Sistematisasi Berilmu Amaliah Melalui Dunia Digital

Penulis : Lukman

Dosen PAI-FIAI UII

 

Sudah jamak diketahui bahwa teknologi internet membuka kran segala informasi dan komunikasi. Dulu, perkembangan teknologi pesawat membawa kemudahan seseorang menerima peristiwa Isro’ dan Mikroj. Saat ini, perkembangan Metaverse memudahkan seseorang menerima trasformasi Malaikat Jibril ke dalam bentuk manusia dalam menyampaikan wahyu kepada para-Nabi. 

Di sisi yang lain, manusia juga mengalami tuntutan yang sangat tinggi berkaitan dengan keimanan. Dulu manusia bisa menghindar dari pertanyaan mengapa tidak beriman dengan menjawab karena tidak mendapat informasi dakwah. Saat ini, manusia semakin sulit menghindari pertanyaan tersebut dengan jawaban yang sama karena bukankah dakwah tergenggam hampir di setiap tangan manusia?

Di sisi lainnya lagi, kaum muslim juga menghadapi tuntutan yang tinggi untuk meningkatkan keimanannya dengan menuntut ilmu sepanjang hidup. Kemudahan mencari ilmu terbuka lebar; dari materi atau bahan, diskusi, dan contoh-contoh refleksi sangat melimpah ruah di dunia digital.

Melimpah ruahnya bahan dan ragam jenis tingkatan memerlukan upaya sistematisasi untuk mempelajarinya. Upaya sistematisasi belajar adalah wujud dari pengamalan perintah Allah Swt dalam berpikir sebagaimana salah satunya ada pada Surat Yunus [10] ayat 100, “…Dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya”.

Quraish Shihab dalam bukunya Wawasan al-Qur`an mendefinisikan akal sebagai daya untuk memahami dan menggambarkan sesuatu. Merujuk pada definisi ini, upaya sistematisasi belajar adalah memahami dan menggambarkan ilmu keislaman secara keseluruhan dan kemudian berikhtiar memahaminya.

Di antara produk ulama terdahulu yang menggambarkan sistematisasi ilmu amaliah berdasarkan prioritas perkembangan individual kemusliman adalah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali ath-Thusi yang wafat tahun 1111 M. Hal ini terlihat sangat kuat dalam karyanya yang sangat fenomenal, yaitu Ihya Ulumuddin.

Ihya Ulumuddin banyak dikritik oleh ulama sampai hari ini, namun para ulama yang mendukung dan mengkajinya sampai hari ini juga sangat banyak. Terlepas dari pro-kontra terhadap tersebut, Ihya Ulumuddin dapat dijadikan pedoman untuk mempelajari ilmu-ilmu keislaman yang melimpah ruah di dunia digital.

 

Sistematisasi Materi Belajar 

Sistematisasi belajar berdasarkan kitab Ihya Ulumuddin diambil dari bab-bab dari kitab Ihya itu sendiri yang meliputi 4 bab besar, yaitu ibadah, aktivitas sehari-hari, kondisi jiwa yang membahayakan, dan kondisi jiwa yang menyelamatkan.

Bab pertama terkait ibadah. Subbab dalam bab ini adalah: (1) Ilmu dalam Islam; (2) Akidah; (3) Thaharah; (4) Shalat; (5) Zakat; (6) Puasa; (7) Haji; (8) Adab Membaca Al-Qur’an; (9) Dzikir dan Doa; dan (10) Wirid Harian. 

Bab kedua terkait aktivitas sehari-hari. Subbab dalam bab ini adalah: (1) Makan; (2) Pernikahan; (3) Pekerjaan; (4) Halal-Haram; (5) Pergaulan Sesama Manusia; (6) Uzlah; (7) Musafir; (8) Mendengar dan Merasa; (9) Amar Makruf Nahi Mungkar; (10) Adab kehidupan.

Bab ketiga terkait kondisi jiwa yang membahayakan. Subbab dalam bab ini adalah: (1) Keajaiban hati; (2) Melatih jiwa; (3) Bahaya Nafsu Perut dan Kemaluan; (4) Bahaya lidah; (5) Bahaya Marah, Iri, dan Dengki; (6) Bahaya Cinta Dunia; (7) Bahaya kikir; (8) Bahaya Cinta Kemegahan dan Pamer; (9) Bahaya Takabbur dan Ujub; (10) Tipuan-tipuan Duniawi.

Bab keempat terkait kondisi jiwa yang menyelamatkan. Subbab dalam bab ini adalah; (1) Taubat; (2) Sabar dan Syukur; (3) Khouf dan Roja’; (4) Fakir dan Zuhud; (5) Tauhid dan Tawakkal; (6) Cinta, Rindu, Damai, dan Rela; (7) Sidiq dan Ikhlas; (8) Muraqobah dan Muhasabah; (9) Tafakkur; (10) Dzikrul Maut.

Dengan sistematisasi belajar sebagaimana di atas, akan memberikan pedoman mengeksplorasi dunia digital. Pendalaman dan kritis dapat dilakukan setalah memahami dan menggambarkan keilmuan ini secara komprehensip. Misalnya dengan melanjutkan mengeksploarasi Ilmu Tafsir, Ilmu Al-Qur’an, Ilmu Hadis, Ilmu Nahwu, Ilmu Shorf, Ushul Fiqh, Qowaidul Fighiyyah, Ilmu Mantiq, Ilmu Badi’, Ilmul Bayan, Ilmu Filsafat Islam, Ilmu Psikologi Islam, Ilmu Ekonomi Islam, Ilmu Politik Islam, dan seterusnya.

 

Pedoman Memperoleh Bahan dari Dunia Digital

Upaya sistematisasi belajar melalui dunia digital memerlukan bimbingan dan diskusi. Bimbingan dan diskusi dapat dilakukan dengan memanfaatkan bimbingan yang dilakukan secara digital juga. Misalnya dengan mengikuti pengajian, kajian, diskusi materi terkait melalui media digital online.

Untuk memilih saluran online yang sesuai dengan upaya sistematisasi belajar ini dapat memilih media online yang menyajikan belajar secara rutin, runtut, dan sistematis. Banyak sekali pesantren, perguruan tinggi, ataupun organisasi masyarakat yang menyediakan saluran seperti ini. Yang diperlukan bagi pembelajar dunia digital online saat ini adalah sungguh-sungguh.

 

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *