Prof Dr. Drs. Amir Mu’allim, BA. MIS merupakan guru besar pertama di Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII). Tahun 2024 ini merupakan perjalanan karir yang ke-47 tahun Prof Amir, ditandai dengan peluncuran buku biografinya. Penyusunan buku diprakarsai oleh Prodi Doktor Hukum Islam juga Prodi Ahwal Syakhshiyah berjudul “Pencari Rumput Jadi Profesor, Biografi Prof. Dr. Drs. Amir Mu’allim, BA. MIS”. Dalam buku ini juga disertai kesan testimoni persahabatan dari 16 sahabat Prof Amir, salah satunya dari Sri Purnomo, Bupati Sleman periode 2010-2015 dan 2016-2021
Untuk acara bedah bukunya, diprakarsai Wakil Dekan Bidang Sumber Daya, Prodi Doktor Hukum Islam dan Jurusan Studi Islam. Menurut Anton Priyo Nugroho, S.E.,M.M,, Ketua Jurusan Studi Islam, kinerja Prof Amir patut menjadi teladan bagi masyarakat.
“Banyak pelajaran yang bisa dipetik dari kinerja Prof Amir selama di FIAI. Ada sisi keteladanan dari Prof Amir Mu’allim yang dapat menjadi contoh perilaku bagi penerusnya juga masyarakat. Daya juangnya, kemandiriannya dan kesabaran beliau,” kata Anton.
Bedah buku diselenggarakan di Gedung KHA Wahid Hasyim FIAI UII lantai III, Rabu (6/11/2024) dihadiri pimpinan fakultas, dosen, tenaga kependidikan dan mahasiswa program doktor. Dalam sambutan pembukanya, Dekan FIAI UII, Dr. Drs. Asmuni MA sampaikan rasa syukur.
“Tentu kita bersyukur pada pertemuan hari ini, Pak Amir adalah salah satu pejuang di FIAI. Selama di UII Prof Amir selalu menjabat, kecuali ketika sedang menempuh kuliah. Bedah buku kali ini akan membahas dari hulu ke hilir kehidupan Prof Amir, sejak dari pencari rumput di Kebumen hingga menjadi profesor,” kata Asmuni.
Untuk mengungkap isi buku, dihadirkan 2 pembahas yakni Prof. Dr. H. Khoiruddin Nasution, MA dari UIN Sunan Kalijaga dan dan Dr. Dra. Junanah. MIS dari FIAI UII. Selain sebagai pembedah, Prof Khoiruddin adalah teman kuliah Prof Amir saat menempuh program doktor di UIN Sunan Kalijaga. Sedangkan Dr Junanah adalah teman kuliah saat menempuh program magister di Malaysia.
”Dari buku ini menggambarkan Prof Amir memang berdikari. Tidak menuntut orangtua harus ini itu. Dari kecil sudah berusaha mandiri. Maaf, ada beda dengan anak zaman sekarang yang mungkin minta ini itu dijawab orangtunya iya, minta dibelikan ini itu, dijawab orangtua dengan iya. Sehingga menjadikan generasi anak rebahan. Dampaknya daya juang jadi lemah. Saya sama dengan Prof Amir di masa itu, ketika kuliah dan kursus, berangkat harus jalan kaki,” kata Prof Khoirudin.
Tidak kalah menariknya, Dr Junanah juga ungkapkan, bahwa sesuai dalam isi buku, perjalanan menempuh kuliah di Malaysia itu banyak kejadian yang lucu. “Sesampai di Malaysia, kami mau diantar, tapi pengantar bilang nanti harus pusing sampai asrama, kata pengantar. Eh Mas Amir langsung jawab: tidak, saya sudah biasa naik motor tidak akan pusing,” cerita Junanah.
Lanjutnya, bahwa yang dimaksud pengantar dengan kata pusing itu adalah memutar dahulu. Kata pusing kalau di Indonesia itu sakit kepala, kalau di Malaysia artinya memutar. Jadi yang mengantar itu menyampaikan bahwa ini nanti perjalanan sampai asrama harus pusing, itu artinya harus memutar rute perjalanannya.
Di luar apa yang disampaikan 2 narasumber bedah buku, secara sekilas buku ini menceritakan masa kecil Prof Amir di Desa Petanahan Kebumen, penuh perjuangan. Buku yang terdiri dari 10 bab ini, dimulai dari perjalanan Prof. Amir Mu’allim dari desa Petanahan Kebumen, saat sekolah dasar, Sekolah Pendidikan Guru Agama, hingga mengabdi di UII mulai dari staf akademik, dilanjutkan menjadi dosen, dan berhasil meraih gelar profesor.
Seusia anak yang masih di bangku sekolah dasar, sepulang sekolah mencari rumput untuk mempertahankan siklus perekonomian ayahnya yang seorang kusir dokar. Rumput yang dikumpulkan Amir untuk pakan kuda, dokar ayahnya. Sore hari Amir membantu ibunya yang berdagang hasil tani di desanya, dengan membantu distribusi dagangan.
