Rapat Kerja Jurnal
Jurnal Millah Program Pascasarjana FIAI UII menggelar Rapat Kerja pada Selasa, 26 Juli 2011 bertempat di Ruang Kuliah I Kampus Demangan. Kegiatan sehari ini diikuti oleh seluruh staf redaksi Millah dan beberapa pengelola jurnal di lingkup Universitas Islam Indonesia. Sejumlah narasumber dihadirkan untuk membahas sejumlah topik, mulai perubahan aturan akreditasi, rencana menjadi jurnal berbasis web, dan topik lainnya.
Pelaksanaan kegiatan ini didasari fakta bahwa di tengah minimnya jurnal terakreditasi, terutama dalam lingkup Universitas Islam Indonesia, keberhasilan Jurnal Millah mempertahankan akreditasi merupakan sebuah prestasi yang layak diapresiasi dan terus dipertahankan. Namun demikian, terbitnya Permendiknas No. 22 Tahun 2011 Tentang Terbitan Berkala Ilmiah yang diikuti dengan keluarnya Peraturan Dirjen Dikti No. 49/Dikti/Kep/2011 tentang Pedoman Akreditasi Berkala Ilmiah perlu disikapi serius. Sebab, PABI 2011 berisi instrumen penilaian terbaru yang sangat detail dan lebih sulit dibandingkan dengan instrumen akreditasi versi 2006 yang dijadikan acuan kelulusan akreditasi Jurnal Millah.
Dalam rapat kerja ini, Prof. Dr. Phil. H. M. Nurkholis Setiawan, M.A., salah seorang asesor akreditasi jurnal ilmiah Dikti, hadir menyampaikan rambu-rambu instrumen akreditasi 2011 yang terbaru. “Ada banyak hal yang perlu dibenahi. Jika Millah terus konsisten dengan sistem pengelolaan jurnal saat ini, kelak takkan kesulitan untuk menerapkan instrumen akreditasi 2011,” ujarnya.
Salah satu kelebihan Millah, lanjut Nurkholis Setiawan, adalah terbit dengan pola tematik. Karena itu, seluruh artikel yang dimuat harus mengacu ke tema tanpa terkecuali. Kemudian hal yang mesti diperhatikan pasca-terbit adalah mengunggah versi online ke portal Garuda. Disarankan oleh Nurkholis Setiawan agar Millah memiliki portal independen, setidaknya menginduk ke portal resmi institusi.
Menggarisbawahi ide dasar portal Millah, Imam Samroni dalam sesi “Pengelolaan Millah sebagai e-Journal”, menegaskah bahwa Millah sudah waktunya merambah ke dunia maya. Dengan e-Millah sebaran pembaca bisa lebih luas. Era informasi memajukan kecenderungan bahwa, pertama, kemanfataan jurnal terletak di dalam klaim keabsahan secara metodologis dan sekaligus relevansinya secara praktis bagi pengguna jurnal. Relevansi praktis adalah pemenuhan untuk keunggulan pengguna sebagai sivitas akademika. Titik awal yang sama antara pengguna dan pengelola adalah hadirnya jurnal yang bermanfaat untuk tumbuh dan berkembangnya budaya akademis pengguna. Sebaliknya, jika jurnal tidak menjawab relevansi praktis, maka terjadi entrofi. Artinya, kinerja pengelola untuk menghadirkan jurnal yang bermanfaat sebatas pernyataan identitas diri yang berseberangan dengan kebutuhan pengguna. Atau, kebutuhan pengguna tak terjawab dalam kebijakan pengelolaan jurnal.
Era informasi juga memajukan kecenderungan kedua, yaitu kebutuhan untuk merumuskan dan menyikapi tuntutan TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi atau ICTs, Information and Communication Technologies) terhadap tatakelola jurnal. Pengguna hidup dalam arus digitalisasi informasi yang didesakkan praktik demokrasi. Penyikapan terhadap arus besar ini tidak bisa tidak harus dipilih karena didesak oleh kondisi ekonomi-politik global (economic base of democracy imperatif). Bahwa demokrasi sudah dituntut oleh ekonomi. Pengguna jurnal hidup di dalam kondisi percepatan pertukaran data sekaligus menyikapi persaingan akademis yang semakin ketat dan mengglobal.
Pilihan menjadi e-Millah adalah menerjemahkan Islam yang rahmatan lil ‘alamin dengan satuan menuju UII yang berkelas dunia. Artinya, dengan menjadi e-Millah, terdapat sejumlah konsekuensi dalam hal tatakelola, termasuk koordinasi dengan jurnal lain di lingkungan UII. Skema moderat yang dapat dipertimbangkan adalah tetap dengan jurnal Millah yang tercetak, yang secara bertahap disiapkan fasilitasi pengelolaan, keredaksian, dan infrastruktur e-jurnal Millah. Dengan demikian, cita rasa kelas dunia e-Millah harus terjaga dengan pilihan tema, standar bahasa, kapasitas redaksi, kepakaran penyunting ahli yang tepat waktu, perkuatan jejaring internasional, dan sudut-pandang yang mengedepankan kepentingan serta kemanfaatan pengguna global.
Menutup serangkaian manua acara Raker Millah, Drs. H. Syarief Zubaidah selaku Sekretaris Program MSI UII, menandaskan bahwa keberhasilan akreditasi Millah patut disyukuri dengan cara terus mengupayakan kualitas yang lebih baik. Segala hal akan dipersiapkan untuk mempertahankan akreditasi Millah.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!