Era digital menyuguhkan perubahan yang menuntut lulusan universitas beradaptasi dengan cepat untuk mencapai karir tertingginya. Menyadari hal itu, Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia (FIAI UII) mengadakan acara Pelepasan dan Pembekalan Karir bagi Mahasiswa, Rabu 22 November 2023 di Gedung KHA Wahid Hasyim lantai 5, Kampus Terpadu UII, Sleman.
Pada akhir November 2023 ini, sebanyak 110 mahasiswa FIAI UII akan mengikuti acara wisuda bersama dengan ratusan wisudawan fakultas lainnya. Untuk memberikan bekal kepada mahasiswa peserta wisuda dalam menghadapi tantangan karir di era digital, FIAI UII mengadakan Pelepasan dan Pembekalan Karir bagi Mahasiswa. Acara dibuka oleh Wakil Dekan Bidang Keagamaan, Kemahasiswaan dan Alumni, Dr. Muhammad Roy, S.Ag, MA sekaligus memberikan sambutan pembuka.
“Menjadi alumni FIAI UII itu bukan akhir perjuangan dalam menuntut ilmu pengetahuan, karena harus terus menuntut ilmu dan menerapkannya. Lulus sarjana baru langkah kecil untuk bekal mengembangkan ilmu. Namun ilmu pengetahuan yang sudah diraih selama kuliah harus tetap jadi jalan agar menjadi manusia mulia dunia akherat karena ilmunya,” kata Muhammad Roy yang juga merupakan pengasuh pondok pesantren di Klaten ini.
Hadir dalam kegiatan ini, lebih dari 80 mahasiswa FIAI UII, dengan narasumber Lifthya Ahadiati Akmala, S.Psi., M.Psi., Psikolog., yang merupakan Kepala Divisi Pengembangan Karir, Direktorat Pengembangan Karier dan Alumni UII. Dalam paparanya, Lifthya mendorong agar mahasiswa FIAI UII setelah wisuda nanti lebih tanggap terhadap tantangan di era digital.
“Mahasiswa setelah wisuda nanti harus siap dengan perubahan, karena dunia kerja dan usaha tidak sama lembutnya dengan kasih sayang orangtua. Sehingga yang selama ini masih menggantungkan kepada orangtua, harus makin mandiri dan siap,” tukas Liftya.
Lifthya melengkapi paparannya, bahwa saat nanti menjadi alumni UII harus memiliki perbedaan kompetensi, bersaing dengan yang lain. Ada 2 pilihan, antara milih berpenghasilan tetap atau tetap berpenghasilan. Diceritakannya, saat Lifthya dikejar deadline tugas kampus, memutuskan untuk mengerjakan di luar kampus agar bisa fokus. Akhirnya menemukan lokasi di sekitar Tiyasan Sleman, sebuah kafe kecil hanya dengan 5 meja. Kemudian datanglah pengunjung lain, pria dengan gaya penampilan sederhana, bercelana pendek, kaos oblong, sandal jepit, rambut gondrong diikat. Setelah duduk, pengunjung gondrong tersebut laju membuka laptop. Setelah terkoneksi internet, pengunjung gondrong tersebut melakukan komunikasi menggunakan Zoom Meeting.
”Tahu gak, ternyata pria pengunjung cafe dengan penampilan sederhana, bercelana pendek, bersandal jepit, justru membahas penanganan proyek pemerintah senilai 5 milyar rupiah. Nah itulah, saat ini alumni UII dituntut bekerja di manapun, dan tempat kerja juga rumah kedua. Beda dengan dahulu sebelum era digital. Ini tantangan sekarang, sehingga alumni FIAI UII harus siap, tidak harus berkantor tetap,” ungkap Lifthya Ahadiati Akmala yang merupakan dosen dari Prodi Psikologi UII.
Paparan Lifthya yang diberi judul The Key of 3: Passion, Skill, Opportunity berdurasi kurang lebih 90 menit, dilanjut dengan sesi tanya jawab.
Setelah acara dari FIAI UII di lantai 5, khusus mahasiswa Program Studi Ekonomi Islam mengikuti sesi pembekalan lanjutan di lantai 3 yang diselenggarakan oleh program studi. Pembekalan lanjutan dengan narasumber Rheyza Virgiawan, Lc., M.E., Ketua Program Studi Ekonomi Islam,
”Mahasiswa yang sudah lulus mengikuti wisuda harus tetap terhubung dengan Ikatan Keluarga Alumni Ekonomi Islam, agar selalu berkomunikasi dengan berbagai informasi, tidak sekedar tentang prodi tapi keilmuwan dan relasi di luar kampus,” kata Rheyza disampaikan setelah paparan selesai.
Rheyza melengkapi, banyak mahasiswa yang belajar wirausaha dengan mengikuti program inkubasi bisnis dari Prodi Ekonomi Islam, mendapatkan bimbingan selama 3 bulan dengan program terstruktur, akhirnya mampu merintis bisnis dan dilanjutkan setelah wisuda.
“Ada mahasiswa Prodi Ekonomi Islam yang rintisan bisnisnya dimulai sejak mahasiswa, sekarang sudah lebih dari 3 tahun lulus, bisnisnya terus berkembang. Konsepnya berupa akses digital untuk memfasilitasi masyarakat agar bisa ditemukan dengan target relasi di luar negeri, misal ke negara Malaysia,” jelas Rheyza
Menurutnya, ada juga yang unik, lulusan dari Program Studi Teknik Sipil sekaligus lulusan Program Studi Manajamen tapi mendaftar kembali menjadi mahasiswa Program Studi Ekonomi Islam UII hanya untuk mempelajari sisi syariatnya, agar bisnisnya sesuai dengan apa yang diatur oleh Islam. Inisiatif kuliah kembali ini karena selama ini dirasa ada yang salah dalam manajemen bisnisnya. (IPK)
Jangan Bersedih Hati
Hakikat seorang muslim adalah percaya bahwa Allah akan selalu memberikan petunjuk. Menjalani hidup dengan keyakinan bahwa Allah adalah Al-Aziz, dzat Yang Maha Perkasa, pasti membantu hambaNya. Serta yakin, Allah senantiasa membersamai kita akan memberikan rasa tenang dalam menjalani kehidupan.
Tentu sebagai makhluk, manusia tidak lepas dari berbagai kondisi perasaan yang berubah-ubah. Perasaan senang jika mendapatkan yang diinginkan, perasaan sedih dan kecewa saat mendapatkan yang tidak sesuai harapan atau perasaan gelisah atas sesuatu yang belum terjadi. Perlunya merujuk Firman Allah dalam Surat At-Taubah ayat 40 yang artinya “Jika kamu tidak menolongnya (Muhammad), sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir mengusirnya (dari Mekah); sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, ketika itu dia berkata kepada sahabatnya, ‘Jangan engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.’ Maka Allah menurunkan ketenangan kepadanya (Muhammad) dan membantu dengan bala tentara (malaikat-malaikat) yang tidak terlihat olehmu, dan Dia menjadikan seruan orang-orang kafir itu rendah. Dan firman Allah itulah yang tinggi. Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.”
Penggalan kalimat pada Surat At-Taubah ayat 40 “la tahzan innallaha ma’na” adalah penghiburan bagi seorang muslim, sekaligus pengingat bahwa Allah senantiasa membersamai hambanya dalam keadaan suka maupun duka.
Kesedihan atas cobaan yang dihadapi di dunia bersifat sementara, maka percaya bahwa Allah akan memberikan pertolongan adalah bentuk keyakinan untuk terus bersabar di jalan yang telah Allah tentukan. Berserah diri atau tawakal adalah mempercayai bahwa segala yang terjadi merupakan rencana terbaik Allah untuk hambaNya. Kesabaran tidak hanya menahan diri dari keluh kesah, tapi meyakini bahwa setiap hal yang terjadi memiliki hikmah. Tidak perlu marah, tidak perlu mempertanyakan kehendak Allah, fokus pada usaha untuk mengambil hikmah di setiap ujian yang dihadapi. Sabar juga berupa tindakan tidak menyerah pada keputusasaan. Tidak berlarut-larut dalam kesedihan karena dalam jalan sabar, Allah akan memberikan jalan keluar. Dalam sabar, Allah juga memberikan pahala yang besar. Sabar dalam kesedihan adalah cara merasakan kasih sayang Allah atas ketentuan terbaikNya. Menjaga ketataan dalam kesabaran, dengan menjaga shalat, berdzikir dan beramal baik.
Sedangkan bersyukur adalah cara agar selalu fokus nikmat dan rahmat yang telah Allah berikan, sehingga senantiasa melihat keadaan dengan nilai positif. Bahkan kita tidak bisa menghitung betapa besarnya nikmat yang telah Allah berikan, karena terlalu banyak dan terlalu luas jangkauannya. Dalam kesedihan, Allah tetap berikan kesehatan, dalam kesedihan Allah tetap berikan rezeki dan dalam kesedihan Allah tetap berikan kekuatan iman. Memaknai kesedihan adalah proses alami dalam kehidupan dan menjadikan kesedihan ini adalah upaya kita untuk lebih dekat dengan Allah dan memperbaiki diri.
Saat bersedih hati, upaya lain yang dapat dilakukan makhluk adalah membahagiakan orang lain. Apa yang telah kita lakukan dan membuat orang lain bahagia, sepatutnya menjadi obat kesedihan yang telah kita alami. Menjadi bermanfaat bagi orang lain, sekedar melakukan pertolongan kecil yang menghadirkan kata alhamdulillah bagi kita maupun bagi orang lain. Firman Allah pada Al-Qur’an surat Al-A’raf ayat 56 “Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan. Balasan spiritual dari melakukan kebaikan adalah kesempatan saat Allah memberi kemampuan untuk berbuat kebaikan kembali.
Tentu tidak hanya bekal spiritual, kondisi hati yang bersedih hati tentu dapat diobati dengan melakukan kegiatan jasmani, menjaga pola makan yang sehat, berolah raga baik sendiri mapun bersama keluarga atau saudara maupun sahabat, tidur yang cukup atau berpergian melihat pemandangan dapat membantu menjaga kestabilan emosi dan mengurangi perasaan sedih. Melakukan aktivitas atau hobi yang bersifat positif akan membantu mengalihkan perasaan sedih yang dihadapi. Mengikuti kegiatan kajian juga bisa menjadi aktivitas yang menyenangkan, selain mendapatkan ilmu, juga menjadi sarana untuk bertemu dengan orang-orang baru yang bermanfaat untuk memberikan ide-ide baik atau memberikan sudut pandang lain tentang kehidupan.
Kesimpulan : kesedihan adalah hal manusiawi, dan setiap makhluk mengalaminya. Dalam syukur dan sabar, Allah akan senantiasa membersamai.
Ditulis oleh: Rani Dwi Alfita Sari, S.KM
Mahkamah Agung RI Sampaikan Pembaruan Hukum Islam di Seminar Nasional FIAI UII
Peningkatan kualitas pendidikan guna menghasilkan lulusan berkualitas dan memiliki daya saing tinggi menjadi fokus Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta . Dalam upaya tersebut diselenggarakan berbagai program, kegiatan dan membangun jejaring, salah satunya dengan bekerjasama dengan Mahkamah Agung Republik Indonesia (MA RI)sejak 2018 hingga saat ini.
Wujud kerjasama FIAI UII dan Mahkamah Agung RI dengan menyelenggarakan seminar nasional bertajuk Yurisprudensi Kamar Agama Dan Pembaruan Hukum Islam, Jumat,5 Desember 2023 di Lantai 3, Gedung K.H.A Wahid Hasyim FIAI UII. Seminar menghadirkan narasumber Dr. H. Candra Boy Seroza, S.Ag., M.Ag. Direktur Pembinaan Tenaga Teknis (Dirbinganis) Ditjen Badilag MA RI, dibantu moderator Samsul Zakaria, S.Sy., M.H, alumni UII yang juga berprofesi sebagai hakim.
Pimpinan FIAI UII, diwakili oleh Wakil Dekan Bidang Keagamaan, Kemahasiswaan dan Alumni, Dr. Muh. Roy Purwanto, S.Ag. M,Ag memberikan sambutan sekaligus membuka seminar nasional.
“Seminar nasional bertema Yurisprudensi Kamar Agama Dan Pembaruan Hukum Islam merupakan bagian dari implementasi MoU antara FIAI UII dan Mahkamah Agung RI yang sudah berjalan selama 4 tahun”kata Muh. Roy Purwanto.
Imbuhnya, seminar nasional ini sekaligus silaturahmi, wujud menjaga kerjasama yang baik. Selain karena adanya pergantian pejabat struktural di lingkup program studi dan fakultas di FIAI UII, yang perlu dikenalkan kembali, dan menggali peluang kerjasama untuk peningkatan manfaat kedua belah pihak.
Dari UII hadir Kaprodi Ilmu Agama Islam Program Magister, Dzulkifli Hadi Imawan, Lc., M.Kom.I., Ph.D., Kaprodi Hukum Islam Program Doktor Anisah Budiwati, S.H.I., M.S.I, beserta mahasiswa program sarjana, magister dan doktor. Dari unsur MA RI, hadir pejabat di Pengadilan Agama Sleman, Pengadilan Agama Yogya,Pengadilan Tinggi Agama DI Yogyakarta serta para hakim.
Seminar nasional dimulai pukul 13.00 WIB hingga 16.30 WIB dilaksanakan dengan tatap muka secara luring diikuti sekitar 50 peserta, juga bisa diikuti dengan live streaming secara daring, oleh ratusan peserta di luar kampus UI, termasuk para hakim dari berbagai daerah.
Narasumber seminar nasional Dr. H. Candra Boy Seroza, S.Ag., M.Ag, sebelum masuk pada materi pokok, menyampaikan kata pengantar.
”Kerjasama antara MA RI dan UII ini cukup panjang, cukup lama. Bahkan Ketua Ikatan Keluarga Alumni UII adalah beliau yang mulia Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia,”
Dalam materi pokok seminar, Dr.Candra menggambarkan fungsi Mahkamah Agung Republik Indonesia.
”Mahkamah Agung merupakan puncak kekuasan tertinggi dalam peradilan, memiliki tugas dan fungsi sesuai perundang-undangan, salah satunya pembinaan dan pengawasan peradilan. Pembinaan dan pengawasan terhadap peradilan-peradilan di bawahnya menyangkut teknis yudisial dan administrasi finansial. Terhadap teknis yudisial ada 2 pola yang diterapkan di Mahkamah Agung. Pola pertama dengan sistem kamar, sejak 2011 sampai sekarang,”jelas Dr. Chandra.
