Sebagai seorang muslim tentu kita selalu berusaha meningkatkan kualitas dalam ketaatan dan ketakwaan kepada Allah. Salah satu upaya, yaitu menjaga hubungan baik dengan Sang Maha Pencipta yang disebut juga habluminallah. Selain menjaga hubungan baik dengan Allah,  kita juga berkewajiban menjaga hubungan sesama manusia yang disebut habluminannas.
Salah satu cara menjaga habluminallah yaitu dengan semakin meningkatkan nilai ibadah. Misalnya, berusaha semaksimal mungkin sholat fardhu di awal waktu, menunaikan zakat tepat waktu sesuai syariat, berupaha sungguh-sungguh melaksanakan ibadah haji. Selain itu juga berusaha menjalankan shalat sunat rawatib dengan lengkap. Dapat pula dengan melakukan berbagai puasa sunnah. Ada juga pilihan dengan memperbanyak waktu untuk dzikir kepada Allah, dalam 24 jam berapa waktu yang dipersembahkan untuk Allah? Tentu hal tersebut tidak serta merta dikerjakan secara bersamaan, namun dapat dikerjakan mulai sedikit demi sedikit, terus-menerus dan semoga menjadi kebiasaan semakin baik di waktu mendatang. Indikasi semakin terbiasa beribadah dengan baik, dapat dicek  ketika kita tidak mengerjakannya serasa belum lengkap ibadah kita hari ini.
Sedangkan habluminannas adalah hubungan sesama manusia yang dapat dilakukan dengan  selalu berusaha untuk menjaga hubungan baik sesama manusia. Berusaha untuk tidak menyakiti hati orang lain, tidak merugikan orang lain, menjaga perasaan orang lain. Harus sungguh-sungguh menjaga lisan, terus berusaha agar tidak ada yang terluka atau tersakiti.
Menjaga hubungan sesama manusia terutama muslim, ada 6 hak muslim terhadap muslim lainnya. Hal ini sebagai upaya menjaga  nilai habluminannas. Untuk itu marilah kita terapkan hak muslim kepada muslim lainnya, semata untuk kualitas hidup yang lebih baik.
Pertama, membalas salam
Apabila ada seorang muslim mengucap salam Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh yang artinya semoga Allah melimpahkan keselamatan, rahmat, dan keberkahan-Nya , kita yang mendengar wajib untuk menjawabnya dengan Wa’alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh yang artinya semoga keselamatan dan rahmat Allah serta keberkahannya terlimpah juga kepada kalian.
Kedua, memenuhi undangan 
Wajib bagi muslim untuk hadir memenuhi sebuah undangan. Jika kita berhalangan hadir, alangkah lebih baiknya kita beritahukan kepada pihak pengundang.
Ketiga, menasehati dalam hal kebajikan
Kadang-kadang kita merasa tidak enak ketika mengajak teman untuk segera shalat, untuk membaca Al Qur’an, untuk mengurangi konsumsi rokok padahal hal tersebut termasuk menasehati dalam kebajikan. Jadi memang seharusnya kita lakukan.
Keempat, mendoakan yang bersin
Jika teman kita ada yang bersin dan mengucap Alhamdulillah (Segala puji bagi Allah), yang mendengar wajib menjawab dengan Yarkamukallah (Semoga Allah mengasihimu). Dan dijawab lagi oleh yang bersin dengan Yahdikumullah (Semoga Allah memberi petunjuk kepadamu).
Kelima, menjenguk yang sakit
Hal ini sangat dianjurkan karena orang yang sedang sakit dan mendapat perhatian, maka akan menambah semangat untuk segera sehat kembali. Maka tidak heran jika di daerah pedesaan masih banyak yang melakukan “Tilikan bareng” atau menjenguk orang sakit bersama-sama dan dido’akan bersama dengan harapan dapat menambah semangat si sakit agar segera sehat kembali.
Adapun do’a menjenguk orang sakit sebagaimana tuntunan rasul adalah sebagi berikut :
Allahumma rabban naasi adzhibil ba’sa isyfihi wa antasy syaafi la syifaa-a illaa syifaa-uka syifaa-an la yughaadiru saqama.
Artinya :
“Ya Allah, Dzat yang dipertuhankan manusia, hilangkanlah rasa sakit dan anugerahkanlah kesembuhan padanya (yang sedang sakit), karena Engkau adalah Dzat Yang Maha Menyembuhkan.
Keeanam, melayat jenazah
Menjadi kewajiban kita apabila salah seorang muslim meninggal maka kita harus : Memandikan, mengkafani, mensholatkan dan menguburkan.

Pemenuhan hak-hak sesama muslim menjadi salah satu upaya dalam menjalin persaudaraan yang indah dan menjaga ukhuwah Islamiyah. Mari sebagai muslim yang baik, seharusnyalah kita selalu berusaha meningkatkan nilai ibadah di hadapan Allah dan meningkatkan hubungan sesama dengan sebaik- baiknya

Penulis: Siti Komariah, Tendik FIAI UII

Perkembangan teknologi yang semakin pesat, memiliki dampak positif dan negatif. Bahkan ada yang membuat makin kawatir. Salah satu contohnya, hanya dengan genggaman tangan atau smartphone, semua informasi dari dalam maupun luar negeri, dengan berbagai macam jenis informasi dapat di akses oleh anak-anak hingga dewasa, baik itu konte positif maupun negatif. Konten negatif bisa saja mempengaruhi perilaku dan cara pandang seseorang, terutama anak dan remaja.

Teknologi itu prinsipnya jika diperlakukan untuk kebaikan, maka akan berdaya guna, namun apabila dimanfaatkan untuk keburukan, akan berikan kerugian  baik secara material maupun immaterial. Sebagai contoh, secara material, teknologi memberikan kemudahan untuk menjangkau pasar atau konsumen, misalnya dengan memanfaatkan platform belanja online seperti shopee untuk menjual produk. Sedangkan, manfaat teknologi secara immaterial salah satunya memberikan kemudahan dalam mendapatkan informasi, pengetahuan. Namun, adanya teknologi, apabila tidak dimanfaatkan secara baik, juga dapat membawa kemudharatan bagi manusia.

Remaja adalah kelompok usia yang rentan terhadap pengaruh teknologi. Pada tahap ini, mereka sedang dalam proses mencari jati diri dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Masa remaja merupakan fase peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Fase transisi ini sering kali menghadapkan individu pada situasi yang berubah-ubah, di mana di satu sisi mereka masih bersikap seperti anak-anak, namun di sisi lain, mereka diharapkan bertindak seperti orang dewasa. Konflik semacam ini bisa memunculkan perilaku yang aneh, canggung, dan jika tidak dikendalikan, dapat mengarah pada kenakalan remaja. (Rulmuzu, 2021). Kemudahan dalam mengakses segala informasi dan rasa keingintahuan yang tinggi pada remaja, apabila tidak dikontrol, mereka dapat mengakses konten yang tidak sesuai dengan usianya dan mengarah pada budaya barat. Contohnya, konten pornografi, kriminalisme, judge, kekerasan. Kebebasan tersebut, menimbulkan terjadinya kasus-kasus degradasi moral pada kalangan remaja, seperti tawuran, penggunaan narkoba, pergaulan bebas, bullying, hingga kriminalisme.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) makna kata degradasi berarti kemunduran, kemerosotan, penurunan. Degradasi moral adalah penurunan akhlak atau budi pekerti seseorang. Degradasi moral dapat terjadi pada semua kalangan usia, namun usia yang paling rentan adalah remaja, dikarenakan mereka sedang berada pada masa peralihan mencari identitas diri. Belakangan ini, kita dikejutkan dengan kasus pembunuhan seorang siswi SMP di Mojokerto oleh teman sekelasnya, yang juga mengalami pemerkosaan setelah meninggal. (www.kompasiana.com). Siswi tersebut dibunuh oleh temannya dengan motif dendam, karena selalu ditagih membayar iuran kelas Rp 5.000. Setelah dibunuh dengan cara dicekik, teman pelaku yang ikut melancarkan aksinya, memperkosa korban yang sudah meninggal. Perilaku tersebut sudah sangat jauh dari nilai-nilai pancasila dan ajaran agama Islam.

Masa muda dalam Al Quran digambarkan sebagai fase yang memiliki fisik yang kuat dan tangguh, dibandingkan dengan fase-fase sebelum dan sesudahnya. Hal tersebut dijelaskan dalam Q.S Ar-Rum ayat 54: yang artinya “Allah-lah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dan Dia Maha Mengetahui, Maha Kuasa”.

Peran anak muda dalam sejarah Islam yang sangat luar biasa digambarkan oleh sosok Muhammad al-Fatih. Muhammad al-Fatih adalah seorang sultan Kerajaan Utsmani. Beliau dengan umur yang masih belia yaitu 23 tahun, berhasil menaklukkan Kekaisaran Romawi Timur yang telah berkuasa selama 11 abad..

Peran keluarga dan lembaga pendidikan sangat krusial dalam mencegah penurunan moral pada remaja. Keluarga berfungsi sebagai fondasi awal dalam membentuk karakter dan nilai-nilai remaja. Dengan memberikan dukungan emosional, pendidikan, dan pengawasan yang memadai, keluarga dapat membimbing remaja dalam menghadapi berbagai masalah dan tantangan sehari-hari. Selain itu, sekolah juga memiliki peran penting dalam membentuk moral remaja. Program rehabilitasi, pelatihan keterampilan, mentoring, dan kegiatan komunitas di sekolah dapat membantu remaja membuat pilihan yang positif. Melalui kerjasama antara keluarga, sekolah, dan lingkungan, masa depan remaja dapat dibentuk menjadi lebih stabil, memiliki pola pikir positif, dan penuh potensi.(Bobyanti, 2023).

Degradasi moral akan terjadi pada kondisi ketika semua nasihat agama, nasihat orangtua tidak bisa lagi merasuk pada pikiran dan hati remaja, namun konten digital yang buruk menjadi ide untuk ditiru, jadi panutan meski itu sebenarnya tidak sesuai ajaran agama.

Penulis: Desi Rahmawati, Tendik FIAI UII

Ibu merupakan pendidik paling penting dalam memperkuat integritas anak. Oleh karena itu, para ibu harus memberikan contoh yang terbaik kepada anaknya, karena itu sumber pembelajaran nyata. Ketika orang tua  memberikan contoh yang baik, seringkali anak menirunya. Sebaliknya, jika seorang ibu memberikan contoh yang buruk, maka karakter anak pun akan terdorong untuk menjadi buruk. Menanamkan nilai positif pada anak hendaknya dimulai sejak dini. Perkembangan kepribadian anak lebih efektif terjadi pada usia dini. Namun ketika anak sudah besar  akan  makin sulit untuk membentuk kebiasaan yang baik. Ibu juga harus mendorong pembelajaran anak dengan mendidiknya melalui cerita positif penuh ketauladanan. Cara ini memungkinkan Ibu menyampaikan nilai-nilai keagamaan, seperti menceritakan kisah para nabi, dengan cara yang memberikan dampak positif bagi jiwa anak. Pengaruh hiburan terhadap ketegangan hidup juga harus disesuaikan dengan usia anak dan tidak boleh menyimpang dari nilai-nilai Islam. Semua cara tersebut mempunyai dampak yang sangat besar terhadap perkembangan kekuatan terpendam anak, baik pada ranah fisik, emosional, maupun kognitif.

Anak adalah individu yang dapat diandalkan oleh orang tuanya, dan tanggung jawab utama orang tua adalah mendidik mereka. Pendidikan anak adalah hal yang sangat penting dan menjadi prioritas utama. Dalam pandangan Islam, hak anak atas pendidikan sangat terkait dengan tanggung jawab orang tua. Seorang ibu harus memastikan mereka tidak mengabaikan pengasuhan dan pendidikan anak, karena itu bagian dari amanah yang dititipkan oleh Allah, maka  pendidikan yang baik adalah bagian dari melaksanakan menuntaskan amanah. Sebaliknya, mengabaikan hak anak adalah bentuk pengkhianatan terhadap amanah Allah  (Q.S An-Nisa: 58). Anak-anak merupakan generasi penerus bangsa, dan anak yang sehat adalah mereka yang tumbuh dan berkembang dengan baik untuk menjadi sumber daya manusia yang berkualitas di masa depan. Upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia harus dimulai sejak awal kehidupan dan diteruskan hingga usia dini, karena masa ini adalah periode kritis yang menentukan tumbuh kembang anak.

Perkembangan generasi muda sebaiknya dimulai sejak usia dini, yaitu saat mereka masih menjadi bagian dari keluarga. Apapun itu, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat dan lingkungan pertama yang terpenting dalam konteks pendidikan akhlak moral anak. Pendidikan keluarga adalah pondasi untuk perkembangan intelektual dan pertumbuhan menuju dewasa. Pendidikan anak dimulai di rumah sebelum mereka melanjutkan ke tempat pendidikan lainnya.

Perlindungan seorang ibu terhadap anaknya pasti akan membantu tumbuh kembang anaknya kelak. Selain perlindungan dari ibu, tentu anak juga butuh perhatian, kasih sayang dan semua bimbingan yang diperlukan. Anak merupakan amanah yang dititipkan Allah kepada orang tua, untuk merawat, membimbing, dan mendidik mereka semaksimal mungkin hingga meraih akherat yang baik. Harapannya anak berbakti kepada orangtua dan mendoakan kebaikan orangtuanya meski telah tiada.

Memperkuat keimanan anak lewat pendidikan dan nasehat sejak dini bukan berarti ibu menanamkan berbagai ketakutan, melainkan agar anak merasa terlindungi dan belajar mencintai Allah dan Rasul-Nya. Para ibu melakukan ini untuk melindungi anak-anak mereka dari segala bahaya yang mengancam kehidupan dunia dan akhirat.

Para ibu diharapkan memberikan pengetahuan tentang keyakinan agama dalam membesarkan anak untuk menjadi pedoman hidup mereka, serta mengajarkan bahwa kehidupan tidak hanya ada di dunia saja, namun juga di akhirat (setelah kematian). Para ibu juga hendaknya menyampaikan kepada anak-anaknya bahwa hidup untuk beribadah merupakan wujud ketaatan hamba kepada Tuhan juga wujud rasa syukur atas keberadaannya di dunia ini.  Untuk pentingnya terus menerus anak belajar prinsip-prinsip Islam dalam keluarga.

 

Ibu juga harus bisa menjadi teladan yang baik bagi anak-anaknya, karena keteladanan ibu adalah landasan dan pintu pertama. Pada dasarnya setiap manusia dilahirkan dengan potensi untuk mempunyai kepribadian yang sesuai dengan fitrah ciptaan manusia. Namun, di kemudian hari diperlukan proses pengembangan kepribadian yang panjang melalui pengasuhan dan pendidikan anak hingga dewasa. Oleh karena itu, pendidikan karakter sebagai upaya aktif untuk menanamkan kebiasaan baik harus terus menerus ditanamkan agar terbiasa melakukan kebaikan sejak masa kanak-kanak.

Anak yang mulai memahami sesuatu dan menjadi penasaran (pada masa remaja) akan banyak bertanya. Hal itu dilakukan untuk membuka emosi-emosi kecil agar bisa mengetahui kehidupan yang lebih besar. Anak yang banyak bertanya sebaiknya dijawab sesuai usianya. Ibu sebaiknya tidak memarahi atau melarang anak jika terlalu banyak bertanya. Ketika anak mengajukan pertanyaan, sebaiknya ibu menjawab dengan jelas, memberikan contoh praktis, sehingga anak menerima dan memahaminya dengan tegas dan pikiran jernih. Anak-anak umumnya memiliki tingkat keingintahuan yang besar. Kita perlu mengajari anak-anak kita untuk bersiap menghadapi situasi apa pun yang harus mereka lalui. Para ibu diharapkan dapat menjadi motivator dan penyemangat dalam hidup, tegar serta kuat, serta membantu anak-anaknya untuk menghadapi hidup dan segala hal, rintangan serta tantangan dengan lebih berani.

Peran ibu dalam pendidikan anak usia dini sangat beragam dan memerlukan pendekatan yang berbeda-beda untuk mengembangkan kepribadian anak. Pendidikan karakter harus dilakukan melalui contoh nyata dalam pengamalan akhlak mulia dan pengenalan kepada Tuhan sejak dini. Ibu diharapkan membesarkan anak dengan penuh tanggung jawab dan disiplin, karena tanggung jawab merupakan aspek penting dalam perkembangan kepribadian anak. Para ibu perlu mempelajari akhlak mulia, shalat, puasa, mengaji, serta kisah-kisah para nabi dan ulama dari Al-Quran dan Hadits, termasuk pentingnya memberi, bersikap baik terhadap orang lain, tanggung jawab, dan kedisiplinan untuk membangun ukhuwah islamiyah. Berbagai metode dapat diterapkan untuk memastikan keberhasilan pendidikan karakter. Peran ibu sangat vital dalam memberikan perhatian dan kasih sayang, karena menjaga hubungan yang baik bagi sesama manusia adalah kunci dalam perkembangan anak. Sebagai pendidik utama dan yang pertama, ibu harus selalu memperhatikan prinsip-prinsip pendidikan Islam seperti ketakwaan, sopan santun, kejujuran, tanggung jawab, dan ketajaman dalam pendidikan Islam.

Penulis: Aniek Sulistiyo Soeparlan, Tendik FIAI UII

Tidak semua orang bisa memaknai proses spiritual ketika mendaki gunung. Namun yang bisa menangkap perjuangan hingga ke puncak gunung, akan menjadikan itu sebagai pengalaman mendalam. Mengenal ciptaan Allah berbagai bentuk. Mungkin seakan remeh bagi sebagian orang, tapi tidak bagi pelaku pendaki gunung. Semua akan bernilai, yang awalnya kegiatan mendaki ini hanya untuk melepas penat karena kesibukan saat bekerja. Nyatanya justru memberikan nilai tambah berupa tingginya rasa syukur. Ya, tadabbur alam.

 Tadabbur berasal dari bahasa Arab dari kata “dabbara” yang berarti belakang. Tadabbur bisa diartikan memikirkan, merenungkan, atau memperhatikan sesuatu di belakang atau di balik yang terlihat. Sehingga dapat dimaknai proses merenungkan sesuatu di balik keberadaan alam ini. Memperhatikan ciptaan Allah nan agung, merenung penciptaan langit, terbentuknya bintang, proses adanya gunung, dan sebagainya yang kesemuanya mustahil manusia bisa menciptakannya. Tingginya rasa syukur akan menimbulkan kebaikan-kebaikan dalam diri manusia.

Pernah mengasah daya juang dengan mendaki beberapa gunung bersama beberapa teman,  Gunung Arjuno dengan ketinggian 3.339 mdpl, Gunung Welirang 3.156 mdpl yang berlokasi di Jawa Timur. Persiapan menuju keberanian pendakian menjadi hal yang harus dipertimbangkan saat seseorang sudah berkomitmen untuk mendaki. Mulai dari mencari informasi jalur transportasi dari tempat tinggal menuju basecamp gunung, mencari informasi tentang jalur pendakian, pertimbangan waktu tempuh, medan, cuaca, manajemen logistik dan kelengkapan perlengkapan hingga memahami unsur budaya setempat sebagai rasa hormat terhadap wilayah yang akan dikunjungi dikarenakan. Akhirnya melihatkan doa, memohon kelancaran dalam perjalanan dan pendakian. Melupakan beban pekerjaan, bisa lebih fokus mengenal Allah dan ciptaanNYA. Ada juga, sebagian  besar gunung di Indonesia dianggap sebagai wilayah suci dan sakral dalam pemahaman masyarakat lokal, ini menjadi pelajaran memilah mana itu ajaran agama dan mana ajaran adat istiadaat setempat.

 Adapun kesan spiritual yang yang didapat salah satunya saat mendaki gunung yaitu perasaan nikmat dan tenang, terutama saat sayup angin menjelang Subuh hingga menunggu matahari berangkat dari ufuk timur. Firman Allah Q.S Al Furqan [25]: 61 menyebutkan Mahasuci Allah yang menjadikan di langit gugusan bintang-bintang dan Dia juga menjadikan padanya matahari dan bulan yang bersinar. Dengan berdzikir dan melihat kebesaran Allah SWT sampai di puncak kedua gunung tersebut. Q.S An-Naml [27] : 88 menyebutkan Dan engkau melihat gunung-gunung yang engkau kira tetap di tempatnya, padahal ia berjalan (seperti) awan berjalan. (Itulah) ciptaan Allah yang mencipta dengan sempurna segala sesuatu. Sungguh, Dia Mahateliti apa yang kamu kerjakan. Mendaki gunung akan bisa membuktikan firman Allah di atas. Fenomena alam. Beribadah di alam. Memang beribadah pun tidak dilupakan dalam proses pendakian, termasuk bagaimana harus tayamum saat jauh dari sumber air. Semua kondisi dalam situasi alam yang menantang. Setiap waktu shalat menjadi lebih takjub dengan rasa syukur diberi nikmat sehat, nikmat iman, nikmat bersama  teman.

Meskipun telah berupaya dalam persiapan mendaki yang sudah dirasa matang, pendakipun tidak akan mengetahui apa yang akan terjadi saat perjalanan menuju puncak gunung di sinilah peran doa memohon kemudahan dari Allah. Maka yang bisa dilakukan hanyalah bergantung pada kehendak Allah SWT berharap bisa kembali dalam kondisi selamat dan sehat sampai rumah. Dalam diri kami bertawakkal. Ada yang jelas nampak dari perjalanan menelusuri gunung dengan kondisi fisik dan mental yang terus diasah. Pendakian akan memperliatkan karakter setiap pendaki, makin  terlihat seberapa kuat ego, sosial, interaksi antar pendaki berbagai kondisi. Di saat itulah secara tidak sadar seseorang akan diuji bagaimana dia membina hubungan baik, kerjasama, mufakat, kesabaran dan solidaritas meski lelah, penat atau dalam situasi panik. Dengan saling terbuka bercerita tanpa handphone dan bekerjasama sesama pendaki yang mungkin sebelumnya tidak dikenal, maka setelah usai pendakian akan terjalin silaturrahim yang baik. Tidak peduli dari mana asal usul, agama atau gaya hidup sekalipun.

Saat melewati jalan setapak nan sepi jauh dari bising perkotaan sembari melihat berbagai macam tumbuhan, dapat merasakan kedekatan dengan alam sehingga memberi kesadaran untuk menjaga kelestarian lingkungan dengan tidak merusak alam. Perjalanan berhari-hari  melibatkan alam dan Allah, jauh dari rumah dan kantor  memberi suasana berbeda tentang ciptaan Allah. Juga rasa rindu yang berat pada sosok keluarga saat proses turun gunung menjadikan semangat syukur makin kuat. Keseharian yang dijalani berkumpul dengan keluarga, sahabat, bekerja mencari nafkah terisi dengan hikmah di setiap jejak kaki melangkah sampai menikmati matahari di puncak kebanggaan setiap pendaki.

Di luar lingkup berbagai macam olahraga, hobi, penelitian tentang ilmu, kegiatan mendaki gunung dapat memberi pelajaran pada kita tentang pencipta seluruh alam, Illahi Rabbi. Seperti tujuan Allah menciptakan gunung seperti dalam firman Allah, “Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan, agar kamu dapat pergi kian kemari di jalan-jalan yang luas.” (Q.S Nuh [71] : 19-20).
Penulis : Ary Purnama, Tendik FIAI UII

Prof. Dr. H.M. Tamyiz Mukharrom, MA, guru besar FIAI UII.

Menjelang bulan Ramadan 1445 Hijriyah, Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII) menyiapkan serangkaian kegiatan untuk sivitas akademika.Salah satunya kegiatan berupa kajian rutin dengan tema Ramadan Berkualitas Kinerja Totalitas. Kajian rutin akan diselenggarakan sepanjang bulan Ramadan 2024/1445 H, diawali kajian perdana dengan menghadirkan Prof. Dr. H.M. Tamyiz Mukharrom, MA, guru besar FIAI UII.

Kajian perdana diselenggarakan di Gedung KHA Wahid Hasyim FIAI Kampus Terpadu UII Jalan Kaliurang km 14.5 Sleman, Jumat 8 Maret 2024, hari kerja terakhir sebelum libur panjang awal bulan Ramadan 2024. Kajian dibuka oleh Dekan FIAI UII, Dr.Drs Asmuni, MA sekaligus memberikan sambutan pembuka.

“Kita harus menunjukkan kebahagiaan dan semangat menyambut ramadan karena ada doktrin dalam Islam bahwa siapapun yang bersemangat menyambut ramadan tidak akan tersentuh api neraka. Salah satu upaya menyambut ramadan, dengan penyelenggaraan kajian bertema Ramadan Berkualitas KinerjaTotalitas ini,” sambut Dr. Asmuni disaksikan hadirin yang terdiri dari mahasiswa, dosen dan tenaga kependidikan.

Pada inti acara, Prof Tamyiz memberikan dorongan untuk selalu merasa senang menjelang datangnya bulan ramadan.
“Orang yang beriman ketika datangnya bulan ramadan hatinya senang. Meskipun harus puasa dari pagi hingga sore, tapi senang karena mengharap di akherat itu bahagia. Meskipun mau ibadahnya harus gimana-gimana, yah yang penting senang menjalankan perintah Allah, meskipun merasa tidak mampu, tapi menjalankan dengan penuh keimanan,” ungkapnya.

Prof Tamyiz menambahkan terkait kesejahteran, nasib di akherat nantinya, tidak akan ada bedanya antara dekan, wakil dekan atau profesor. Terpenting amal sholeh yang diterima Allah. Apapun profesinya semua sama, amal sholeh yang akan membuat bahagia, bukan sekedar karena ilmunya.

“Rasulullah meminta Umar bin Khattab memohon doa kepada Uwais Al-Qarni Yaman. Siapa dia? Uwais punya ilmu? Tidak. Dia ilmunya pas-pasan, sangat miskin, fakir dan yatim, hidup bersama ibunya yang lumpuh dan buta. Tidak mungkin kalau bukan ahli surga, diminta mendoakan Umar bin Khattab. Pastilah diterima amal sholehnya. Selain itu yang terpenting mencintai Allah dan rasul-NYA, ”

Prof Tamyiz menutup kajian dengan doa bersama, didahului pesan moral.
“Hal terpenting, sekali lagi menjalankan agama itu dengan senang dan bahagia. Bahkan saya merasa senang kalau ada yang bekerja secara totalitas, karena itu akan jadi amal sholeh,” katanya sebagai ungkapan penutup. (IPK)

 Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) Narkotika Klas IIA Yogyakarta menempati area di Pakem Sleman mengadakan Pesantrenisasi Ramadhan 1445 Hijriyah bagi warga binaan pemasyarakatan putra. Pesantrenisasi akan dilaksanakan sepanjang bulan Ramadhan 1445 Hijriyah, diawali acara pembukaan sekaligus penandatanganan kerjasama dengan Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia Jumat (08/03/2024). Kerjasama kedua belah pihak dalam rangka peningkatan kualitas keagamaan bagi warga binaan pemasyarakatan, dengan berbagai pelatihan dan pendampingan keagamaan agar selepas dari lapas mampu menjadi imam di masyarakat.

Pembukaan Pesantrenisasi Ramadhan 1445 H, diselenggarakan di masjid lapas, dihadiri antara lain oleh Sambiyo selaku Kabid Pembinaan Kanwil Kemenkumham DIY, Porman Siregar selaku Kepala Lapas Narkotika Klas IIA Yogyakarta, Dr Asmuni selaku Dekan FIAI UII, Dr Anton Priyo Nugroho selaku Ketua Jurusan Studi Islam UII serta ratusan warga binaan pemasyarakatan.

Porman Siregar selaku Kepala Lapas Narkotika Klas IIA Yogyakarta dalam sambutannya menyambut kerjasama dengan FIAI UII.
”Semoga segenap ustadz dan tim UII senantiasa diberikan kesehatan, sehingga dapat terus memberikan ilmu kepada warga binaan pemasyarakatan Lapas Narkotika Klas IIA Yogyakarta. Dengan ilmu yang diberikan dari Tim UII akan menjadikan jalan terang saat nanti warga binaan kembali mengabdi kepada masyarakat. Misal ketika di masyarakat ada yang meninggal dunia, nantinya mampu memandikan jenazah, mengkafani dan mensholatkannya. Saatnya menjadi imam di tengah masyarakat, terus bermanfaat menjadi agen kebaikan,” kata Porman.

Dr. Asmuni, Dekan FIAI UII, mendukung kerjasama kedua belah pihak dalam rangka pengabdian kepada masyarakat.
”FIAI UII siap menjalankan amanah kerjasama dengan menghadirkan dosen agama Islam yang kompeten. Siap mendukung kerjasama hingga tahun 2025, tahun 2026, namun tidak dengan tahun 2027 karena semoga tidak ada lagi warga binaan pemasyarakatan di lapas ini, karena semua kondisinya sudah membaik tidak ada warga di lapas ini,” ujar Asmuni.

Asmuni menambahkan, harapannya dengan semakin banyaknya rohaniawan yang dilibatkan dalam proses pembinaan di lapas, dan sosialisasi di masyarakat, akan meningkatkan kesadaran, sehingga kejahatan menurun. FIAI UII siap mendampingi sampai kapanpun untuk pengabdian kepada masyarakat.

Selepas acara sambutan, diteruskan dengan penandatanganan kerjasama antara FIAI UII dan LAPAS Narkotika Klas IIA Yogyakarta, dalam rangka pendampingan pembinaan ilmu keagamaan bagi warga binaan pemasyarakatan. (IPK)

Hidup di dunia ini penuh dengan tantangan, ujian, dan cobaan yang kadang membuat hati kita gelisah, kecewa, atau bahkan putus asa. Namun, di balik segala kesulitan itu, ada satu hal yang selalu bisa kita kendalikan dan jaga, yaitu hati kita. Hati adalah pusat dari segala perasaan dan emosi. Ketika hati tenang dan damai, maka kehidupan pun akan terasa lebih indah, dan sebaliknya, jika hati kita dipenuhi dengan kegelisahan dan ketidakpuasan, maka seberapapun nikmat yang kita rasakan tidak akan pernah cukup.

Menjaga Hati dalam Kehidupan Sehari-hari

Menjaga hati adalah salah satu aspek penting dalam menjalani kehidupan yang bahagia dan penuh makna. Hati yang dijaga dengan baik akan membawa ketenangan, kebahagiaan, dan kebijaksanaan dalam setiap langkah kita. Namun, bagaimana cara menjaga hati agar tetap bersih dan sehat?

  • Berserah Diri kepada Allah SWT

Salah satu cara utama untuk menjaga hati adalah dengan berserah diri kepada Allah SWT. Ketika kita menyadari bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidup ini adalah bagian dari rencana-Nya, kita akan lebih mudah menerima segala keadaan dengan lapang dada. Keyakinan bahwa Allah selalu memberikan yang terbaik bagi hamba-Nya akan membantu kita untuk tidak mudah tergoyahkan oleh cobaan dan ujian yang datang.

  • Memaafkan dan Menghindari Dendam

Dendam dan kebencian adalah racun bagi hati. Ketika kita menyimpan dendam terhadap orang lain, hati kita akan selalu diliputi oleh perasaan negatif yang merusak ketenangan batin. Sebaliknya, dengan memaafkan orang lain, kita membersihkan hati dari racun tersebut dan membuka ruang bagi kedamaian dan kasih sayang. Rasulullah SAW mengajarkan kita untuk selalu memaafkan kesalahan orang lain dan menjadikan pemaafan sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari.

  • Berzikir dan Mengingat Allah SWT

Zikir adalah salah satu cara untuk menjaga hati tetap terhubung dengan Allah SWT. Dengan mengingat Allah, hati kita akan senantiasa merasa dekat dengan-Nya dan mendapatkan ketenangan. Zikir juga membantu kita untuk selalu bersyukur atas segala nikmat yang diberikan oleh Allah, baik yang besar maupun yang kecil. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman, “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28). Zikir yang dilakukan dengan ikhlas dan khusyuk akan menenangkan hati dan mendekatkan diri kita kepada Sang Pencipta.

  • Menjaga Pergaulan

Pergaulan yang baik sangat berpengaruh dalam menjaga hati kita. Bergaul dengan orang-orang yang baik dan sholeh akan membantu kita untuk selalu berada dalam kebaikan. Sebaliknya, pergaulan yang buruk akan membawa kita kepada perbuatan yang tidak diridhai oleh Allah SWT. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memilih lingkungan pergaulan yang dapat mendukung kita dalam menjaga hati dan meningkatkan keimanan.

 

Bersyukur: Kunci Kebahagiaan yang Sebenarnya

Selain menjaga hati, bersyukur juga merupakan kunci kebahagiaan dalam hidup. Ketika kita bersyukur, kita mengakui bahwa segala sesuatu yang kita miliki, baik itu kesehatan, keluarga, rezeki, atau kebahagiaan, adalah anugerah dari Allah SWT. Rasa syukur ini akan membuka pintu-pintu rezeki dan keberkahan yang lebih besar dalam hidup kita.

  • Mengakui Kebaikan Allah SWT

Bersyukur berarti mengakui dan menghargai kebaikan Allah SWT yang telah diberikan kepada kita. Ketika kita sadar bahwa semua yang kita miliki adalah pemberian-Nya, hati kita akan dipenuhi dengan rasa terima kasih dan kebahagiaan. Allah SWT berfirman, *“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih’.” (QS. Ibrahim: 7).

 

  • Bersyukur dalam Setiap Keadaan

Rasa syukur bukan hanya diucapkan saat kita mendapatkan nikmat yang besar, tetapi juga dalam setiap keadaan, baik itu dalam kesenangan maupun kesulitan. Ketika kita mampu bersyukur dalam kesulitan, kita akan menemukan kekuatan untuk menghadapi cobaan tersebut dengan sabar dan tawakal. Sebaliknya, jika kita hanya bersyukur ketika mendapatkan nikmat, maka kita akan mudah merasa kecewa ketika menghadapi kesulitan.

