Era digital menyuguhkan perubahan yang menuntut lulusan universitas beradaptasi dengan cepat untuk mencapai karir tertingginya. Menyadari hal itu, Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia (FIAI UII) mengadakan acara Pelepasan dan Pembekalan Karir bagi Mahasiswa, Rabu 22 November 2023 di Gedung KHA Wahid Hasyim lantai 5, Kampus Terpadu UII, Sleman.
Pada akhir November 2023 ini, sebanyak 110 mahasiswa FIAI UII akan mengikuti acara wisuda bersama dengan ratusan wisudawan fakultas lainnya. Untuk memberikan bekal kepada mahasiswa peserta wisuda dalam menghadapi tantangan karir di era digital, FIAI UII mengadakan Pelepasan dan Pembekalan Karir bagi Mahasiswa. Acara dibuka oleh Wakil Dekan Bidang Keagamaan, Kemahasiswaan dan Alumni, Dr. Muhammad Roy, S.Ag, MA sekaligus memberikan sambutan pembuka.
“Menjadi alumni FIAI UII itu bukan akhir perjuangan dalam menuntut ilmu pengetahuan, karena harus terus menuntut ilmu dan menerapkannya. Lulus sarjana baru langkah kecil untuk bekal mengembangkan ilmu. Namun ilmu pengetahuan yang sudah diraih selama kuliah harus tetap jadi jalan agar menjadi manusia mulia dunia akherat karena ilmunya,” kata Muhammad Roy yang juga merupakan pengasuh pondok pesantren di Klaten ini.
Hadir dalam kegiatan ini, lebih dari 80 mahasiswa FIAI UII, dengan narasumber Lifthya Ahadiati Akmala, S.Psi., M.Psi., Psikolog., yang merupakan Kepala Divisi Pengembangan Karir, Direktorat Pengembangan Karier dan Alumni UII. Dalam paparanya, Lifthya mendorong agar mahasiswa FIAI UII setelah wisuda nanti lebih tanggap terhadap tantangan di era digital.
“Mahasiswa setelah wisuda nanti harus siap dengan perubahan, karena dunia kerja dan usaha tidak sama lembutnya dengan kasih sayang orangtua. Sehingga yang selama ini masih menggantungkan kepada orangtua, harus makin mandiri dan siap,” tukas Liftya.
Lifthya melengkapi paparannya, bahwa saat nanti menjadi alumni UII harus memiliki perbedaan kompetensi, bersaing dengan yang lain. Ada 2 pilihan, antara milih berpenghasilan tetap atau tetap berpenghasilan. Diceritakannya, saat Lifthya dikejar deadline tugas kampus, memutuskan untuk mengerjakan di luar kampus agar bisa fokus. Akhirnya menemukan lokasi di sekitar Tiyasan Sleman, sebuah kafe kecil hanya dengan 5 meja. Kemudian datanglah pengunjung lain, pria dengan gaya penampilan sederhana, bercelana pendek, kaos oblong, sandal jepit, rambut gondrong diikat. Setelah duduk, pengunjung gondrong tersebut laju membuka laptop. Setelah terkoneksi internet, pengunjung gondrong tersebut melakukan komunikasi menggunakan Zoom Meeting.
”Tahu gak, ternyata pria pengunjung cafe dengan penampilan sederhana, bercelana pendek, bersandal jepit, justru membahas penanganan proyek pemerintah senilai 5 milyar rupiah. Nah itulah, saat ini alumni UII dituntut bekerja di manapun, dan tempat kerja juga rumah kedua. Beda dengan dahulu sebelum era digital. Ini tantangan sekarang, sehingga alumni FIAI UII harus siap, tidak harus berkantor tetap,” ungkap Lifthya Ahadiati Akmala yang merupakan dosen dari Prodi Psikologi UII.
Paparan Lifthya yang diberi judul The Key of 3: Passion, Skill, Opportunity berdurasi kurang lebih 90 menit, dilanjut dengan sesi tanya jawab.
Setelah acara dari FIAI UII di lantai 5, khusus mahasiswa Program Studi Ekonomi Islam mengikuti sesi pembekalan lanjutan di lantai 3 yang diselenggarakan oleh program studi. Pembekalan lanjutan dengan narasumber Rheyza Virgiawan, Lc., M.E., Ketua Program Studi Ekonomi Islam,
”Mahasiswa yang sudah lulus mengikuti wisuda harus tetap terhubung dengan Ikatan Keluarga Alumni Ekonomi Islam, agar selalu berkomunikasi dengan berbagai informasi, tidak sekedar tentang prodi tapi keilmuwan dan relasi di luar kampus,” kata Rheyza disampaikan setelah paparan selesai.
Rheyza melengkapi, banyak mahasiswa yang belajar wirausaha dengan mengikuti program inkubasi bisnis dari Prodi Ekonomi Islam, mendapatkan bimbingan selama 3 bulan dengan program terstruktur, akhirnya mampu merintis bisnis dan dilanjutkan setelah wisuda.
“Ada mahasiswa Prodi Ekonomi Islam yang rintisan bisnisnya dimulai sejak mahasiswa, sekarang sudah lebih dari 3 tahun lulus, bisnisnya terus berkembang. Konsepnya berupa akses digital untuk memfasilitasi masyarakat agar bisa ditemukan dengan target relasi di luar negeri, misal ke negara Malaysia,” jelas Rheyza
Menurutnya, ada juga yang unik, lulusan dari Program Studi Teknik Sipil sekaligus lulusan Program Studi Manajamen tapi mendaftar kembali menjadi mahasiswa Program Studi Ekonomi Islam UII hanya untuk mempelajari sisi syariatnya, agar bisnisnya sesuai dengan apa yang diatur oleh Islam. Inisiatif kuliah kembali ini karena selama ini dirasa ada yang salah dalam manajemen bisnisnya. (IPK)
Tingkatkan Relationship, Prodi Ekonomi Islam UII Jamu Makan Malam APSEII
Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII) memiliki 5 program studi, salah satunya Program Studi Ekonomi Islam yang saat ini sudah tergabung menjadi anggota Asosiasi Prodi Ekonomi Islam Indonesia (APEII). Dalam peran sertanya untuk turut memajukan asosiasi, maka Prodi Ekonomi Islam UII menerima kunjungan keakraban sejumlah Pengurus dan Anggota APEII di Gedung KHA Wahid Hasyim FIAI, Kampus Terpadi UII, Selasa 28 November 2023.
Malam keakraban yang bertajuk Gala Dinner Asosiasi Prodi Ekonomi Islam Indonesia, dihadiri lebih dari 30 peserta dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia yang memiliki Program Studi Ekonomi Islam atau Ekonomi Syariah.
Gala dinner juga dihadiri Dr. Drs. Asmuni MA, Dekan FIAI, Dr. Nur Kholis, SEI., M.Sh.Ec, Wakil Dekan Bidang Sumber Daya, Rheyza Virgiawan, L.c, M.E Ketua Program Studi Ekonomi Islam UII.
“Harapannya asosiasi tidak terjebak pada acara-acara seremonial saja, tapi lebih dari itu. Saat ini banyak aktor dalam bidang ekonomi Islam dan syariah yang sebenarnya dari penggiat ekonomi konvensional namun mengikuti short course bertema syariah, lalu memegang peran penting. Nah saatnya ahli bidang ekonomi Islam yang tulen, menjadi aktor secara nasional. Untuk itu butuh rumusan kurikulum yang tepat untuk mewujudkan hal tersebut,” kata Asmuni, Dekan FIAI UII.
Wakil dari Pengurus Pengurus APSEII, hadir Dr. Aas Nurasyiah, M.Si. S.Pd dalam sambutan mewakil asosiasi. “Inisiasi APSEII sejak tahun 2014. Saat ini beranggotakan 24 pengelola Program Studi Ekonomi Islam se-Indonesia” kata Aas.
Menurutnya, APSEII dibentuk sebagai mitra bagi pemerintah, regulator dan institusi perguruan tinggi dalam upaya peningkatan kualitas program studi Ekonomi Islam demi memajukan Ekonomi dan Keuangan Syariah Indonesia.
Gala dinner yang diselenggarakan di lantai 3 FIAI UII, juga sebagai kegiatan awal dari serangkaian kegiatan APSEII. Dilanjutkan pada pagi harinya, di UIN Sunan Kalijaga, dengan agenda bahasan tentang kurikulum, akreditasi dan program kerja. (IPK)
Calon Wisudawan FIAI UII Dibekali Wawasan Sukses Berkarir
Era digital menyuguhkan perubahan yang menuntut lulusan universitas beradaptasi dengan cepat untuk mencapai karir tertingginya. Menyadari hal itu, Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia (FIAI UII) mengadakan acara Pelepasan dan Pembekalan Karir bagi Mahasiswa, Rabu 22 November 2023 di Gedung KHA Wahid Hasyim lantai 5, Kampus Terpadu UII, Sleman.
Pada akhir November 2023 ini, sebanyak 110 mahasiswa FIAI UII akan mengikuti acara wisuda bersama dengan ratusan wisudawan fakultas lainnya. Untuk memberikan bekal kepada mahasiswa peserta wisuda dalam menghadapi tantangan karir di era digital, FIAI UII mengadakan Pelepasan dan Pembekalan Karir bagi Mahasiswa. Acara dibuka oleh Wakil Dekan Bidang Keagamaan, Kemahasiswaan dan Alumni, Dr. Muhammad Roy, S.Ag, MA sekaligus memberikan sambutan pembuka.
“Menjadi alumni FIAI UII itu bukan akhir perjuangan dalam menuntut ilmu pengetahuan, karena harus terus menuntut ilmu dan menerapkannya. Lulus sarjana baru langkah kecil untuk bekal mengembangkan ilmu. Namun ilmu pengetahuan yang sudah diraih selama kuliah harus tetap jadi jalan agar menjadi manusia mulia dunia akherat karena ilmunya,” kata Muhammad Roy yang juga merupakan pengasuh pondok pesantren di Klaten ini.
Hadir dalam kegiatan ini, lebih dari 80 mahasiswa FIAI UII, dengan narasumber Lifthya Ahadiati Akmala, S.Psi., M.Psi., Psikolog., yang merupakan Kepala Divisi Pengembangan Karir, Direktorat Pengembangan Karier dan Alumni UII. Dalam paparanya, Lifthya mendorong agar mahasiswa FIAI UII setelah wisuda nanti lebih tanggap terhadap tantangan di era digital.
“Mahasiswa setelah wisuda nanti harus siap dengan perubahan, karena dunia kerja dan usaha tidak sama lembutnya dengan kasih sayang orangtua. Sehingga yang selama ini masih menggantungkan kepada orangtua, harus makin mandiri dan siap,” tukas Liftya.
Lifthya melengkapi paparannya, bahwa saat nanti menjadi alumni UII harus memiliki perbedaan kompetensi, bersaing dengan yang lain. Ada 2 pilihan, antara milih berpenghasilan tetap atau tetap berpenghasilan. Diceritakannya, saat Lifthya dikejar deadline tugas kampus, memutuskan untuk mengerjakan di luar kampus agar bisa fokus. Akhirnya menemukan lokasi di sekitar Tiyasan Sleman, sebuah kafe kecil hanya dengan 5 meja. Kemudian datanglah pengunjung lain, pria dengan gaya penampilan sederhana, bercelana pendek, kaos oblong, sandal jepit, rambut gondrong diikat. Setelah duduk, pengunjung gondrong tersebut laju membuka laptop. Setelah terkoneksi internet, pengunjung gondrong tersebut melakukan komunikasi menggunakan Zoom Meeting.
”Tahu gak, ternyata pria pengunjung cafe dengan penampilan sederhana, bercelana pendek, bersandal jepit, justru membahas penanganan proyek pemerintah senilai 5 milyar rupiah. Nah itulah, saat ini alumni UII dituntut bekerja di manapun, dan tempat kerja juga rumah kedua. Beda dengan dahulu sebelum era digital. Ini tantangan sekarang, sehingga alumni FIAI UII harus siap, tidak harus berkantor tetap,” ungkap Lifthya Ahadiati Akmala yang merupakan dosen dari Prodi Psikologi UII.
Paparan Lifthya yang diberi judul The Key of 3: Passion, Skill, Opportunity berdurasi kurang lebih 90 menit, dilanjut dengan sesi tanya jawab.
