MODEL INTERNALISASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Penulis : Sri Haningsih

Dosen PAI- FIAI UII

 

Proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) masih ditemukan beberapa kendala. Pertama, Proses pendidikan lebih kognitif oriented, sehingga “hanya” menghasilkan output pendidikan yang cerdas intelektual, lemah aspek emosional spiritualnya.

Kedua, kritik masyarakat pengguna masih ditemukan lulusan sekolah umum yang sudah menerima pembelajaran materi PAI mulai SD sampai Perguruan Tinggi belum bisa membaca,  menulis huruf al-Qur’an. Keluhan lain  PAI belum berdampak signifikan terhadap tingkah laku subyek didik yang dibuktikan dengan kenakalan remaja hingga pergaulan bebas dan pelanggaran seksual.

Kurikulum PAI memiliki kedudukan sangat penting untuk membentuk kepribadian seseorang. PAI di sekolah bertujuan menumbuh kembangkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT., serta akhlak mulia peserta didiknya. Jika selama ini PAI di sekolah didominasi oleh pendekatan doktriner, ideologis, dan hanya terhenti pada aspek kognitif, perlu diubah dengan pendekatan ilmu (rasional), iman, dan amal (kognitif, afektif dan psikomotor). PAI di sekolah harus dapat memotivasi peserta didik untuk mengembangkan keilmuan, memperkuat keimanan dan dapat dijadikan landasan moral kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu   PAI  saatnya dilakukan inovasi multi dimensi, sebutan peserta didik menjadi subyek didik. karena peserta didik cenderung pasif, sedangkan subyek didik aktif terlibat beberapa dimensi. Disamping itu diperlukan inovasi kurikulum yang meliputi tujuan pendidikan, materi atau bahan pendidikan, metode dan strategi Pendidikan, serta evaluasi pendidikan secara bulat dan utuh.

 

Model Internalisasi Nilai-Nilai PAI

Beberapa pendekatan atau model imternalisasi, yaitu:

  • Pendekatan keteladanan. Pendekatan ini penting, karena sasaran yang dituju adalah para siswa yang berusia muda, yang ditinjau dari perkembangan moral masih memerlukan “pemeran” atau aktor moral.
  • Pendekatan pengalaman, subyek didik diantarkan pada pengalaman keagamaan sampai sekiranya membekas dalam hidupnya, baik pengaruhnya kecil maupun besar terhadap perilaku keseharian mereka.
  • Pendekatan pembiasaan, subyek didik “dipaksa” membiasakan diri mengaktualisasikan pengalaman-pengalaman keagamaan dalam bentuk akhlak Islami. Bahkan kalau perlu juga dijadikan bahan/materi evaluasi kelulusan

 

Kesimpulan

Proses pembelajaran PAI terjadi proses interaksi edukatif antara guru, peserta didik dan lingkungan yang melibatkan berbagai komponen pembelajaran. Guru PAI diharapkan mampu mengelola berbagai komponen pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran dengan multi pendekatan dan metode yang efektif dan tepat guna.

 

 

Referensi

Faridi, “No Title,” Progresiva, Vol.5.No.1.Desember (2011), 4–5

Munif, “Strategi Internalisasi Nilai-Nilai PAI dalam Membentuk Karakter Siswa,” Edurelgia, Vol.01 No. (2017)

Sutrisno, Pendidikan Islam yang Menghidupkan (Studi Kritis Terhadap Pemikiran Pendidikan Fazlurrahman)(Yogyakarta: Kota Kembang, 2008)

Widodo, Hendro, “No Title,” Lentera Pendidikan, 21.1. Juni (2018), 110–22

Hendro Widodo, no Title,  Lentera Pendidikan , 21. 1. Juni (2018) , hal. 110.

Munif, “Strategi Internalisasi Nilai-Nilai PAI dalam Membentuk Karakter Siswa,” Edurelgia, Vol.01 No. (2017).

Sutrisno, Pendidikan Islam yang Menghidupkan (Studi Kritis Terhadap Pemikiran Pendidikan Fazlurrahman) (Yogyakarta: Kota Kembang, 2008), hal. 79.

Sutrisno.

Faridi, “No Title,” Progresiva, Vol.5.No.1.Desember (2011), 4–5 (hal. 10).

 

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *