Tag Archive for: kemanusiaan

Kurniawan Dwi Saputra FIAI UII

Puasa sebagai Ritual Kemanusiaan

Oleh Kurniawan Dwi Saputra – Dosen Prodi Pendidikan Agama Islam

 

Sudah jamak diketahui bahwa puasa adalah ibadah mahdhah. Dalam salah satu hadis qudsi yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah Ra dijelaskan bahwa puasa adalah milik Allah, dan Allah pula yang akan membalas (ukuran) ganjarannya. Akan tetapi, di samping dimensi itu, puasa juga mengandung sebuah nilai kemanusiaan yang penting. Dalam surat al-Baqarah 183, Allah Swt menjelaskan sekilas tentang genealogi puasa:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa (QS. Al-Baqarah 183).

Dalam menafsirkan ayat ini, Syekh Abdul Hakim Murad menjelaskan bahwa puasa adalah ibadah umat manusia. Dari ayat di atas tersurat jelas bahwa puasa diwajibkan kepada umat-umat sebelum umat Islam. Menurut beliau, hal ini berarti puasa telah diketahui oleh semua umat manusia sepanjang sejarah, bukan hanya umat Nasrani dan Yahudi seperti yang jamak diketahui.

Dalil bahwa puasa sebagai ibadah umat manusia adalah fakta bahwa hewan tidak bisa berpuasa dengan sengaja. Sebagai makhluk hidup, manusia dan hewan sama-sama membutuhkan makanan. Akan tetapi berbeda dengan manusia, hewan hanya akan menahan lapar dan haus dalam keadaan terpaksa, misalnya karena ketiadaan makanan atau melewati siklus biologis tertentu. Puasa, kata Alija Izetbegovic, seorang filsuf muslim Bosnia, adalah pilihan yang hanya bisa dibuat manusia dan oleh karena itu merupakan ekspresi tertinggi dari kehendak bebas.

Puasa adalah ritual kemanusiaan karena melibatkan ciri kemanusiaan, yaitu intensionalitas, kesadaran atau bahasa awamnya, niat. Karena itu, niat merupakan salah satu rukun puasa yang tak bisa ditinggalkan. Dalam penjelasan mengenai hadis niat, disebutkan bahwa niat ada dua jenis. Pertama, niyyatu al-amal, niat melakukan ibadah. Ini merupakan pembahasan para ahli fikih yang sebagian merumuskannya menjadi lafal niat yang kita kenal, nawaitu shauma ghadin dst. Kedua, niyyatu al-ma’mul lahu, yaitu tujuan dari ibadah yang dilakukan. Aspek ini merupakan pembahasan para ahli tasawuf dan tazkiyah. Niat jenis kedua ini berhubungan dengan tujuan ibadah kita apakah Ikhlas lillahi ta’ala atau untuk tujuan lainnya.

Ikhlas adalah perkara batin yang menjadi urusan pribadi manusia dengan Allah. Namun, secara zahir, ikhlasnya niat seseorang dalam berpuasa ditandai dengan tercapainya hikmah puasa, seperti yang tersurat dalam al-Baqarah 183 di atas, yaitu meningkatnya kualitas ketakwaan seseorang. Maka, seseorang yang puasanya Ikhlas, maka seseorang akan menjadi lebih bertakwa. Sedangkan indikasi dari kualitas ketakwaan yang tampak adalah dengan menjalankan perintah-perintah agama dan menjauhi larangan-larangannya.

Sebaliknya, kesalahan niat dalam puasa dapat mengakibatkan kita menjalani puasa binatang yang hanya merasakan lapar dan haus. Nabi Muhammad Saw bersabda dalam hadis dari Abu Hurairah Ra:

رب صائم ليس له من صيامه إلا الجوع ورُبَّ قائمٍ ليس له من قيامِه إلا السَّهرُ

Artinya: berapa banyak orang yang berpuasa tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali rasa lapar, dan berapa banyak orang yang mendirikan (malam untuk beribadah) tidak mendapatkan apapun darinya kecuali (rasa kantuk dan lelah) keterjagaan (HR. Ibnu Majah).

Oleh karena itu, dalam momentum puasa Ramadhan kali ini, mari kita bersama-sama meluruskan niat puasa. Pertama-tama, dari aspek niyyatu al-amal, jangan sampai kita melupakan niat puasa Ramadhan kita pada malam hari sebelum terbit fajar, terlepas dari perbedaan pendapat apakah harus dilafalkan atau tidak. Kedua dan yang terpenting, pada aspek niyyatu al-ma’mul lah, mari kita ikhlaskan puasa Ramadhan tahun ini semata hanya untuk Allah, sembari mencoba memperbaiki ketakwaan kita, lewat pemenuhan segala perintahnya dan penjauhan segala larangannya. Wallahu ta’ala a’lam.

 

 

Penerimaan Mahasiswa Baru FIAI UII