Allah Memberi yang Paling Cocok
Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII) terus mendorong para tenaga kependidikan (tendik) untuk terlibat aktif dalam dakwah islamiyah di masyarakat. Salah satu upayanya yaitu dengan mengadakan pelatihan tentang strategi dakwah bagi tendik pada bulan Ramadhan lalu. Berikutnya sebagai wujud latihan, tendik diberi tugas secara bergiliran untuk menyampaikan taushiah dalam pengajian rutin Senin pagi.
Seperti tampak di Ruang Sidang FIAI, Senin, 27 Dzulhijjah 1438 H/18 September 2017 lalu, dimana yang bertugas menyampaikan taushiah adalah Hadi Sutrisno, SE (Staf Divisi Akademik dan SIM). Dengan model cerita, sosok yang akrab disapa Hadi tersebut membawakan kisah hikmah tentang seorang penjual tempe.
Kisah Penjual Tempe
Ceritanya, si penjual tersebut mendapati tempenya di pagi hari jelang berangkat ke pasar masih setengah jadi. Dengan penuh khidmat dia berdoa agar tempenya segera menjadi tempe jadi yang siap dijual. Namun dia tetap membawa tempe setengah jadi tersebut ke pasar. Singkat cerita, sampai menjelang sore. Sebagian penjual pun sudah (mulai) berkemas. Tempe setengah jadi masih utuh, tidak terjual. Dia tetap berharap, memohon, dan berdoa. “Engkau Maha Segalanya ya Allah. Sangat mudah bagimu mengubah tempe ini menjadi tempe yang siap dibeli,” doanya.
Baca juga: Memaknai Syawwal dengan Changing Mindset
Sampai akhirnya, lanjut Hadi, penjual tempe didatangi calon pembeli. “Saya butuh tempe setengah jadi dalam jumlah banyak. Apakah ibu menjualnya?” tanya calon pembeli. Dengan tanpa basa-basi, si penjual langsung mengatakan ada. Ringkasnya, tempe yang setengah jadi tersebut dibeli semuanya oleh pembeli. Puji dan syukur dia panjatkan kehadirat-Nya yang telah mengirimkan “malaikat penyelamat” di hari itu.
Memberi yang Paling Cocok
Dari kisah dimaksud, tutur Hadi, dapat ditarik kesimpulan. Allah seringkali tidak menjawab (mengabulkan) doa manusia bukan tanpa sebab. Karena Allah lebih tahu apa yang dibutuhkan hamba-Nya. Tempe yang setengah jadi tadi tentu bukan tempe yang sempurna untuk diperjualbelikan. Namun, Allah Yang Maha Sempurna memberi yang paling cocok untuk hamba-Nya meskipun awalnya seorang hamba tidak lantas bisa menerima takdir-Nya. (Samsul)