Setelah acara dari FIAI UII di lantai 5, khusus mahasiswa Program Studi Ekonomi Islam mengikuti sesi pembekalan lanjutan di lantai 3 yang diselenggarakan oleh program studi. Pembekalan lanjutan dengan narasumber Rheyza Virgiawan, Lc., M.E., Ketua Program Studi Ekonomi Islam,
”Mahasiswa yang sudah lulus mengikuti wisuda harus tetap terhubung dengan Ikatan Keluarga Alumni Ekonomi Islam, agar selalu berkomunikasi dengan berbagai informasi, tidak sekedar tentang prodi tapi keilmuwan dan relasi di luar kampus,” kata Rheyza disampaikan setelah paparan selesai.
Rheyza melengkapi, banyak mahasiswa yang belajar wirausaha dengan mengikuti program inkubasi bisnis dari Prodi Ekonomi Islam, mendapatkan bimbingan selama 3 bulan dengan program terstruktur, akhirnya mampu merintis bisnis dan dilanjutkan setelah wisuda.
“Ada mahasiswa Prodi Ekonomi Islam yang rintisan bisnisnya dimulai sejak mahasiswa, sekarang sudah lebih dari 3 tahun lulus, bisnisnya terus berkembang. Konsepnya berupa akses digital untuk memfasilitasi masyarakat agar bisa ditemukan dengan target relasi di luar negeri, misal ke negara Malaysia,” jelas Rheyza
Menurutnya, ada juga yang unik, lulusan dari Program Studi Teknik Sipil sekaligus lulusan Program Studi Manajamen tapi mendaftar kembali menjadi mahasiswa Program Studi Ekonomi Islam UII hanya untuk mempelajari sisi syariatnya, agar bisnisnya sesuai dengan apa yang diatur oleh Islam. Inisiatif kuliah kembali ini karena selama ini dirasa ada yang salah dalam manajemen bisnisnya. (IPK)
Mahasiswa FIAI UII Dilatih Ilmu Kesehatan Hijamah Warisan Rasulullah
Peningkatan kompetensi sivitas akademika Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII) terus dibangun secara berkelanjutan. Salah satunya dengan penyelenggaraan berbagai pelatihan, baik untuk dosen, tenaga kependidikan dan mahasiswa. Dalam rangka peningkatan kompetensi bidang kesehatan yang mengacu pada ajaran Islam, FIAI UII menyelenggarakan Pelatihan Hijamah/Bekam, Selasa 21 November 2023 di Gedung KHA Wahid Hasyim lantai V, Kampus Terpadu UII, Sleman.
Pelatihan dibuka oleh Dr. Muhammad Roy Purwanto, S.Ag. M.A, Wakil Dekan Bidang Keagamaan, Kemahasiswaan dan Alumni FIAI UII.
”Dahulu kala seorang ulama juga seorang dokter, pengakuannya menyatu, misal Ibnu Sina yang dengan kemampuannya mampu memberikan pembelajaran penting bagi bidang ilmu kedokteran sekaligus ulama. Tapi sekarang sudah dipisah, antara kedokteran dan ulama. Makanya fakultasnya pun terpisah dua, fakultas kedokteran dan fakultas ilmu agama Islam. Harapannya, mahasiswa FIAI mampu menyatukan kembali dengan berbagai kompetensi untuk bekal masa mendatang,” kata Muhammad Roy.
Roy juga menambahkan, sebaiknya memang UII memiliki pusat studi bidang ilmu kesehatan warisan Rasulullah. Misal didirikan Pusat Studi Thibbun Nabawi UII yang mewadahi pakar agama dan kedokteran, untuk penelitian dan pengabdian masyarakat. Thibbun Nabawi merupakan segala sesuatu yang disebutkan oleh Al-Quran dan As-Sunnah yang shahih yang berkaitan dengan kedokteran baik berupa pencegahan penyakit atau pengobatan.
Sebagai narasumber dan trainer pada pelatihan ini, dari Relawan Thibbun Nabawi Indonesia (RATIBAN) yang pusatnya berada di Bukit Duri Jakarta Selatan, namun pada pelatihan di FIAI UII, melibatkan sepenuhnya dari RATIBAN Cabang Yogya yang berkantor di Imogiri Bantul. Dari RATIBAN Yogya, hadir melatih yaitu Muhammad Masrur, Momon Abdi Rohman, Danang Ari Krisnadi, Suparyanto, Aris Shofiyatun Rahmah, Bunda Dewi, Muriwati dan Mila.
Dalam paparan materi awal selepas sambutan, Danang Ari Krisnadi membuka sesi dengan gambaran sejarah hijamah atau bekam.
