Dekan FIAI UII : Kunci Sukses Bersaing Adalah Kesadaran Kolektif

Sleman, FIAI UII – Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia (FIAI UII) menempati gedung baru, sejak diresmikan 30 Desember 2022. Dengan nama Gedung KHA Wahid Hasyim, saat ini proses layanan dan akademik sudah sepenuhnya dapat dijalankan di gedung baru. Seiring peningkatan fasilitas infrastruktur juga dibarengi dengan peningkatan skill, salah satunya dengan diadakan pelatihan Teknologi Informasi bagi tenaga kependidikan di lingkungan FIAI UII, Senin 20 Maret 2023.

“Kunci sukses dalam bersaing adalah kesadaran kolektif. Sehingga diharapkan tenaga kependidikan di FIAI UII, dapat sinergi membangun kepercayaan bersama, saling berkoordinasi, terutama dalam pemanfaatan sistem informasi dan teknologi. Kalau tidak memiliki kesadaran kolektif, jangankan bersaing di luar UII, di internal pun tidak akan mampu,” tegas Dr. Drs. Asmuni, MA, Dekan FIAI UII, disampaikan saat memberikan sambutan pelatihan di Laboratorium Komputer FIAI UII, didampingi Dr. Nur Kholis, S.Ag, SEI, M.Sh.Ec, Wakil Dekan Bidang SDM.

Ditambahkan Asmuni, bahwa UII bergerak pada sektor jasa, sehingga peningkatan skill adalah sebuah keharusan. Selain skill, kesadaran kolektif juga penting adanya kesadaran dalam merawat aset, termasuk perangkat lunak dan keras untuk sistem informasi. Jika tidak mampu dan mau merawat akan cepat rapuh dan tidak bisa dimanfaatkan, tentunya akan berdampak pada kerugian kolektif UII, ini akan menghambat kemajuan.

“Juga menjadi tanggungjawab bersama untuk menjaga semua aset, baik fasilitas gedung, perlengkapan, perangkat IT, termasuk jika ada pengguna yang berdampak pada kerusakan, misal mahasiswa, bisa segera diberikan kesadaran. Ini sederhana tapi akan membuat aset yang dimiliki dapat dimanfaatkan untuk kemajuan,” kata Asmuni.

Pelatihan Teknologi Informasi bagi tenaga kependidikan FIAI UII dilaksanakan dalam 2 kelompok peserta, khusus untuk tenaga kependidikan akademik IT, juga umum untuk tenaga kependidikan berbagai bidang. Sebagai narasumber pelatihan materi Sistem Informasi Akademik adalah Mabdaul Basar, untuk materi Cyber Security, dengan narasumber Tri Suryantoro. Dipandu MC Rani Dwi Alfita Sari, sesi pelatihan dialokasikan untuk diskusi interaktif, sesama tenaga kependidikan dan narasumber. (IPK)

Kriteria Penentuan Awal Ramadhan Berubah, FIAI UII Siap Diskusikan dalam Seminar Nasional

Kriteria baru penentuan awal bulan Hijriyah, terutama berkenaan penentuan awal bulan Ramadhan dan Syawal, menjadi perhatian masyarakat. Terutama, berkenaan kesepakatan yang ditetapkan MABIMS (Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura). 

Menurut Kamaruddin Amin, Dirjen Bimas Islam Kementeriaan Agama Republik Indonesia, bahwa kriteria MABIMS Baru merupakan hasil Muzakarah Rukyah dan Takwim Islam MABIMS pada tahun 2016 di Malaysia yang diperkuat oleh Seminar Internasional Fikih Falak di Jakarta yang menghasilkan Rekomendasi Jakarta tahun 2017. Oleh karena itu, Kementerian Agama menetapkan untuk menggunakan kriteria baru yang disepakati oleh negara-negara anggota MABIMS. Hal ini disampaikan Kamarudin saat membuka Pertemuan Ahli Hisab Rukyat Tahun 2022 di Serpong, Tangerang Selatan, Selasa 22 Februari 2022.

Masa transisi penggunaan kriteria baru ini menjadi perhatian Fakultas Ilmu Agama Islam UII (FIAI UII), sehingga mendorong Prodi Hukum Keluarga (Ahwal Syakhshiyah) menyiapkan seminar nasional bertajuk Kriteria Terbaru MABIMS dan Implementasinya di Indonesia. Rencananya seminar akan dilaksanakan Selasa, 21 Maret 2023 di Gedung KHA Wahid Hasyim FIAI, Kampus Terpadu UII, Sleman.

“Kesepakatan MABIMS, awalnya cuma MABIM, belum ada Singapore. Ini cukup menarik kita tela’ah, karena di negara tetangga ternyata juga memiliki problem yang sama, sehingga ini keinginan bersama untuk dapat mengawali bulan Ramadhan dan menutup bulan Ramadhan dengan metode yang sama,” kata Panitia Seminar, Muhammad Najib Asyrof, S.Pd.I, Lc., M.Ag, 

Najib menambahkan, bahwa masih ada keragaman dalam kriteria penentuan awal bulan Ramadhan dan Syawal di Indonesia, termasuk pada tahun lalu. Inilah yang menjadi pemantik bersama untuk mendiskusikan, melibatkan pakar ilmu falak di Indonesia. Bagi sebagian orang, bahasan kesepakatan Mabims bukan hal baru, tapi ada sebagian masyarakat yang lain masih belum memahami secara utuh. Ini perlunya mengedukasi.

Seminar Nasional akan menghadirkan narasumber Dr. Sofwan Jannah, M.Ag, pakar falak dari FIAI UII Yogyakarta, Prof Dr. H Susiknan M.Ag, dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta serta Ismail Fahmi, S.Ag dari Kementerian Agama Republik Indonesia berkantor di Jakarta.

“Seminar nasional juga bisa disimak secara daring di seluruh daerah dengan live Youtube channel Hukum Keluarga Ahwal Syakhshiyah FIAI UII. Kami sangat bersemangat untuk mengedukasi masyarakat, sesuai dengan visi misi UII,” kata Najib di kampus terpadu UII, Minggu 19 Maret 2023.

Tingkatkan Spiritualitas, FIAI Selenggarakan Muqoddaman di Gedung Baru.

Sleman, FIAI UII – Universitas Islam Indonesia (UIII) Yogyakarta mengadakan serangkaian kegiatan dalam rangka Milad ke-80. Salah satunya, dengan penyelenggaraan Muqoddaman di tingkat fakultas. Salah satu yang menyelenggarakan adalah Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI). Muqoddaman sendiri adalah prosesi pembacaan Alquran secara bersama-sama dalam satu waktu dari mulai juz 1 sampai juz 30. 

Menggunakan gedung baru, FIAI UII menyelenggarakan muqoddaman dihadiri dosen, tenaga kependidikan dan utusan lembaga mahasiswa di Gedung KHA Wahid Hasyim lantai V Kampus Terpadu UII Jalan Kaliurang, Sleman, Jumat 17 Maret 2023. Gedung yang baru diresmikan oleh Ketua Pengurus Yayasan Badan Wakaf UII, pada akhir tahun 2022.

Dr. Drs. Asmuni, MA, Dekan FIAI UII, menyambut baik terlaksananya muqoddaman yang baru pertama kali diselenggarakan di UII.

”Mempelajari Al Quran itu tidak semata lisan tapi dengan qolbu, sehingga perlunya juga memahami arti. Dengan diadakannya muqoddaman, apalagi dengan Al Quran yang dilengkap terjemahan, pastilah ketika membaca 1 juz, akan ada 1-2 ayat yang mampu dihayati dan mempengaruhi perilaku spiritualitas SDM,” kata Asmuni. Dalam pelaksanaannya, peserta muqoddaman dapat menggunakan mushaf Al Quran versi cetak ataupun versi digital, misal versi aplikasi Android.

Muqoddaman juga dihadiri Wakil Dekan Bidang SDM, Dr. Nur Kholis, SEI., M.Sh.Ec, Wakil Dekan Bidang Keagamaan, Kemahasiswaan dan Alumni Dr. Muhammad Roy Purwanto, S.Ag., M.Ag, serta ketua jurusan dan ketua program studi di lingkungan FIAI UII.

”Dengan semangat Gedung Baru FIAI UII, juga perlu membangun kebiasaan baru, dengan tradisi dalam memahami Al Quran. Marilah kita biasakan bermuamalah dengan Al Quran, membiasakan diri dengan kajian dan yang baik-baik terus diadakan,” kata Muhammad Roy, yang memang membidangi keagamaan di lingkungan FIAI UII. (IPK)

Hadapi Persaingan Global, Mahasiswa FIAI UII Dilatih Kepemimpinan Profetik dan Transformatif

Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia (FIAI UII) yang lahir pada tahun 1945, menjadi fakultas pertama yang sudah melahirkan puluhan ribu alumni tersebar di berbagai negara, hingga ke Timur Tengah. Secara keseluruhan UII Yogyakarta telah mencetak lebih dari 110.000 lulusan dari berbagai disiplin ilmu.

Dalam rangka meningkatkan kualitas lulusannya, FIAI UII berusaha mengadakan berbagai program untuk meningkatkan kompetensi dan wawasan kepada mahasiswa sejak semester awal. Dengan tujuan inilah, FIAI UII bekerjasama dengan Direktorat Pendidikan dan Pembinaan Agama Islam (DPPAI) UII untuk mengadakan Pelatihan Kepemimpinan dan Dakwah (PKD) dan Pelatihan Pengembangan Diri (PPD), Sabtu 4 Maret 2023 di Masjid Ulil Albab, Kampus Terpadu UII, Jalan Kaliurang, Sleman. 

“Kegiatan PKD dan PPD bersifat wajib bagi mahasiswa FIAI UII angkatan 2022. Sekitar 300 mahasiswa mengikuti pelatihan kepemimpinan dan pengembangan diri, dengan pola yang sudah teruji di UII. Harapannya mahasiswa memiliki dorongan dan perspektif akan tantangan global, diawali dengan menjadi pemimpin terbaik bagi dirinya sendiri,” kata Dr. Muhammad Roy, M.Ag, Wakil Dekan Bidang Keagamaan, Kemahasiswaan dan Alumni FIAI UII di tempat pelatihan.

Pelatihan dengan tema Membangun Kepemimpinan Profetik dan Transformatif ini, menghadirkan 2 narasumber, yang keduanya merupakan alumni FIAI UII, Samsul Zakaria, S.Sy., M.H.,  dan Drs. Nanang Nuryanta, M.Pd. Samsul Zakaria merupakan alumni Program Studi Ahwal Syakhshiyah UII Angkatan 2009 yang saat ini menjadi Hakim Pengadilan Agama, Kementerian Agama Republik Indonesia.Sedangkan Nanang Nuryanta, merupakan dosen FIAI UII sekaligus menjabat sebagai Direktur DPPAI UII. Pelatihan yang dimulai sejak pagi, dipandu moderator Moh. Mizan Habibi., S.Pd.I., M.Pd.I, dosen Pendidikan Agama Islam UII.

“Menjadi mahasiswa harus berani mandiri, kalau perlu saat ini juga kirim WA ke orangtua untuk berhenti kirim uang bulanan dan harus siap mencari penghasilan sendiri di Yogyakarta ini”, buka Samsul di awal paparannya, sontak mendapat reaksi riuh dari para mahasiswa mendapat tantangan ini. 
Samsul menambahkan bahwa menjadi mahasiswa harus memiliki perspektif untuk terus berlatih mengembangkan diri dan mencari peluang. Termasuk kesempatan berorganisasi dan menjadi duta dalam kegiatan luar kampus. 

“Saya pernah menjadi wakil mahasiswa FIAI UII hingga Malaysia, dibiayai oleh fakultas. Ini sangat bermanfaat hingga sekarang. Sehingga sudah saatnya mahasiswa memiliki wawasan luas, pintar menangkap peluang dan tidak mudah menyerah,” ajak Samsul yang lahir di Bandar Lampung ini.

Kiri: Drs. Nanang Nuryanta, M.Pd, Direktur DPPAI UII, narasumber kedua (foto: IPK)

Pada sesi kedua, narasumber Nanang Nuryanta, memaparkan arti penting menauladani Rasulullah.
“Tidak ada pemimpin yang sukses dan hebat tanpa keataatan kepada Allah, agar juga kepemimpinanya ditaati oleh masyarakat. Jadi sekali lagi, kuncinya kalau dalam koridor Islam, selain cerdas juga selalu taat pada Allah. Siapa pemimpin yang taat kepada Allah, maka Allah akan selalu membersamainya. Kepemimpinan profetik itu ya harus memiliki 4 sifat Rasulullah, sidiq, amanah, tabligh dan fathonah. Anda harus bisa mengkomunikasikan semua itu. Selain itu, kepemimpinan  harus melahirkan perubahan kepada kebaikan, itulah yang disebut transformatif,” kata Nanang terus memotivasi ratusan mahasiswa FIAI UII.

Kegiatan pelatihan kerjasama FIAI UII dan DPPAI UII Ini, menjadi kegiatan rutin tahunan Bidang Keagamaan, Kemahasiswaan dan Alumni, untuk membekali mahasiswa dari kompetensi softskill.  (IPK)

FIAI UII Terima Kunjungan Penjajakan Kerjasama  Ponpes Ittifaqiah Indralaya Sumatera Selatan

Fakultas Ilmu Agama Islam, Universitas Islam Indonesia (FIAI UII) menerima penjajakan kerjasama dari Pondok Pesantren Al-Ittifaqiah Indralaya (Ponpes Al Ittifaqiah), Sumatera Selatan. Kunjungan diterima di Gedung KHA Wahid Hasyim Kampus Terpadu UII, Sleman, Kamis 12 Januari 2022, oleh Dekan FIAI UII, sekaligus memberikan sambutan penerimaan.

”FIAI UII  menyambut baik atas kunjungan dari Pondok Pesantren Al-Ittifaqiah Sumatera Selatan. Kita ketahui bersama, lulusan dari pesantrennya sudah cukup menyebar hingga perguruan tinggi luar negeri, dan diterima dengan baik di sana dengan jalur khusus. Artinya pondok pesantrennya memang berkualitas, termasuk proses pendidikannya di sana. Ini menjadi pembelajaran bersama. Bahkan beberapa lulusannya selama ini, juga menjadi mahasiswa di UII,” kata Asmuni.

Juru bicara dan kehumasan Pondok Pesantren Al-Ittifaqiah Indralaya,  Eko Adhi Sutrisno, M.Pd.I, yang membersamai rombongan, menyampaikan

“Ponpes Al saat ini mendidik lebih dari 8300 santri yang didominasi berasal dari Sumatera bagian selatan.  Ponpes Al Ittifaqiah memiliki lahan seluas 50 hektar persegi, untuk dipersiapkan sebagai pengembangan hingga perguruan tinggi universitas. Dengan didukung oleh sumber daya manusia hingga 800 orang lebih saat ini, Ponpes Al Ittifaqiah memiliki penguatan kompetensi santri selain dakwah juga entrepreneurship dan saintis. Sehingga dalam hal ini pula, berencana kerjasama dengan FIAI UII Yogyakarta,” kata Eko.

Tambah Eko, saat ini ada kebijakan kebijakan dari pimpinan Ponpes Al Ittifaqiah, untuk mempermudah bagi anak yang berasal dari ekonomi lemah, yatim piatu  dari berbagai pulau di Indonesia, untuk menjadi santri di ponpes kami. Untuk itu dengan niat yang baik, akan melibatkan FIAI UII untuk pengembangan umat, dengan kolaborasi diharapkan akan maju bersama,” (IPK)

Yusdani Luncurkan 6 Buku Sebagai Hadiah untuk Gedung Baru FIAI UII

Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia (FIAI UII) meresmikan gedung baru 7 lantai senilai 63.7 milyar rupiah, 30 Desember 2022. Seiring dengan peresmian, salah satu dosen FIAI UII, Dr. Drs. Yusdani, M.Ag meluncurkan 6 buku karyanya, dengan mengusung tema Islam dan Indonesia.

“Dengan ini, saya persembahan 6 buku yang saya tulis selama 1 tahun lebih ini, sebagai hadiah atas hijrah FIAI UII ke gedung baru di akhir tahun 2022. Sebagai rasa syukur dan bangga, atas peningkatan fasilitas kampus untuk sivisitas FIAI UII,” kata Yusdani sela aktifitas di Kampus Terpadu UII Sleman, 4 Januari 2023.

Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia (FIAI UII) meresmikan gedung baru 7 lantai senilai 63.7 milyar rupiah, 30 Desember 2022. Seiring dengan peresmian, salah satu dosen FIAI UII, Dr. Drs. Yusdani, M.Ag meluncurkan 6 buku karyanya, dengan mengusung tema Islam dan Indonesia.

“Dengan ini, saya persembahan 6 buku yang saya tulis selama 1 tahun lebih ini, sebagai hadiah atas hijrah FIAI UII ke gedung baru di akhir tahun 2022. Sebagai rasa syukur dan bangga, atas peningkatan fasilitas kampus untuk sivisitas FIAI UII,” kata Yusdani sela aktifitas di Kampus Terpadu UII Sleman, 4 Januari 2023.

Buku karya Yusdani, yang diluncurkan sebagai hadiah atas Gedung Baru FIAI UII (

“Banyak persoalan yang ada di masyarakat, saya jawab dalam buku-buku ini, misal persoalan pernikahan beda agama, bagi waris beda agama, proses akad nikah jarak jauh yang kedua mempelai terpisah jarak,” tegas Yusdani

Imbuhnya, banyak cara pandang yang salah terhadap radikalisme dan terorisme. Radikalisme tidak bisa dikaitkan dengan teologi agama manapun, harus dikaji pula peran kekuasaan dalam mewujudkan keadilan.
”Saya ingin Indonesia ini makin sejahtera, namun harus tepat dalam memahami persoalannya. Termasuk menangani radikalisme dan terorisme, ini juga menjadi bahasan dalam buku saya,” tutup Yusdani yang juga pendiri Pusat Studi Siyasah dan Pemberdayaan Masyarakat, Yogyakarta (IPK)

Prodi Ekonomi Islam FIAI UII Dorong Ketahanan Ekonomi Keluarga di Plosokuning, Sleman

SLEMAN, JOGPAPER.NET —Dalam rangka pengabdian kepada masyarakat, Prodi Ekonomi Islam FIAI UI (PSEI UII) bekerjasama dengan Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (DPPM) UII, mengadakan kegiatan pelatihan dan pendampingan berkenaan perencanaan Keuangan Islami di Plosokuning, Sleman,

Pengabdian PSEI kepada masyarakat, berbentuk pelatihan, 25 Desember 2022 (foto: PSEI)
Pelatihan dan pendampingan ini bertujuan untuk meningkatkan literasi keuangan kepada masyarakat khususnya dalam perencanaan keuangan. Pelatihan perdana dilaksanakan 18 Desember 2022, melibatkan para dosen, mahasiswa serta tenaga kependidikan PSEI UII. Bertempat di kediaman Bapak Zein Muttaqin, SEI., MA, RT 03 Plosokuning, Ngaglik Sleman. Peserta pelatihan dan pendampingan dari jama’ah pengajian kelompok Kenanga Plosokuning, kurang lebih 20 orang yang secara demografi merupakan golongan ekonomi menengah ke atas dengan profesi pedagang, pegawai, dan wirausaha.

“Meskipun banyak pakar yang mengatakan bahwa ekonomi dalam kondisi baik, namun tidak bisa dipungkiri isu resesi menjadi keresahan banyak kalangan, termasuk rumah tangga. Kekhawatiran ini semakin menguat seiring dengan trauma pasca pandemik, khususnya bagi masyarakat kalangan menengah ke bawah,” kata Martini Dwi P, SHI., MSI, salah satu narasumber sekaligus inisiator program pengabdian masyarakat.

Martini menambahkan, bahwa berdasarkan penelitian, sebagian besar pola pengelolaan keuangan keluarga di masyarakat Indonesia, masih menggunakan konsep tradisional. Tercermin dari pola pengelolaan keuangan masih dibebankan kepada para istri yang masih fokus pada sisi pengeluaran, penggunaan dana. Ini menggambarkan para istri hanya fokus pada kegiatan konsumsi perhari, antara lain belanja makanan dan minuman juga pembayara listrik dan telepon. Kondisi ini tidak membuat mereka berpikir untuk melakukan investasi membeli aset atau menabung untuk persiapan jangka panjang.

Imbuhnya, pengelolaan keuangan keluarga yang bersifat tradisional ini, ditambah dengan pengaruh budaya membeli sesuatu karena keinginan, bukan karena kebutuhan pokok. Alasan inilah yang menyebabkan munculnya kondisi konsumerisme. Kondisi ini ditandai dengan dorongan untuk selalu mengkonsumsi, dampak banjirnya iklan di media, serta faktor lingkungan. Selain itu, sebagian besar dari para istri, sekitar 78,57% tidak memiliki kebiasaan melakukan pencatatan keuangan secara rutin baik pemasukan maupun pengeluaran.
“Menyadari kondisi yang ada maka pengabdian masyarakat ini mememliki tema khusus, yang tujuannya untuk memberikan pengetahuan umum tentang keuangan Islam dan inklusi keuangan Islam, agar peserta dapat menentukan produk dan layanan jasa keuangan yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan. Juga, membuka wawasan terkait konsep perencanaan dan pengelolaan keuangan rumah tangga khususnya dalam menghadapi kondisi fluktuasi ekonomi. Serta, meningkatkan litersi dalam hal hutang-piutang, konsumsi Islami, investasi, asuaransi dan investasi,” jelas Martini yang juga menggambarkan materi pelatihan dari narasumber lainnya.

