yang salah dalam manajemen bisnisnya. (IPK)
6 Hak Muslim Terhadap Muslim Yang lain
Sebagai seorang muslim tentu kita selalu berusaha meningkatkan kualitas dalam ketaatan dan ketakwaan kepada Allah. Salah satu upaya, yaitu menjaga hubungan baik dengan Sang Maha Pencipta yang disebut juga habluminallah. Selain menjaga hubungan baik dengan Allah, kita juga berkewajiban menjaga hubungan sesama manusia yang disebut habluminannas.
Salah satu cara menjaga habluminallah yaitu dengan semakin meningkatkan nilai ibadah. Misalnya, berusaha semaksimal mungkin sholat fardhu di awal waktu, menunaikan zakat tepat waktu sesuai syariat, berupaha sungguh-sungguh melaksanakan ibadah haji. Selain itu juga berusaha menjalankan shalat sunat rawatib dengan lengkap. Dapat pula dengan melakukan berbagai puasa sunnah dan lain sebagainya. Tentu hal tersebut tidak serta merta dikerjakan secara bersamaan, namun dapat dikerjakan mulai sedikit demi sedikit, terus menerus dan semoga menjadi kebiasaan semakin baik. Indikasi semakin terbiasa beribadah dengan baik, dapat dicek ketika kita tidak mengerjakannya serasa belum lengkap ibadah kita hari ini.
Sedangkan habluminannas adalah hubungan sesama manusia yang dapat dilakukan dengan selalu berusaha untuk menjaga hubungan baik sesama manusia. Berusaha untuk tidak menyakiti hati orang lain, tidak merugikan orang lain, menjaga perasaan orang lain. Harus sungguh-sungguh menjaga lisan, terus berusaha agar tidak ada yang terluka atau tersakiti.
Menjaga hubungan sesama manusia terutama muslim, ada 6 hak muslim terhadap muslim lainnya. Hal ini sebagai upaya menjaga nilai habluminannas. Untuk itu marilah kita terapkan hak muslim kepada muslim lainnya, semata untuk kualitas hidup yang lebih baik.
Pertama, membalas salam
Apabila ada seorang muslim mengucap salam Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh yang artinya semoga Allah melimpahkan keselamatan, rahmat, dan keberkahan-Nya , kita yang mendengar wajib untuk menjawabnya dengan Wa’alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh yang artinya semoga keselamatan dan rahmat Allah serta keberkahannya terlimpah juga kepada kalian.
Kedua, memenuhi undangan
Wajib bagi muslim untuk hadir memenuhi sebuah undangan. Jika kita berhalangan hadir, alangkah lebih baiknya kita beritahukan kepada pihak pengundang.
Ketiga, menasihati dalam hal kebajikan
Kadang-kadang kita merasa tidak enak ketika mengajak teman untuk segera shalat, untuk membaca Al Qur’an, untuk mengurangi konsumsi rokok padahal hal tersebut termasuk menasehati dalam kebajikan. Jadi memang seharusnya kita lakukan.
Keempat, mendoakan yang bersin
Jika teman kita ada yang bersin dan mengucap Alhamdulillah (Segala puji bagi Allah), yang mendengar wajib menjawab dengan Yarkamukallah (Semoga Allah mengasihimu). Dan dijawab lagi oleh yang bersin dengan Yahdikumullah (Semoga Allah memberi petunjuk kepadamu).
Kelima Menjenguk yang sakit
Hal ini sangat dianjurkan karena orang yang sedang sakit dan mendapat perhatian, maka akan menambah semangat untuk segera sehat kembali. Maka tidak heran jika di daerah pedesaan masih banyak yang melakukan “Tilikan bareng” atau menjenguk orang sakit bersama-sama dan dido’akan bersama dengan harapan dapat menambah semangat si sakit agar segera sehat kembali.
Adapun do’a menjenguk orang sakit sebagaimana tuntunan rasul adalah sebagi berikut :
Allahumma rabban naasi adzhibil ba’sa isyfihi wa antasy syaafi la syifaa-a illaa syifaa-uka syifaa-an la yughaadiru saqama.
Artinya :
“Ya Allah, Dzat yang dipertuhankan manusia, hilangkanlah rasa sakit dan anugerahkanlah kesembuhan padanya (yang sedang sakit), karena Engkau adalah Dzat Yang Maha Menyembuhkan.
Keeanam melayat jenazah
Menjadi kewajiban kita apabila salah seorang muslim meninggal maka kita harus :
Memandikan, mengkafani, mensholatkan dan menguburkan.
Pemenuhan hak-hak sesama muslim menjadi salah satu upaya dalam menjalin persaudaraan yang indah dan menjaga ukhuwah Islamiyah. Mari sebagai muslim yang baik, seharusnyalah kita selalu berusaha meningkatkan nilai ibadah di hadapan Allah dan meningkatkan hubungan sesama dengan sebaik- baiknya
Penulis: Siti Komariyah
Rujukan: detikhikmah
Dra. Sri Haningsih, M.Ag Raih Gelar Doktor di FTIK UIN Sunan Kalijaga dengan IPK 3.89
Dra. Sri Haningsih, M.Ag dosen Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII) berhasil mempertahankan desertasinya dalam Ujian Terbuka Promosi Doktor di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, pada Progran Doktor Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK). Disertasi dengan judul Pendidikan Akhlak dan Penguatan Regulasi Diri Mahasantri Studi di Pondok Pesantren Al Hidayah Ngaglik Sleman, menjadikan Sri Haningsih berhak menyandang gelar doktor. Ujian diselenggarakan di Gedung PPG FITK UIN Sunan Kalijaga Kampus Sambilegi Sleman, Kamis 11 Januari 2024.
Ujian terbuka dipimpin oleh Ketua Sidang Prof. Dr. Hj. Sri Sumarni, M.Pd., didampingi Sekretaris Sidang Prof. Dr. Sukiman, S.Ag., M.Pd, dan para penguji Prof. Dr. Abdul Munip, S.Ag., M.Ag, Prof. Dr. Eva Latipah, S.Ag., S.Psi., M.Si, Dr. Drs. Ichsan, M.Pd, Dr.Phil. Qurotul Uyun, S.Psi., M.Si. Dr. H. Sumedi, M.Ag serta Prof Dr. Maksudin M.A. Setelah prosesi ujian terbuka, pimpinan sidang dan para penguji melakukan yudisium, dengan keputusan Sri Haningsih dinyatakan lulus, dengan indeks prestasi kumulatif 3.89 sekaligus menyandang predikat cum laude.
“Doktor Srihaningsih lulus dengan predikat cumlaude, merupakan doktor ke-13 yang diluluskan oleh Progran Doktor Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, dan merupakan lulusan pertama pada angkatannya, menempuh studi selama 3,5 tahun,” tutur Prof. Dr. Hj. Sri Sumarni, M.Pd, selaku ketua sidang pada ujian terbuka ini, yang juga sebagai Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Sunan Kalijaga.
Sri Haningsih menyusun disertasi dari penelitiannya tentang pendidikan akhlak dan penguatan regulasi diri bagi para mahasantri di Pondok Pesantren Al Hidayah Sleman dengan rumusan masalah berkenaan besaran pengaruh pendidikan akhlak dan regulasi diri, faktor-faktor yang mempengaruhi pendidian akhlak serta faktor-faktor yang mempengaruhi regulasi diri. Untuk menjawab rumusan masalah tersebut, Sri Haningsih menggunakan teori Al Jabiri aql al-Akhlaq al Arabi, nalar etika arab yang menuliskan pemikiran akhlak khas Islam dan teori-teori sosial kognitif Zimmerman.
Mahasantri adalah mahasiswa yang memilih tinggal di pondok pesantren dan menimba ilmu untuk mengembangkan potensi dirinya selain dari bangku kuliah. Penggunaan istilah mahasantri, sesuai dengan Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia nomor 32 Tahun 2020 Tentang Ma’had Aly. Jika ditinjau dari usia, mahasantri kategori periode remaja akhir atau awal masa dewasa.
Prof Jaka Nugraha, S.Si. M.Si, Wakil Rektor Bidang Pengembangan UII yang hadir menyaksikan ujian terbuka, mengapresiasi raihan dari Sri Haningsih.
”Kelulusan Doktor Sri Haningsih dalam ujian terbuka di UIN Sunan Kalijaga ini, sangat membanggakan bagi sivitas akademika UII. Doktor Sri Haningsih menjadi doktor ke-259 bagi UII, dari 800an dosen yang ada. Mewakili UII, mengucapkan selamat atas kelulusan ini, dan tema penelitian pendidikan akhlak dan regulasi diri, memang dibutuhkan untuk memajukan UII. Saat ini kurikulum Ulil Albab yang menjadi ciri khas UII, juga mengedepankan pendidikan akhlak bagi mahasiswa”, bangga Prof Jaka Nugraha.
Dekan FIAI UII, Dr. Asmuni MA, menyambut baik atas raihan Sri Haningsih. Serta, tema yang dipilihnya merupakan aspek penting bagi FIAI UII.
“Tema akhlak adalah sentral, karena jadi acuan manusia dalam menata hidup baik individu maupun masyarakat apalagi dikorelasikan dengan pendidikan. Sehingga penelitian Dr Sri Haningsih adalah induk dari tema-tema lain. Dengan raihan Dr. Sri Haningsih akan memperkuat proses pembelajaran maupun kelembagaan , misal dengan pendirian pusat studi di FIAI UII,” kata Asmuni.
Berdasar penelitian Sri Haningsih, menggambarkan adanya hubungan positif antara pendidikan akhlak dan regulasi diri mahasantri. Dari analisis regresi ditemukan bahwa semakin tinggi akhlak mahasantri, maka semakin tinggi kemampuan regulasi dirinya. Besar pengaruh variabel pendidikan akhlak mahasantri terhadap regulasi diri sebesar 40.5% selebihnya dipengaruhi variabel lain.
Berdasar hasil penelitian Sri Haningsih, faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan akhlak mahasantri adalah naluri, adat kebiasaan, pola dasar bawaan dan lingkungan. Sehingga tampak ada hubungan positif antara pendidikan akhlak dan regulasi diri mahasantri di Pondok Pesantren Al Hidayah. Hal ini sesuai dengan analisis korelasi product Moment Pearson,mengindikasikan kekuatan hubungan antara pendidikan akhlak dan regulasi diri berada dalam kategori large effect size.
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi regulasi diri mahasantri di PP Al Mahasiswa Al Hidayah adalah faktor individu, faktor perilaku dan faktor lingkungan. Ada kaitannya dengan perencanaan, tindak lanjut dan feedback terkait dengan aktivitas rutin sehari hari yang dilakukan mahasantri.
Ada temuan unik, tidak terkait dengan kedua variabel yang digunakan Sri Haningsih, namun penyebab tidak baiknya mahasantri bukan aspek regulasi diri, namun kurangnya dukungan keluarga. Berdasarkan analisis dan pemahaman Sri Haningsih ini merupakan pengaruh aspek lain di luar variabel yang dilakukan.
Jangan Bersedih Hati
Hakikat seorang muslim adalah percaya bahwa Allah akan selalu memberikan petunjuk. Menjalani hidup dengan keyakinan bahwa Allah adalah Al-Aziz, dzat Yang Maha Perkasa, pasti membantu hambaNya. Serta yakin, Allah senantiasa membersamai kita akan memberikan rasa tenang dalam menjalani kehidupan.
Tentu sebagai makhluk, manusia tidak lepas dari berbagai kondisi perasaan yang berubah-ubah. Perasaan senang jika mendapatkan yang diinginkan, perasaan sedih dan kecewa saat mendapatkan yang tidak sesuai harapan atau perasaan gelisah atas sesuatu yang belum terjadi. Perlunya merujuk Firman Allah dalam Surat At-Taubah ayat 40 yang artinya “Jika kamu tidak menolongnya (Muhammad), sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir mengusirnya (dari Mekah); sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, ketika itu dia berkata kepada sahabatnya, ‘Jangan engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.’ Maka Allah menurunkan ketenangan kepadanya (Muhammad) dan membantu dengan bala tentara (malaikat-malaikat) yang tidak terlihat olehmu, dan Dia menjadikan seruan orang-orang kafir itu rendah. Dan firman Allah itulah yang tinggi. Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.”
Penggalan kalimat pada Surat At-Taubah ayat 40 “la tahzan innallaha ma’na” adalah penghiburan bagi seorang muslim, sekaligus pengingat bahwa Allah senantiasa membersamai hambanya dalam keadaan suka maupun duka.
Kesedihan atas cobaan yang dihadapi di dunia bersifat sementara, maka percaya bahwa Allah akan memberikan pertolongan adalah bentuk keyakinan untuk terus bersabar di jalan yang telah Allah tentukan. Berserah diri atau tawakal adalah mempercayai bahwa segala yang terjadi merupakan rencana terbaik Allah untuk hambaNya. Kesabaran tidak hanya menahan diri dari keluh kesah, tapi meyakini bahwa setiap hal yang terjadi memiliki hikmah. Tidak perlu marah, tidak perlu mempertanyakan kehendak Allah, fokus pada usaha untuk mengambil hikmah di setiap ujian yang dihadapi. Sabar juga berupa tindakan tidak menyerah pada keputusasaan. Tidak berlarut-larut dalam kesedihan karena dalam jalan sabar, Allah akan memberikan jalan keluar. Dalam sabar, Allah juga memberikan pahala yang besar. Sabar dalam kesedihan adalah cara merasakan kasih sayang Allah atas ketentuan terbaikNya. Menjaga ketataan dalam kesabaran, dengan menjaga shalat, berdzikir dan beramal baik.
Sedangkan bersyukur adalah cara agar selalu fokus nikmat dan rahmat yang telah Allah berikan, sehingga senantiasa melihat keadaan dengan nilai positif. Bahkan kita tidak bisa menghitung betapa besarnya nikmat yang telah Allah berikan, karena terlalu banyak dan terlalu luas jangkauannya. Dalam kesedihan, Allah tetap berikan kesehatan, dalam kesedihan Allah tetap berikan rezeki dan dalam kesedihan Allah tetap berikan kekuatan iman. Memaknai kesedihan adalah proses alami dalam kehidupan dan menjadikan kesedihan ini adalah upaya kita untuk lebih dekat dengan Allah dan memperbaiki diri.
Saat bersedih hati, upaya lain yang dapat dilakukan makhluk adalah membahagiakan orang lain. Apa yang telah kita lakukan dan membuat orang lain bahagia, sepatutnya menjadi obat kesedihan yang telah kita alami. Menjadi bermanfaat bagi orang lain, sekedar melakukan pertolongan kecil yang menghadirkan kata alhamdulillah bagi kita maupun bagi orang lain. Firman Allah pada Al-Qur’an surat Al-A’raf ayat 56 “Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan. Balasan spiritual dari melakukan kebaikan adalah kesempatan saat Allah memberi kemampuan untuk berbuat kebaikan kembali.
Tentu tidak hanya bekal spiritual, kondisi hati yang bersedih hati tentu dapat diobati dengan melakukan kegiatan jasmani, menjaga pola makan yang sehat, berolah raga baik sendiri mapun bersama keluarga atau saudara maupun sahabat, tidur yang cukup atau berpergian melihat pemandangan dapat membantu menjaga kestabilan emosi dan mengurangi perasaan sedih. Melakukan aktivitas atau hobi yang bersifat positif akan membantu mengalihkan perasaan sedih yang dihadapi. Mengikuti kegiatan kajian juga bisa menjadi aktivitas yang menyenangkan, selain mendapatkan ilmu, juga menjadi sarana untuk bertemu dengan orang-orang baru yang bermanfaat untuk memberikan ide-ide baik atau memberikan sudut pandang lain tentang kehidupan.
Kesimpulan : kesedihan adalah hal manusiawi, dan setiap makhluk mengalaminya. Dalam syukur dan sabar, Allah akan senantiasa membersamai.
Ditulis oleh: Rani Dwi Alfita Sari, S.KM
Mahkamah Agung RI Sampaikan Pembaruan Hukum Islam di Seminar Nasional FIAI UII
Peningkatan kualitas pendidikan guna menghasilkan lulusan berkualitas dan memiliki daya saing tinggi menjadi fokus Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta . Dalam upaya tersebut diselenggarakan berbagai program, kegiatan dan membangun jejaring, salah satunya dengan bekerjasama dengan Mahkamah Agung Republik Indonesia (MA RI)sejak 2018 hingga saat ini.
Wujud kerjasama FIAI UII dan Mahkamah Agung RI dengan menyelenggarakan seminar nasional bertajuk Yurisprudensi Kamar Agama Dan Pembaruan Hukum Islam, Jumat,5 Desember 2023 di Lantai 3, Gedung K.H.A Wahid Hasyim FIAI UII. Seminar menghadirkan narasumber Dr. H. Candra Boy Seroza, S.Ag., M.Ag. Direktur Pembinaan Tenaga Teknis (Dirbinganis) Ditjen Badilag MA RI, dibantu moderator Samsul Zakaria, S.Sy., M.H, alumni UII yang juga berprofesi sebagai hakim.
Pimpinan FIAI UII, diwakili oleh Wakil Dekan Bidang Keagamaan, Kemahasiswaan dan Alumni, Dr. Muh. Roy Purwanto, S.Ag. M,Ag memberikan sambutan sekaligus membuka seminar nasional.
“Seminar nasional bertema Yurisprudensi Kamar Agama Dan Pembaruan Hukum Islam merupakan bagian dari implementasi MoU antara FIAI UII dan Mahkamah Agung RI yang sudah berjalan selama 4 tahun”kata Muh. Roy Purwanto.
Imbuhnya, seminar nasional ini sekaligus silaturahmi, wujud menjaga kerjasama yang baik. Selain karena adanya pergantian pejabat struktural di lingkup program studi dan fakultas di FIAI UII, yang perlu dikenalkan kembali, dan menggali peluang kerjasama untuk peningkatan manfaat kedua belah pihak.
Dari UII hadir Kaprodi Ilmu Agama Islam Program Magister, Dzulkifli Hadi Imawan, Lc., M.Kom.I., Ph.D., Kaprodi Hukum Islam Program Doktor Anisah Budiwati, S.H.I., M.S.I, beserta mahasiswa program sarjana, magister dan doktor. Dari unsur MA RI, hadir pejabat di Pengadilan Agama Sleman, Pengadilan Agama Yogya,Pengadilan Tinggi Agama DI Yogyakarta serta para hakim.
Seminar nasional dimulai pukul 13.00 WIB hingga 16.30 WIB dilaksanakan dengan tatap muka secara luring diikuti sekitar 50 peserta, juga bisa diikuti dengan live streaming secara daring, oleh ratusan peserta di luar kampus UI, termasuk para hakim dari berbagai daerah.
Narasumber seminar nasional Dr. H. Candra Boy Seroza, S.Ag., M.Ag, sebelum masuk pada materi pokok, menyampaikan kata pengantar.
”Kerjasama antara MA RI dan UII ini cukup panjang, cukup lama. Bahkan Ketua Ikatan Keluarga Alumni UII adalah beliau yang mulia Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia,”
Dalam materi pokok seminar, Dr.Candra menggambarkan fungsi Mahkamah Agung Republik Indonesia.
”Mahkamah Agung merupakan puncak kekuasan tertinggi dalam peradilan, memiliki tugas dan fungsi sesuai perundang-undangan, salah satunya pembinaan dan pengawasan peradilan. Pembinaan dan pengawasan terhadap peradilan-peradilan di bawahnya menyangkut teknis yudisial dan administrasi finansial. Terhadap teknis yudisial ada 2 pola yang diterapkan di Mahkamah Agung. Pola pertama dengan sistem kamar, sejak 2011 sampai sekarang,”jelas Dr. Chandra.
Menurutnya, saat ini ada 7 kamar di MA RI, yaitu 5 kamar perkara dan 2 kamar pembinaan dan pengawasan.Untuk pembinaan melalui sistem kamar ini merupakan kebijakan sejak 2011, dan secara sempurna sejak tahun 2014. Setiap tahun MA RI mengumpulkan daftar inventarisasi masalah dari peradilan di tingkat pertama, permasalahan yang muncul yang ditemukan dalam pemeriksaan dalam kasus-kasus pada saat menyidangkan perkara, di tingkat pertama kemudian didiskusikan secara internal hasilnya dikirimkan ke tingkat banding. Di tingkat banding, daftar hasil didiskusikan para hakim tinggi, dan kesimpulannya persoalan yang krusial itu dikirimkan ke tingkat Direktorat Jenderal di MA RI.
“Fungsi yurisprudensi adalah untuk menegakkan adanya standar hukum yang sama dalam kasus atau perkara yang sama atau serupa, karena UU tidak atau tidak jelas mengatur hal itu. Selain itu untuk menciptakan kepastian hukum di masyarakat dengan adanya standar hukum yg sama, juga menciptakan adanya kesamaan hukum serta sifat dapat diperkirakan pemecahan hukumnya. Adalagi fungsinya untuk mencegah kemungkinan terjadinya disparitas perbedaan dalam berbagai putusan hakim pada kasus yang sama, sehingga jika terjadi perbedaan putusan antara hakim yang satu dan yang lain dalam kasus yang sama, perbedaan putusan itu tidak sampai menimbulkan disparitas, tetapi hanya bercorak sebagai variabel secara kasuistis, juga manifestasi dari penemuan hukum,” jelas Dr. Candra.
Lebih lengkap dijelaskan, dasar hukum yurisprudensi salah satunya bahwa pengadilan tidak boleh menolak untuk memeriksa perkara, mengadili perkara dan memutuskan perkara yang diajukan dengan alasan hukum tidak ada atau kurang jelas (kabur), melainkan wajib memeriksa serta mengadilinya, hal ini sesuai pasal 10 pasal 1 UU 48 tahun 2009. Juga perntingnya memperhatikan bahwa dalam metodologi hukum Islam, yurisprudensi lebih dekat kepada konsep ijma’ yaitu konsensus para ahli hukum Islam tentang suatu masalah yang dapat dijadikan sebagai rujukan dalam menyelesaikan kasus yang sama.(IPK)
Delegasi USIM Malaysia Kunjungi FIAI UII Tingkatkan Kerjasama Internasional
Universiti Sains Islam Malaysia (USIM) perguruan tinggi Islam pertama di Malaysia, mengadakan kunjungan ke Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta selama 7 hari. Kunjungan sekaligus kolaborasi dalam penyelenggaran short course bertema Industri Halal.
Dalam seremoni penerimaan delegasi USIM di Gedung KHA Wahid Hasyim FIAI Kampus Terpadu UII Sleman, Rabu 30 November 20223, hadir Dekan Dr. Drs. Asmuni MA, Ketua Program Studi Doktor Hukum Islam Dr. Anisah Budiwati, S.H.I., M.S.I, Ketua Program Magister Ilmu Agama Islam Dzulkifli Hadi Imawan, Lc., M.Kom.I., Ph.D, Ketua Program Studi Hukum Keluarga/Ahwal Syakhshiyah, Krismono, SHI., MSI, serta beberapa dosen FIAI UII.
Setelah acara seremoni, Dekan FIAI UII, Dr. Drs. Asmuni MA memberikan keterangan, alasan utama kelanjutan kerjasama USIM dan FIAI UII.
“USIM memiliki keunggulan melalui Program Studi Industri Halal yang saat ini mampu mencetak alumni hingga tersebar di luar Malaysia. Salah satu kekuatan USIM saat ini salah satunya karena proses pembelajaran menggunakan Bahasa Arab dan Bahasa Inggris secara penuh. Bahkan tidak menggunakan Bahasa Melayu, sehingga alumninya mampu berkiprah di luar Malasyia,” kata Asmuni.
Delegasi USIM Malaysia dipimpin Dr. Setiyawan, membersamai mahasiswa USIM Nur Alya,, Nur Ain Natasya Zaidi Nor, Nur Qamarina, Nur’Ain Syakirah, Noor Atiqah Aqilah.
”Melihat Program Studi Ahwal Syakhsyiah yang memiliki International Program dengan proses pembelajaran menggunakan bahasa Inggris, ini menjadi titik temu antara FIAI UII dan USIM,” ungkap Dr. Setiyawan.
Lebih lanjut, Dr Setiawan menyampaikan senang atas fasilitas dan infrastuktur yang dimiliki FIAI UII saat ini. “Melihat FIAI UII saat ini fasilitas dan infrastukturnya bagus,” ungkapnya.
FIAI UII saat ini menempati gedung baru dengan fasilitas 7 lantai, didukung peningkatan fasilitas yang lebih modern untuk penguatan proses pembelajaran. FIAI UII menempati gedung baru bernama KHA Wahid Hasyim, yang diresmikan 30 Desember 2022. Letak gedung baru yang strategis, menempatkan FIAI UII menjadi fakultas yang paling dekat dengan Perpustakaan Pusat UII dan Masjid Ulil Albab UII.
Selama di FIAI UII, delegasi dari USIM Malaysia akan mengadakan berbagai kegiatan dari diskusi, kuliah untuk program doktor dan penjajakan peningkatan kerjasama.
Ketua Program Studi Ahwal Syakhshiyah UII, Krismono, SHI, MSI menambahkan, bahwa adanya rencana pengembangan Pusat Kajian dan Bantuan Hukum Islam (PKBHI) untuk lebih mendekatkan kepada masyarakat, akan dikembangkan berkenaan Industri Halal, selaras dengan tema diskusi bersama delegasi USIM Malaysia di FIAI UII.
“Saat ini Program Studi Ahwal Syakhshiyah terus memikirkan bagaimana meningkatkan nilai kemanfaatan kepada masyarakat. Sehingga kedatangan dosen dan mahasiswa USIM Malaysia menjadikan semangat untuk mengembangkan PKBHI menjadi lebih luas cakupannya, termasuk tema industri halal. Besok hari Sabtu akan ada diskusi tentang itu di FIAI UII dengan narasumber Dr. Setiawan yang kebetulan juga Ketua Program Studi Industri Halal USIM Malaysia,” ungkap Krismono.. (IPK)
Tingkatkan Relationship, Prodi Ekonomi Islam UII Jamu Makan Malam APSEII
Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII) memiliki 5 program studi, salah satunya Program Studi Ekonomi Islam yang saat ini sudah tergabung menjadi anggota Asosiasi Prodi Ekonomi Islam Indonesia (APEII). Dalam peran sertanya untuk turut memajukan asosiasi, maka Prodi Ekonomi Islam UII menerima kunjungan keakraban sejumlah Pengurus dan Anggota APEII di Gedung KHA Wahid Hasyim FIAI, Kampus Terpadi UII, Selasa 28 November 2023.
Malam keakraban yang bertajuk Gala Dinner Asosiasi Prodi Ekonomi Islam Indonesia, dihadiri lebih dari 30 peserta dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia yang memiliki Program Studi Ekonomi Islam atau Ekonomi Syariah.
Gala dinner juga dihadiri Dr. Drs. Asmuni MA, Dekan FIAI, Dr. Nur Kholis, SEI., M.Sh.Ec, Wakil Dekan Bidang Sumber Daya, Rheyza Virgiawan, L.c, M.E Ketua Program Studi Ekonomi Islam UII.
“Harapannya asosiasi tidak terjebak pada acara-acara seremonial saja, tapi lebih dari itu. Saat ini banyak aktor dalam bidang ekonomi Islam dan syariah yang sebenarnya dari penggiat ekonomi konvensional namun mengikuti short course bertema syariah, lalu memegang peran penting. Nah saatnya ahli bidang ekonomi Islam yang tulen, menjadi aktor secara nasional. Untuk itu butuh rumusan kurikulum yang tepat untuk mewujudkan hal tersebut,” kata Asmuni, Dekan FIAI UII.
Wakil dari Pengurus Pengurus APSEII, hadir Dr. Aas Nurasyiah, M.Si. S.Pd dalam sambutan mewakil asosiasi. “Inisiasi APSEII sejak tahun 2014. Saat ini beranggotakan 24 pengelola Program Studi Ekonomi Islam se-Indonesia” kata Aas.
Menurutnya, APSEII dibentuk sebagai mitra bagi pemerintah, regulator dan institusi perguruan tinggi dalam upaya peningkatan kualitas program studi Ekonomi Islam demi memajukan Ekonomi dan Keuangan Syariah Indonesia.
Gala dinner yang diselenggarakan di lantai 3 FIAI UII, juga sebagai kegiatan awal dari serangkaian kegiatan APSEII. Dilanjutkan pada pagi harinya, di UIN Sunan Kalijaga, dengan agenda bahasan tentang kurikulum, akreditasi dan program kerja. (IPK)
Calon Wisudawan FIAI UII Dibekali Wawasan Sukses Berkarir
Era digital menyuguhkan perubahan yang menuntut lulusan universitas beradaptasi dengan cepat untuk mencapai karir tertingginya. Menyadari hal itu, Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia (FIAI UII) mengadakan acara Pelepasan dan Pembekalan Karir bagi Mahasiswa, Rabu 22 November 2023 di Gedung KHA Wahid Hasyim lantai 5, Kampus Terpadu UII, Sleman.
Pada akhir November 2023 ini, sebanyak 110 mahasiswa FIAI UII akan mengikuti acara wisuda bersama dengan ratusan wisudawan fakultas lainnya. Untuk memberikan bekal kepada mahasiswa peserta wisuda dalam menghadapi tantangan karir di era digital, FIAI UII mengadakan Pelepasan dan Pembekalan Karir bagi Mahasiswa. Acara dibuka oleh Wakil Dekan Bidang Keagamaan, Kemahasiswaan dan Alumni, Dr. Muhammad Roy, S.Ag, MA sekaligus memberikan sambutan pembuka.
“Menjadi alumni FIAI UII itu bukan akhir perjuangan dalam menuntut ilmu pengetahuan, karena harus terus menuntut ilmu dan menerapkannya. Lulus sarjana baru langkah kecil untuk bekal mengembangkan ilmu. Namun ilmu pengetahuan yang sudah diraih selama kuliah harus tetap jadi jalan agar menjadi manusia mulia dunia akherat karena ilmunya,” kata Muhammad Roy yang juga merupakan pengasuh pondok pesantren di Klaten ini.
Hadir dalam kegiatan ini, lebih dari 80 mahasiswa FIAI UII, dengan narasumber Lifthya Ahadiati Akmala, S.Psi., M.Psi., Psikolog., yang merupakan Kepala Divisi Pengembangan Karir, Direktorat Pengembangan Karier dan Alumni UII. Dalam paparanya, Lifthya mendorong agar mahasiswa FIAI UII setelah wisuda nanti lebih tanggap terhadap tantangan di era digital.
“Mahasiswa setelah wisuda nanti harus siap dengan perubahan, karena dunia kerja dan usaha tidak sama lembutnya dengan kasih sayang orangtua. Sehingga yang selama ini masih menggantungkan kepada orangtua, harus makin mandiri dan siap,” tukas Liftya.
Lifthya melengkapi paparannya, bahwa saat nanti menjadi alumni UII harus memiliki perbedaan kompetensi, bersaing dengan yang lain. Ada 2 pilihan, antara milih berpenghasilan tetap atau tetap berpenghasilan. Diceritakannya, saat Lifthya dikejar deadline tugas kampus, memutuskan untuk mengerjakan di luar kampus agar bisa fokus. Akhirnya menemukan lokasi di sekitar Tiyasan Sleman, sebuah kafe kecil hanya dengan 5 meja. Kemudian datanglah pengunjung lain, pria dengan gaya penampilan sederhana, bercelana pendek, kaos oblong, sandal jepit, rambut gondrong diikat. Setelah duduk, pengunjung gondrong tersebut laju membuka laptop. Setelah terkoneksi internet, pengunjung gondrong tersebut melakukan komunikasi menggunakan Zoom Meeting.
”Tahu gak, ternyata pria pengunjung cafe dengan penampilan sederhana, bercelana pendek, bersandal jepit, justru membahas penanganan proyek pemerintah senilai 5 milyar rupiah. Nah itulah, saat ini alumni UII dituntut bekerja di manapun, dan tempat kerja juga rumah kedua. Beda dengan dahulu sebelum era digital. Ini tantangan sekarang, sehingga alumni FIAI UII harus siap, tidak harus berkantor tetap,” ungkap Lifthya Ahadiati Akmala yang merupakan dosen dari Prodi Psikologi UII.
Paparan Lifthya yang diberi judul The Key of 3: Passion, Skill, Opportunity berdurasi kurang lebih 90 menit, dilanjut dengan sesi tanya jawab.
Setelah acara dari FIAI UII di lantai 5, khusus mahasiswa Program Studi Ekonomi Islam mengikuti sesi pembekalan lanjutan di lantai 3 yang diselenggarakan oleh program studi. Pembekalan lanjutan dengan narasumber Rheyza Virgiawan, Lc., M.E., Ketua Program Studi Ekonomi Islam,
”Mahasiswa yang sudah lulus mengikuti wisuda harus tetap terhubung dengan Ikatan Keluarga Alumni Ekonomi Islam, agar selalu berkomunikasi dengan berbagai informasi, tidak sekedar tentang prodi tapi keilmuwan dan relasi di luar kampus,” kata Rheyza disampaikan setelah paparan selesai.
Rheyza melengkapi, banyak mahasiswa yang belajar wirausaha dengan mengikuti program inkubasi bisnis dari Prodi Ekonomi Islam, mendapatkan bimbingan selama 3 bulan dengan program terstruktur, akhirnya mampu merintis bisnis dan dilanjutkan setelah wisuda.
“Ada mahasiswa Prodi Ekonomi Islam yang rintisan bisnisnya dimulai sejak mahasiswa, sekarang sudah lebih dari 3 tahun lulus, bisnisnya terus berkembang. Konsepnya berupa akses digital untuk memfasilitasi masyarakat agar bisa ditemukan dengan target relasi di luar negeri, misal ke negara Malaysia,” jelas Rheyza
Menurutnya, ada juga yang unik, lulusan dari Program Studi Teknik Sipil sekaligus lulusan Program Studi Manajamen tapi mendaftar kembali menjadi mahasiswa Program Studi Ekonomi Islam UII hanya untuk mempelajari sisi syariatnya, agar bisnisnya sesuai dengan apa yang diatur oleh Islam. Inisiatif kuliah kembali ini karena selama ini dirasa ada yang salah dalam manajemen bisnisnya. (IPK)
Mahasiswa FIAI UII Dilatih Ilmu Kesehatan Hijamah Warisan Rasulullah
Peningkatan kompetensi sivitas akademika Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII) terus dibangun secara berkelanjutan. Salah satunya dengan penyelenggaraan berbagai pelatihan, baik untuk dosen, tenaga kependidikan dan mahasiswa. Dalam rangka peningkatan kompetensi bidang kesehatan yang mengacu pada ajaran Islam, FIAI UII menyelenggarakan Pelatihan Hijamah/Bekam, Selasa 21 November 2023 di Gedung KHA Wahid Hasyim lantai V, Kampus Terpadu UII, Sleman.
Pelatihan dibuka oleh Dr. Muhammad Roy Purwanto, S.Ag. M.A, Wakil Dekan Bidang Keagamaan, Kemahasiswaan dan Alumni FIAI UII.
”Dahulu kala seorang ulama juga seorang dokter, pengakuannya menyatu, misal Ibnu Sina yang dengan kemampuannya mampu memberikan pembelajaran penting bagi bidang ilmu kedokteran sekaligus ulama. Tapi sekarang sudah dipisah, antara kedokteran dan ulama. Makanya fakultasnya pun terpisah dua, fakultas kedokteran dan fakultas ilmu agama Islam. Harapannya, mahasiswa FIAI mampu menyatukan kembali dengan berbagai kompetensi untuk bekal masa mendatang,” kata Muhammad Roy.
Roy juga menambahkan, sebaiknya memang UII memiliki pusat studi bidang ilmu kesehatan warisan Rasulullah. Misal didirikan Pusat Studi Thibbun Nabawi UII yang mewadahi pakar agama dan kedokteran, untuk penelitian dan pengabdian masyarakat. Thibbun Nabawi merupakan segala sesuatu yang disebutkan oleh Al-Quran dan As-Sunnah yang shahih yang berkaitan dengan kedokteran baik berupa pencegahan penyakit atau pengobatan.
Sebagai narasumber dan trainer pada pelatihan ini, dari Relawan Thibbun Nabawi Indonesia (RATIBAN) yang pusatnya berada di Bukit Duri Jakarta Selatan, namun pada pelatihan di FIAI UII, melibatkan sepenuhnya dari RATIBAN Cabang Yogya yang berkantor di Imogiri Bantul. Dari RATIBAN Yogya, hadir melatih yaitu Muhammad Masrur, Momon Abdi Rohman, Danang Ari Krisnadi, Suparyanto, Aris Shofiyatun Rahmah, Bunda Dewi, Muriwati dan Mila.
Dalam paparan materi awal selepas sambutan, Danang Ari Krisnadi membuka sesi dengan gambaran sejarah hijamah atau bekam.
”Sejak zaman Nabi Musa sebenarnya Hijamah atau bekam sudah ada, hal ini tergambar dari relief dan prasasti yang diteliti. Kemudian menyebar ke pelosok dunia, bahkan sampai ke Negeri China dan negara lain. Kemudian berkembang menjadi metode pengobatan lainnya,” kata Danang.
Imbuhnya, Hijamah atau bekam berasal dari bahasa Arab, yaitu Al-Hijamah yang artinya pelepasan darah kotor. Bekam dilakukan dengan penyedotan lokal darah dari sayatan kulit kecil. Bekam merupakan metode pengobatan dengan cara mengeluarkan darah statis kental yang mengandung toksin dari dalam tubuh manusia.
Hadir dalam pelatihan ini dosen, tenaga kependidikan dan mahasiswa FIAI UII. Sebanyak 115 peserta yang didominasi mahasiswa mengikuti 2 sesi pelatihan. Paparan teori dilaksanakan pagi hari, dilanjutkan sesi praktek pada siang hari. (IPK)
Sumpah Pemuda dan Pendidikan Karakter dalam Perspektif Islam
FIAI UII Tingkatkan Kompetensi SDM dengan Pelatihan Pelayanan Prima
Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia (FIAI UII) dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), menyelenggaraka pelatihan dengan tema Upgrading Service Excellent dan Powerfull Teamwork. Pelatihan dilaksanakan pada Kamis 07 Septempber 2023, di lantai III Gedung KHA Wahid Hasyim FIAI UII.
Dalam sambutannya, Dekan FIAI UII, Dr. Drs, Asmuni, MA menegaskan
“Ketika kita bekerja yang perlu dihadikan itu tidak saja akal, melainkan juga hati. Saya kira inilah karakteristik bekerja di Universitas Islam Indonesia,” katanya.
Pelatihan pelayanan Prima FIAI UII menghadirkan 2 narasumber, Hangga Fathana., S.I.P., B.Int., St,. M.A selaku Sekretaris Eksekutif UII dan Drs. Suwarsono Muhammad, MA, Ketua Pengurus Harian Yayasan Badan Wakaf UII Periode 2018 – 2023.
“Reputasi Perguruan TInggi tidak bisa lepas dari leadership. Citra UII dari sisi akademik, dan sisi yang lain, tidak bisa bisa dilpeaskan dari kata relationship,
Mengukur mutu layanan dapat dilakukan dengan 3 parameter, yaitu aspek teknik, aspek subtansi dan aspek fungsi.
Hangga mengimbuhi, ketika staf melakukan pekerjaaan sesuai wewenang dan tanggungjawabnya saja, maka sudah memenuhi
“Tingkatan tertinggi adalah ihsan, kondisi dimana