Hidup di dunia ini penuh dengan tantangan, ujian, dan cobaan yang kadang membuat hati kita gelisah, kecewa, atau bahkan putus asa. Namun, di balik segala kesulitan itu, ada satu hal yang selalu bisa kita kendalikan dan jaga, yaitu hati kita. Hati adalah pusat dari segala perasaan dan emosi. Ketika hati tenang dan damai, maka kehidupan pun akan terasa lebih indah, dan sebaliknya, jika hati kita dipenuhi dengan kegelisahan dan ketidakpuasan, maka seberapapun nikmat yang kita rasakan tidak akan pernah cukup.
Menjaga Hati dalam Kehidupan Sehari-hari
Menjaga hati adalah salah satu aspek penting dalam menjalani kehidupan yang bahagia dan penuh makna. Hati yang dijaga dengan baik akan membawa ketenangan, kebahagiaan, dan kebijaksanaan dalam setiap langkah kita. Namun, bagaimana cara menjaga hati agar tetap bersih dan sehat?
- Berserah Diri kepada Allah SWT
Salah satu cara utama untuk menjaga hati adalah dengan berserah diri kepada Allah SWT. Ketika kita menyadari bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidup ini adalah bagian dari rencana-Nya, kita akan lebih mudah menerima segala keadaan dengan lapang dada. Keyakinan bahwa Allah selalu memberikan yang terbaik bagi hamba-Nya akan membantu kita untuk tidak mudah tergoyahkan oleh cobaan dan ujian yang datang.
- Memaafkan dan Menghindari Dendam
Dendam dan kebencian adalah racun bagi hati. Ketika kita menyimpan dendam terhadap orang lain, hati kita akan selalu diliputi oleh perasaan negatif yang merusak ketenangan batin. Sebaliknya, dengan memaafkan orang lain, kita membersihkan hati dari racun tersebut dan membuka ruang bagi kedamaian dan kasih sayang. Rasulullah SAW mengajarkan kita untuk selalu memaafkan kesalahan orang lain dan menjadikan pemaafan sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari.
- Berzikir dan Mengingat Allah SWT
Zikir adalah salah satu cara untuk menjaga hati tetap terhubung dengan Allah SWT. Dengan mengingat Allah, hati kita akan senantiasa merasa dekat dengan-Nya dan mendapatkan ketenangan. Zikir juga membantu kita untuk selalu bersyukur atas segala nikmat yang diberikan oleh Allah, baik yang besar maupun yang kecil. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman, “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28). Zikir yang dilakukan dengan ikhlas dan khusyuk akan menenangkan hati dan mendekatkan diri kita kepada Sang Pencipta.
Pergaulan yang baik sangat berpengaruh dalam menjaga hati kita. Bergaul dengan orang-orang yang baik dan sholeh akan membantu kita untuk selalu berada dalam kebaikan. Sebaliknya, pergaulan yang buruk akan membawa kita kepada perbuatan yang tidak diridhai oleh Allah SWT. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memilih lingkungan pergaulan yang dapat mendukung kita dalam menjaga hati dan meningkatkan keimanan.
Bersyukur: Kunci Kebahagiaan yang Sebenarnya
Selain menjaga hati, bersyukur juga merupakan kunci kebahagiaan dalam hidup. Ketika kita bersyukur, kita mengakui bahwa segala sesuatu yang kita miliki, baik itu kesehatan, keluarga, rezeki, atau kebahagiaan, adalah anugerah dari Allah SWT. Rasa syukur ini akan membuka pintu-pintu rezeki dan keberkahan yang lebih besar dalam hidup kita.
- Mengakui Kebaikan Allah SWT
Bersyukur berarti mengakui dan menghargai kebaikan Allah SWT yang telah diberikan kepada kita. Ketika kita sadar bahwa semua yang kita miliki adalah pemberian-Nya, hati kita akan dipenuhi dengan rasa terima kasih dan kebahagiaan. Allah SWT berfirman, *“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih’.” (QS. Ibrahim: 7).
- Bersyukur dalam Setiap Keadaan
Rasa syukur bukan hanya diucapkan saat kita mendapatkan nikmat yang besar, tetapi juga dalam setiap keadaan, baik itu dalam kesenangan maupun kesulitan. Ketika kita mampu bersyukur dalam kesulitan, kita akan menemukan kekuatan untuk menghadapi cobaan tersebut dengan sabar dan tawakal. Sebaliknya, jika kita hanya bersyukur ketika mendapatkan nikmat, maka kita akan mudah merasa kecewa ketika menghadapi kesulitan.
- Membiasakan Diri untuk Bersyukur
Rasa syukur perlu dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari. Mulailah dengan hal-hal kecil, seperti bersyukur ketika bangun tidur, bersyukur atas makanan yang kita makan, atau bersyukur atas kesehatan yang kita miliki. Dengan membiasakan diri untuk bersyukur, kita akan merasakan kebahagiaan yang lebih dalam setiap aspek kehidupan.
- Menunjukkan Rasa Syukur dengan Perbuatan
Selain diucapkan, rasa syukur juga harus ditunjukkan melalui perbuatan. Salah satu cara untuk menunjukkan rasa syukur adalah dengan berbagi kepada sesama, terutama kepada mereka yang membutuhkan. Dengan berbagi, kita tidak hanya menunjukkan rasa syukur kita kepada Allah, tetapi juga membantu orang lain untuk merasakan nikmat yang sama. Rasulullah SAW bersabda, “Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah.” (HR. Bukhari dan Muslim). Ini mengajarkan kita untuk selalu menjadi orang yang memberi, bukan hanya menerima.
Menjaga hati dan bersyukur adalah dua hal yang saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan dalam menjalani kehidupan yang bahagia dan bermakna. Dengan menjaga hati, kita menciptakan ruang untuk kedamaian dan ketenangan batin, sementara dengan bersyukur, kita membuka pintu-pintu rezeki dan keberkahan dalam hidup. Keduanya adalah kunci utama untuk mencapai kebahagiaan sejati, yang tidak hanya bersifat sementara, tetapi abadi hingga akhirat nanti. Mari kita jaga hati kita dari segala macam penyakit hati dan biasakan diri untuk selalu bersyukur atas setiap nikmat yang diberikan oleh Allah SWT, agar kita dapat meraih kebahagiaan yang hakiki dalam hidup ini.
Penulis: Solihin, Tendik FIAI UII
Prof Tamyiz: Bahagia atas Datangnya Ramadan Sebagai Tanda Keimanan
Menjelang bulan Ramadan 1445 Hijriyah, Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII) menyiapkan serangkaian kegiatan untuk sivitas akademika.Salah satunya kegiatan berupa kajian rutin dengan tema Ramadan Berkualitas Kinerja Totalitas. Kajian rutin akan diselenggarakan sepanjang bulan Ramadan 2024/1445 H, diawali kajian perdana dengan menghadirkan Prof. Dr. H.M. Tamyiz Mukharrom, MA, guru besar FIAI UII.
Kajian perdana diselenggarakan di Gedung KHA Wahid Hasyim FIAI Kampus Terpadu UII Jalan Kaliurang km 14.5 Sleman, Jumat 8 Maret 2024, hari kerja terakhir sebelum libur panjang awal bulan Ramadan 2024. Kajian dibuka oleh Dekan FIAI UII, Dr.Drs Asmuni, MA sekaligus memberikan sambutan pembuka.
“Kita harus menunjukkan kebahagiaan dan semangat menyambut ramadan karena ada doktrin dalam Islam bahwa siapapun yang bersemangat menyambut ramadan tidak akan tersentuh api neraka. Salah satu upaya menyambut ramadan, dengan penyelenggaraan kajian bertema Ramadan Berkualitas KinerjaTotalitas ini,” sambut Dr. Asmuni disaksikan hadirin yang terdiri dari mahasiswa, dosen dan tenaga kependidikan.
Pada inti acara, Prof Tamyiz memberikan dorongan untuk selalu merasa senang menjelang datangnya bulan ramadan.
“Orang yang beriman ketika datangnya bulan ramadan hatinya senang. Meskipun harus puasa dari pagi hingga sore, tapi senang karena mengharap di akherat itu bahagia. Meskipun mau ibadahnya harus gimana-gimana, yah yang penting senang menjalankan perintah Allah, meskipun merasa tidak mampu, tapi menjalankan dengan penuh keimanan,” ungkapnya.
Prof Tamyiz menambahkan terkait kesejahteran, nasib di akherat nantinya, tidak akan ada bedanya antara dekan, wakil dekan atau profesor. Terpenting amal sholeh yang diterima Allah. Apapun profesinya semua sama, amal sholeh yang akan membuat bahagia, bukan sekedar karena ilmunya.
“Rasulullah meminta Umar bin Khattab memohon doa kepada Uwais Al-Qarni Yaman. Siapa dia? Uwais punya ilmu? Tidak. Dia ilmunya pas-pasan, sangat miskin, fakir dan yatim, hidup bersama ibunya yang lumpuh dan buta. Tidak mungkin kalau bukan ahli surga, diminta mendoakan Umar bin Khattab. Pastilah diterima amal sholehnya. Selain itu yang terpenting mencintai Allah dan rasul-NYA, ”
Prof Tamyiz menutup kajian dengan doa bersama, didahului pesan moral.
“Hal terpenting, sekali lagi menjalankan agama itu dengan senang dan bahagia. Bahkan saya merasa senang kalau ada yang bekerja secara totalitas, karena itu akan jadi amal sholeh,” katanya sebagai ungkapan penutup. (IPK)
FIAI UII Kerjasama dengan LAPAS Narkotika Yogyakarta, Berdayakan Warga Binaan Pemasyarakatan
Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) Narkotika Klas IIA Yogyakarta menempati area di Pakem Sleman mengadakan Pesantrenisasi Ramadhan 1445 Hijriyah bagi warga binaan pemasyarakatan putra. Pesantrenisasi akan dilaksanakan sepanjang bulan Ramadhan 1445 Hijriyah, diawali acara pembukaan sekaligus penandatanganan kerjasama dengan Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia Jumat (08/03/2024). Kerjasama kedua belah pihak dalam rangka peningkatan kualitas keagamaan bagi warga binaan pemasyarakatan, dengan berbagai pelatihan dan pendampingan keagamaan agar selepas dari lapas mampu menjadi imam di masyarakat.
Pembukaan Pesantrenisasi Ramadhan 1445 H, diselenggarakan di masjid lapas, dihadiri antara lain oleh Sambiyo selaku Kabid Pembinaan Kanwil Kemenkumham DIY, Porman Siregar selaku Kepala Lapas Narkotika Klas IIA Yogyakarta, Dr Asmuni selaku Dekan FIAI UII, Dr Anton Priyo Nugroho selaku Ketua Jurusan Studi Islam UII serta ratusan warga binaan pemasyarakatan.
Porman Siregar selaku Kepala Lapas Narkotika Klas IIA Yogyakarta dalam sambutannya menyambut kerjasama dengan FIAI UII.
”Semoga segenap ustadz dan tim UII senantiasa diberikan kesehatan, sehingga dapat terus memberikan ilmu kepada warga binaan pemasyarakatan Lapas Narkotika Klas IIA Yogyakarta. Dengan ilmu yang diberikan dari Tim UII akan menjadikan jalan terang saat nanti warga binaan kembali mengabdi kepada masyarakat. Misal ketika di masyarakat ada yang meninggal dunia, nantinya mampu memandikan jenazah, mengkafani dan mensholatkannya. Saatnya menjadi imam di tengah masyarakat, terus bermanfaat menjadi agen kebaikan,” kata Porman.
Dr. Asmuni, Dekan FIAI UII, mendukung kerjasama kedua belah pihak dalam rangka pengabdian kepada masyarakat.
”FIAI UII siap menjalankan amanah kerjasama dengan menghadirkan dosen agama Islam yang kompeten. Siap mendukung kerjasama hingga tahun 2025, tahun 2026, namun tidak dengan tahun 2027 karena semoga tidak ada lagi warga binaan pemasyarakatan di lapas ini, karena semua kondisinya sudah membaik tidak ada warga di lapas ini,” ujar Asmuni.
Asmuni menambahkan, harapannya dengan semakin banyaknya rohaniawan yang dilibatkan dalam proses pembinaan di lapas, dan sosialisasi di masyarakat, akan meningkatkan kesadaran, sehingga kejahatan menurun. FIAI UII siap mendampingi sampai kapanpun untuk pengabdian kepada masyarakat.
Selepas acara sambutan, diteruskan dengan penandatanganan kerjasama antara FIAI UII dan LAPAS Narkotika Klas IIA Yogyakarta, dalam rangka pendampingan pembinaan ilmu keagamaan bagi warga binaan pemasyarakatan. (IPK)
Menjaga Hati dan Bersyukur: Kunci Kebahagiaan dalam Hidup
Hidup di dunia ini penuh dengan tantangan, ujian, dan cobaan yang kadang membuat hati kita gelisah, kecewa, atau bahkan putus asa. Namun, di balik segala kesulitan itu, ada satu hal yang selalu bisa kita kendalikan dan jaga, yaitu hati kita. Hati adalah pusat dari segala perasaan dan emosi. Ketika hati tenang dan damai, maka kehidupan pun akan terasa lebih indah, dan sebaliknya, jika hati kita dipenuhi dengan kegelisahan dan ketidakpuasan, maka seberapapun nikmat yang kita rasakan tidak akan pernah cukup.
Menjaga Hati dalam Kehidupan Sehari-hari
Menjaga hati adalah salah satu aspek penting dalam menjalani kehidupan yang bahagia dan penuh makna. Hati yang dijaga dengan baik akan membawa ketenangan, kebahagiaan, dan kebijaksanaan dalam setiap langkah kita. Namun, bagaimana cara menjaga hati agar tetap bersih dan sehat?
Salah satu cara utama untuk menjaga hati adalah dengan berserah diri kepada Allah SWT. Ketika kita menyadari bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidup ini adalah bagian dari rencana-Nya, kita akan lebih mudah menerima segala keadaan dengan lapang dada. Keyakinan bahwa Allah selalu memberikan yang terbaik bagi hamba-Nya akan membantu kita untuk tidak mudah tergoyahkan oleh cobaan dan ujian yang datang.
Dendam dan kebencian adalah racun bagi hati. Ketika kita menyimpan dendam terhadap orang lain, hati kita akan selalu diliputi oleh perasaan negatif yang merusak ketenangan batin. Sebaliknya, dengan memaafkan orang lain, kita membersihkan hati dari racun tersebut dan membuka ruang bagi kedamaian dan kasih sayang. Rasulullah SAW mengajarkan kita untuk selalu memaafkan kesalahan orang lain dan menjadikan pemaafan sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari.
Zikir adalah salah satu cara untuk menjaga hati tetap terhubung dengan Allah SWT. Dengan mengingat Allah, hati kita akan senantiasa merasa dekat dengan-Nya dan mendapatkan ketenangan. Zikir juga membantu kita untuk selalu bersyukur atas segala nikmat yang diberikan oleh Allah, baik yang besar maupun yang kecil. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman, “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28). Zikir yang dilakukan dengan ikhlas dan khusyuk akan menenangkan hati dan mendekatkan diri kita kepada Sang Pencipta.
Pergaulan yang baik sangat berpengaruh dalam menjaga hati kita. Bergaul dengan orang-orang yang baik dan sholeh akan membantu kita untuk selalu berada dalam kebaikan. Sebaliknya, pergaulan yang buruk akan membawa kita kepada perbuatan yang tidak diridhai oleh Allah SWT. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memilih lingkungan pergaulan yang dapat mendukung kita dalam menjaga hati dan meningkatkan keimanan.
Bersyukur: Kunci Kebahagiaan yang Sebenarnya
Selain menjaga hati, bersyukur juga merupakan kunci kebahagiaan dalam hidup. Ketika kita bersyukur, kita mengakui bahwa segala sesuatu yang kita miliki, baik itu kesehatan, keluarga, rezeki, atau kebahagiaan, adalah anugerah dari Allah SWT. Rasa syukur ini akan membuka pintu-pintu rezeki dan keberkahan yang lebih besar dalam hidup kita.
Bersyukur berarti mengakui dan menghargai kebaikan Allah SWT yang telah diberikan kepada kita. Ketika kita sadar bahwa semua yang kita miliki adalah pemberian-Nya, hati kita akan dipenuhi dengan rasa terima kasih dan kebahagiaan. Allah SWT berfirman, *“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih’.” (QS. Ibrahim: 7).
Rasa syukur bukan hanya diucapkan saat kita mendapatkan nikmat yang besar, tetapi juga dalam setiap keadaan, baik itu dalam kesenangan maupun kesulitan. Ketika kita mampu bersyukur dalam kesulitan, kita akan menemukan kekuatan untuk menghadapi cobaan tersebut dengan sabar dan tawakal. Sebaliknya, jika kita hanya bersyukur ketika mendapatkan nikmat, maka kita akan mudah merasa kecewa ketika menghadapi kesulitan.
Rasa syukur perlu dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari. Mulailah dengan hal-hal kecil, seperti bersyukur ketika bangun tidur, bersyukur atas makanan yang kita makan, atau bersyukur atas kesehatan yang kita miliki. Dengan membiasakan diri untuk bersyukur, kita akan merasakan kebahagiaan yang lebih dalam setiap aspek kehidupan.
Selain diucapkan, rasa syukur juga harus ditunjukkan melalui perbuatan. Salah satu cara untuk menunjukkan rasa syukur adalah dengan berbagi kepada sesama, terutama kepada mereka yang membutuhkan. Dengan berbagi, kita tidak hanya menunjukkan rasa syukur kita kepada Allah, tetapi juga membantu orang lain untuk merasakan nikmat yang sama. Rasulullah SAW bersabda, “Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah.” (HR. Bukhari dan Muslim). Ini mengajarkan kita untuk selalu menjadi orang yang memberi, bukan hanya menerima.
Menjaga hati dan bersyukur adalah dua hal yang saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan dalam menjalani kehidupan yang bahagia dan bermakna. Dengan menjaga hati, kita menciptakan ruang untuk kedamaian dan ketenangan batin, sementara dengan bersyukur, kita membuka pintu-pintu rezeki dan keberkahan dalam hidup. Keduanya adalah kunci utama untuk mencapai kebahagiaan sejati, yang tidak hanya bersifat sementara, tetapi abadi hingga akhirat nanti. Mari kita jaga hati kita dari segala macam penyakit hati dan biasakan diri untuk selalu bersyukur atas setiap nikmat yang diberikan oleh Allah SWT, agar kita dapat meraih kebahagiaan yang hakiki dalam hidup ini.
Penulis: Solihin, Tendik FIAI UII
Rektor UII Resmikan Galeri Ilmu Falak FIAI untuk Kembangkan Kajian Keilmuan
Menjelang datangnya bulan Ramadhan 2024 atau 1445 Hijriyah, ilmu falak menjadi bahasan dan pedoman masyarakat untuk menentukan awal bulan Hijriyah bagi umat Islam. Dalam rangka mengembangkan kajian ilmu falak, Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII) melalui Program Doktor Hukum Islam dan Prodi Hukum Keluarga/Ahwal Syakhshiyah mengadakan seminar nasional dan peresmian Galeri Ilmu Falak, Kamis (7/3/2024) di Gedung KHA Wahid Hasyim FIAI Kampus Terpadu UII Jalan Kaliurang km 14.5, Sleman.
Galeri Ilmu Falak FIAI diresmikan langsung oleh Rektor UII Prof. Fathul Wahid. ST. M.Sc. Ph.D, didampingi Dekan FIAI Dr Asmuni, Kaprodi Doktor Hukum Islam Dr Anisah Budiwati, serta para narasumber seminar nasional dari UGM, UIN Sunan Kalijaga, Kanwil Kementerian Agama Provinsi DI Yogyakarta disaksikan ratusan mahasiswa dan tenaga kependidikan FIAI UII.
Dalam sambutan pembuka seremoni peresmian, Rektor UII mengapresiasi atas inisiatif pengembangan Galeri Ilmu Falak.
”Tidak semua orang punya kemampuan untuk mengimajinasikan dengan mudah, sehingga kehadiran Galeri Ilmu Falak ini diharapkan membantu kita untuk melihat yang abstrak itu menjadi lebih terlihat, dan itu akan memudahkan. Misalnya ketika bicara ilmu falak, hanya hitung-hitungan saja tidak digambarkan, akan susah membayangkan, misal titik azimut, nadirnya, dan lain-lain. Itu kalau tidak digambarkan itu susah, tetapi ketika ada visualisasi menjadi mudah, dan kita berharap galeriilmu falak yang akan diresmikan sebentar lagi, akan membantu kita selain untuk memudahkan kajian juga akan mendorong kajian-kajian yang lebih lanjut ke depannya dan kita berharap juga akan menarik minat, perhatian dari lebih banyak orang lagi,” kata Prof Fathul Wahid.
Galeri Ilmu Falak FIAI UII selanjutnya akan dikelola oleh Prodi Hukum Keluarga /Ahwal Syakhshiyah untuk pengembangan dan kajian yang bisa dimanfaatkan untuk mahasiswa, dosen dan umum. Peresmian dilakukan menjelang datangnya bulan Ramadhan 2024, meskipun ada perbedaan metode penentuan awal bulan Hijriyah antara Pemerintah Republik Indonesia (RI) dengan Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Pemerintah RI menjadwalkan Sidang Isbat Penetapan Awal Ramadhan 2024 pada Minggu, 10 Maret 2024 di Kementerian Agama, Jakarta Pusat, pukul 17.00 WIB. Sedangkan PP Muhammadiyah melalui Maklumat Nomor 1/MLM/I.0/E/2024 telah menetapkan awal bulan Ramadhan 2024 adalah Senin, 11 Maret 2024, ditetapkan berdasarkan hasil hisab hakiki wujudul hilal.
Menanggapi perbedaan ini, Rektor UII berharap masyarakat lebih terbuka terhadap perbedaan metode penentuan awal Ramadhan 2024.
“Kalau boleh jujur sampai hari ini yang menekuni bidang ilmu falak ini tidak banyak, padahal menjadi salah satu instrumen penting dalam beribadah. Hampir selalu dalam titik-titik kritis menjadi isu. Besok hari Ahad, insya Allah menjadi isu lagi. Senin apa selasa? itukan karena ilmu falak dan kalau berbeda tidak masalah selama tahu ilmunya masing-masing sehingga dengan mendalami ilmu falak mudah-mudahkan menjadikan kita lebih terbuka perpektifnya, lebih jauh horisonnya dan lebih bisa menerima perbedaan-perbedaan selama itu dilandasi dengan argumen-argumen yang ilmiah. Untuk itu ibu bapak, mohon doa restunya atas galeri yang akan diresmikan sebentar lagi, semoga memberikan manfaat yang sebesar-besarnya, tidak hanya untuk UII tapi untuk khalayak yang lebih luas,” tutup Rektor UII, Prof Fathul Wahid, yang setelah sambutan menuju prosesi peresmian dengan menggunting pita menandai dibukanya Galeri Ilmu Falak FIAI UII, diteruskan dengan meninjau ruang galeri sambil berdiskusi dengan dosen dari UII, UGM dan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta juga Kenenterian Agama DIY, disaksikan para mahasiswa yang hadir. (IPK)
Lunturnya Salah Satu Capaian Pendidikan Kita
Prof Jasser Auda Kanada Narasumber Workshop Maqashid Methodology di Program Doktor Hukum Islam UII
SLEMAN. HUMAS – Program Doktor Hukum Islam, Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII) selenggarakan workshop Lecture Series anda Workshop, Maqasid Methodology selama 2 hari, 26 dan 27 Februari 2024. Workshop diselenggarakan di Gedung KHA Wahid Hasyim FIAI Kampus Terpadu UII Jalan Kaliurang km 14.5 Sleman. Peserta workshop terdiri dari para dosen dan mahasiswa program doktor, baik hadir secara tatap muka maupun melalui live streaming.
Narasumber utama Prof. Dr. Jasser Auda, President of the Maqasid Institute yang juga menjadi Profesor tamu Hukum Islam di Carleton University Canada. Narasumber kedua Dr. Addiarahman, S.H.I, M.H.I Executive Director of Maqasid Institute Indonesia, juga alumni Program Magister Ilmu Agama Islam FIAI UII yang saat ini menjadi dosen Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
Ketua Program Studi Doktor Hukum Islam, FIAI UII, Dr. Anisah Budiwati, SHI., M.H
”Prof Jasser Auda adalah ulama yang cukup dikenal secara internasional, sehingga Program Doktor Hukum Islam tertartik untuk mengundang menjadi narasumber workshop secara tatap muka bagi dosen dan mahasiswa program doktor sebagai perluasan wawasan dan memperkaya studi keislaman,” katanya.
Hari pertama workshop, Senin 26 Februari 2024, Prof Jasser Auda mengutarakan bahwa Islam merupakan the way of life. Pentingnya memahami tujuan sebagai dasar dalam kajian keilmuan dalam upaya taqsid dan pendekatan komprehensif untuk memahami kajian Islam secara utuh, sehingga tidak parsial sebagai upaya ta’liluk memahami kajian Islam secara utuh, sehingga tidak parsial upaya ta’lil.
Selanjutnya, pada workshop hari kedua, Selasa 27 Februari 2024, Prof. Jasser Auda menggambarkan adanya lima langkah yang harus ditempuh dalam metodologi maqasid yaitu pertama mendefinisikan tujuan, kedua melakukan refleksi berulang atas Al-Qur’an dan Sunnah, ketiga membangun kerangka berpikir berbasis pandangan dunia Islam, keempat melakukan kajian kritis atas literatur dan realitas dan membangun teori prinsip baru. Lima tahapan tersebut yang menjadi bahasan utama dalam metodologi maqasid yang dijadikan acuan oleh banyak kalangan dalam pengaplikasian maqasid era modern.
Dalam pemaparan salah satu poin tahapan Maqasid Methodogy, Prof Jasser Auda memperdalam bahasan
”Critical Studies of Literature and Reality merupakan hal yang krusial era ini. Contohnya praktik perbankan syariah saat ini secara teori sudah sangat baik, namun menurut pandangannya praktik tersebut terdapat kesenjangan dengan realita yang ada. Sehingga, hal tersebut menjadi tugas bersama. Manusia saat ini sudah dapat membuat teori yang amat bagus tersebut namun bagaimana pengaplikasiannya belum dapat dilaksanakan dengan baik,” jelasnya.
Lebih lanjut, dikatakan bahwa metodologi maqasid diawali dari kerangka berpikir dari tujuan elemen konsep mafahim, tujuan maqasid, nilai qiyam perintah awamir, hukum alam atau sunatullah sunan ilahiah, pengelompokan fi’at dan dalil-dalil hujaj yang terdapat dalam al-Qur’an. Pengembangan studi Islam masa depan akan berbasis pada metodologi maqasid dengan rumusn kategori dan klasifikasi kajian dalam empat kategori, pertama kajian ushuli, kajian berbasis disiplin ilmu, kajian fenomena dan kajian strategis.
Narasumber lain yaitu Dr. Addiarahman, S.H.I, M.H.I dari Jambi
“Maqasid berorientasi ke masa depan, baik untuk kehidupan di dunia maupun akherat. Sebab itu, maqasid mengarahkan penerapan perencanaan strategis. Namun, sekalipun beriorientasi ke masa depan, maqasid tidak menstigmatisasi masa lalu. Sebaliknya, mempelajarinya untuk gambaran masa depan,” kata Addiarahman.
Tambahnya, Maqasid membentuk kriteria atau ukuran kritis atas cara berfikir atau realitas keilmuan, maupun perilaku dan tindakan dan realitas peradaban manusia. Untuk itu, maka maqasid juga mengarahkan berfikir komprehensif atau disebut juga webs of meaning. Meletakkan maqasid dalam kerangka umum untuk menjawab berbagai isu. Sehingga, merekognisi pentingnya ijtihad yang berorientasi masa depan, kritis, dan komprehensif pada aspek pendidikan, penelitian, dan aksi. (IPK)
Sepakbola Adalah Jalan Dakwahku
Begitu Tim Sepakbola Nasional Indonesia U-19 menjuarai Piala AFF U-19 2024, Sang Komandan Pelatih Indra Syafri langsung melakukan sujud syukur. Begitu juga diikuti oleh beberapa pemain mengikuti pelatihnya, sujud syukur. Kondisi dilihat oleh jutaan pemirsa TV dan streaming online, tentunya juga ribuan penonton di lapangan sepakbola. Ini sudah bagian dari syiar agama dalam kegiatan sepakbola.
Semangat menerapkan perintah dalam ajaran agama, juga menerapkan nilai-nilai spiritual dalam sepakbola seperti yang dicontohkan tim nasional sepakbola akan mampu mempengaruhi banyak orang termasuk anak-anak dan remaja. Akan berbeda dengan pola merayakan kemenangan di luar negeri yang berteriak-teriak, minuman keras dan tarian seksi oleh penonton.
Syiar dan dakwah melalui kegiatan sepakbola, juga diamini oleh Gus Baha yang bernama asli Kyai Haji Bahauddin Nursalim dari Rembang. Gus Baha ungkapkan dalam instagramnya.
“Orang di Inggris, kenal Islam lewat Mohammad Salah, pemain bola, karena mereka tidak mengamati kiai yang diamati itu pemain bola. Dulu tuh, pemain muslim mau sholat susah mau puasa susah. Terus mereka minta hak puasa kalau bulan puasa. Tapi menjadi mudah di luar perkiraan. Sekarang dibikin gampang, Manchester City dibeli orang islam, Sulaiman Al Fahim. Akhirnya malah ada masjid. Pelatihnya kalau ada pemain yang puasa monggo-monggo ndereaken (silakan). Kalau tidak boleh nanti bisa dipecat. Mau apa coba,”
Kemenangan dalam pertandingan sepakbola, semuanya datang karena Allah. Sehingga setiap pemain sepakbola muslim, tidak merasa kemenangannya hanya karena dirinya. Kemenangan dalam kejuaraan sepakbola patut disyukuri sebagai ungkapan syukur dan ingatan kepada Allah, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 122 yang artinya,
“Ingatlah nikmat yang telah Aku berikan kepadamu.”
Harapannya syiar dan dakwah juga terus digencarkan untuk berbagai cabang olahraga. Di Kampus UII Yogyakarta, dalam acara pertandingan Milad ke-81 tahun 2024, dilakukan doa bersama sebelum bertanding, ucap syukur dan sujud syukur saat beberapa pemain memenangkan pertandingan cabang olahraga, juga menjadi contoh bagi banyak pihak termasuk mahasiswa.
Lebih dalam berkenaan dalil sujud syukur, Rasulullah pernah mencontohkan secara langsung.
عَنْ أَبِى بَكْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- أَنَّهُ كَانَ إِذَا جَاءَهُ أَمْرُ سُرُورٍ أَوْ بُشِّرَ بِهِ خَرَّ سَاجِدًا شَاكِرًا لِلَّهِ.
“Dari Abu Bakroh, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu ketika beliau mendapati hal yang menggembirakan atau dikabarkan berita gembira, beliau tersungkur untuk sujud pada Allah Ta’ala.” (HR Abu Dawud nomor 2774. Syekh Al Albani mengatakan hadits ini shahih)
Jika Rasulullah sudah mencontohkan sujud syukur, maka sepantasnyalah umat Islam menerapkan di berbagai kepentingan, dan kondisi yang menggembirakan. Sehingga tawuran antar supporter olahraga, perkelahian di lapangan sepakbola bisa dikurangi karena pengaruh positif dari penerapan nilai-nilai keagamaan yang dicontohkan Rasulullah.
Syiar dan dakwah tidak harus selamanya dilaksanakan di masjid, gedung megah tapi juga perlu diterapkan di berbagai aktivitas. Sehingga mengajak kebaikan di berbagai kegiatan itu bagian yang harus dilakukan umat muslim.
Sehingga apa yang dilakukan oleh pemain sepakbola, juga dalam olah raga lain yang melibatkan nilai-nilai agama, dapat digolongkan dalam upaya menunjukkan kebaikan dan mengajak pada kebaikan. Kebaikan itu antara lain sujud syukur, mengajak sholat berjamaah para pemain sepakbola dan ajakan mengingat Allah dalam setiap kegiatan olahraga. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah,
Diriwayatkan dari Abi Mas’ud al-Anshari, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barang siapa yang menunjukkan kebaikan, maka ia mendapatkan pahala sepadan dengan orang yang melakukannya.” (HR Abu Dawud)
Berbagai pihak bisa memulai kebaikan sesuai profesi dan kegiatan baiknya. Semua dimulai dari hal kecil hingga kebaikan menjadi kebiasaan.
Penulis: Mochammad Rizal Nasrullah
Jurusan Studi Islam Kuatkan Pemahaman Nilai-Nilai UII untuk Dosen FIAI
Jurusan Studi Islam Fakultas Ilmu Agama Islam (JSI FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta selenggarakan Diskusi Penyegaran Nilai-Nilai UII untuk dosen. Diskusi diselenggarakan dengan menghadirkan seluruh dosen FIAI UII, Kamis, 15 Februari 2024 di Gedung KHA Wahid Hasyim lantai III, Kampus Terpadu UII Jalan Kaliurang, Yogyakarta. Sebagai narasumber yaitu Drs.H. Syafaruddin Alwi, MS., Ketua Pembina Yayasan Badan Wakaf UII periode 2008 hingga 2018, dan Prof. Fathul Wahid, ST, M.Sc, Ph. D, Rektor Universitas Islam Indonesia.
Dekan FIAI UII, Dr. Drs.Asmuni, MA, membuka acara sekaligus memberikan sambutan.
“Kegiatan ini merupakan kegiatan yang penting di antara kegiatan yang penting lainnya, terutama di tahun 2024 ini. Nilai menjadi suatu yang penting bagi sivitas akademika UII. Merujuk pada majalah Forbes USA, ada 4 pertanyaan yang terkandung dalam nilai universitas. Pertama, apa yang harus dilakukan oleh institusi. Kedua, bagaimana dia mengerjakannya. Ketiga, untuk siapa dia mengerjakannya. Empat, nilai apa yang harus diberikan kepada mereka yang terafiliasi oleh lembaga pendidikan tersebut. Pertanyaan ini menjadi penting. Itulah kenapa UII senantiasa melekatkan nilai-nilai keagamaan dalam proses pengembangan ilmu pengetahuan,” kata Asmuni.
Dalam sesi diskusi, Drs.H. Syafaruddin Alwi, MS memantik hadirin dengan pemaparan sejarah UII.
“Sekolah Tinggi Islam (STI) hanya mempunyai satu tujuan untuk mengembangkan Islam yang awal dibentuknya Fakultas Syariah dan Tarbiyah, yang menjadi jati diri STI. Kemudian berkembang, karena pendiri UII berlandaskan nilai dasar keislaman dan kebangsaan. Kebangsaan meliputi ilmu lain yang menyangkut rahmatan lil ‘alamin, lulusan akan menjadi pemimpin bangsa,” kata Syafaruddin.
Imbuhnya, UII memegang nilai semangat Al Qur’an yaitu QS Ar Ra’du: ayat 11 yang artinya tidak akan berubah suatu kaum, apabila kaum tersebut tidak mengubahnya. Ini merupakan nilai sakral dan tidak akan hilang. Nilai harus harus selalu ditanamkan, jalankan dan pegang selama mengabdi di UII.
”Jangan sampai institusi hancur karena ada 1 orang yang tidak memegang nilai yang dianutnya. Apakah I’m UII sudah menjadi ruh kita? Mengapa kita perlu mempelajari UII? Karena dalam Al Qur’an, masa lampau menentukan hari esok. Harus diingat tujuan STI didirikan untuk mendidik dan menyatukan umat Islam agar terhindar dari kebodohan dan mencetak kader pemimpin bangsa. Kalau dosen dan akademisi hanya mendorong mahasiswa untuk lulus, belum ada rohnya, harus diarahkan agar mahasiswa setelah lulus dapat menjadi pemimpin,” jelas Syafaruddin.
Pada sesi kedua diskusi, narasumber pemantik yaitu Prof. Fathul Wahid, ST, M.Sc, Ph. D, Rektor Universitas Islam Indonesia.
”Sumber nilai bisa dari 2 sumber, karena selain dari sumber resmi ada nilai yang dilihat atas interpretasi aktivitas baik pada masa lampau, ada juga nilai yang diyakini dan dijalankan oleh para pendiri atau aktor-aktor pada masa lampau, banyak yang tidak tercatat. Padahal apabila setiap nilai yang didapat dan diterima, kemudian diinternalisasi itu menjadi suatu nilai yang sangat luar biasa, melengkapi nilai-nilai yang sebelumnya sudah terdokumentasi,” ungkap Fathul.
Imbuhnya, FIAI merupakan fakultas ideologis dan harus tumbuh berkembang. FIAI tidak bisa ada hari ini, tanpa peran aktor-aktor masa lampau. Jangan pernah melihat masa lalu dengan kacamata hari ini. Pentingnya hormat pada masa lalu. Apabila menolak kenyataan, tidak akan sempat mendiskusikan dalam hal masa depan, itu bahaya. Pendirian UII sebetulnya sudah ada sejak tahun 1930an, pada tahun tersebut sudah ada rencana dan keinginan ada perguruan tinggi Islam. Memang UII sejak awal sudah menjadi aktor penting dalam Republik Indonesia. (DES?IPK)
6 Hak Muslim Terhadap Muslim Yang lain
Sebagai seorang muslim tentu kita selalu berusaha meningkatkan kualitas dalam ketaatan dan ketakwaan kepada Allah. Salah satu upaya, yaitu menjaga hubungan baik dengan Sang Maha Pencipta yang disebut juga habluminallah. Selain menjaga hubungan baik dengan Allah, kita juga berkewajiban menjaga hubungan sesama manusia yang disebut habluminannas.
Salah satu cara menjaga habluminallah yaitu dengan semakin meningkatkan nilai ibadah. Misalnya, berusaha semaksimal mungkin sholat fardhu di awal waktu, menunaikan zakat tepat waktu sesuai syariat, berupaha sungguh-sungguh melaksanakan ibadah haji. Selain itu juga berusaha menjalankan shalat sunat rawatib dengan lengkap. Dapat pula dengan melakukan berbagai puasa sunnah dan lain sebagainya. Tentu hal tersebut tidak serta merta dikerjakan secara bersamaan, namun dapat dikerjakan mulai sedikit demi sedikit, terus menerus dan semoga menjadi kebiasaan semakin baik. Indikasi semakin terbiasa beribadah dengan baik, dapat dicek ketika kita tidak mengerjakannya serasa belum lengkap ibadah kita hari ini.
Sedangkan habluminannas adalah hubungan sesama manusia yang dapat dilakukan dengan selalu berusaha untuk menjaga hubungan baik sesama manusia. Berusaha untuk tidak menyakiti hati orang lain, tidak merugikan orang lain, menjaga perasaan orang lain. Harus sungguh-sungguh menjaga lisan, terus berusaha agar tidak ada yang terluka atau tersakiti.
Menjaga hubungan sesama manusia terutama muslim, ada 6 hak muslim terhadap muslim lainnya. Hal ini sebagai upaya menjaga nilai habluminannas. Untuk itu marilah kita terapkan hak muslim kepada muslim lainnya, semata untuk kualitas hidup yang lebih baik.
Pertama, membalas salam
Apabila ada seorang muslim mengucap salam Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh yang artinya semoga Allah melimpahkan keselamatan, rahmat, dan keberkahan-Nya , kita yang mendengar wajib untuk menjawabnya dengan Wa’alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh yang artinya semoga keselamatan dan rahmat Allah serta keberkahannya terlimpah juga kepada kalian.
Kedua, memenuhi undangan
Wajib bagi muslim untuk hadir memenuhi sebuah undangan. Jika kita berhalangan hadir, alangkah lebih baiknya kita beritahukan kepada pihak pengundang.
Ketiga, menasihati dalam hal kebajikan
Kadang-kadang kita merasa tidak enak ketika mengajak teman untuk segera shalat, untuk membaca Al Qur’an, untuk mengurangi konsumsi rokok padahal hal tersebut termasuk menasehati dalam kebajikan. Jadi memang seharusnya kita lakukan.
Keempat, mendoakan yang bersin
Jika teman kita ada yang bersin dan mengucap Alhamdulillah (Segala puji bagi Allah), yang mendengar wajib menjawab dengan Yarkamukallah (Semoga Allah mengasihimu). Dan dijawab lagi oleh yang bersin dengan Yahdikumullah (Semoga Allah memberi petunjuk kepadamu).
Kelima Menjenguk yang sakit
Hal ini sangat dianjurkan karena orang yang sedang sakit dan mendapat perhatian, maka akan menambah semangat untuk segera sehat kembali. Maka tidak heran jika di daerah pedesaan masih banyak yang melakukan “Tilikan bareng” atau menjenguk orang sakit bersama-sama dan dido’akan bersama dengan harapan dapat menambah semangat si sakit agar segera sehat kembali.
Adapun do’a menjenguk orang sakit sebagaimana tuntunan rasul adalah sebagi berikut :
Allahumma rabban naasi adzhibil ba’sa isyfihi wa antasy syaafi la syifaa-a illaa syifaa-uka syifaa-an la yughaadiru saqama.
Artinya :
“Ya Allah, Dzat yang dipertuhankan manusia, hilangkanlah rasa sakit dan anugerahkanlah kesembuhan padanya (yang sedang sakit), karena Engkau adalah Dzat Yang Maha Menyembuhkan.
Keeanam melayat jenazah
Menjadi kewajiban kita apabila salah seorang muslim meninggal maka kita harus :
Memandikan, mengkafani, mensholatkan dan menguburkan.
Pemenuhan hak-hak sesama muslim menjadi salah satu upaya dalam menjalin persaudaraan yang indah dan menjaga ukhuwah Islamiyah. Mari sebagai muslim yang baik, seharusnyalah kita selalu berusaha meningkatkan nilai ibadah di hadapan Allah dan meningkatkan hubungan sesama dengan sebaik- baiknya
Penulis: Siti Komariyah
Rujukan: detikhikmah
Dra. Sri Haningsih, M.Ag Raih Gelar Doktor di FTIK UIN Sunan Kalijaga dengan IPK 3.89
Dra. Sri Haningsih, M.Ag dosen Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII) berhasil mempertahankan desertasinya dalam Ujian Terbuka Promosi Doktor di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, pada Progran Doktor Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK). Disertasi dengan judul Pendidikan Akhlak dan Penguatan Regulasi Diri Mahasantri Studi di Pondok Pesantren Al Hidayah Ngaglik Sleman, menjadikan Sri Haningsih berhak menyandang gelar doktor. Ujian diselenggarakan di Gedung PPG FITK UIN Sunan Kalijaga Kampus Sambilegi Sleman, Kamis 11 Januari 2024.
Ujian terbuka dipimpin oleh Ketua Sidang Prof. Dr. Hj. Sri Sumarni, M.Pd., didampingi Sekretaris Sidang Prof. Dr. Sukiman, S.Ag., M.Pd, dan para penguji Prof. Dr. Abdul Munip, S.Ag., M.Ag, Prof. Dr. Eva Latipah, S.Ag., S.Psi., M.Si, Dr. Drs. Ichsan, M.Pd, Dr.Phil. Qurotul Uyun, S.Psi., M.Si. Dr. H. Sumedi, M.Ag serta Prof Dr. Maksudin M.A. Setelah prosesi ujian terbuka, pimpinan sidang dan para penguji melakukan yudisium, dengan keputusan Sri Haningsih dinyatakan lulus, dengan indeks prestasi kumulatif 3.89 sekaligus menyandang predikat cum laude.
“Doktor Srihaningsih lulus dengan predikat cumlaude, merupakan doktor ke-13 yang diluluskan oleh Progran Doktor Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, dan merupakan lulusan pertama pada angkatannya, menempuh studi selama 3,5 tahun,” tutur Prof. Dr. Hj. Sri Sumarni, M.Pd, selaku ketua sidang pada ujian terbuka ini, yang juga sebagai Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Sunan Kalijaga.
Sri Haningsih menyusun disertasi dari penelitiannya tentang pendidikan akhlak dan penguatan regulasi diri bagi para mahasantri di Pondok Pesantren Al Hidayah Sleman dengan rumusan masalah berkenaan besaran pengaruh pendidikan akhlak dan regulasi diri, faktor-faktor yang mempengaruhi pendidian akhlak serta faktor-faktor yang mempengaruhi regulasi diri. Untuk menjawab rumusan masalah tersebut, Sri Haningsih menggunakan teori Al Jabiri aql al-Akhlaq al Arabi, nalar etika arab yang menuliskan pemikiran akhlak khas Islam dan teori-teori sosial kognitif Zimmerman.
Mahasantri adalah mahasiswa yang memilih tinggal di pondok pesantren dan menimba ilmu untuk mengembangkan potensi dirinya selain dari bangku kuliah. Penggunaan istilah mahasantri, sesuai dengan Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia nomor 32 Tahun 2020 Tentang Ma’had Aly. Jika ditinjau dari usia, mahasantri kategori periode remaja akhir atau awal masa dewasa.
Prof Jaka Nugraha, S.Si. M.Si, Wakil Rektor Bidang Pengembangan UII yang hadir menyaksikan ujian terbuka, mengapresiasi raihan dari Sri Haningsih.
”Kelulusan Doktor Sri Haningsih dalam ujian terbuka di UIN Sunan Kalijaga ini, sangat membanggakan bagi sivitas akademika UII. Doktor Sri Haningsih menjadi doktor ke-259 bagi UII, dari 800an dosen yang ada. Mewakili UII, mengucapkan selamat atas kelulusan ini, dan tema penelitian pendidikan akhlak dan regulasi diri, memang dibutuhkan untuk memajukan UII. Saat ini kurikulum Ulil Albab yang menjadi ciri khas UII, juga mengedepankan pendidikan akhlak bagi mahasiswa”, bangga Prof Jaka Nugraha.
Dekan FIAI UII, Dr. Asmuni MA, menyambut baik atas raihan Sri Haningsih. Serta, tema yang dipilihnya merupakan aspek penting bagi FIAI UII.
“Tema akhlak adalah sentral, karena jadi acuan manusia dalam menata hidup baik individu maupun masyarakat apalagi dikorelasikan dengan pendidikan. Sehingga penelitian Dr Sri Haningsih adalah induk dari tema-tema lain. Dengan raihan Dr. Sri Haningsih akan memperkuat proses pembelajaran maupun kelembagaan , misal dengan pendirian pusat studi di FIAI UII,” kata Asmuni.
Berdasar penelitian Sri Haningsih, menggambarkan adanya hubungan positif antara pendidikan akhlak dan regulasi diri mahasantri. Dari analisis regresi ditemukan bahwa semakin tinggi akhlak mahasantri, maka semakin tinggi kemampuan regulasi dirinya. Besar pengaruh variabel pendidikan akhlak mahasantri terhadap regulasi diri sebesar 40.5% selebihnya dipengaruhi variabel lain.
Berdasar hasil penelitian Sri Haningsih, faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan akhlak mahasantri adalah naluri, adat kebiasaan, pola dasar bawaan dan lingkungan. Sehingga tampak ada hubungan positif antara pendidikan akhlak dan regulasi diri mahasantri di Pondok Pesantren Al Hidayah. Hal ini sesuai dengan analisis korelasi product Moment Pearson,mengindikasikan kekuatan hubungan antara pendidikan akhlak dan regulasi diri berada dalam kategori large effect size.
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi regulasi diri mahasantri di PP Al Mahasiswa Al Hidayah adalah faktor individu, faktor perilaku dan faktor lingkungan. Ada kaitannya dengan perencanaan, tindak lanjut dan feedback terkait dengan aktivitas rutin sehari hari yang dilakukan mahasantri.
Ada temuan unik, tidak terkait dengan kedua variabel yang digunakan Sri Haningsih, namun penyebab tidak baiknya mahasantri bukan aspek regulasi diri, namun kurangnya dukungan keluarga. Berdasarkan analisis dan pemahaman Sri Haningsih ini merupakan pengaruh aspek lain di luar variabel yang dilakukan.