Pada bab tengah bahasan buku menggambarkan sisi spiritual Prof Amir, karir dan eksistensi dalam bidang keilmuannya. Juga pada penekanan ibadah, menjelaskan kebiasaan yang dilakukan Prof Amir, mulai sholat rawatib dengan disiplin, sholat dengan tepat waktu dan sholat hajat untuk mendapatkan kemudahan dari Allah. Dalam kondisi terdesak, ada ibadah khusus yang dilakukan sebagai upaya memohon kemudahan dari Tuhan.
Dari sisi eksistensi, buku ini juga berisi tentang perjalanan karir, dari dosen, praktisi bidang ekonomi syariah, hingga komisaris sebuah BPRS di Sleman. Pada bab Dedikasi untuk Bangsa dan Ilmu menggambarkan karya buku, karya tulis, dalam pemikiran dan sumber inspirasi bagi masyarakat.
Di bab akhir, buku ini berisi dorongan spiritual, bahwa kesuksesan bukan karena faktor potensi jasmaniahnya, tapi karena kemudahan dari Tuhan, dengan segala upaya ibadah yang ditekuninya. Amir menyakini bahwa suksesnya kehidupan manusia di dunia ini bukan karena kecerdasan, kekayaan dan jabatan, namun sukses bersumber dari kemampuan diri terus berprasangka baik kepada Allah.
Buku biografi Prof Amir Mu’allim diterbitkan oleh Penerbit UII yang juga tergabung pada Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI), bekerjasama dengan FIAI UII. Buku biografi ini, ditulis oleh Ipan Pranashakti, berdasar penuturan langsung Prof Amir juga sahabatnya, termasuk teman semasa kuliah dan kerja di UII. Buku biografi akan dicetak dan dibagikan kepada segenap relasi Prof Amir. (IPK)
Peran Ibu dalam Pendidikan Akhlak Anak di Era Digital
Dekan FIAI UII: Melayani dengan Baik Merupakan Salah Satu Bentuk Ibadah
Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII) selenggarakan Sosialisasi dan Pelatihan ProADM untuk pimpinan fakultas, prodi dan tenaga kependidikan. ProADM adalah sistem informasi adminisrasi akademik yang dikembangkan oleh FIAI UII, dan dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas layanan akademik, sehingga mahasiswa bisa melakukan aktivitas akademis dari manapun menggunakan perangkat yang terakses internet. Sosialisasi dan pelatihan diselenggarakan di Laboratorium Komputer Gedung KHA Wahid Hasyim FIAI UII, Jumat 6 Desember 2024, dihadiri dekan, wakil dekan, ketua program studi dan tenaga kependidikan.
Dr. Asmuni, MA dalam sambutan pembukaan pelatihan dan sosialiasi kemukakan tentang paradigma pelayanan kekinian.
“Semua lembaga, baik yang bergerak bidang jasa atau bidang lainnya, berusaha merubah paradigma pelayanan dari tatap muka menjadi layanan melalui online. Namun ternyata dalam melayani secara online butuh skill tinggi. Bedakan skill dengan ilmu. Untuk itu sebagai aktor pelayanan akademik tentu harus meningkatkan kualitas pelayanan kita, agar pelanggan menjadi puas. Salah satunya kemampuan mengoperasikan aplikasi-aplikasi yang digunakan. Untuk itu marilah kita satukan pesepsi, untuk meningkatkan pelayanan, melalui sosialisasi dan pelatihan kali ini. Tegas bahwa melayani dengan baik adalah salah satu bentuk dari ibadah,” kata Dr. Asmuni.
Apa yang diutarakan Dekan FIAI, mendapatkan gayung sambut dari Prayitna Kuswidianta, Kepala Divisi Administrasi Akademik dan Teknologi Informasi.
“Sosialisasi ProAdm FIAI UII kali ini diselenggarakan untuk ketua program studi dan tenaga kependidikan. Pelatihan pemanfaatan ProADM juga menjaring masukan untuk pengembangan yang selama ini mendorong proses akademis program sarjana, nantinya hingga program magister dan doktor secara menyeluruh,” kata Kuswidianta.
ProADM dikembangkan menilik pada kebutuan FIAI UII untuk menyiapkan proses transformasi dari pola administrasi konvensional menuju digital. Kesadaran stakeholder akan manfaat dan ProADM, sebagai bentuk upaya peningkatan berkelanjutan, sehingga perlu sosialisasi dan pelatihan secara estafet. Selain pada pelatihan kali ini, sudah diagendakan pelatihan berkelanjutan seluruh SDM FIAI UII yang bersentuhan dengan proses bisnis lingkup akademik. Upaya pelatihan berkelanjutan ini, menurut Wakil Dekan Bidang Sumber Daya FIAI UII, Dr. H. Nur Kholis, S.Ag, S.E.I., M.Sh.Ec sebagai bentuk upaya transformasi.
“Transformasi digital di lingkungan FIAI terus dilakukan, di antaranya digitalisasi proses akademik dengan sistem informasi ProADM yang sudah diberlakukan, dan terus dilengkapi dan disempurnakan untuk mengakomodasi berbagai perkembangan. Diharapkan dengan Transformasi digital ini semakin meningkatkan kualitas proses akademik yang dilaksanakan sehingga membahagiakan semua stakeholder,” kata Dr. Nur Kholis. (IPK)
Dekan FIAI UII Dorong Wisudawan Santri Lapas Narkotika Jadi Pendakwah
Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) Narkotika Kelas IIA Yogyakarta bekerjasama dengan Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII) menggelar acara Wisuda Santri Pesantren At-Tawwabin, Rabu (4/12/2024). Pesantren At-Tawwabin merupakan program internal lapas yang menempati area sisi utara, diselenggarakan sebagai bentuk peningkatan kualitas warga binaan dalam memahami agama secara keilmuan dan penerapan dalam sendi kehidupan.
Wisuda santri diikuti oleh 37 warga binaan Lapas Narkotika Kelas IIA Yogyakarta, sebagai tanda kelulusan dalam mengikuti program terstruktur dan termonitor, dengan pola pendidikan dan penilaian dari FIAI UII. Hadir dalam acara, Porman Siregar SH. MH, selaku Kepala Lapas Narkotika Kelas IIA Yogyakarta, Sidik Pramono, S.Ag., M.Si., selaku Kepala Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Sleman dan Dr Asmuni, Dekan FIAI UII, disaksikan seluruh peserta wisuda dan keluarga dari Warga Binaan Pemasyarakatan.
Dalam sambutannya, Kepala Lapas, Porman Siregar, menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada seluruh santri yang telah menyelesaikan program pendidikan pesantren dengan baik. “Wisuda ini bukan sekadar akhir dari proses pembelajaran, tetapi awal dari perjalanan spiritual yang lebih bermakna,” ungkapnya.
Kepala Kemenag Sleman, Sidiq Pramono, turut memberikan sambutan dengan menekankan pentingnya pendidikan agama sebagai bekal utama dalam menjalani kehidupan yang lebih baik. “Proses pendidikan di Pesantren At-Tawwabin ini merupakan langkah penting dalam membentuk karakter para Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP),” ujarnya.
Dekan FIAI UII, Dr Asmuni juga memberikan pesan inspiratif kepada para wisudawan. Ia berharap ilmu agama yang diperoleh selama di pesantren dapat menjadi landasan untuk membangun masa depan yang lebih baik. “Jangan pernah berhenti belajar dan berbuat baik, karena perubahan selalu dimulai dari diri sendiri. Harus tetap percaya diri menjadi pendakwah di tengah masyarakat, dan ketika sudah menjadi penceramah sampaikan saja ilmu agama ini diperoleh dari lapas. Untuk itu apa yang FIAI UII lakukan, mudah-mudahan bermanfaat. Sinergi FIAI UII dengan Lapas Narkotika Kelas IIA Yogyakarta, justru mampu melahirkan santri-santri yang unggul. Kami tidak mengharap uang, karena ada orang yang banyak amalnya, gagal masuk surga karena kurang ikhlas. Namun ada orang yang sedikit amalnya tapi berhasil masuk surga karena ikhlasnya,” kata Dr Asmuni.
Dari 55 santri, 37 dinyatakan lulus dan berhak mengikuti wisuda secara tatap muka juga melalui layanan TV daring. Serangkaian acara dalam wisuda, juga diisi dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an, hadroh dan kajian tafsir kitab kuning yang disampaikan oleh salah satu peserta wisuda, dalam bentuk ceramah agama. Warga binaan pemasyarakatan pun mampu percaya diri memberikan materi agama kepada hadirin. (IPK)
Short Course FIAI UII: Pentingnya Etika dalam Penggunaan Artificial Intelligence
Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII) menyelenggarakan short course Penulisan Berbasis Artificial Intelligence (AI), diikuti lebih dari 90 peserta, terdiri dari mahasiswa UII dan perguruan tinggi dalam naungan Koordinatorat Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta (Kopertais) Wilayah 3 Daerah Istimewa Yogyakarta.
Short course diselenggarakan di lantai III Gedung KHA Wahid Hasyim FIAI UII Senin dan Selasa, 25-26 November 202. Ketua Panitia kegiatan Ahmad Zubaidi, S.Pd., M.Pd menegaskan bahwa selain paparan materi juga ditingkatkan dengan praktik dan pengecekan plagiasi di Turnitin.
“Dari sisi praktik langsung dengan AI, akan diberikan hadiah untuk tulisan terbaik. Semata memotivasi peserta, meski dari mahasiswa luar UII, tetap kita berikan dukungan dalam menjalin sinergitas yang baik. Untuk memajukan karya tulis di tingkat mahasiswa, hal ini perlu dilakukan sekuat mungkin demi terjaganya integritas dalam penulisan” kata Ahmad.
Selain itu, Ahmad Zubaidi menambahkan bahwa hasil tulisan terbaik dari peserta akan dibantu untuk dimuat di media massa online, jurnal dan media sosial. Harapannya menjadi contoh bagi masyarakat umum, tentang pemanfaatan AI. Klasifikasi tulisan yang diharapkan menonjol dari peserta berupa opini, cerita motivasi dan karya akademis lainnya.
Setelah hari pertama hadirkan 2 narasumber, pada hari kedua juga bersama 2 narasumber. Hari kedua, diawali paparan Ahmad Ali Azim, S. Pd. I., M. Pd yang merupakan pendiri media dan penerbit Dawuh Guru serta penulis opini pada beberapa media massa ternama. Disambung paparan narasumber kedua, Yuli Andriansyah, SE., MSI dosen Prodi Ekonomi Islam UII, juga sebagai Editor In Chief Jurnal Millah FIAI UII.
”Menembus media massa nasional, bisa dimulai dengan menggempur dengan tulisan opini ke media lokal. Hal ini karena redaktur media massa akan melakukan cek popularitas nama penulis opini di media online, misal di Google Cendekia, jurnal dan media massa lain. Sehingga nama kita harusnya dikenal dulu secara online,” kata Ali Azim
Tandasnya, sudah saatnya generasi sekarang memanfaatkan teknologi, seperti AI. Namun jangan menggantungkan sepenuhnya dari hasil kerja AI. Sebagian saja, atau dalam upaya untuk mencari ide dan gagasan. Kalau tidak beradaptasi dengan AI bisa makin ketinggalan zaman.
”Saya pernah meramu data, informasi, berita dan sejarah menjadi sebuah bagian dari buku hasil kerja AI. Memang tidak semua perguruan tinggi bisa menerima AI. Ada yang mendorong, ada yang menghindari mahasiswanya menggunakan AI. Namun bagi saya pribadi, AI akan membantu dalam hal kecepatan menyelesaikan penulisan. AI itu pintar, beda pilot meski sama-sama mencari informasi yang sama, hasilnya tetap beda. Sehingga ketika dicek di alat pendeteks plagiasi, cenderung aman, namun ya saat ini, entah nantinya,” kata Ali Azim.
Sesi kedua, Yuli Andriansyah, SE., MSI yang saat ini juga masih menempuh studi doktor, menjelaskan arti penting AI.
“Artificial Intelligence memiliki peluang untuk membantu umat manusia, termasuk para peserta didik di perguruan tinggi. Sejumlah Lembaga dunia dan pemerintah Indonesia telah membuat petunjuk yang dapat menjadi panduan agar penggunaan AI dapat memberikan manfaat dan tetap sesuai dengan etika. Sudah selayaknya dunia kampus memanfaatkan AI untuk mengakselerasi capaian pendidikan tinggi sembari tetap menjaga etika dan integritas akademik,” kata Yuli
Imbuhnya, kejujuran bagi pengguna AI juga perlu diperhatikan. Bukan berarti ketika sebuah karya yang tidak terdeteksi sebagai hasil kerja AI, lalu mengabaikan aspek transparansi. Transparansi dalam hal ini menyebutkan bahwa karya tulis tersebut juga didapatkan dari perangkat AI.
”Dalam pemanfaatan AI yang menganut mazhab kejujuran. Sekiranya memang dihasilkan dari hasil AI, tetap disebutkan. Meskipun tidak terdeteksi perangkat detektor AI. Bahkan karya tulis yang dihasilkan dari AI tetap perlu sentuhan editing, untuk menyesuaikan gaya penulisan. Intinya etika dan karakter tetap harus benar-benar dijaga dalam dunia pendidikan,” tegas Yuli Andriansyah.
Dalam sesi simulasi, Yuli Andriansyah mencoba memberikan contoh pemanfaatan AI untuk memudahkan mahasiswa menyelesaikan skripsi dan karya ilmiah. Simulasi memberikan gambaran pola penggunaan AI yang benar dan etis, serta penggunaan AI yang bersifat mengelabuhi karena tidak akan dideteksi sebagai karya dari AI. Namun dalam paparan penutupan, Yuli memastikan yang hadir tetap harus berpegang teguh pada etika, ketika memanfaatkan AI.
Sebelum short course ditutup, Ahmad Zubaidi membagikan hadiah senilai 1 juta rupiah kepada peserta yang mampu menjawab 10 pertanyaan mengenai materi yang disampaikan oleh 4 narasumber selama 2 hari. (IPK)
Sekolah Ramah Anak: Berbasis Islam dan Ramah Anak
FIAI UII Cetak Mahasiswa Multitalenta dengan Artificial Intelligence
Artificial Intelligence (AI) menjadi topik utama berbagai forum diskusi pada kampus di Indonesia. Terutama karena kemajuan teknologi berbasis AI dapat dimanfaatkan untuk memudahkan mahasiswa yang sedang menempuh studi. Begitu juga dengan Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII) mengadakan short course Penulisan Berbasis Artificial Intelligence (AI) untuk mahasiswa, Senin dan Selasa, 25-26 November 2024. Selain diikuti mahasiswa UII, short course penulisan juga diikuti mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi yang tergabung dalam Koordinatorat Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta (Kopertais) Wilayah 3 Daerah Istimewa Yogyakarta.
Short course penulisan diselenggarakan di lantai III Gedung KHA Wahid Hasyim FIAI UII, dihadiri juga oleh Wakil Dekan Bidang Keagamaan, Kemahasiswaan dan Alumni, Dr. Muhammad Roy Purwanto, S.Ag., M.Ag sekaligus sebagai pembuka acara.
”AI itu cerdas, perintah yang sama bisa memberikan hasil yang berbeda, termasuk dalam tulisan. AI dapat dimanfaatkan untuk berbagai bidang, selain menulis untuk opini, media massa juga tentu karya ilmiah. Jangan sampai ketinggalan dengan teknologi AI, ketika mahasiswa yang lain sudah mahir dengan AI, maka yang hadir di sini harus bisa segera beradaptasi dengan kemajuan AI. Kita harus ingat, apa kata Imam Al-Ghazali, yaitu kalau kamu bukan anak ulama besar, bukan pula anak seorang raja, maka menulislah,” kata Muhammad Roy.
Menurut Muhammad Roy, dengan karya tulis akan dapat memberikan dampak positif kepada masyarakat. Meski penulisnya telah tiadapun, nanti puluhan bahkan ratusan tahun jejak penulis akan tetap dikenang generasi-generasi setelahnya.
Tambahnya, dengan workshop selama 2 hari ini, diharapkan peserta dapat menulis dengan teknologi AI untuk kepentingan penulisan artikel, opini, cerpen di berbagai media. Tentu bisa dikembangkan untuk karya tulis ilmiah dan buku.
Hari pertama short course, FIAI UII hadirkan 2 narasumber. Pertama, Hendrik, S.T., M.Eng dosen dan penggiat AI dari FTI UII. Kedua, Muhammad Luthfi Hamdani, S.M., M.M dosen Politeknik Akbara Surakarta sekaligus penulis cerpen dan pemilik penerbitan buku.
Pada hari kedua, 2 narasumber dari internal UII dan eksternal. Narasumber pertama, Ahmad Ali Azim, S. Pd. I., M. Pd. pendiri media dan penerbit Dawuh Guru. Narasumber kedua, Yuli Andriansyah, SE., MSI dosen Prodi Ekonomi Islam UII, juga sebagai Editor In Chief Jurnal Millah FIAI UII.
Narasumber perdana, mengawali shortcourse yakni Hendrik, S.T., M.Eng FTI dosen Prodi Informatika UII, yang merupakan penggiat AI untuk berbagai kemanfaatan. Hendrik mengangkat materi The Role of Artificial Intelligence in Writing.
”Artificial Intelligence sebenarnya sudah ada sejak lama. Adalah John Mc Carthy menciptakan istilah Artificial Intelligence pada tahun 1950-an.Tentu saja, AI dimaksudkan untuk ramah, dan menavigasi dunia yang dibangun untuk manusia,” kata Hendrik yang sedang menempuh studi doktor ini.
Menurut Hendrik, AI bisa dimanfaatkan untuk beberapa kepentingan, karena perannya begitu nyata. Pertama, brainstorming and idea generation. Bahwa setiap orang bisa memanfaatkan AI karena handal dalam proses data dalam jumlah besar, juga untuk meraih ide-ide baru yang mungkin belum terpikirkan selama ini. Kedua, writing assistant yaitu untuk meningkatkan kulitas penulisan, memperbaiki salah tulis dan tata bahasa, utamanya agar sesuai dengan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan). Ketiga, Literature Finder and Reference Tracker , untuk membantu menelusuri sitasi, keterkaitan sumber penulisan dan kejelasan rujukan referensi. Keempat, data processor and analyst, memudahkan proses pengolahan data dan analisis, misal di SPSS ada kesulitan proses input seperti preparasi, tapi dengan AI dari file Microsoft Excell pun bisa nemukan solusi.
“Bahkan ada yang menggunakan AI sebagai teman curhat. Setiap saat chat dengan AI ketika ada masalah hidupnya,” kata Hendrik untuk memecahkan suasana.
Narasumber kedua di hari pertama, Muhammad Luthfi Hamdani, S.M., M.M mengawali paparan dengan dasar pemahama tentang cerita pendek (cerpen), sebelum membahas pemanfaatnya AI.
“Cerpen itu hanya menggambarkan kisah pendek, konflik singkat. Beda dengan novel yang melibatkan banyak konflik dan tokoh, dengan kisah yang tidak pendek lagi. Cerpen jadikan sebagai pendidikan karakter dalam karya sastra, bentuk metafor tidak bersifat menggurui. Orang tidak suka digurui dan didekte,” kata Muhammad Luthfi.
Muhammad Luthfi tambahkan kalau dalam menulis cerpen bisa berangkat dari value dan pesan moral yang akan diangkat. Apa kondisi dari sekitar penulis yang akan ditulis. Kemudian, valuenya justru dari tokoh-tokoh dengan karakter yang diangkat menjadi sebuah cerita bermakna. Sehingga cerpen bisa dikembangkan dari masalah hidup nyata.
“Cerpen yang paling penting ada gaya cerita, itu menjadi penting di beberapa media cetak ternama saat ini. AI dapat membantu dalam brainstrormingnya, plotingnya dan seting juga ide. Namun sebaiknya memang tetap menjaga gaya khas penulisnya. Jangan seluruhnya dari AI. Ini bukan saya katakan menolak AI, tapi jangan menaruh seluruh tulisan bergantung dari AI,” kata Muhammad Luthfi. (IPK)
Islamic Parenting: Pentingnya Pendidikan Anak Berbasis Fitrah
Tingkatkan Daya Saing, FIAI UII Selenggarakan Pelatihan untuk Tenaga Kependidikan
Menurut Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah V melalui laman www.lldikti5.id, per November 2024 ada 101 perguruan tinggi swasta di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Dari 101 perguruan tinggi swasta DIY, terdapat 788 program studi dari berbagai bentuk kelembagaan, yakni akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, universitas dan akademi komunitas. Secara nasional, menurut Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi pada laman www.pddikti.kemdikbud.go.id, saat ini ada 4408 perguruan tinggi di Indonesia. Menyadari kondisi persaingan yang kian ketat ini, FIAI UII menyelenggarakan pelatihan untuk efektifkan hasil kerja dan efisiensikan proses, dalam rangka dorong daya saing dari aspek sumber daya.
Pelatihan diselenggarakan di Gedung Wahid Hasyim FIAI UII selama 2 hari, Senin (18/11/2024) dan Kamis (21/11/2024) diikuti seluruh tenaga kependidikan di lingkungan FIAI UII. Hadir sebagai narasumber tim dari Badan Sistem Informasi UII dan Kepala Divisi Administrasi Akademik dan Teknologi Informasi FIAI.
Dr. Nur Kholis, SEI., M.Sh.Ec, Wakil Dekan Bidang Sumber Daya FIAI UII dalam sambutan penutupan pelatihan sampaikan pesan kepada peserta pelatihan.
“Ilmu yang diraih dalam 2 hari pelatihan ini, harus diamalkan. Ilmu yang tidak diamalkan seperti pohon yang tak berbuah. Ciri ilmu bermanfaat adalah diamalkan. Nantinya jangan malu bertanya kepada teman yang lain, jika ada yang belum dipahami dari pelatihan ini. Jadi jangan malu-maluin, artinya sudah tidak tahu, malu bertanya pula. Sesama tenaga kependidikan mari ikhtiar bersama ke depannya, jangan hanya berhenti pada pelatihan ini,” kata Nur Kholis.
Nur Kholis melengkapi sambutannya, bahwa tenaga kependidikan harus memastikan betul adanya peningkatkan kapasitas diri, serta kinerja yang lebih efisien tapi lebih maksimal. Tenaga kependidikan sudah saatnya membiasakan diri bekerjasama dengan platform, untuk mendorong kualitas teamwork. Ini zamannya kerja dengan platform.
Tenaga kependidikan FIAI UII yang terdiri dari 3 prodi program sarjana, 1 program magister dan 1 program doktor mengikuti pelatihan dengan tema Optimasi Google dan Microsoft Office. Narasumber pertama pada hari pertama dari Badan Sistem Informasi UII hadirkan materi optimalisasi dan otomatisai dari fitur Google untuk mendukung transformasi dokumen, mulai dari dokumen teks menjadi web secara otomatis dalam 1 detik. Selain itu, juga mengetengahkan berbagai fitur otomatisasi Google untuk mendukung proses administrasi digital.
Narasumber kedua pada hari kedua, Prayitna Kuswidianta, Kepala Divisi Administasi Akademik dan Teknologi Informasi FIAI UII mengulas tema otomotisasi dan pengolahan data akademik dan administrasi dengan Microsoft Excell. Materi terdiri dari 5 sesi bahasan, diawali dari formula proses data hingga otomatisasi lembar kerja multi platform untuk sajikan presentasi visualisasi kaedah statistik. Kelima materi mencoba memudahkan proses olah data untuk berbagai kepentingan tenaga kependidikan sesuai posisi struktural dan fungsional. (IPK)
Luluk Raih IPK 4,0 dan Pin Emas UII, Tempuh Program Magister 1 Tahun 7 Bulan di FIAI
Luluk Makrifatul Madani mahasiswa Program Magister Ilmu Agama Islam, Fakultas Ilmu Agama Islam Indonesia (FIAI), Universitas Islam Indonesia (UII) berhasil meraih indeks prestasi komulatif 4.0 sekaligus menyabet Pin Emas UII. Pin Emas UII merupakan penghargaan yang diberikan kepada mahasiswa yang telah menyelesaikan masa studi sesuai batas waktu dengan indeks prestasi kumulatif sempurna yaitu 4.0. Pin Emas diserahkan oleh rektor kepada wisudawan pada gelaran Wisuda UII.
Luluk Makrifatul Madani mahasiswa Program Magister Ilmu Agama Islam angkatan tahun 2023, dan wisuda tanggal 27 Juli 2024, di Auditorium Prof. K.H. Abdul Kahar Mudzakkir. Wisuda UII Periode VI Tahun Akademik 2023/2024 ini, mewisuda 970 lulusan terdiri dari 2 doktor, 78 magister, 868 sarjana, 18 sarjana terapan, dan 4 ahli madia. Tercatat hingga periode kelulusan ini UII telah memiliki 127.042 alumni.
Luluk merupakan anak dari pasangan guru di Purworejo. Ayahnya, Supriyatno Jati Riyanto merupakan purna tugas PNS guru. Ibunya, Marwiyah saat ini masih PNS guru.
“Alhamdulillah saya bisa lulus program magister di FIAI UII selama 1 tahun 7 bulan. Semua ini berkat dukungan Program Magister FIAI UII yang memberikan program-program yang luar biasa untuk membantu mahasiswa seperti saya agar lulus tepat waktu. Banyak sih, misal seperti pada saat awal seleksi menjadi mahasiswa baru, sudah diwajibkan untuk membuat rencana tesis sehingga sudah nyicil dengan rancangan. Termasuk saya, dari awal sudah dibimbing memikirkan rencana tesis, dan bagaimana cara menyelesaikan dengan waktu yang tersisa, ke depannya,” kata Luluk
Tambahnya, Luluk juga berusaha mengembangkan hasil dari rancangan tesis yang disusun sejak semester awal kuliah program magister. Setelah matang dengan rancangannya, Luluk berusaha rutin konsultasikan rencana tesisnya, utamanya saat mengikuti mata kuliah metodologi penelitian. Hasil dari rutin melakukan konsultasi ini, Luluk mampu ajukan seminar proposal pada semester 2. Menurutnya, salah satu pendorong wawasan dan matangnya perencanaan tesis adalah karena dukungan FIAI UII dan Program Tesis Camp dari Magister FIAI UII untuk menambah wawasan dan mencari solusi dari persoalan tesisnya.
”Selama perkuliahan saya bersungguh-sungguh supaya mendapatkan nilai yang maksimal dan tidak mengulang mata kuliah sehingga dapat lulus tepat waktu. Selama masa perkuliahan saya juga menyicil mengerjakan tesis sehingga ketika selesai semua mata kuliah tesis saya juga selesai,” kata Luluk (IPK)
47 Tahun Perjalanan Karir Prof Amir Mu’allim FIAI UII, Ditandai dengan Bedah Buku Biografinya
Prof Dr. Drs. Amir Mu’allim, BA. MIS merupakan guru besar pertama di Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII). Tahun 2024 ini merupakan perjalanan karir yang ke-47 tahun Prof Amir, ditandai dengan peluncuran buku biografinya. Penyusunan buku diprakarsai oleh Prodi Doktor Hukum Islam juga Prodi Ahwal Syakhshiyah berjudul “Pencari Rumput Jadi Profesor, Biografi Prof. Dr. Drs. Amir Mu’allim, BA. MIS”. Dalam buku ini juga disertai kesan testimoni persahabatan dari 16 sahabat Prof Amir, salah satunya dari Sri Purnomo, Bupati Sleman periode 2010-2015 dan 2016-2021
Untuk acara bedah bukunya, diprakarsai Wakil Dekan Bidang Sumber Daya, Prodi Doktor Hukum Islam dan Jurusan Studi Islam. Menurut Anton Priyo Nugroho, S.E.,M.M,, Ketua Jurusan Studi Islam, kinerja Prof Amir patut menjadi teladan bagi masyarakat.
“Banyak pelajaran yang bisa dipetik dari kinerja Prof Amir selama di FIAI. Ada sisi keteladanan dari Prof Amir Mu’allim yang dapat menjadi contoh perilaku bagi penerusnya juga masyarakat. Daya juangnya, kemandiriannya dan kesabaran beliau,” kata Anton.
Bedah buku diselenggarakan di Gedung KHA Wahid Hasyim FIAI UII lantai III, Rabu (6/11/2024) dihadiri pimpinan fakultas, dosen, tenaga kependidikan dan mahasiswa program doktor. Dalam sambutan pembukanya, Dekan FIAI UII, Dr. Drs. Asmuni MA sampaikan rasa syukur.
