Profil Guru yang Efektif

 

Penulis : Burhan Nudin

Dosen PAI-FIAI UII

 

Sebagai soerang guru yang kompeten, tentu harus memiliki pemahaman yang tepat tentang perkembangan subjek didik mereka. Paham bagaimana meramu materi yang relevan dengan level perkembangan mereka. Relevan yang dimaksud adalah perkembangan kognitif, bahasa, sosio-emosional, bahkan perkembangan fisik sesuai dengan periode dan jenjang pendidikan yang mereka tempuh. Memahami perkembangan subjek didik sangat membantu guru dalam menentukan materi, bahasa, bahkan metode pengajaran. Beberapa komponen yang perlu dimiliki dan diperhatikan antara lain:

  1. Keterampilan Manajemen Kelas (Class Management Skills)

Pembelajaran yang efektif dapat terwujud manakala guru mampu mengondisikan subjek didik. Menjaga kondisi kelas yang ideal membutuhkan kerjasama dari seluruh komponen kelas dan berorientasi pada tugas-tugas yang harus dilakukan di kelas. Guru yang efektif mampu menciptakan lingkungan belajar yang optimal dengan membuat aturan dan prosedur, mengelola kelompok, mengawasi dan melaksanakan kegiatan kelas, serta menangani perilaku menyimpang (Kauffman, et al., 2006). Tentang berbagai aturan dalam mengelola kelas biasanya disampaikan pada pertemuan pertama pembelajaran. Di perguruan tinggi biasanya tertuang dalam kontrak belajar yang disampaikan pada pertemuan pertama perkuliahan.

  1. Keterampilan Memotivasi

Guru yang efektif memiliki strategi yang baik dalam membantu subjek didik untuk dapat memotivasi dirinya sendiri secara mandiri dan bertanggung jawab atas pembelajarannya (Anderman & Wolters, 2006). Motivasi ini dapat dicapai dengan memberikan kesempatan belajar di dunia nyata (Brophy, 2004), menetapkan harapan yang tinggi untuk berprestasi (Widfield, 2006). Subjek didik dapat termotivasi ketika mereka bisa membuat pilihan yang sesuai dengan minat pribadinya, dan pada saat yang sama guru memberikan kesempatan kepada subjek didik untuk berpikir kreatif dan mendalam dalam menyelesaikan tugasnya (Blumenfeld, Kempler, & Krajcik, 2006).

  1. Kemampuan berkomunikasi

Kemampuan berkomunikasi mencakup keterampilan berbicara, mendengarkan, mengatasi hambatan dalam komunikasi verbal, memperhatikan komunikasi nonverbal subjek didik, dan menyelesaikan konflik secara konstruktif. Tidak hanya komunikasi dengan subjek didik, tetapi juga dengan orang tua. Guru juga tidak membatasi kritik, cenderung asertif-tidak agresif atau pasif (Evertson et al., 2006), dan bahkan berupaya meningkatkan keterampilan komunikasi subjek didiknya (Powell & Caseau, 2004).

  1. Memperhatikan Perbedaan Individual

Variasi individu subjek didik dalam suatu kelas sangat beragam, mulai dari aspek kecerdasan, gaya berpikir dan belajar, kepribadian dan perangai, bakat, bahkan keterbatasan subjek didik. Tentu ini bukan hal yang mudah bagi seorang guru. Pembelajaran yang efektif dengan beberapa variasi individu dalam satu kelas tentu membutuhkan banyak pemikiran dan usaha. Dalam kondisi seperti itu, yang perlu dilakukan guru adalah membedakan proses pembelajaran (differentiated instruction), yang menekankan pada penyesuaian tugas yang diberikan kepada siswa untuk memenuhi kebutuhan dan kemampuannya. Sangat tidak mungkin bagi seorang guru untuk dapat membuat 20 hingga 30 rencana pengajaran yang berbeda hanya untuk memenuhi kebutuhan setiap siswa di kelas. Membedakan proses pembelajaran akan membantu guru menemukan ‘zona’ atau ‘range’ di mana siswa dapat dikelompokkan sehingga guru hanya membuat tiga atau empat rencana pengajaran.

  1. Bekerja Secara Efektif dengan Subjek Didik dari Berbagai Latar Belakang Budaya

Perkembangan dunia saat ini penuh dengan asimilasi dan akulturasi antarbudaya. Oleh karena itu, guru yang efektif memiliki wawasan tentang orang-orang dengan latar belakang budaya yang berbeda dan peka terhadap kebutuhan mereka (Bennett, 2007). Guru seyogyanya mampu mendorong subjek didik untuk memiliki hubungan yang positif (hangat) dan memikirkan cara untuk menciptakan situasi seperti itu. Guru harus mampu melatih mereka untuk berpikir kritis tentang berbagai isu-isu atau masalah budaya dan bertindak sebagai orang yang mampu menjembatani perbedaan budaya (Redman, 2007). Guru juga menjadi penengah antar budaya sekolah bagi sejumlah siswa, terutama siswa yang tidak berhasil secara akademis (Diaz et al., 2006).

  1. Assessment Skills (Keterampilan Penilaian)

Guru yang efektif dapat menggunakan penilaian secara efektif di dalam kelas. Guru harus memutuskan jenis ujian apa yang akan digunakan untuk membuktikan prestasi belajar, apakah penilaian tertulis, lisan, atau praktik. Penilaian harus disesuaikan dengan hasil belajar yang telah ditentukan oleh guru seperti yang tertuang dalam RPP. Penilaian aspek pengetahuan tentu berbeda instrumennya dengan aspek sikap dan keterampilan. Instrumen aspek pengetahuan dapat menggunakan tes tertulis atau lisan; Instrumen aspek sikap dapat menggunakan lembar observasi, check list; Instrumen aspek keterampilan dapat berupa meminta subjek didik untuk mempraktikkan sesuatu.

  1. Keterampilan Menggunakan Teknologi

Penggunaan dan penguasaan teknologi menjadi suatu hal yang harus diperhatikan dalam pembelajaran yang efektif, terutama di masa pandemi COVID-19 ini untuk mendukung pembelajaran jarak jauh yang dilakukan secara online. Guru yang efektif mampu mengembangkan keterampilan teknologi mereka dan mengintegrasikannya ke dalam kelas dengan tepat (Cruz & Duplass, 2007). Integrasi komputer ke dalam kelas harus sesuai dengan kebutuhan belajar siswa. Guru juga memahami berbagai alat untuk mendukung pembelajaran siswa penyandang disabilitas (Provenzo, 2005).

  1. Komitmen dan Motivasi

Sudah menjadi rahasia umum bahwa pekerjaan seorang guru sangat kompleks. Tugas guru bukan sekedar menguasai materi pelajaran, atau mentransfer materi pelajaran kepada subjek didik. Lebih dari itu, seorang guru harus membuat rencana pengajaran yang komprehensif, apalagi jika dalam suatu kelas terdapat variasi individu subjek didik dan keragaman sosial budaya. Belum lagi pekerjaan melakukan penilaian yang harus dilakukan secara komprehensif juga, hingga akhirnya harus melaporkan hasil penilaian kepada subjek didik bahkan kepada orang tua. Tidak sedikit guru yang mengaku merasa lelah bahkan frustasi untuk melakukan pekerjaan tersebut. Dalam kondisi seperti itu, untuk memastikan bahwa seorang guru mencintai pekerjaannya, mencintai murid-muridnya, dan rela (ikhlas) dengan segala konsekuensinya, dibutuhkan sikap mulia yang disebut ‘komitmen’, yaitu suatu keadaan dimana seorang guru memihak pada profesinya dan tujuan dan keinginannya. mempertahankan profesinya sebagai guru. Guru harus memiliki self efficacy yaitu keyakinan akan kemampuannya yang tentunya akan menular pada siswanya. Guru harus menjaga sikap dan semangat positif selama mengajar. Dalam pekerjaan apa pun, kesuksesan melahirkan kesuksesan. Semakin baik seorang guru, semakin bermanfaat pekerjaan guru itu. Semakin dihormati dan sukses dicapai di mata siswa guru, semakin baik komitmen seseorang untuk menjadi guru. “Komitmen” bisa menjadi motivator positif bagi guru untuk terus mengajar dan mencintai pekerjaannya. Setidaknya ada tiga aspek yang diharapkan subjek didik dari seorang guru, yaitu: memiliki selera humor yang tinggi, membuat kelas menarik, dan menguasai mata pelajaran. Tiga sifat guru yang tidak disukai peserta didik adalah membosankan, tidak jelas dalam menjelaskan materi pelajaran, dan menunjukkan favoritisme terhadap siswa tertentu. Inilah pentingnya mempelajari psikologi pendidikan (untuk pembelajaran yang efektif)

Kesimpulan

Berdasarkan temuan di atas, dapat disimpulkan bahwa guru PAI yang efektif memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam tiga dimensi, yaitu dimensi profesional, pedagogik, dan psikologis. Dimensi psikologis memiliki aspek yang paling banyak dibandingkan dengan dimensi lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa seorang guru PAI harus memiliki pengetahuan dan keterampilan psikologis yang baik agar dapat mengajar PAI secara efektif.

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *