Adaptasi The Hook Canvas Dalam Peningkatan Partisipasi Pembelajaran

Penulis : Mir’atun Nur Arifah

Dosen PAI- FIAI UII – Ketua Prodi PAI

 

Pembelajaran Daring

Pembelajaran daring sebenarnya bukan merupakan hal baru di dunia pendidikan khususnya di Indonesia. Pelaksanakaan pembelajaran ini mulanya menjadi salah satu model pembelajaran yang banyak diterapkan di tingkat universitas atau perguruan tinggi. Penerapan pada jenjang ini berdasarkan asumsi bahwa pembelajar di tingkat perguruan tinggi sudah memiliki kesadaran belajar dan mampu mengelola waktu dengan baik. Kedua hal tersebut menjadi modal utama pelaksanaan pembelajaran daring karna karakter pembelajarannya yang mandiri dan minim pengawasan langsung. Namun kedudukan pembelajaran daring kala itu hanya sebagai komplemen atau suplemen pelaksanaan pembelajaran luring atau tatap muka. Artinya pembelajaran luring tetap menjadi model utama yang diterapkan karna berbagai kemudahan yang dimiliki, misalnya: kemudahan untuk mengontrol peserta didik secara langsung, kemudahan untuk mengamati proses belajar, kemudahan untuk memberikan umpan balik atau penilaian, kemudahan dalam mempersiapkan bahan pembelajaran, dan berbagai kemudahan lainnya. Tahun 2020 lalu menjadi momentum yang membawa pembelajaran daring menjadi model pembelajaran yang utama pada pelaksanaan pembelajaran di Indonesia. Menyebarnya virus Covid-19 hingga menjadi pandemi memaksa seluruh jenjang pendidikan di Indonesia merubah pelaksanaan pembelajarannya menjadi daring sepenuhnya. Pada mulanya banyak lembaga pendidikan yang kesulitan untuk bisa mengikuti model pembelajaran ini karna keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki. Namun dalam perjalanannya, model pembelajaran daring tetap dapat diterapkan dengan berbagai penyesuaian terhadap kondisi masing-masing lembaga pendidikan. Masalah yang muncul dengan penerapan pembelajaran daring pada seluruh jenjang pendidikan ini adalah peserta didik pada jenjang tertentu sebenarnya belum sepenuhnya siap untuk dilepas menjadi pembelajar mandiri. Misalnya pada peserta didik dari jenjang sekolah dasar dan sekolah menengah yang masih belajar untuk mengatur waktu dan belum sepenuhnya memiliki kesadaran belajar, akan mengalami kesulitan untuk mengikuti pembelajaran daring karna banyak distraksi kegiatan lain yang lebih menarik. Terlebih dalam pelaksanaan pembelajaran daring, pemantauan dari guru juga tidak maksimal karena keterbatasan untuk mengontrol peserta didik secara langsung.

The Hook Canvas

The Hook Canvas merupakan metode yang tahapannya digambarkan dalam bentuk kait. Kait ini terdiri dari empat variabel yaitu pemicu, tindakan, hadiah, dan investasi. Metode ini banyak digunakan dalam pengembangan media sosial dan game agar produk tersebut menjadi adiktif bagi pengguna. Dengan kata lain, metode ini digunakan agar pengguna aktif terlibat atau berinteraksi dengan suatu produk secara terus menerus hingga menjadi kebiasaan. Beberapa teori yang terkait dengan metode ini diantaranya adalah teori perilaku, teori motivasi, dan teori pembentukan kebiasaan. Empat variabel yang menjadi dasar dalam metode ini pertama dimulai dengan pemicu. Pemicu merupakan dorongan dari internal maupun eskternal diri seseorang dalam melalukan suatu tindakan. Pada penggunan suatu produk, pemicu merupakan hal yang membuat pengguna menggunakan produk tersebut dan melakukan aktivitas dengannya. Tahap kedua adalah tindakan. Untuk dapat mewujudkan tindakan bagi seseorang, hal penting yang harus diperhatikan adalah memastikan agar tindakan tersebut dapat dilaksanakan dengan semudah mungkin. Karena itulah faktor-faktor seperti waktu, tenaga, dan biaya perlu ditekan seminimal mungkin. Tahap ketiga adalah hadiah. Hadiah diberikan pada seseorang yang mengambil tindakan dalam berbagai macam bentuk, misalnya bukti sosial, penguasaan pada suatu hal, ataupun penawaran khusus. Tahap keempat adalah investasi. Investasi menjadi satu bagian dalam metode untuk mendapatkan saran dari pengguna sehingga mampu meningkatkan ikatan antara pengguna dengan produk. Investasi menjadi salah satu komponen penting karena orang-orang cenderung lebih menghargai pada hal-hal yang mereka bisa terlibat langsung di dalamnya.