Pelatihan awal, berkenaan manajemen keuangan keluarga di Sleman (foto: PSEI)
Narasumber dalam pelatihan dan pendampingan ini, pada sesi pertama, 18 Desember 2022, yaitu Aqida Shohiha, SEI., MEI, Anom Garbo, SEI., MEI, dan Zein Muttaqin, SEI., MA, ketiganya merupakan dosen di FIAI UII. Dilanjutkan pada sesi kedua, 25 Desember 2022, dengan narasumber Sofwan Hadikusumo, Lc., ME, Fajar Fandi Atmaja, Lc., MSI serta Ahmad Rifqi Hidayat, S.IP., MM.

Salah satu peserta yang mengikuti pelatihan Ita Plosokuning, memberikan kesannnya.
“Alhamdulillah, atas terselenggaranya pelatihan dan pendampingan ini. Menjadikan kami paham dan semoga bisa meningkatkan kedisiplinan saya dalam mengelola keuangan rumah tangga,” ujar Ita.

Pelatihan sesi pertama dan kedua, antusiasme peserta tampak dari banyak pertanyaan terkait perencanaan keuangan, baik itu tema manajemen hutang produktif maupun konsumtif. Bahasan tentang, siapa yang berhak memperoleh nafkah, apa perbedaan nafkah dan sedekah, juga pertanyaan tentang zakat maal.

”Tentu dalam pengabdian kepada masyarakat ini, juga diberikan pelatihan dan pendampingan berkenaan cara menghitung zakat, cara menabung yang efektif, dan cara melakukan diversifikasi investasi,” ujar Martini sebagai penutup. (IPK)

Program Doktor FIAI UII Diskusikan Pengelolaan Jurnal untuk Dongkrak Reputasi Internasional

Program studi Doktor Hukum Islam, Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia (FIAI UII) berdiri sejak tahun 2010. Dalam eksistensinya, terus berupaya meningkatkan kualitas pendidikan, terutama dari sisi pendidik. Salah satu upanya dengan diadakannya diskusi dengan tema ‘Best Pratices Mengelola dan Menembus Jurnal Internasional Bereputasi’, Kamis 15 Desember 2022.  Diskusi diikuti oleh dosen dan pengelola program studi Doktor Hukum Islam  di gedung baru FIAI UII, Kampus Terpadu Jalan Kaliurang, Sleman.

Inisiatif penyelenggaran diskusi berawal dari pengelola salah satu jurnal di Program Doktor Hukum Islam UII, yaitu IJIIS (Indonesia Journal of Interdicsiplinary Islamic  Studies). Dr. Anisah Budiwati  M.SI, Ketua Program Studi Doktor Hukum Islam FIAI UII menjelaskan

”Perlunya membangun jejaring dengan pengelola jurnal yang sudah terindex Scopus di Indonesia, agar mampu  menjadi jembatan bagi dosen Program Doktor FIAI UII dalam meningkatkan diri, menuju guru besar. Narasumber yang dihadirkan, jurnalnya sudah terindex Scopus pada tahun ini, sehingga sudah saatnya saling topang,” ungkapnya.

Narasumber diskusi didatangkan dari UIN Ar-Raniry Aceh, Dr. Mursyid Djawas, MH, yang langsung memantik diskusi setelah sambutan.

 ”Scopus itu membutuhkan kita. Dulu mereka mengirim orang ke Indonesia untuk mencari data penelitian, tapi sekarang tidak perlu lagi, tinggal ngambil data dari kita. Artinya kita dibutuhkan Scopus,”  kata Mursyid.

Mursyid menambahkan, banyak ahli  dengan karya jurnal  sangat berkualitas,  tapi belum tentu sesuai dengan format dan gaya penulisan yang diinginkan Scopus. Sehingga perlunya saling mengisi, sesama dosen, baik yang baru menulis maupun yang sudah berpengalaman sekalipun. Saling bekerjasama, memperhatikan kondisi, sekiranya di Indonesia sudah banyak  jurnal dengan tema yang sama dan teriindex Scopus, bisa saja pengajuan jurnal ditolak. Untuk itu pentingnyamemperhatikan fokus tema yang berbeda.

”Pengalaman kami, ketika sudah banyak jurnal terindex Scopus mengambil materi hukum Islam, kami mencoba dengan hukum keluarga dari kondisi lokal Indonesia, akhirnya lolos di Scopus. Semata karena keunikan serta  memperhatikan 3 hal, yaitu nama jurnal, tema dan keyword yang dibidik,” jelas Mursyid.

Lebih dalam, Mursyid menjelaskasn perlunya memikirkan rujukan berkualitas untuk jurnal, terutama rujukan dari jurnal yang sudah terindex Scopus. Menurutnya, perlunya  merujuk dari 25 sumber jurnal yang juga sudah terindex di Scopus. Banyak penulis jurnal dengan hasil karya yang bagus,  tapi belum tentu sesuai dengan aoa yang diinginkan Scopus. Sehingga perlunya saling mengisi.  

Diskusi yang dihadiri kurang lebih 30 peserta, diakhiri dengan penjajakan kerjasama dalam hal publikasi dan pengelolaan jurnal antara UII Yogya dengan UIN Ar Raniry Aceh. (IPK)

Lompatan Jurnal El Tarbawi PAI UII Raih Peringkat Akreditasi SINTA 3 DIKTI

 Jurnal El Tabawi dari Program Studi Pendidikan Agama Islam, Universitas Islam Indonesia (UII) berhasil meraih akreditasi peringkat SINTA 3 DIKTI. Raihan peringkat ini berdasarkan Keputusan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi (DIKTI), Kementerian Pendidikan Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud) Republik Indonesia, nomor 204/E/KPT/2022 tentang Akreditasi Jurnal Ilmiah Periode II Tahun 2022, terbit 12 Desember 2022.

Kemendikbud Republik Indonesia melakukan akreditasi dan pemeringkatan jurnal, sesuai dengan pedoman akreditasi jurnal nasional dinyatakan dengan peringkat SINTA (Science and Technology Index), mulai dari peringkat S1 sampai S6. Sesuai dengan Perdirjen Risbang no 19 tahun 2018, pemberian peringkat 1 sampai 6 diakronimkan sebagai SINTA 1 sampai SINTA 6 (terendah).

SINTA DIKTI berfungsi sebagai wadah hasil penelitian untuk dipublikasikan secara online, serta menilai kinerja jurnal berdasarkan standar akreditasi dan sitasi, dengan mengindeks seluruh jurnal nasional yang sudah diakreditasi.

Dekan FIAI UII, Dr. Drs. Asmuni, M.A, sekaligus Pengarah Jurnal El Tarbawi, ditemui di Ruang Dekanat, menyambut baik atas raihan ini.

“Raihan Jurnal El Tarbawi ini merupakan lompatan yang membahagiakan dan mengharukan, karena sebelumnya belum terakreditasi, sekarang peringkat SINTA 3. Saya mewakili FIAI UII sangat mengapresiasi raihan ini, serta mengharap pengelola jurnal lainnya dapat mencontoh upaya dari pengelola Jurnal El Tarbawi,” kata Asmuni.

Di tempat berbeda, Kurniawan Dwi Saputra, Lc., M.Hum, Editor in Chief dari Jurnal El Tarbawi langsung menyampaikan syukur.
“Alhamdulillah, atas prestasi meraih peringkat SINTA 3 ini, semoga menjadi penyemangat untuk makin baik,” kata Kurniawan.

Menurut Kurniawan, ini merupakan kerja kolektif dari banyak pihak. Upaya yang dilakukan selama ini untuk mendorong kualitas Jurnal El Tarbawai, antara lain dengan melibatkan editor dan reviewer internasional. Selain itu, selalu melakukan simulasi jurnal dengan melibatkan bengkel perbaikan teknis dari praktisi manajer jurnal terakreditasi.
“Kami akan terus melakukan berbagai upaya, bahkan hingga menyediakan call paper berhadiah untuk mencari naskah yang berkualitas. Namun ada yang cukup penting, yaitu ikhtiar bathiniyyah berbentuk hataman Al Qur’an melibatkan Dewan Dosen Pendidikan Agama Islam UII,” ungkap Kurniawan.

Di tempat yang sama, Ahmad Zubaidi, S.P.d., M.Pd, Editorial Boards, Jurnal El Tarbawi menambahkan.

”Saat ini, pengelola Jurnal El Tarbawi mencoba memperluas kesempatan bagi penulis jurnal. Sebelumnya setiap terbit ada 10 kuota, saat ini menjadi 15 kuota. Salah satu upaya untuk mendorong animo bagi penulis berkualitas dari berbagi daerah di Indonesia, solusinya dengan memberikan subsidi dana, artinya beban biaya ada yang ditanggung oleh fakultas,” kata Ahmad, sebagai penutup.(IPK)

Semangat Hijrah Total atas Perpindahan Gedung  FIAI UII

Sebagai pioner perguruan tinggi di Indonesia, Universitas Islam Indonesia (UII) yang berdiri 8 Juli 1945 terus melakukan peningkatan berkelanjutan. Salah satunya, atas selesainya pembangunan gedung baru Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI), di Kampus Terpadu Jalan Kaliurang km. 14, Sleman, pada bulan Desember 2022.

”Dengan gedung baru, ini sebagai momentum untuk hijrah secara total. Peningkatan kualitas secara menyeluruh dapat dilakukan, karena tata ruang yang dikonsep lebih eco green dan upaya menghilangkan inferior. Fase tata kelola benar-benar berubah, menjadi integratif,” kata Dr. Nur Kholis, S.Ag S.E.I., M.Sh.Ec., Wakil Dekan Bidang Sumber Daya FIAI UII, di Kampus Terpadu UII, 7 Desember 2022, bertepatan hari ke-3 kegiatan hataman untuk menyongsong gedung baru.

Imbuh Nurkholis, bahwa menjiwai hijrah haruslah secara spiritual dan mental, bahwa hijrah itu momentum lompatan dari yang kurang baik menjadi lebih baik, dari kebiasaan yang kurang baik menjadi lebih baik. Ini sesuai dengan konsep awal gedung baru, di mana proses layanan dan pembelajaran program sarjana, magister dan doktor akan jadi satu gedung. Diharapkan ini meningkatkan layanan dan komunikasi serta menciptakan kondisi akademik asmosfer yang lebih baik. Harapan ini, sudah mulai direalisasi dengan upaya perwujudan layanan prima. Layanan prima diawali dari komunikasi yang baik, dan ini bisa dilaksanakan ketika sumber daya manusia (SDM) mengetahui dan memiliki cara untuk berkomunikasi yang efektif.

“Di bulan November 2022, sudah diadakan pelatihan untuk SDM FIAI UII, sebagai upaya meningkatkan kesadaran tentang arti penting komunikasi yang efektif. Komunikasi dalam dunia kerja seharusnya mencerahkan, membahagiakan dan bukan membingungkan. Nantinya di akhir Desember 2022 juga adakan dilakukan kegiatan yang bertema enggagement gedung baru, ” ungkap Nurkholis.

Gedung FIAI UII dibangun oleh Yayasan Badan Wakaf UII, dengan dengan tata ruang yang modern dan menerapkan efisisiensi. Salah satu bentuk upaya efisiensi, dengan penerapan eco green, untuk siang hari di ruang kerja, dan pelayanan tidak tergantung penerangan yang bersumber dari listrik, namun dari cahaya matahari. Dalam kapasitas perkuliahan, terjadi peningkatan 50% jumlah ruang kuliah, selain itu memiliki auditorium berkapasitas 200 orang, yang di gedung sebelumnya, belum tersedia. Ruang pertemuan juga meningkat 2 kali dari gedung lama, namun dengan penerapan konsep yang baru dalam manajemen penggunaannya.

“Manajemen ruang rapat, menerapkan konsep egaliter. Tidak ada lagi ruang rapat khusus dekan, ruang rapat khusus prodi, tapi semua ruang rapat diberi nomor, dan bisa digunakan oleh semua pihak. Termasuk mahasiswa, bisa menggunakan ruang rapat. Selain tata ruang dibuat untuk memudahkan pemantauan, misal pengendalian sampah, antisipasi dampak perokok di sembarang ruang gedung FIAI,” jelas Nurkholis.

Sebagai penutup, Nurkholis menyampaikan, di Gedung FIAI yang baru, disediakan co-working space, sebagai bentuk pemberdayaan potensi mahasiswa, tenaga kependidikan dan dosen untuk meningkatkan egaliterian, kesetaraan dalam bekerjasama dengan berbagai pihak. Penamaan ruang pertemuan dan teamwork dengan pola baru, misal di prodi ada ruang rapat, tidak diberikan nama Ruang Rapat Jurusan, tapi diberi nomor, sehingga dari dekanat, tendik dan tim tetap bisa menggunakannya, tidak hanya dari unsur prodi tertentu saja. (IPK)