Menurutnya, saat ini ada 7 kamar di MA RI, yaitu 5 kamar perkara dan 2 kamar pembinaan dan pengawasan.Untuk pembinaan melalui sistem kamar ini merupakan kebijakan sejak 2011, dan secara sempurna sejak tahun 2014. Setiap tahun MA RI mengumpulkan daftar inventarisasi masalah dari peradilan di tingkat pertama, permasalahan yang muncul yang ditemukan dalam pemeriksaan dalam kasus-kasus pada saat menyidangkan perkara, di tingkat pertama kemudian didiskusikan secara internal hasilnya dikirimkan ke tingkat banding. Di tingkat banding, daftar hasil didiskusikan para hakim tinggi, dan kesimpulannya persoalan yang krusial itu dikirimkan ke tingkat Direktorat Jenderal di MA RI.
“Fungsi yurisprudensi adalah untuk menegakkan adanya standar hukum yang sama dalam kasus atau perkara yang sama atau serupa, karena UU tidak atau tidak jelas mengatur hal itu. Selain itu untuk menciptakan kepastian hukum di masyarakat dengan adanya standar hukum yg sama, juga menciptakan adanya kesamaan hukum serta sifat dapat diperkirakan pemecahan hukumnya. Adalagi fungsinya untuk mencegah kemungkinan terjadinya disparitas perbedaan dalam berbagai putusan hakim pada kasus yang sama, sehingga jika terjadi perbedaan putusan antara hakim yang satu dan yang lain dalam kasus yang sama, perbedaan putusan itu tidak sampai menimbulkan disparitas, tetapi hanya bercorak sebagai variabel secara kasuistis, juga manifestasi dari penemuan hukum,” jelas Dr. Candra.
Lebih lengkap dijelaskan, dasar hukum yurisprudensi salah satunya bahwa pengadilan tidak boleh menolak untuk memeriksa perkara, mengadili perkara dan memutuskan perkara yang diajukan dengan alasan hukum tidak ada atau kurang jelas (kabur), melainkan wajib memeriksa serta mengadilinya, hal ini sesuai pasal 10 pasal 1 UU 48 tahun 2009. Juga perntingnya memperhatikan bahwa dalam metodologi hukum Islam, yurisprudensi lebih dekat kepada konsep ijma’ yaitu konsensus para ahli hukum Islam tentang suatu masalah yang dapat dijadikan sebagai rujukan dalam menyelesaikan kasus yang sama.(IPK)
Delegasi USIM Malaysia Kunjungi FIAI UII Tingkatkan Kerjasama Internasional
Universiti Sains Islam Malaysia (USIM) perguruan tinggi Islam pertama di Malaysia, mengadakan kunjungan ke Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta selama 7 hari. Kunjungan sekaligus kolaborasi dalam penyelenggaran short course bertema Industri Halal.
Dalam seremoni penerimaan delegasi USIM di Gedung KHA Wahid Hasyim FIAI Kampus Terpadu UII Sleman, Rabu 30 November 20223, hadir Dekan Dr. Drs. Asmuni MA, Ketua Program Studi Doktor Hukum Islam Dr. Anisah Budiwati, S.H.I., M.S.I, Ketua Program Magister Ilmu Agama Islam Dzulkifli Hadi Imawan, Lc., M.Kom.I., Ph.D, Ketua Program Studi Hukum Keluarga/Ahwal Syakhshiyah, Krismono, SHI., MSI, serta beberapa dosen FIAI UII.
Setelah acara seremoni, Dekan FIAI UII, Dr. Drs. Asmuni MA memberikan keterangan, alasan utama kelanjutan kerjasama USIM dan FIAI UII.
“USIM memiliki keunggulan melalui Program Studi Industri Halal yang saat ini mampu mencetak alumni hingga tersebar di luar Malaysia. Salah satu kekuatan USIM saat ini salah satunya karena proses pembelajaran menggunakan Bahasa Arab dan Bahasa Inggris secara penuh. Bahkan tidak menggunakan Bahasa Melayu, sehingga alumninya mampu berkiprah di luar Malasyia,” kata Asmuni.
Delegasi USIM Malaysia dipimpin Dr. Setiyawan, membersamai mahasiswa USIM Nur Alya,, Nur Ain Natasya Zaidi Nor, Nur Qamarina, Nur’Ain Syakirah, Noor Atiqah Aqilah.
”Melihat Program Studi Ahwal Syakhsyiah yang memiliki International Program dengan proses pembelajaran menggunakan bahasa Inggris, ini menjadi titik temu antara FIAI UII dan USIM,” ungkap Dr. Setiyawan.
Lebih lanjut, Dr Setiawan menyampaikan senang atas fasilitas dan infrastuktur yang dimiliki FIAI UII saat ini. “Melihat FIAI UII saat ini fasilitas dan infrastukturnya bagus,” ungkapnya.
FIAI UII saat ini menempati gedung baru dengan fasilitas 7 lantai, didukung peningkatan fasilitas yang lebih modern untuk penguatan proses pembelajaran. FIAI UII menempati gedung baru bernama KHA Wahid Hasyim, yang diresmikan 30 Desember 2022. Letak gedung baru yang strategis, menempatkan FIAI UII menjadi fakultas yang paling dekat dengan Perpustakaan Pusat UII dan Masjid Ulil Albab UII.
Selama di FIAI UII, delegasi dari USIM Malaysia akan mengadakan berbagai kegiatan dari diskusi, kuliah untuk program doktor dan penjajakan peningkatan kerjasama.
Ketua Program Studi Ahwal Syakhshiyah UII, Krismono, SHI, MSI menambahkan, bahwa adanya rencana pengembangan Pusat Kajian dan Bantuan Hukum Islam (PKBHI) untuk lebih mendekatkan kepada masyarakat, akan dikembangkan berkenaan Industri Halal, selaras dengan tema diskusi bersama delegasi USIM Malaysia di FIAI UII.
“Saat ini Program Studi Ahwal Syakhshiyah terus memikirkan bagaimana meningkatkan nilai kemanfaatan kepada masyarakat. Sehingga kedatangan dosen dan mahasiswa USIM Malaysia menjadikan semangat untuk mengembangkan PKBHI menjadi lebih luas cakupannya, termasuk tema industri halal. Besok hari Sabtu akan ada diskusi tentang itu di FIAI UII dengan narasumber Dr. Setiawan yang kebetulan juga Ketua Program Studi Industri Halal USIM Malaysia,” ungkap Krismono.. (IPK)
Tingkatkan Relationship, Prodi Ekonomi Islam UII Jamu Makan Malam APSEII
Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII) memiliki 5 program studi, salah satunya Program Studi Ekonomi Islam yang saat ini sudah tergabung menjadi anggota Asosiasi Prodi Ekonomi Islam Indonesia (APEII). Dalam peran sertanya untuk turut memajukan asosiasi, maka Prodi Ekonomi Islam UII menerima kunjungan keakraban sejumlah Pengurus dan Anggota APEII di Gedung KHA Wahid Hasyim FIAI, Kampus Terpadi UII, Selasa 28 November 2023.
Malam keakraban yang bertajuk Gala Dinner Asosiasi Prodi Ekonomi Islam Indonesia, dihadiri lebih dari 30 peserta dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia yang memiliki Program Studi Ekonomi Islam atau Ekonomi Syariah.
Gala dinner juga dihadiri Dr. Drs. Asmuni MA, Dekan FIAI, Dr. Nur Kholis, SEI., M.Sh.Ec, Wakil Dekan Bidang Sumber Daya, Rheyza Virgiawan, L.c, M.E Ketua Program Studi Ekonomi Islam UII.
“Harapannya asosiasi tidak terjebak pada acara-acara seremonial saja, tapi lebih dari itu. Saat ini banyak aktor dalam bidang ekonomi Islam dan syariah yang sebenarnya dari penggiat ekonomi konvensional namun mengikuti short course bertema syariah, lalu memegang peran penting. Nah saatnya ahli bidang ekonomi Islam yang tulen, menjadi aktor secara nasional. Untuk itu butuh rumusan kurikulum yang tepat untuk mewujudkan hal tersebut,” kata Asmuni, Dekan FIAI UII.
Wakil dari Pengurus Pengurus APSEII, hadir Dr. Aas Nurasyiah, M.Si. S.Pd dalam sambutan mewakil asosiasi. “Inisiasi APSEII sejak tahun 2014. Saat ini beranggotakan 24 pengelola Program Studi Ekonomi Islam se-Indonesia” kata Aas.
Menurutnya, APSEII dibentuk sebagai mitra bagi pemerintah, regulator dan institusi perguruan tinggi dalam upaya peningkatan kualitas program studi Ekonomi Islam demi memajukan Ekonomi dan Keuangan Syariah Indonesia.
Gala dinner yang diselenggarakan di lantai 3 FIAI UII, juga sebagai kegiatan awal dari serangkaian kegiatan APSEII. Dilanjutkan pada pagi harinya, di UIN Sunan Kalijaga, dengan agenda bahasan tentang kurikulum, akreditasi dan program kerja. (IPK)
Calon Wisudawan FIAI UII Dibekali Wawasan Sukses Berkarir
Era digital menyuguhkan perubahan yang menuntut lulusan universitas beradaptasi dengan cepat untuk mencapai karir tertingginya. Menyadari hal itu, Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia (FIAI UII) mengadakan acara Pelepasan dan Pembekalan Karir bagi Mahasiswa, Rabu 22 November 2023 di Gedung KHA Wahid Hasyim lantai 5, Kampus Terpadu UII, Sleman.
Pada akhir November 2023 ini, sebanyak 110 mahasiswa FIAI UII akan mengikuti acara wisuda bersama dengan ratusan wisudawan fakultas lainnya. Untuk memberikan bekal kepada mahasiswa peserta wisuda dalam menghadapi tantangan karir di era digital, FIAI UII mengadakan Pelepasan dan Pembekalan Karir bagi Mahasiswa. Acara dibuka oleh Wakil Dekan Bidang Keagamaan, Kemahasiswaan dan Alumni, Dr. Muhammad Roy, S.Ag, MA sekaligus memberikan sambutan pembuka.
“Menjadi alumni FIAI UII itu bukan akhir perjuangan dalam menuntut ilmu pengetahuan, karena harus terus menuntut ilmu dan menerapkannya. Lulus sarjana baru langkah kecil untuk bekal mengembangkan ilmu. Namun ilmu pengetahuan yang sudah diraih selama kuliah harus tetap jadi jalan agar menjadi manusia mulia dunia akherat karena ilmunya,” kata Muhammad Roy yang juga merupakan pengasuh pondok pesantren di Klaten ini.
Hadir dalam kegiatan ini, lebih dari 80 mahasiswa FIAI UII, dengan narasumber Lifthya Ahadiati Akmala, S.Psi., M.Psi., Psikolog., yang merupakan Kepala Divisi Pengembangan Karir, Direktorat Pengembangan Karier dan Alumni UII. Dalam paparanya, Lifthya mendorong agar mahasiswa FIAI UII setelah wisuda nanti lebih tanggap terhadap tantangan di era digital.
“Mahasiswa setelah wisuda nanti harus siap dengan perubahan, karena dunia kerja dan usaha tidak sama lembutnya dengan kasih sayang orangtua. Sehingga yang selama ini masih menggantungkan kepada orangtua, harus makin mandiri dan siap,” tukas Liftya.
Lifthya melengkapi paparannya, bahwa saat nanti menjadi alumni UII harus memiliki perbedaan kompetensi, bersaing dengan yang lain. Ada 2 pilihan, antara milih berpenghasilan tetap atau tetap berpenghasilan. Diceritakannya, saat Lifthya dikejar deadline tugas kampus, memutuskan untuk mengerjakan di luar kampus agar bisa fokus. Akhirnya menemukan lokasi di sekitar Tiyasan Sleman, sebuah kafe kecil hanya dengan 5 meja. Kemudian datanglah pengunjung lain, pria dengan gaya penampilan sederhana, bercelana pendek, kaos oblong, sandal jepit, rambut gondrong diikat. Setelah duduk, pengunjung gondrong tersebut laju membuka laptop. Setelah terkoneksi internet, pengunjung gondrong tersebut melakukan komunikasi menggunakan Zoom Meeting.
”Tahu gak, ternyata pria pengunjung cafe dengan penampilan sederhana, bercelana pendek, bersandal jepit, justru membahas penanganan proyek pemerintah senilai 5 milyar rupiah. Nah itulah, saat ini alumni UII dituntut bekerja di manapun, dan tempat kerja juga rumah kedua. Beda dengan dahulu sebelum era digital. Ini tantangan sekarang, sehingga alumni FIAI UII harus siap, tidak harus berkantor tetap,” ungkap Lifthya Ahadiati Akmala yang merupakan dosen dari Prodi Psikologi UII.
Paparan Lifthya yang diberi judul The Key of 3: Passion, Skill, Opportunity berdurasi kurang lebih 90 menit, dilanjut dengan sesi tanya jawab.
Setelah acara dari FIAI UII di lantai 5, khusus mahasiswa Program Studi Ekonomi Islam mengikuti sesi pembekalan lanjutan di lantai 3 yang diselenggarakan oleh program studi. Pembekalan lanjutan dengan narasumber Rheyza Virgiawan, Lc., M.E., Ketua Program Studi Ekonomi Islam,
”Mahasiswa yang sudah lulus mengikuti wisuda harus tetap terhubung dengan Ikatan Keluarga Alumni Ekonomi Islam, agar selalu berkomunikasi dengan berbagai informasi, tidak sekedar tentang prodi tapi keilmuwan dan relasi di luar kampus,” kata Rheyza disampaikan setelah paparan selesai.
Rheyza melengkapi, banyak mahasiswa yang belajar wirausaha dengan mengikuti program inkubasi bisnis dari Prodi Ekonomi Islam, mendapatkan bimbingan selama 3 bulan dengan program terstruktur, akhirnya mampu merintis bisnis dan dilanjutkan setelah wisuda.
“Ada mahasiswa Prodi Ekonomi Islam yang rintisan bisnisnya dimulai sejak mahasiswa, sekarang sudah lebih dari 3 tahun lulus, bisnisnya terus berkembang. Konsepnya berupa akses digital untuk memfasilitasi masyarakat agar bisa ditemukan dengan target relasi di luar negeri, misal ke negara Malaysia,” jelas Rheyza
Menurutnya, ada juga yang unik, lulusan dari Program Studi Teknik Sipil sekaligus lulusan Program Studi Manajamen tapi mendaftar kembali menjadi mahasiswa Program Studi Ekonomi Islam UII hanya untuk mempelajari sisi syariatnya, agar bisnisnya sesuai dengan apa yang diatur oleh Islam. Inisiatif kuliah kembali ini karena selama ini dirasa ada yang salah dalam manajemen bisnisnya. (IPK)
Mahasiswa FIAI UII Dilatih Ilmu Kesehatan Hijamah Warisan Rasulullah
Peningkatan kompetensi sivitas akademika Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII) terus dibangun secara berkelanjutan. Salah satunya dengan penyelenggaraan berbagai pelatihan, baik untuk dosen, tenaga kependidikan dan mahasiswa. Dalam rangka peningkatan kompetensi bidang kesehatan yang mengacu pada ajaran Islam, FIAI UII menyelenggarakan Pelatihan Hijamah/Bekam, Selasa 21 November 2023 di Gedung KHA Wahid Hasyim lantai V, Kampus Terpadu UII, Sleman.
Pelatihan dibuka oleh Dr. Muhammad Roy Purwanto, S.Ag. M.A, Wakil Dekan Bidang Keagamaan, Kemahasiswaan dan Alumni FIAI UII.
”Dahulu kala seorang ulama juga seorang dokter, pengakuannya menyatu, misal Ibnu Sina yang dengan kemampuannya mampu memberikan pembelajaran penting bagi bidang ilmu kedokteran sekaligus ulama. Tapi sekarang sudah dipisah, antara kedokteran dan ulama. Makanya fakultasnya pun terpisah dua, fakultas kedokteran dan fakultas ilmu agama Islam. Harapannya, mahasiswa FIAI mampu menyatukan kembali dengan berbagai kompetensi untuk bekal masa mendatang,” kata Muhammad Roy.
Roy juga menambahkan, sebaiknya memang UII memiliki pusat studi bidang ilmu kesehatan warisan Rasulullah. Misal didirikan Pusat Studi Thibbun Nabawi UII yang mewadahi pakar agama dan kedokteran, untuk penelitian dan pengabdian masyarakat. Thibbun Nabawi merupakan segala sesuatu yang disebutkan oleh Al-Quran dan As-Sunnah yang shahih yang berkaitan dengan kedokteran baik berupa pencegahan penyakit atau pengobatan.
Sebagai narasumber dan trainer pada pelatihan ini, dari Relawan Thibbun Nabawi Indonesia (RATIBAN) yang pusatnya berada di Bukit Duri Jakarta Selatan, namun pada pelatihan di FIAI UII, melibatkan sepenuhnya dari RATIBAN Cabang Yogya yang berkantor di Imogiri Bantul. Dari RATIBAN Yogya, hadir melatih yaitu Muhammad Masrur, Momon Abdi Rohman, Danang Ari Krisnadi, Suparyanto, Aris Shofiyatun Rahmah, Bunda Dewi, Muriwati dan Mila.
Dalam paparan materi awal selepas sambutan, Danang Ari Krisnadi membuka sesi dengan gambaran sejarah hijamah atau bekam.
”Sejak zaman Nabi Musa sebenarnya Hijamah atau bekam sudah ada, hal ini tergambar dari relief dan prasasti yang diteliti. Kemudian menyebar ke pelosok dunia, bahkan sampai ke Negeri China dan negara lain. Kemudian berkembang menjadi metode pengobatan lainnya,” kata Danang.
Imbuhnya, Hijamah atau bekam berasal dari bahasa Arab, yaitu Al-Hijamah yang artinya pelepasan darah kotor. Bekam dilakukan dengan penyedotan lokal darah dari sayatan kulit kecil. Bekam merupakan metode pengobatan dengan cara mengeluarkan darah statis kental yang mengandung toksin dari dalam tubuh manusia.
Hadir dalam pelatihan ini dosen, tenaga kependidikan dan mahasiswa FIAI UII. Sebanyak 115 peserta yang didominasi mahasiswa mengikuti 2 sesi pelatihan. Paparan teori dilaksanakan pagi hari, dilanjutkan sesi praktek pada siang hari. (IPK)
Sumpah Pemuda dan Pendidikan Karakter dalam Perspektif Islam
FIAI UII Tingkatkan Kompetensi SDM dengan Pelatihan Pelayanan Prima
Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia (FIAI UII) dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), menyelenggaraka pelatihan dengan tema Upgrading Service Excellent dan Powerfull Teamwork. Pelatihan dilaksanakan pada Kamis 07 Septempber 2023, di lantai III Gedung KHA Wahid Hasyim FIAI UII.
Dalam sambutannya, Dekan FIAI UII, Dr. Drs, Asmuni, MA menegaskan
“Ketika kita bekerja yang perlu dihadikan itu tidak saja akal, melainkan juga hati. Saya kira inilah karakteristik bekerja di Universitas Islam Indonesia,” katanya.
Pelatihan pelayanan Prima FIAI UII menghadirkan 2 narasumber, Hangga Fathana., S.I.P., B.Int., St,. M.A selaku Sekretaris Eksekutif UII dan Drs. Suwarsono Muhammad, MA, Ketua Pengurus Harian Yayasan Badan Wakaf UII Periode 2018 – 2023.
“Reputasi Perguruan TInggi tidak bisa lepas dari leadership. Citra UII dari sisi akademik, dan sisi yang lain, tidak bisa bisa dilpeaskan dari kata relationship,
Mengukur mutu layanan dapat dilakukan dengan 3 parameter, yaitu aspek teknik, aspek subtansi dan aspek fungsi.
Hangga mengimbuhi, ketika staf melakukan pekerjaaan sesuai wewenang dan tanggungjawabnya saja, maka sudah memenuhi
“Tingkatan tertinggi adalah ihsan, kondisi dimana
Membacalah Agar Dirimu Mulia
Membiasakan Praktik Baik
Oleh: Rani Dwi Alfita Sari, FIAI UII
Dalam al-Qur’an segala hal yang diniatkan untuk mencari keridaan Allah adalah perbuatan baik. Di dalam al-Qur’an Allah memberitahu tentang macam-macam perbuatan baik, Menyampaikan/mencontohkan ajaran islam misalnya mencontohkan akhlak-akhlak yang terpuji kepada masyarakat seperti sabar, ikhlas dan lain-lain, berjuang untuk memakmurkan dan kesejahteraan umat islam, berusaha mencapai pemahaman yang lebih baik tentang al-Qur’an, menyelesaikan setiap persoalan umat islam, baik yang pribadi maupun yang umum, kesemuanya itu adalah perbuatan baik.
Berikut beberapa macam-macam perbuatan baik.
Sabar adalah sikap yang tahan atau tidak mudah marah terhadap cobaan yang diberikan Allah kepada hamba-nya. Sabar merupakan pilar kebahagiaan seorang hamba. Kesabaran itulah seorang hamba akan terjaga dari kemaksiatan, konsisten menjalankan ketaatan dan tabah dalam menghadapi berbagai macam cobaan.
Terjemahnya: Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas. (Q.S.Al-Kah}fi/18:28).
Ikhlas adalah seseorang yang tidak mencari perhatian di hati manusia dalam rangka memperbaiki hatinya di hadapan Allah dan tidak suka seandainya manusia sampai memperhatikan amalnya meskipun hanya seberat biji sawi.
Terjemahnya: “Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al Qur’an) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): “Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekatdekatnya”. Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar. (Q.S. Az-Zumar/39:2-3).
Kepada siapa seharusnya menyambungkan kebaikan dan kasih sayang.
Orang tua merawat badan, memberi makan, membiayai pendidikan, memberi tempat tinggal dan kebutuhan lainnya. Maka wajib berbuat baik terhadapnya. Orang tua dapat mengelola masalah dan menikmati waktu bersama anak. Berbuat baik kepada kedua orang tua adalah perkara yang paling penting lagi agung dan diwajibkan bagi setiap manusia, khususnya kaum muslimin. Namun berapa banyak diantara manusia yang menyepelekan masalah ini dan enggan berbuat baik kepada kedua orang tua kecuali hanya sekedar pencitraan belaka untuknya.
Sikap baik, rasa hormat dan perlakuan baik seorang Muslim tidak terbatas hanya kepada orang tua, namun meluas kepada keluarga dan semua orang.
Terjemahnya: “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. (Q.S. AnNisa>/4:1).
Manusia bukan sekedar makhluk individu melainkan manusia adalah makhluk sosial yang mana segala yang ada dalam dirinya berpotensi membawa pengaruh terhadap lingkungan sekitarnya. Dengan demikian seseorang dapat terapkan melalui memuliakan orang-orang terdekatnya yakni tetangganya.
Artinya: “Abdullah bin Yusuf telah menceritakan kepada kami Al Laits dia berkata; telah menceritakan kepadaku Sa’id Al Maqburi dari Abu Syuraih Al ‘Adawi dia berkata; “Saya telah mendengar dengan kedua telingaku dan melihat dengan kedua mataku ketika Rasulullah saw. mengucapkan sabdanya: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya ia memuliakan tetangganya, dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir hendaknya ia memuliakan tamunya, dan menjamunya” dia bertanya; ‘Apa yang dimaksud dengan menjamunya wahai Rasulullah?” beliau menjawab: “yaitu pada siang dan malam harinya, bertamu itu tiga hari, lebih dari itu adalah sedekah bagi tamu tersebut.” Dan beliau bersabda: “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya dia berkata dengan baik atau diam.”(HR. Bukhari)
Muslim sejati tidak membatasi perlakuan baiknya hanya kepada para tetangga yang memiliki hubungan dengannya atau yang muslim akan tetapi ia juga melakukan hal tersebut kepada tetangga non muslim. Muslim sejati tidak melupakan sistem yang diatur islam ketika ia menganjurkan perlakuan baik kepada tetangga.
Teman yang baik akan mengingatkan bila tergelincir melakukan kesalahan. Ia tidak mudah mencaci dan menyalahkan. Ia akan menegur dengan bijak dan meluruskan dengan santun agar anda kembali ke jalan yang benar. Sedangkan teman yang buruk akan bersikap manis saat kita sedang berjaya. Bersahabat dengannya akan menjauhkan dari keimanan. Ia akan menyanjung saat berada di depan. Namun, di belakang, tidak aman dari lisannya. Ia bahagia dengan kesusahan dan dengki atas keberhasilan kita. Hak dalam berteman yaitu menolong sebelum diminta dan mendahulukan atas kepentingan-kepentingan tertentu. Dalam menolongnya tentu disertai dengan wajah yang berseri dan suka cita sehingga tampak jika ihklas dalam membantu. Sebagai teman hendaknya engkau menempatkan kebutuhannya seperti kebutuhanmu sendiri. Jangan biarkan ia sampai merengek-rengek meminta bantuan kepadamu.