”Sejak zaman Nabi Musa sebenarnya Hijamah atau bekam sudah ada, hal ini tergambar dari relief dan prasasti yang diteliti. Kemudian menyebar ke pelosok dunia, bahkan sampai ke Negeri China dan negara lain. Kemudian berkembang menjadi metode pengobatan lainnya,” kata Danang.
Imbuhnya, Hijamah atau bekam berasal dari bahasa Arab, yaitu Al-Hijamah yang artinya pelepasan darah kotor. Bekam dilakukan dengan penyedotan lokal darah dari sayatan kulit kecil. Bekam merupakan metode pengobatan dengan cara mengeluarkan darah statis kental yang mengandung toksin dari dalam tubuh manusia.
Hadir dalam pelatihan ini dosen, tenaga kependidikan dan mahasiswa FIAI UII. Sebanyak 115 peserta yang didominasi mahasiswa mengikuti 2 sesi pelatihan. Paparan teori dilaksanakan pagi hari, dilanjutkan sesi praktek pada siang hari. (IPK)
Sumpah Pemuda dan Pendidikan Karakter dalam Perspektif Islam
FIAI UII Tingkatkan Kompetensi SDM dengan Pelatihan Pelayanan Prima
Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia (FIAI UII) dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), menyelenggaraka pelatihan dengan tema Upgrading Service Excellent dan Powerfull Teamwork. Pelatihan dilaksanakan pada Kamis 07 Septempber 2023, di lantai III Gedung KHA Wahid Hasyim FIAI UII.
Dalam sambutannya, Dekan FIAI UII, Dr. Drs, Asmuni, MA menegaskan
“Ketika kita bekerja yang perlu dihadikan itu tidak saja akal, melainkan juga hati. Saya kira inilah karakteristik bekerja di Universitas Islam Indonesia,” katanya.
Pelatihan pelayanan Prima FIAI UII menghadirkan 2 narasumber, Hangga Fathana., S.I.P., B.Int., St,. M.A selaku Sekretaris Eksekutif UII dan Drs. Suwarsono Muhammad, MA, Ketua Pengurus Harian Yayasan Badan Wakaf UII Periode 2018 – 2023.
“Reputasi Perguruan TInggi tidak bisa lepas dari leadership. Citra UII dari sisi akademik, dan sisi yang lain, tidak bisa bisa dilpeaskan dari kata relationship,
Mengukur mutu layanan dapat dilakukan dengan 3 parameter, yaitu aspek teknik, aspek subtansi dan aspek fungsi.
Hangga mengimbuhi, ketika staf melakukan pekerjaaan sesuai wewenang dan tanggungjawabnya saja, maka sudah memenuhi
“Tingkatan tertinggi adalah ihsan, kondisi dimana
Membacalah Agar Dirimu Mulia
Membiasakan Praktik Baik
Oleh: Rani Dwi Alfita Sari, FIAI UII
Dalam al-Qur’an segala hal yang diniatkan untuk mencari keridaan Allah adalah perbuatan baik. Di dalam al-Qur’an Allah memberitahu tentang macam-macam perbuatan baik, Menyampaikan/mencontohkan ajaran islam misalnya mencontohkan akhlak-akhlak yang terpuji kepada masyarakat seperti sabar, ikhlas dan lain-lain, berjuang untuk memakmurkan dan kesejahteraan umat islam, berusaha mencapai pemahaman yang lebih baik tentang al-Qur’an, menyelesaikan setiap persoalan umat islam, baik yang pribadi maupun yang umum, kesemuanya itu adalah perbuatan baik.
Berikut beberapa macam-macam perbuatan baik.
Sabar adalah sikap yang tahan atau tidak mudah marah terhadap cobaan yang diberikan Allah kepada hamba-nya. Sabar merupakan pilar kebahagiaan seorang hamba. Kesabaran itulah seorang hamba akan terjaga dari kemaksiatan, konsisten menjalankan ketaatan dan tabah dalam menghadapi berbagai macam cobaan.
Terjemahnya: Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas. (Q.S.Al-Kah}fi/18:28).
Ikhlas adalah seseorang yang tidak mencari perhatian di hati manusia dalam rangka memperbaiki hatinya di hadapan Allah dan tidak suka seandainya manusia sampai memperhatikan amalnya meskipun hanya seberat biji sawi.