 

  • Membiasakan Diri untuk Bersyukur

Rasa syukur perlu dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari. Mulailah dengan hal-hal kecil, seperti bersyukur ketika bangun tidur, bersyukur atas makanan yang kita makan, atau bersyukur atas kesehatan yang kita miliki. Dengan membiasakan diri untuk bersyukur, kita akan merasakan kebahagiaan yang lebih dalam setiap aspek kehidupan.

 

  • Menunjukkan Rasa Syukur dengan Perbuatan

Selain diucapkan, rasa syukur juga harus ditunjukkan melalui perbuatan. Salah satu cara untuk menunjukkan rasa syukur adalah dengan berbagi kepada sesama, terutama kepada mereka yang membutuhkan. Dengan berbagi, kita tidak hanya menunjukkan rasa syukur kita kepada Allah, tetapi juga membantu orang lain untuk merasakan nikmat yang sama. Rasulullah SAW bersabda, “Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah.” (HR. Bukhari dan Muslim). Ini mengajarkan kita untuk selalu menjadi orang yang memberi, bukan hanya menerima.

Menjaga hati dan bersyukur adalah dua hal yang saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan dalam menjalani kehidupan yang bahagia dan bermakna. Dengan menjaga hati, kita menciptakan ruang untuk kedamaian dan ketenangan batin, sementara dengan bersyukur, kita membuka pintu-pintu rezeki dan keberkahan dalam hidup. Keduanya adalah kunci utama untuk mencapai kebahagiaan sejati, yang tidak hanya bersifat sementara, tetapi abadi hingga akhirat nanti. Mari kita jaga hati kita dari segala macam penyakit hati dan biasakan diri untuk selalu bersyukur atas setiap nikmat yang diberikan oleh Allah SWT, agar kita dapat meraih kebahagiaan yang hakiki dalam hidup ini.

Penulis: Solihin, Tendik FIAI UII

Menjelang datangnya bulan Ramadhan 2024 atau 1445 Hijriyah, ilmu falak menjadi bahasan dan pedoman masyarakat untuk menentukan awal bulan Hijriyah bagi umat Islam. Dalam rangka mengembangkan kajian ilmu falak, Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII) melalui Program Doktor Hukum Islam dan Prodi Hukum Keluarga/Ahwal Syakhshiyah mengadakan seminar nasional dan peresmian Galeri Ilmu Falak, Kamis (7/3/2024) di Gedung KHA Wahid Hasyim FIAI Kampus Terpadu UII Jalan Kaliurang km 14.5, Sleman.

Galeri Ilmu Falak FIAI diresmikan langsung oleh Rektor UII Prof. Fathul Wahid. ST. M.Sc. Ph.D, didampingi Dekan FIAI Dr Asmuni, Kaprodi Doktor Hukum Islam Dr Anisah Budiwati, serta para narasumber seminar nasional dari UGM, UIN Sunan Kalijaga, Kanwil Kementerian Agama Provinsi DI Yogyakarta disaksikan ratusan mahasiswa dan tenaga kependidikan FIAI UII.

Dalam sambutan pembuka seremoni peresmian, Rektor UII mengapresiasi atas inisiatif pengembangan Galeri Ilmu Falak.
”Tidak semua orang punya kemampuan untuk mengimajinasikan dengan mudah, sehingga kehadiran Galeri Ilmu Falak ini diharapkan membantu kita untuk melihat yang abstrak itu menjadi lebih terlihat, dan itu akan memudahkan. Misalnya ketika bicara ilmu falak, hanya hitung-hitungan saja tidak digambarkan, akan susah membayangkan, misal titik azimut, nadirnya, dan lain-lain. Itu kalau tidak digambarkan itu susah, tetapi ketika ada visualisasi menjadi mudah, dan kita berharap galeriilmu falak yang akan diresmikan sebentar lagi, akan membantu kita selain untuk memudahkan kajian juga akan mendorong kajian-kajian yang lebih lanjut ke depannya dan kita berharap juga akan menarik minat, perhatian dari lebih banyak orang lagi,” kata Prof Fathul Wahid.

Galeri Ilmu Falak FIAI UII selanjutnya akan dikelola oleh Prodi Hukum Keluarga /Ahwal Syakhshiyah untuk pengembangan dan kajian yang bisa dimanfaatkan untuk mahasiswa, dosen dan umum. Peresmian dilakukan menjelang datangnya bulan Ramadhan 2024, meskipun ada perbedaan metode penentuan awal bulan Hijriyah antara Pemerintah Republik Indonesia (RI) dengan Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

Pemerintah RI menjadwalkan Sidang Isbat Penetapan Awal Ramadhan 2024 pada Minggu, 10 Maret 2024 di Kementerian Agama, Jakarta Pusat, pukul 17.00 WIB. Sedangkan PP Muhammadiyah melalui Maklumat Nomor 1/MLM/I.0/E/2024 telah menetapkan awal bulan Ramadhan 2024 adalah Senin, 11 Maret 2024, ditetapkan berdasarkan hasil hisab hakiki wujudul hilal.


Menanggapi perbedaan ini, Rektor UII berharap masyarakat lebih terbuka terhadap perbedaan metode penentuan awal Ramadhan 2024.

“Kalau boleh jujur sampai hari ini yang menekuni bidang ilmu falak ini tidak banyak, padahal menjadi salah satu instrumen penting dalam beribadah. Hampir selalu dalam titik-titik kritis menjadi isu. Besok hari Ahad, insya Allah menjadi isu lagi. Senin apa selasa? itukan karena ilmu falak dan kalau berbeda tidak masalah selama tahu ilmunya masing-masing sehingga dengan mendalami ilmu falak mudah-mudahkan menjadikan kita lebih terbuka perpektifnya, lebih jauh horisonnya dan lebih bisa menerima perbedaan-perbedaan selama itu dilandasi dengan argumen-argumen yang ilmiah. Untuk itu ibu bapak, mohon doa restunya atas galeri yang akan diresmikan sebentar lagi, semoga memberikan manfaat yang sebesar-besarnya, tidak hanya untuk UII tapi untuk khalayak yang lebih luas,” tutup Rektor UII, Prof Fathul Wahid, yang setelah sambutan menuju prosesi peresmian dengan menggunting pita menandai dibukanya Galeri Ilmu Falak FIAI UII, diteruskan dengan meninjau ruang galeri sambil berdiskusi dengan dosen dari UII, UGM dan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta juga Kenenterian Agama DIY, disaksikan para mahasiswa yang hadir. (IPK)

Prof. Dr. Jasser Auda, Kanada, menjadi narasumbe workshop Program Doktor Hukum Islam FIAI UII (foto;IPK)

SLEMAN. HUMAS – Program Doktor Hukum Islam, Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII) selenggarakan workshop Lecture Series anda Workshop, Maqasid Methodology selama 2 hari, 26 dan 27 Februari 2024. Workshop diselenggarakan  di Gedung KHA Wahid Hasyim FIAI Kampus Terpadu UII Jalan Kaliurang km 14.5 Sleman. Peserta workshop terdiri dari para dosen dan mahasiswa program doktor, baik hadir secara tatap muka maupun melalui live streaming.

Narasumber utama Prof. Dr. Jasser Auda, President of the Maqasid Institute yang juga menjadi Profesor tamu Hukum Islam di Carleton University Canada. Narasumber kedua  Dr. Addiarahman, S.H.I, M.H.I  Executive Director of Maqasid Institute Indonesia, juga alumni Program Magister Ilmu Agama Islam FIAI UII yang saat ini menjadi dosen Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

Ketua Program Studi Doktor Hukum Islam, FIAI UII, DrAnisah Budiwati, SHI., M.H 
”Prof Jasser Auda adalah ulama yang cukup dikenal secara internasional, sehingga Program Doktor Hukum Islam tertartik untuk mengundang menjadi narasumber workshop secara tatap muka bagi dosen dan mahasiswa program doktor sebagai perluasan wawasan dan memperkaya studi keislaman,” katanya.

Hari pertama workshop, Senin 26 Februari 2024, Prof Jasser Auda mengutarakan bahwa Islam merupakan the way of life. Pentingnya memahami tujuan sebagai dasar dalam kajian keilmuan dalam upaya taqsid dan pendekatan komprehensif untuk memahami kajian Islam secara utuh, sehingga tidak parsial sebagai upaya ta’liluk memahami kajian Islam secara utuh, sehingga tidak parsial upaya ta’lil. 

Selanjutnya, pada workshop hari kedua, Selasa 27 Februari 2024, Prof. Jasser Auda menggambarkan adanya lima langkah yang harus ditempuh dalam metodologi maqasid  yaitu pertama mendefinisikan tujuan, kedua melakukan refleksi berulang atas Al-Qur’an dan Sunnah, ketiga membangun kerangka berpikir berbasis pandangan dunia Islam, keempat melakukan kajian kritis atas literatur dan realitas dan  membangun teori prinsip baru. Lima tahapan tersebut yang menjadi bahasan utama dalam metodologi maqasid yang dijadikan acuan oleh banyak kalangan dalam pengaplikasian maqasid era modern.

Dalam pemaparan salah satu poin tahapan Maqasid Methodogy, Prof Jasser Auda memperdalam bahasan
”Critical Studies of Literature and Reality merupakan hal yang krusial era ini. Contohnya praktik perbankan syariah saat ini secara teori sudah sangat baik, namun menurut pandangannya praktik tersebut terdapat kesenjangan dengan realita yang ada. Sehingga, hal tersebut menjadi tugas bersama. Manusia saat ini sudah dapat membuat teori yang amat bagus tersebut namun bagaimana pengaplikasiannya belum dapat dilaksanakan dengan baik,” jelasnya.

Lebih lanjut, dikatakan bahwa metodologi maqasid diawali dari kerangka berpikir dari tujuan elemen konsep mafahim, tujuan maqasid, nilai qiyam perintah awamir, hukum alam atau sunatullah sunan ilahiah, pengelompokan fi’at dan dalil-dalil hujaj yang terdapat dalam al-Qur’an. Pengembangan studi Islam masa depan akan berbasis pada metodologi maqasid dengan rumusn kategori dan klasifikasi kajian dalam empat kategori, pertama kajian ushuli, kajian berbasis disiplin ilmu, kajian fenomena dan kajian strategis.

Narasumber lain yaitu Dr. Addiarahman, S.H.I, M.H.I dari Jambi
“Maqasid berorientasi ke masa depan, baik untuk kehidupan di dunia maupun akherat. Sebab itu, maqasid mengarahkan penerapan perencanaan strategis. Namun, sekalipun beriorientasi ke masa depan, maqasid tidak menstigmatisasi masa lalu. Sebaliknya, mempelajarinya untuk gambaran masa depan,” kata Addiarahman.

Tambahnya, Maqasid membentuk kriteria atau ukuran kritis atas cara berfikir atau realitas keilmuan, maupun perilaku dan tindakan dan realitas peradaban manusia. Untuk itu, maka maqasid juga mengarahkan berfikir komprehensif atau disebut juga webs of meaning. Meletakkan maqasid dalam kerangka umum untuk menjawab berbagai isu. Sehingga, merekognisi pentingnya ijtihad yang berorientasi masa depan, kritis, dan komprehensif pada aspek pendidikan, penelitian, dan aksi. (IPK)