PKBHI Sikapi Perbedaan Awal Ramadhan 1433 H

Pusat Konsultasi dan Bantuan Hukum Islam (PKBHI) FIAI mensikapi kemungkinan terjadinya perbedaan awal Ramadhan 1433 H di Indonesia. Kepala PKBHI, Drs. Sofwan Jannah, M.Ag., dalam keterangannya mengungkapkan prediksi posisi hilal pada akhir atau awal bulan Sya’ban 1433 Hijriyah tepatnya pada tanggal 19 Juli 2012 yang posisinya masih rendah di atas ufuk sehingga diprediksi sangat sulit untuk dirukyat. Sedangkan hari berikutnya yaitu tanggal 20 Juli 2012 pada saat Magrib posisi hilal sudah sangat tinggi dan kemungkinannya untuk dirukyat sangat mudah.

“Pada umumnya semua anggota Badan Hisab dan Rukyat (BHR) menyampaikan bahwa posisi hilal di Indonesia sangat sulit untuk dirukyat, bahkan ada yang menyatakan mustahil untuk dirukyat, meskipun ada tiga sistem Hisab Taqribi yang menghasilkan di atas 2-3 derajat“ , kata Sofwan. Lebih lanjut, pakar falak nasional ini mengatakan, perbedaan penentuan tersebut disebabkan pebedaan metode yang digunakan oleh para ahli yakni metode rukyat dan hisab dalam memulai dan mengakhiri hari dan tanggal.

“Saat ini kaum muslimin telah memilki kemampuan hisab yang harus digunakan meskipun metode rukyat digunakan pada masa Rasulullah untuk menentukan awal bulan Ramadan, Syawal, Zulhijah, dan Muharam karena saat itu ada illat kaum muslimin tidak memiliki kemampuan membaca dan melakukan hisab“, ungkapnya.

Agar umat Islam khususnya di Indonesia tidak terjebak dalam perbedaan, kata Sofwan, perlu ada penyatuan kalender internasional dimana ketinggian hilal di satu tempat di muka Bumi ini cukup visibel untuk dirukyat, maka sudah dapat dijadikan argumentasi untuk memulai aktivitas Ibadah, seperti ibadah Puasa Ramadan, Idul Fitri, dan Idul Adha diseluruh muka bumi ini.

Diharapkannya Indonesia tidak terjebak dengan prediksi yang mengandalkan kriteria imkan Rukyat minimal 2° yang ternyata tidak visibel hasil rukyatnya untuk didokumentasi-kan, tapi masih dipertahankan untuk kriteria penampakan hilal dengan alasan untuk kesatuan dalam memulai dan mengakhiri ibadah. Namun nyatanya tidak dapat menyatu-kan masyarakat muslim di Indonesia, apalagi untuk semua kaum muslimin di seluruh muka bumi ini” harapnya kepada masyarakat Indonesia.