Terjemahnya: “Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al Qur’an) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): “Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekatdekatnya”. Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar. (Q.S. Az-Zumar/39:2-3).
Kepada siapa seharusnya menyambungkan kebaikan dan kasih sayang.
Orang tua merawat badan, memberi makan, membiayai pendidikan, memberi tempat tinggal dan kebutuhan lainnya. Maka wajib berbuat baik terhadapnya. Orang tua dapat mengelola masalah dan menikmati waktu bersama anak. Berbuat baik kepada kedua orang tua adalah perkara yang paling penting lagi agung dan diwajibkan bagi setiap manusia, khususnya kaum muslimin. Namun berapa banyak diantara manusia yang menyepelekan masalah ini dan enggan berbuat baik kepada kedua orang tua kecuali hanya sekedar pencitraan belaka untuknya.
Sikap baik, rasa hormat dan perlakuan baik seorang Muslim tidak terbatas hanya kepada orang tua, namun meluas kepada keluarga dan semua orang.
Terjemahnya: “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. (Q.S. AnNisa>/4:1).
Manusia bukan sekedar makhluk individu melainkan manusia adalah makhluk sosial yang mana segala yang ada dalam dirinya berpotensi membawa pengaruh terhadap lingkungan sekitarnya. Dengan demikian seseorang dapat terapkan melalui memuliakan orang-orang terdekatnya yakni tetangganya.
Artinya: “Abdullah bin Yusuf telah menceritakan kepada kami Al Laits dia berkata; telah menceritakan kepadaku Sa’id Al Maqburi dari Abu Syuraih Al ‘Adawi dia berkata; “Saya telah mendengar dengan kedua telingaku dan melihat dengan kedua mataku ketika Rasulullah saw. mengucapkan sabdanya: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya ia memuliakan tetangganya, dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir hendaknya ia memuliakan tamunya, dan menjamunya” dia bertanya; ‘Apa yang dimaksud dengan menjamunya wahai Rasulullah?” beliau menjawab: “yaitu pada siang dan malam harinya, bertamu itu tiga hari, lebih dari itu adalah sedekah bagi tamu tersebut.” Dan beliau bersabda: “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya dia berkata dengan baik atau diam.”(HR. Bukhari)
Muslim sejati tidak membatasi perlakuan baiknya hanya kepada para tetangga yang memiliki hubungan dengannya atau yang muslim akan tetapi ia juga melakukan hal tersebut kepada tetangga non muslim. Muslim sejati tidak melupakan sistem yang diatur islam ketika ia menganjurkan perlakuan baik kepada tetangga.
Teman yang baik akan mengingatkan bila tergelincir melakukan kesalahan. Ia tidak mudah mencaci dan menyalahkan. Ia akan menegur dengan bijak dan meluruskan dengan santun agar anda kembali ke jalan yang benar. Sedangkan teman yang buruk akan bersikap manis saat kita sedang berjaya. Bersahabat dengannya akan menjauhkan dari keimanan. Ia akan menyanjung saat berada di depan. Namun, di belakang, tidak aman dari lisannya. Ia bahagia dengan kesusahan dan dengki atas keberhasilan kita. Hak dalam berteman yaitu menolong sebelum diminta dan mendahulukan atas kepentingan-kepentingan tertentu. Dalam menolongnya tentu disertai dengan wajah yang berseri dan suka cita sehingga tampak jika ihklas dalam membantu. Sebagai teman hendaknya engkau menempatkan kebutuhannya seperti kebutuhanmu sendiri. Jangan biarkan ia sampai merengek-rengek meminta bantuan kepadamu.
Memilih Jalan Dalam Beribadah
Oleh : Prayitna Kuswidianta, FIAI UII
Bagi muslim, aktifitas sehari hari yang dimulai sejak bangun tidur, mandi, memakai baju, makan, bekerja, sholat hingga tidur kembali merupakan waktu dan kegiatan yang penting, yaitu penting untuk mencapai tujuan hidup, yaitu mendapatkan ridlo Allah swt. Semua aktifitas akan sia-sia jika Allah tidak meridhoinya.
Mendapatkan ridlo Allah berarti menjadikan semua aktifitas setiap hari menjadi ibadah, sesuai dengan petunjuk Al Qur’an dan nabi Muhammad saw. Dalam hadits terdapat beberapa hadits pilihan yang dapat kita jadikan tuntunan dalam menjalankan kegiatan setiap hari agar ridlo Allah kita dapat sehingga kita dapat hidup hasanah didunia dan akherat serta terhindar dari api neraka.
Salah satu hadits yang berbicara tentang niat adalah hadits yang diriwayatkan oleh Umar bin Khattab sebagai berikut:
عَنْ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ: “إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى”.
Artinya: Dari Umar bin Khattab (semoga Allah ridhoi atasnya), ia berkata: “Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: ‘Sesungguhnya amal-amal itu tergantung pada niatnya, dan setiap orang hanya akan mendapatkan apa yang ia niatkan.'”
Niat merupakan faktor penting dalam menentukan tindakan, yang dapat dilihat dari aspek:
Dalam Islam, niat yang tulus dan ikhlas kepada Allah diperlukan dalam setiap tindakan dan ibadah untuk memperoleh pahala dan ridha-Nya.
Artefak atau benda tinggalan merupakan faktor penting juga. Salah satu hadits yang berbicara tentang artefak adalah terkait amal jariyah (amal kebaikan yang terus mengalir manfaat) adalah sebagai berikut:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ: “إِذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ”.
Artinya: Dari Abu Hurairah, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda: “Apabila seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali dari tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak yang shalih yang mendoakan untuknya.” (Hadits riwayat Muslim).
Hadits ini menunjukkan bahwa ada tiga jenis amal yang dapat terus memberikan manfaat dan pahala kepada seseorang setelah ia meninggal dunia. Salah satunya adalah sedekah jariyah, yaitu amal kebaikan yang terus berlanjut memberikan manfaat kepada orang lain, seperti membangun masjid, sumur air, atau lembaga amal yang terus memberikan manfaat kepada masyarakat.
Konsep amal jariyah mengajarkan pentingnya melakukan tindakan yang dapat memiliki dampak positif jangka panjang dan terus memberikan manfaat, baik kepada orang yang melakukannya maupun kepada orang lain.
Apa yang disampaikan oleh Imam Bukhari di dalam kitab Shahih-nya kiranya cukup menjadi dasar untuk hal ini. Sebuah hadits yang bersumber dari sahabat Anas bin Malik radliyallâhu ‘anhu menuturkan:
مَرُّوا بِجَنَازَةٍ، فَأَثْنَوْا عَلَيْهَا خَيْرًا، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «وَجَبَتْ» ثُمَّ مَرُّوا بِأُخْرَى فَأَثْنَوْا عَلَيْهَا شَرًّا، فَقَالَ: «وَجَبَتْ» فَقَالَ عُمَرُ بْنُ الخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: مَا وَجَبَتْ؟ قَالَ: «هَذَا أَثْنَيْتُمْ عَلَيْهِ خَيْرًا، فَوَجَبَتْ لَهُ الجَنَّةُ، وَهَذَا أَثْنَيْتُمْ عَلَيْهِ شَرًّا، فَوَجَبَتْ لَهُ النَّارُ، أَنْتُمْ شُهَدَاءُ اللَّهِ فِي الأَرْضِ
Artinya: “Sahabat Anas bin Malik berkata, orang-orang lewat membawa satu jenazah, mereka memujinya dengan kebaikan. Maka Rasulullah bersabda, “Wajabat.” Kemudian lewat lagi orang-orang membawa satu jenazah, mereka mencelanya dengan kejelekan. Maka Rasulullah bersabda, “Wajabat.” Sahabat Umar bin Khathab berkata, “Apa yang wajib, ya Rasul?” Rasulullah bersabda, “Jenazah ini yang kalian puji dengan kebaikan wajib baginya surga. Dan orang ini yang kalian cela dengan kejelekan wajib baginya neraka. Kalian adalah para saksinya Allah di muka bumi.”
Sebagai kesimpulan, dalam beribadah sehari hari untuk mendapatkan ridlo Allah ada 3 hal yang perlu diperhatikan, yaitu niat karena Allah, meninggalkan artefak dan saksi atas amal ibadah kita. Semoga Allah selalu mempermudah kita dalam beribadah. Aamiin.
Muhasabah (Evaluasi Diri) di Penghujung Tahun 1444 H
Menciptakan Sekolah Tanpa Bullying