“Tentu kita bersyukur pada pertemuan hari ini, Pak Amir adalah salah satu pejuang di FIAI. Selama di UII Prof Amir selalu menjabat, kecuali ketika sedang menempuh kuliah. Bedah buku kali ini akan membahas dari hulu ke hilir kehidupan Prof Amir, sejak dari pencari rumput di Kebumen hingga menjadi profesor,” kata Asmuni.
Untuk mengungkap isi buku, dihadirkan 2 pembahas yakni Prof. Dr. H. Khoiruddin Nasution, MA dari UIN Sunan Kalijaga dan dan Dr. Dra. Junanah. MIS dari FIAI UII. Selain sebagai pembedah, Prof Khoiruddin adalah teman kuliah Prof Amir saat menempuh program doktor di UIN Sunan Kalijaga. Sedangkan Dr Junanah adalah teman kuliah saat menempuh program magister di Malaysia.
”Dari buku ini menggambarkan Prof Amir memang berdikari. Tidak menuntut orangtua harus ini itu. Dari kecil sudah berusaha mandiri. Maaf, ada beda dengan anak zaman sekarang yang mungkin minta ini itu dijawab orangtunya iya, minta dibelikan ini itu, dijawab orangtua dengan iya. Sehingga menjadikan generasi anak rebahan. Dampaknya daya juang jadi lemah. Saya sama dengan Prof Amir di masa itu, ketika kuliah dan kursus, berangkat harus jalan kaki,” kata Prof Khoirudin.
Tidak kalah menariknya, Dr Junanah juga ungkapkan, bahwa sesuai dalam isi buku, perjalanan menempuh kuliah di Malaysia itu banyak kejadian yang lucu. “Sesampai di Malaysia, kami mau diantar, tapi pengantar bilang nanti harus pusing sampai asrama, kata pengantar. Eh Mas Amir langsung jawab: tidak, saya sudah biasa naik motor tidak akan pusing,” cerita Junanah.
Lanjutnya, bahwa yang dimaksud pengantar dengan kata pusing itu adalah memutar dahulu. Kata pusing kalau di Indonesia itu sakit kepala, kalau di Malaysia artinya memutar. Jadi yang mengantar itu menyampaikan bahwa ini nanti perjalanan sampai asrama harus pusing, itu artinya harus memutar rute perjalanannya.
Di luar apa yang disampaikan 2 narasumber bedah buku, secara sekilas buku ini menceritakan masa kecil Prof Amir di Desa Petanahan Kebumen, penuh perjuangan. Buku yang terdiri dari 10 bab ini, dimulai dari perjalanan Prof. Amir Mu’allim dari desa Petanahan Kebumen, saat sekolah dasar, Sekolah Pendidikan Guru Agama, hingga mengabdi di UII mulai dari staf akademik, dilanjutkan menjadi dosen, dan berhasil meraih gelar profesor.
Seusia anak yang masih di bangku sekolah dasar, sepulang sekolah mencari rumput untuk mempertahankan siklus perekonomian ayahnya yang seorang kusir dokar. Rumput yang dikumpulkan Amir untuk pakan kuda, dokar ayahnya. Sore hari Amir membantu ibunya yang berdagang hasil tani di desanya, dengan membantu distribusi dagangan.
Pada bab tengah bahasan buku menggambarkan sisi spiritual Prof Amir, karir dan eksistensi dalam bidang keilmuannya. Juga pada penekanan ibadah, menjelaskan kebiasaan yang dilakukan Prof Amir, mulai sholat rawatib dengan disiplin, sholat dengan tepat waktu dan sholat hajat untuk mendapatkan kemudahan dari Allah. Dalam kondisi terdesak, ada ibadah khusus yang dilakukan sebagai upaya memohon kemudahan dari Tuhan.
Dari sisi eksistensi, buku ini juga berisi tentang perjalanan karir, dari dosen, praktisi bidang ekonomi syariah, hingga komisaris sebuah BPRS di Sleman. Pada bab Dedikasi untuk Bangsa dan Ilmu menggambarkan karya buku, karya tulis, dalam pemikiran dan sumber inspirasi bagi masyarakat.
Di bab akhir, buku ini berisi dorongan spiritual, bahwa kesuksesan bukan karena faktor potensi jasmaniahnya, tapi karena kemudahan dari Tuhan, dengan segala upaya ibadah yang ditekuninya. Amir menyakini bahwa suksesnya kehidupan manusia di dunia ini bukan karena kecerdasan, kekayaan dan jabatan, namun sukses bersumber dari kemampuan diri terus berprasangka baik kepada Allah.
Buku biografi Prof Amir Mu’allim diterbitkan oleh Penerbit UII yang juga tergabung pada Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI), bekerjasama dengan FIAI UII. Buku biografi ini, ditulis oleh Ipan Pranashakti, berdasar penuturan langsung Prof Amir juga sahabatnya, termasuk teman semasa kuliah dan kerja di UII. Buku biografi akan dicetak dan dibagikan kepada segenap relasi Prof Amir. (IPK)