Adaptasi Metode

Metode Hook Canvas meskipun tidak di desain langsung untuk bidang pendidikan, namun sangat erat dengan kondisi pembelajaran pada masa kini. Saat ini, pelaksanaan pembelajaran hampir seluruhnya memanfaatkan platform atau aplikasi yang dapat menunjang pelaksanaannya. Banyak platform dikembangkan untuk mengakomodir kebutuhan pembelajar yang beragam. Selain itu, banyak pengembang produk yang pula mengembangkan aplikasi-aplikasi untuk mendorong pembelajaran agar menjadi lebih variatif. Namun hal itu saja tidak cukup untuk mewujudkan keberhasilan dalam pelaksanaan pembelajaran khusunya dalam pembelajaran daring. Perlu adanya upaya dan strategi dari guru agar peserta didik secara suka rela untuk terlibat dalam pelaksanaan pembelajaran secara terus menerus. Salah satu alternatif metode yang dapat diterapkan adalah dengan mengadaptasi metode Hook Canvas dalam pelaksanaan pembelajaran. Adaptasi metode ini dengan keempat tahapnya relevan dengan upaya membangun pola kebiasaan peserta didik untuk belajar. Pada tahap pertama yaitu pemicu, dalam pelaksanaan pembelajaran guru harus merumuskan apa yang dapat menjadi pemicu peserta didiknya untuk belajar. Untuk mencari pemicu dalam mengikuti pembelajaran, guru dapat melakukan observasi dan wawancara pada peserta didik terkait apa saja yang memotivasi mereka untuk belajar dan apa hal yang berkesan dari setiap pembelajaran yang mereka ikuti. Dengan mengidentifikasi pemicu ini, guru dapat menggunakanya untuk mendesain pembelajaran yang menarik untuk peserta didik. Tahap kedua yaitu tindakan, dapat diterapkan dengan mendesain pembelajaran yang dapat diikuti oleh peserta didik dengan semudah mungkin. Kemudahan ini dapat berbentuk kemudahan akses, kemudahan dalam penggunaan platform atau aplikasi pembelajaran, maupun kemudahan untuk berkonsultasi dengan guru ketika peserta didik mengalami kendala dalam pembelajaran. Kemudahan ini akan membangun perspektif pada peserta didik bahwa mengikuti pembelajaran bukan merupakan sesuatu yang sulit.  Tahap ketiga yaitu hadiah, dapat diberikan pada peserta didik yang telah mengikuti pelaksanaan pembelajaran. Pemberian hadiah atau reward sebenarnya telah banyak digunakan dalam pembelajaran. Namun hadiah yang diberikan pada peserta didik dapat ditinjau ulang jenisnya, misalnya dengan memberikan hadiah yang sesuai dengan apa yang sedang tren dikalangan peserta didik. Contoh lainnya, di era digital seperti saat ini, hadiah yang dapat membawa pengakuan dari orang lain dapat memotivasi peserta didik untuk terus mengumpulkannya. Misalnya dengan mempromosikan pada media sosial yang dapat dilihat oleh seluruh warga sekolah. Tahap terakhir, atau tahap keempat adalah dengan memberikan kesempatan peserta didik untuk memberikan masukan, kritik, ataupun saran terkait pelaksanaan pembelajaran yang telah mereka ikuti. Melalui umpan balik ini, guru dapat terus meningkatkan dan mengembangkan pembelajaran yang sesuai dengan preferensi peserta didik. Tahap ini juga penting untuk membangun citra pembelajaran sehingga peserta didik yang telah mengikuti pembelajaran dapat menceritakan pengalamannya dan mampu menarik peserta didik lain. Keempat tahap tersebut merupakan langkah-langkah yang patut dicoba sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan partisipasi peserta didik dalam pelaksanaan pembelajaran.

 

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *