Menjelang kegiatan Puncak Milad ke-81 Fakultas Ilmu Agama Islam  Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII), serangkaian kegiatan diselenggarakan secara paralel, untuk penguatan nilai-nilai keislaman di kalangan mahasiswa, dosen dan tenaga kependidikan.  Salah satu kegiatan yaitu Sima’an dan Khataman Al Qur’an Sivitas Akademika di Gedung KHA Wahid Hasyim, Kampus Terpadu UII, Jalan Kaliurang km 14 Sleman, Selasa 30 Juli 2024. Untuk kegiatan Puncak Milad FIAI UII rencananya akan diselenggarakan pada esok hari, Rabu 31 Juli 2024.

Sima’an dan khataman dimulai dari pagi hari hingga sore hari, melibatkan 15 mahasiswa hafidz dan hafidzoh yang secara bergantian membaca ayat-ayat Al Qur’an hingga tuntas 30 juz. Sima’an Al Quran, secara harfiah berarti menyimak Al Qur’an. Sima’an sendiri berasal dari kata simak atau menyimak. Selain itu, salah satu unsur organisasi kemasyarakatan, memaknai sima’an juga identik dengan kata dalam bahasa Arab yakni sami’a istama’a, yastami’u.

“Kegiatan sima’an dan khataman Al Qur’an dalam rangka Milad ke-81 FIAI UII ini akan berdampak positif bagi mahasiswa, terkait nilai-nilai yang terkandung pada Al Qur’an, karena selain hafal juga akan menguasai maknanya. Mahasiswa FIAI UII sudah banyak yang berprestasi untuk kompetisi hafalan Al Qu’an, salah satunya saat ini yang sedang menuntaskan proses seleksi untuk lolos di tingkat nasional, mewakili Daerah Istimewa Yogyakarta,” kata Dr. Muhammad Roy Purwanto M.Ag, menjabat sebagai Wakil Dekan Bidang Keagaamaan, Kemahasiswaan dan Alumni FIAI UII.

Tambahnya, dengan diadakan kegiatan secara kontinyu, mahasiswa yang sudah hafal Al Qur’an, diharapkan semakin mantap hafalannya, sehingga ketika berpartisipasi di masyarakat tidak grogi.

Selain mahasiswa, di lingkup dosen dan tenaga kependidikan FIAI UII, sudah dilakukan khataman dengan menyelesaikan bacaan seluruh surah dalam Al Qur’an secara bergantian di tempat terpisah. Program ini berhasil mencapai khatam 5 kali dan ditutup pada acara Puncak Milad FIAI UII esok hari. Monitoring proses khatam Al Qur’an dilakukan melalui Whatsapp group.

”Pola pembinaan mahasiswa FIAI UII yang berpotensi untuk penghafal Al Qur’an, manfaatnya tidak saja selama menjadi mahasiswa. Ketika sudah menjadi alumni pun, banyak yang meraih juara dalam kompetisi hafalan Al Qur’an. Artinya manfaat pembinaan selama menjadi mahasiswa, berdampak baik sepanjang hayat terhadap penguasaan nilai-nilai dalam Al Qur’an,” tutup Muhammad Roy yang saat ini juga menjadi pengasuh Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum Prambanan Klaten. (IPK)

Program Studi Ilmu Agama Islam Program Magister (Prodi IAIPM) Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII) menggelar Workshop Pembelajaran Berdiferensiasi di Gedung KHA Wahid Hasyim, Kampus Terpadu UII Yogyakarta, Rabu, 24 Juli 2024. Workshop diselenggarakan sebagai realisasi kerjasama antara Prodi IAIPM FIAI UII dengan Asosiasi Guru Pendidikan Agama Islam (AGPAI) DIY dengan tujuan untuk memberikan wawasan dan pengalaman praktis bagi para pendidik dalam mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi sesuai dengan Kurikulum Merdeka.

Dalam sambutannya, Dekan FIAI UII, Dr. Drs. Asmuni, MA, mengucapkan selamat datang kepada para peserta dan memperkenalkan UII sebagai salah satu kampus swasta tertua di Indonesia. Selain itu juga menekankan pentingnya implementasi Kurikulum Ulil Albab yang diusung UII,  dengan fokus penekanan integrasi ilmu pengetahuan dan spiritualitas. “Keunggulan UII terletak pada pendekatan kurikulum yang menggabungkan aspek intelektual dan nilai-nilai keislaman, menjadikannya tempat yang ideal untuk mengembangkan potensi mahasiswa secara holistik,” jelasnya.

Sebagai narasumber workshop, Dr. Mohamad Joko Susilo, M.Pd., menyampaikan materi mengenai konsep dan aplikasi pembelajaran berdiferensiasi dalam lingkungan pendidikan yang semakin beragam. Menurut Joko, pembelajaran berdiferensiasi merupakan upaya penting dalam menjawab tantangan pendidikan saat ini, di mana guru diharapkan mampu menyesuaikan metode pembelajaran dengan latar belakang, minat, dan gaya belajar siswa yang berbeda-beda.

Dalam paparannya, Joko menekankan bahwa peran guru tidak lagi sekadar mentransfer ilmu kepada siswa, tetapi juga harus mampu memahami dan mengelola perbedaan individu di dalam kelas. “Pembelajaran berdiferensiasi memungkinkan guru untuk memberikan ruang bagi siswa untuk mengembangkan potensi masing-masing sesuai dengan kesiapan dan minat mereka,” ujar Joko.

Ia juga menekankan pentingnya pemetaan standar kompetensi, asesmen minimal, dan merdeka belajar sebagai kerangka dasar dalam pembelajaran paradigma baru. Hal ini memastikan bahwa pembelajaran tidak hanya berpusat pada guru, tetapi juga memberikan ruang bagi siswa untuk belajar secara aktif dan mandiri.

Joko menggarisbawahi bahwa guru perlu mempertimbangkan berbagai faktor, seperti latar belakang sosial, minat, serta gaya belajar siswa dalam memilih strategi pembelajaran. “Pembelajaran yang sukses adalah yang dapat merangkul keberagaman siswa dan memastikan setiap individu mendapatkan kesempatan untuk berkembang sesuai potensinya,” tambahnya.

Workshop ini diharapkan dapat menjadi langkah awal bagi para pendidik untuk lebih memahami pentingnya pembelajaran berdiferensiasi dan mengaplikasikannya dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah masing-masing. (*)

Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII) berkolaborasi dengan Academy Islamic Studies Universitas Malaya (UM) Malaysia adakan seminar bertema Al Qur’an dan hadits, Selasa, 9 Juli 2024 di Gedung Wahid Hasyim Kampus Terpadu UII Jalan Kaliurang km 14.4 Sleman.

Kerjasama FIAI UII dan UM Malaysia selain penyelenggarakan seminar juga dalam materi pertukaran budaya, melalui serangkaian kegiatan pengenalan budaya Indonesia dan Malaysia, kepada mahasiswa UII dan UM Malaysia. Selain itu, dilakukan kunjungan ke Museum UII dan Candi Kimpulan yang berada di kampus.
Hadir dalam seminar Dekan FIAI UII Dr. Drs. Asmuni, Ketua Delegasi ACIS UM Malaysia Dr. Mohammad Khalid Bahrudin, Wakil Dekan Bidang Keagamaan, Kemahasiswaan dan Alumni Dr. Muhammad Roy Purwanto, S.Ag., M.Ag, Kaprodi  Ahwal Syakhshiyah UII Krismono, S.H.I, M.S.I, serta Ketua Panitia Rizqi Anfanni Fahmi, SEI., M.S.I,

Dalam sambutan pembukaan seminar, Dekan FIAI UII Dr. Drs. Asmuni. MA mempertegas pemaknaan Al Qur’an.
“Secara umum, orang mendefinisikan Al Qur’an sebagai Kalamullah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad melalui Malaikat Jibril, ini merupakan definisi teologis dan itu menjadi keimanan kita. Tapi ketika Al Qur’an dianggap sebagai sumber ilmu maka Al Qur’an adalah kitab yang setara semesta, artinya apa yang dibahasakan oleh Al Qur’an itu isyarat ilmiah untuk mengantarkan kita meneliti apa fenomena yang terjadi di jagad raya ini. Makanya dalam Al Quran penuh isyarat ilmiah, tapi Al Quran bukan kitab ilmiah tapi kitab suci,” kata Dr Asmuni.

Melengkapi sambutan, Ketua Delegasi UM Malaysia, Dr. Mohammad Khalid Bahrudin mengawali sambutan dengan ungkapan terimakasih kepada UII.
”Terimakasih atas sambutan Bapak Dekan FIAI UII. Kami dari Universitas Malaya Malaysia berkesempatan menggali sebanyak mungkin dari Fakultas Ilmu Agama Islam UII untuk berbagai aspek. Juga kami membuka kesempatan seluas-luasnya untuk FIAI UII bekerjasama dengan Universitas Malaya Malaysia,” ungkap Dr. Mohammad Khalid Universitas Malaya Malaysia.
Imbuhnya, Universitas Malaya Malaysia juga berharap adanya kerjasama penelitian dalam bidang kajian Al Quran dan Hadits. Serta kerjasama untuk menulis bersama pada Jurnal Akademis Studi Al-Qur’an dan Hadits Universitas Malaya yang sudah terindeks Scopus.

Selepas sambutan, kegiatan dilanjutkan seminar dengan narasumber dari FIAI UII dan UM Malaysia.
Narasumber dari UII, Dr. Muhammad Roy Purwanto, S.Ag., M.Ag singgung masuknya agama Islam di Indonesia.
”Sejak Islam masuk ke wilayah Nusantara, kajian Al-Qur’an mulai dilakukan, termasuk tafsirnya. Naskah tafsir pertama kali muncul di Nusantara pada abad ke-16. Ditemukan naskah Al Qur’an Surat Al-Kahfi oleh penulis tak dikenal. Diduga ditulis pada masa awal pemerintahan Sultan Iskandar Muda tahun 1607 hingga 1636. Sedangkan kitab tafsir lengkap pertama 30 juz ditulis oleh Abdur Rauf Singkil tahun 1615 hingga 1693 dengan gelar Tarjumanul Mustafid,” ungkap Mumammad Roy yang juga menjabat Wakil Dekan Bidang Keagamaan, Kemahasiswaan dan Alumni FIAI UII.

Imbuh Muhammad Roy, bahwa pada abad ke-19 terdapat dua karya tafsir yang terdokumentasi. Pertama Tafsir Marah Labid karya Imam Nawawi Al Bantani dengan menggunakan bahasa Arab. Tafsir Marah Labid menafsirkan Al Qur’an dari surah Al Fatihah hingga surah An Nas. Gaya penafsirannya adalah lughawi dan bilma’tsur. Tafsir selanjutnya adalah Tafsir Faidlurrahman dalam bahasa pegon jawa, karya Syeh Soleh Darat Semarang. Ia sengaja menafsirkan Alquran dalam bahasa Jawa agar mudah dipahami masyarakat.

Selepas paparan narasumber dari FIAI UII, dilanjutkan paparan dari UM Malaysia yaitu Dr. Mohammad Khalid Bahrudin.
“Berawal sejak abad ke-17 sampai hari ini, penulisan dan penerbitan hadits di Tanah Melayu telah berkembang pesat dan berevolusi dengan keperluan masyarakat di Malaysia. Namun begitu sebagian penerbitan hadits ini didapati bermasalah dari segi kualitas status dan terjemahannya. Penggunaan riwayat palsu atau diduga dhoif, serta kesalahan atau ketidaktepatan terjemahan tempak dalam penerbitan dari hasil rangkuman naskah klasik maupun kontemporer. Untuk mencegah hal ini terjadi secara luas, pihak berwenang di negara Malaysia telah mengambil tanggung jawab untuk memperkenalkan mekanisme peraturan untuk teks dan terjemahan hadits,” ungkap Dr. Mohammad Khalid dengan gaya bahasa Melayunya.

Tambahnya, secara otoritatif, pengaturan kesahihan hadits secara resmi digagas oleh Umar bin Abdul Aziz melalui proyek kodifikasi pada masa pemerintahannya. Hal ini didorong oleh beberapa faktor seperti meninggalnya para sahabat penghafal hadits , praktik bid’ah dan tahayul serta penyebaran hadits palsu. Era berikutnya mencatat berbagai aktivitas peraturan dan penegakan hukum terhadap pelanggaran terkait hadits, khususnya yang melibatkan penyebaran dan penggunaan hadits palsu.

Seminar dengan moderator  Miqdam Makhfi, Lc., M.A selain luring diikuti mahasiswa UM Malaysia dan FIAI UII, juga secara daring menggunakan live streaming ke sivitas akademika Universitas Malaya di Malaysia. Miqdam merupakan alumni salah satu perguruan tinggi di Malaysia. Dalam pengamatan Miqdam selama kuliah di Malaysia menyebutkan bahwa proses pendidikan agama Islam di perguruan tinggi Malaysia dan Indonesia memiliki banyak perbedaan.
”Mahasiswa di Malaysia sangat patuh kepada pengajar, itu sebuah keunggulan di sana. Mahasiswa di Indonesia, memang tidak sekuat Malaysia dalam kepatuhannya, tapi dalam kreatifitas dan semangat inovasinya, tampak dominan. (IPK)

SLEMAN. Kompetisi olah raga dalam rangka Milad ke-81 Universitas Islam Indonesia (UII) mengetengahkan beberapa perlombaan cabang olah raga, salah satunya cabang sepak bola. Kompetisi sepak bola diikuti oleh seluruh fakultas dan rektorat I UII, bertanding sepanjang bulan Juni hingga Juli 2024. Pada laga final olahraga sepakbola yang diselenggarakan Rabu 3 Juli 2024, Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) berhasil meraih Juara II, setelah melawan Fakultas Kedokteran.

Laga final olah raga sepak bola diselenggarakan di Lapangan Sepak Bola Kampus  Terpadu UII, Jalan Kaliurang km. 14.5 Sleman. Hadir dalam laga final, Dekan FIAI Dr. Drs. Asmuni MA,  serta Wakil Dekan Bidang Sumber Daya Dr. Nur Kholis, SEI., M.Sh.Ec, juga Wakil Dekan Bidang Keagamaan, Kemahasiswaan dan Alumni (KKA) Dr. Muhammad Roy Purwanto, S.Ag., M.Ag .

”Kami pimpinan fakultas cukup bangga dengan torehan prestasi Tim Sepak Bola FIAI UII, lama sekali tidak bisa masuk 3 besar, bahkan mungkin baru kali ini, mendapat juara II. Selamat dan sukses. Namun memang di beberapa lini perlu evaluasi agar tahun berikutnya bisa juara pertama,” apresiasi Wakil Dekan KKA, Dr M Roy Purwanto.

Imbuhnya, perlu peningkatan frekuensi latihan yang rutin untuk bisa meningkatkan prestasi. Pada keikutsertaan kompetisi sepak bola pada Milad ke-81 UII, Tim FIAI UII hanya melakukan persiapan dengan latihan tidak lebih dari 5 kali. Selain itu, dari semi final ke final dirasa tidak ada jeda waktu. Semi final dilakukan kemaren sore, hari ini sudah harus ikut dalam laga final. Kondisi pemain sudah lelah pada laga sebelumnya.

Ungkapan Dr. M Roy Purwanto diamini oleh Burhan Nudin, S.Pd.I., M.Pd.I, dosen FIAI UII yang juga menonton pertandingan.
“Perlu perbaikan dalam lini organisasi antar pemain, harus ditingkatkan latihan agar memahami karakter antar pemain dalam satu tim,” kata Burhan.

Dr. Muhammad Roy Purwanto, S.Ag., M.Ag (peci merah)  mendampingi Tim Sepak Bola FIAI UII pada laga final Milad ke-82 UII (foto: IPK)

Sebelum memasuki laga final, FIAI UII berhasil memenangkan pertandingan penyisihan melawan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) dengan skor 4-2, serta  pada laga semi final melawan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) dengan skor 1-0.

Ungkapan apresiasi juga datang dari Dr. Drs. Ahmad Darmadji, M.Pd, dosen FIAI UII.
“Luar biasa ini, Tim Sepak Bola FIAI UII bisa masuk final di Milad UII. Ikut senang makanya saya datang untuk mensupport,” ungkap Dr. Ahmad Darmadji. Selain itu, ungkapan suka cita juga mengalir di Whatsapp Group FIAI UII, salah satunya dari Dr. Siti Achiria, SE., MM.

“Alhamdulillahirobbil’alamiin. Selamat Tim FIAI, semoga berkah. Amin. Nuwun sewu, melihat potensi dan semangat atlet-atlet serta supporter FIAI, nderek sekedar usul, bagaimana kalau ada latihan rutin untuk cabang olahraga yag dipertandingkan dalam Milad UII,” ungkap Dr. Siti Achiria dalam chatnya. (IPK)


Dalam upaya meningkatkan peran di masyarakat, Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII) menyiapkan serangkaian kegiatan akademik dan penulisan buku. Salah satunya, kegiatan berupa focus group discussion Manajemen Bencana dari Perspektif Islam Sesi III dengan mengusung tema “Kepribadian Tangguh Bencana dari Perspektif Turast” , Rabu, 26 Juni 2024, di ruang sidang Dekanat FIAI, Gedung KHA Wahid Hasyim, Kampus Terpadu UII Jalan Kaliurang km 14,4 Sleman.

Focus Group Discussion (FGD) menghadirkan 2 narasumber pemantik. Pertama, Dr. H. Sus Budiharto, S.Psi., M.Si., Psikolog, Dosen Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya UII. Kedua, Lukman, S.Ag., M.Pd. Dosen FIAI UII. Kegiatan FGD ini rencananya akan dijadikan materi buku Fikih Kebencanaan Perspektif Fuqaha UII, seperti disampaikan Dekan FIAI UII saat membuka acara.

“Penyintas biasanya akan memasuki beberapa fase. Fase pertama biasanya spontan, kaget kurang lebih selama 1 minggu. Fase kedua merasa selamat, menjadi pemberani, heroik dan berani menyelamatkan yang lain. Kita pernah merasakan ini tahun 2006 bencana gempa bumi Yogya. Fase ketiga adalah harmoni, biasanya penyintas ini membangun relasi, karena menerima janji-janji bantuan dari banyak pihak. Dari pemerintah sekian, dari daerah lain sekain, dan lain sebagainya dan harmoni, biasanya membangun relasi dengan siapapun, apalagi relawan hadir di lokasi bencana. Pada fase ini, paska bencana gempa bumi Lombok tahun 2018 welcome terhadap siapapun, juga saat bencana gempa bumi Yogya tahun 2006,” kata Dr. Asmuni , Dekan FIAI UII.

Namun Dr. Asmuni juga melengkapi, bahwa ada fase keempat, yaitu fase penuh kekecewaan, ternyata bantuan yang diberikan tidak mampu mengembalikan keadaan seperti semula. Apalagi sadar ketika para relawan sudah meninggalkan lokasi bencana, tinggalah penyintas dalam kesendirian dan sadar bantuan yang dijanjikan dahulu tidak sampai memulihkan semuanya. Rumah bersifat sementara, kamar mandi dan sekolah serba sementara. Fase kecewa bisa saja selama 2 bulan hingga 2 tahun, tapi ada fase rekonstruksi yang cukup lama membutuhkan bantuan secara material, juga bantuan secara pendampingan spiritual, tapi sentuhan secara psikologis dari pakar dan ahlinya tidak bisa diabaikan. Tentunya para psikolog memahami cara mengelola hati perasaan para penyintas.
”Nah diskusi kali ini menghadirkan narusumber multidisplin. Luarannya nanti berupa buku berjudul Fikih Bencana Perspektif Fuqaha UII. Nah fuqaha UII tidak hanya FIAI karena melibatkan fakultas lain,” ungkap Dr. Asmuni yang pada bencana gempa bumi Yogya tahun 2006 dan bencana gempa bumi Lombok tahun 2018 terlibat langsung menjadi relawan.

Selepas sambutan, dilanjutkan sesi diskusi menghadirkan 2 narasumber pemantik dari internal UII, yaitu Dr. H. Sus Budiharto, S.Psi., M.Si., Psikolog, dosen Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) serta Lukman, S.Ag., M.Pd., dosen Fakultas Ilmu Agama Islam. Dipandu fasilitator Sofwan Hadikusuma, Lc., ME, dosen FIAI.

Dalam paparan awal, narasumber pertama Lukman, S.Ag, M.Pd memantik dengan siklus manusia menghadapi bencana.
”Sebagai relawan bencana kita mendampibgi bukan saja saat bencana tapi juga sampai akhir, sehingga ketahanan terhadap bencana semakin baik. Ada siklus manusia saat menghadapi bencana, dimulai dari sabar, merasa perlu taubat, ada yang mengeluh. Bagi yang sabar, Allah menjanjikan akan mendapatkan rahmat. Ada yang taubat, merasa sadar bahwa dosanya memang banyak. Tapi juga ada yang mengeluh. Nah pentingnya deteksi dini itu ada di sini, apakah penyintas itu sabar, taubat atau mengeluh,” jelas Lukman M.Pd.

Menurut Lukman M.Pd, penemuan terhadap kategorisasi ini penting terutama bagi tim reaksi cepat dan tanggap darurat, karena bisa memperlakukan sesuai yang ada pada dirinya. Kalau mereka sudah sabar lalu diberi nasehat terus, bisa saja justru akan mengeluh. Sebaiknya orang yang sudah sabar, diajak berpartisipasi untuk tanggap bencana dan mitigasi. Kemudian orang yang taubat, ditingkatkan untuk menjadi sabar.

“Kategorisasi terhadap kondisi spiritual manusia itu penting, karena kalau kita memberikan suatu nasehat, ibarat pasien sakit perut, diberi obat sakit lutut. Selain pendampingan recovery fisik juga recovery mental bahkan menjadi lebih baik lagi. Jadi bencana kita jadikan salah satu titik point bagaimana untuk meningkatkan pendidikan spiritualitas. Ada yang kemudian bangkit, normal, putus asa ada yang sadar memperbaiki diri ada juga yang tersesat,” kata Lukman M.Pd

Pada sesi yang sama, narasumber pemantik kedua, Dr. H. Sus Budiharto, S.Psi., M.Si., Psikolog, mencoba mengangkat aspek optimalisasi HERO menghadapi bencana. Hero merupakan kependekan dari harapan, efikasi, resiliensi dan optimisme.

“Di lapangan, semua perspektif terhadap bencana alam itu paling tepat kalau dimaknai sebagai ujian. Sangat tidak nyaman bagi penyintas kalau dimaknai sebagai peringatan dan azab. Ketika disampaikan misal ini sebagai sebuah peringatan, bapak ibu. Ternyata itu sangat menyakitkan,” kata Dr. Sus Budiharto.

Imbuhnya, pemaknaan yang paling mudah diterima menjadikan bencana sebagai ujian, sebagaimana mahasiswa menempuh ujian untuk lulus, jadi orang-orang yang menempuh ujian itu orang yang rajin.

“Catatan saya sebagai psikolog adalah jangan sampai penyintas diberitahu bahwa mereka mengeluh, meskipun kenyataannya mengeluh. Maunya mereka itu tetap disanjung sebagai orang yang sabar. Jadi meski mengeluh baiknya dianggap sabar. Sehingga perlu hati-hati ketika kita pendamping melakukan deteksi dini.” ujarnya.

Sus Budiharto melengkapi bahwa perlu diantisipasi ada kecenderungan relawan psikolog mudah melakukan judgement, menilai orang lain rendah, sedang atau tinggi. Untuk yang melakukan judgment rendah berlaku teori populer yaitu Self Fulfilling Prophecy misal hanya dari melihat, lalu terlanjur menganggap orang itu mengeluh, maka akan terdorong untuk menganggap orang itu lebih rendah. Hal itu akan berdampak akan lebih banyak mengkritik orang tersebut. Ini catatan saat bencana.

Selain itu, perlu juga memahami simpati dan empati terkait budaya setempat. Untuk memahami para penyintas yang diperlukan adalah empati, tidak hanya simpati.
”Saya orangnya selau berusaha menunjukan ekspresi tersenyum, baik senang sedih terus berusaha senyum. Tapi ini ternyata bisa tidak cocok. Ada sebuah kisah seorang relawan sedang mendengarkan cerita seorang ibu di suatu lokasi bencana gempa besar, untuk menunjukkan kesan tertentu, relawan ini berusaha tersenyum. Rupanya itu menyinggung perasaan ibu tersebut, dan menegur relawan bahwasanya jangan tersenyum karena ibu tersebut sedang bercerita sedih,” ungkap Sus Budiharto.

Kegiatan FGD diikuti oleh dosen FIAI dan FPSB, bertujuan untuk memecahkan masalah saat ini. Ketua Panitia FGD Manajemen Bencana dari Perspektif Islam Sesi III, Kurniawan Dwi Saputra, Lc., M.Hum memperjelas arah kegiatan FGD ini,
”FGD Manajemen Bencana dari Perspektif Islam Sesi III ini bertujuan untuk mengelaborasi turats sebagai perspektif untuk pemecahan permasalahan kemanusiaan kontemporer,” jelasnya. (IPK)

Tantangan perguruan tinggi menuju world class university, disikapi Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII) dengan memperluas kerjasama dengan berbagai institusi dalam dan luar negeri. Salah satunya, FIAI UII sepakati kerjasama dengan Academy of Contemporary Islamic Studies (ACIS) Universiti Teknologi MARA (UiTM) Malaysia, Jumat 31 Mei 2024 di Gedung KHA Wahid Hasyim FIAI UII Jalan Kaliurang km 14.4 Sleman.

Nota kerjasama ditandatangani kedua belah pihak, dari FIAI UII oleh Dekan, Dr. Drs. Asmuni, MA dari ACIS Malaysia oleh Prof. Dr S. Salahudin Suyurno. Kesepakatan kerjasama fokus pada pengembangan keilmuan ekonomi Islam, hukum Islam dan dan pendidikan agama Islam. Dalam implementasinya, antara lain diselenggarakan short course di FIAI UII dan UiTM Malaysia, dibarengi pertukaran khasanah budaya Indonesia dan Malaysia.

Dekan FIAI UII, Dr. Drs. Asmuni MA dalam sambutan pembuka acara, terus mendukung kerjasama UII dan UiTM Malaysia,
“Universitas Teknologi MARA merupakan perguruan tinggi yang cukup ternama di Malaysia, sudah puluhan tahun berkiprah, banyak memiliki nilai kesamaan dengan UII di Indonesia, sehingga kerjasama akan terus dijaga untuk kemajuan bersama UII dan UiTM,” sambut Dr. Asmuni

Setelah sesi penandatanganan nota kerjasama, diselenggarakan short course dengan menghadirkan narasumber dari kedua belah pihak. Dari ACIS UiTM Malaysia narasumber Prof. Dr S. Salahudin Suyurno dan Dr. Mardhiyyah Sahri, dari FIA UII Fitri Eka Aliyanti, SHI., MA, serta narasumber praktisi tamu Noor Aslan, SE., MM, Direktur Utama BPRS Amal Bhakti Mulia, dipandu oleh moderator M. Nurul Ikhsan Saleh, S.Pd.I., M.Ed

Penyelenggaraan short course di FIAI UII ini merupakan bagian dari kesepakatan kerjasama kedua belah pihak dalam bidang pengajaran, dengan tujuan memperluas wawasan dan khasanah atas isu-isu terkait Islam di Indonesia dan Malaysia. Rencananya short course juga akan diselenggarakan di UiTM Malaysia, pada tanggal 7 Juni 2024.

Pada hari kedua kunjungan kerjasama di Indonesia, delegasi ACIS Malaysia, termasuk belasan mahasiswanya, berkunjung ke beberap lokasi wisata bersejarah di Yogyakarta, juga menikmati masakan Gudeg dan Bakpia Pathok.

Rizqi Anfanni Fahmi, SEI., M.S.I selaku penanggung jawab kerjasama FIAI UII dan ACIS Malaysia mengungkapkan tujuan diadakannya kerjasama ini.

”Kerjasama FIAI UII dan ACIS UiTM Malaysia sebagai wujud rekognisi internasional untuk menunjang proses pencapaian Catur Dharma dosen FIAI UII, juga upaya pencapaian sasaran mutu fakultas. Tentu juga untuk menambah jejaring mahasiswa kedua belah pihak, termasuk dengan pertukaran budaya di tingkat mahasiswa. Ada nilai tambah juga terkait upaya untuk meningkatkan silaturahmi dan mobilitas mahasiswa dari kedua perguruan tinggi. Terakhir, sebagai upaya mengkaji nilai dari kultur Indonesia dan Malaysia,” kata Rizqi Anfanni, Dosen FIAI UII yang saat ini juga sedang menempuh studi program doktor pada salah satu perguruan tinggi di Sumatra Selatan. (IPK)

SLEMAN,- Dalam upaya mendorong peningkatan karir dosen, Jurusan Studi Islam (JSI), Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI), Universitas Islam Indonesia (UII) menyelenggarakan Workshop Peningkatan Karir Dosen: Mempersiapkan Kenaikan Jabatan Fungsional dengan Optimal. Workshop bekerjasama dengan FORKOM PTKIS Kopertais III DIY dilaksanakan di Gedung KHA Wahid Hasyim, Kampus Terpadu UII, Jalan Kaliurang km 14.4 Sleman, Jumat 17 Mei 2024.

Workshop Peningkatan Karir Dosen diikuti oleh 113 peserta terdiri dari dosen FIAI UII dan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta (PTKIS) di DIY, baik hadir secara luring maupun menggunakan media daring.

”Sesungguhnya diskusi-diskusi, kalau saya lihat tadi, mencari sisi mana kekurangan yang bisa disempurnakan. Sehingga pada periode ini, dalam kepemimpinan Bapak Dr. Nur Kholis UII strateginya akan memperbanyak silaturahmi ke Kopertais III DIY.  Mengundang dalam banyak kegiatan, silaturahminya juga banyak. Sehingga menyelesaikan permasalahan bisa enjoy, saya kira ini semangat yang luar biasa,” kata Dr. Asmuni.

Dr Asmuni melengkapi, bahwa semangat saat ini adalah semangat perjuangan, karena ini tentang ilmu keagamaan yang unsur dunianya tidak terlalu dominan, tapi akheratnya yang penting.

JSI FIAI UII sebagai penyelenggara workshop melalui ketuanya menegaskan tujuan kegiatan ini sebagai upaya peningkatan karir dosen menuju jabatan akademik guru besar.
”Jurusan Studi Islam UII dalam upaya meningkatkan jabatan fungsional dosen perguruan tinggi Islam swasta untuk meraih jabatan akademik guru besar,” kata Dr. Anton Priyo Nugroho, S.E.,M.M, Ketua Jurusan Studi Islam UII.

Workhop Peningkatan Karir di FIAI UII ini, hadirkan 2 narasumber. Narasumber pertama Dr. Andi Prastowo, S.Pd.I., M.Pd.I, saat ini sebagai Sekretaris Tim Penilai Karya Ilmiah Kopertais Wilayah III Yogyakarta. Narasumber kedua, Dr. Moh. Soehadha, S. Sos. M. Hum saat ini sebagai Sekretaris Kopertais Wilayah III Yogyakarta.

“Pengembangan karir dosen sebenarnya tidak hanya baik untuk personelnya tapi juga  untuk institusinya. Kalau jadi dosen tidak bisa hanya untuk mengejar status, karena tugas dosen tidak hanya mengajar tapi keilmuwan. Bedanya dosen dan guru, ya karena dosen ada kata pendidik dan ilmuwan, dan keilmuwannya itu yang membedakan dengan guru.  Kalau hanya pendidik, dikasih jadwal ngajar ya selesai,” kata Dr. Andi Prastowo.

Dr Andi menambahkan dari alasan di atas, aspek karir menjadi penting bagi dosen. Jika dilihat dari komponen untuk kenaikan jabatan, ada pendidikan, penelitian, BKM dan  penunjang. Untuk menjadikan akredikasi peguruan tinggi Islam bepredikat unggul, seharusnya dosen didorong dari jabatan akademik lektor ke lektor kepala.

“Kalaupun sendiri sudah ya bareng-bareng. Saya kira PTKIS sudah bekolaborasi, jangan  bergerak sendiri. Saya masih melihat dosen PTKIS itu penulisnya sendiri-sendiri, penulis artikel sendiri. Jangan sendiri-sendiri, baiknya kerjasama karena kalau sendiri, daya ungkitnya kurang,” jelas Dr. Andi

Menurutnya, ada fenomena bahwa di satu sisi produktifitas itu persoalan personal, di satu sisi juga persoalan kelembagaan. Sehingga perlu ada simbiosis mutualis antara dosen dengan institusi. Dosen produktif, institusi juga mensupport, Kopertais memfasilitasi. Kenaikan jabatan akademik dosen berkorelasi dengan peningkatan level akreditasi program studi.

Narasumber kedua, Dr. Moh. Soehadha, S. Sos. M. Hum yang saat ini menjabat sebagai Sekretaris Kopertais Wilayah III Yogyakarta, mengapresiasi adanya rapat kerja Forkom PTKIS DIY dan workshop karir dosen yang diselenggarakan bekerjasama dengan Jurusan Studi Islam UII.

”Saya sangat mengapresiasi adanya kegiatan hari ini, dan mohon hasil rapat kerja dan rumusan workshop Forkom PTKIS DIY ini dikirim juga ke Kopertais Wilayah III DIY, untuk dapat dijadikan bahan pertimbangan,” ujarnya di akhir acara workshop. (IPK)

SLEMAN,- Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII) yang menuntaskan bulan Syawal 2024/1445 H dengan mengadakan acara Halal Bihalal FIAI UII, dihadiri oleh dosen dan tenaga kependidikan dengan segenap keluarganya.

Halal Bihalal FIAI diselenggarakan di lantai V, Gedung KHA Wahid Hasyim Kampus Terpadu UII, Jalan Kaliurang km. 14.4 Sleman, Minggu 5 Mei 2024. Kegiatan silaturahmi untuk sivitas akademika FIAI ini bertema Syawalan Tuntas, Kinerja Totalitas diisi dengan kajian keagamaan oleh Ustadz Ahmad Zubaidi S.Pd. M.Pd, yang juga dosen program studi Pendidikan Agama Islam UII.

Halal Bihalal dibuka oleh Dekan FAII UII, Dr. Drs Asmuni MA sekaligus memberikan sambutan pembuka yang menyinggung rencana strategis fakultas.
”UII membutuhkan dosen, tenaga kependidikan dan pemangku amanah struktural yang tangguh, komitmen dan loyal, karena tema rencana strategis itu integratif, inovatif dan kompetitif. Kompetitif pada nilai-nilai Islam dan mondial. Rencana strategis ini jika dikorelasikan dengan visi yang menetapkan tahun 2030, FIAI UII sudah menjadi rujukan, minimal di Asia Tenggara dalam bidang studi Islam,” ungkap Asmuni.

Setelah acara sambutan dilanjutkan dengan penyerahan penghargaaan atas keberhasilan dosen yang meraih gelar profesor dan doktor pada tahun 2024. Gelar profesor diraih oleh Prof. Dr. Drs. Tamyiz Mukharrom, MA, serta gelar doktor berhasil diraih oleh Dr. Dra. Sri Haningsih, M.Ag. Disambung sesi penyerahan penghargaan untuk dosen dan tenaga kependidikan yang akan beribadah Haji ke Tanah Suci pada tahun 2024 ini.

Berjabat tangan dalam acara Halal Bihalal FIAI UII 5 Mei 2024 (foto:IPK)

Pada acara inti kajian, Ustadz Ahmad Zubaidi sampaikan bahwa silaturahmi halal bihalal bisa mencegah kebangkrutan dunia dan akherat.

“Sekali berjabat tangan saling memaafkan, maka dosa akan runtuh. Sering saya katakan Allah itu akan menghapus 2 catatan manusia ketika mampu meminta maaf kepada sesama manusia. Bahkan ketika Allah berfirman dalam Al Quran, wa’fu’anna waghfirlana warhamna maka sejatinya ketika kita melakukan dosa itu pasti ada 2 catatan, pertama catatan dosa, kedua catatan hukumannya. Nah kalau ighfirlana maka Allah akan mengampuni atau menghapus dosa kita saja, tapi kalau wa’fu’anna maka Allah akan menghapus catatan dosa dan hukumannya,” kata Ustadz Zubaidi.

Ustadz Zubaidi menambahkan untuk mendapat penghapusan 2 catatan di atas, sebaiknya bersama-sama saling memaafkan sesama manusia. Suatu ketika Rasulullah pun pernah bertanya kepada para tentang siapa manusia yang bangkrut? Kemudian para sahabat menjawab bahwa orang yang bangkrut adalah yang tidak memiliki harta benda sama sekali. Kemudian Rasulullah menjawab bahwa orang yang bangkrut bukanlah yang tidak memiliki harta benda sama sekali tapi orang yang rajin sholat, sedekah, zakat, puasa tetapi masih memiliki kesalahan kepada temannya yang tidak mau memaafkan. Akhirnya ketika di akherat, Allah mengangkat pahala sholatnya, pahala zakatnya, pahala sedekahnya, pahala puasa untuk diberikan kepada orang-orang yang tersakiti.
”Oleh karena itu bapak ibu, mari kita saling memaafkan agar tidak bangkrut dunia akherat. Sehingga inti dari acara halal bihalal adalah silaturahmi. Silaturahmi bisa memperpanjang umur. Ketika kita sekarang para pegawai dan keluarganya hadir saling memaafkan di halal bihalal ini, semoga semua dipanjangkan umurnya,” kata Ustadz Zubaidi.

SLEMAN,- Koordinatorat Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta (Kopertais) merupakan kepanjangan tangan dari Kementerian Agama Republik Indonesia, melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Islam memberikan mandat dalam hal pembinaan, pengawasan kepada Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta. Untuk perguruan tinggi Islam swasta di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), menjadi bagian dari wilayah kerja KOPERTAIS Wilayah III.

Sebanyak 16 perguruan tinggi Islam di bawah naungan Kopertais Wilayah III DIY, memiliki forum komunikasi yaitu Forkom PTKIS Kopertais III DIY kependekan dari Forum Komunikasi Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta, Kopertais Wilayah III DIY. Tahun 2024, Forkom PTKIS Kopertais III DIY, mengadakan rapat kerja sekaligus syawalan di Hotel Kukup Indah, Pantai Kukup Gunung Kidul DIY, Sabtu, 27 April 2024.
Rapat Kerja dengan tema Collaboration, Care, Share and Solution juga memiliki agenda pemilihan ketua Forkom PTKIS Kopertais III DIY masa bakti 2024-2027. Akhirnya terpilih sebagai ketua yaitu Dr. Nur Kholis S.Ag. SEI, M. SH.Ec yang saat ini juga menjabat sebagai Wakil Dekan Bidang Sumber Daya, Fakultas Ilmu Agama Islam, Universitas Islam Indonesia.

Rapat kerja, selain menuntaskan proses pemilihan Ketua Forkom PTKIS Kopertais III DIY, juga meneguhkan komitmen bersama untuk terus berkolaborasi memajukan PTKIS di wilayah DIY.

Di tempat terpisah, ketua terpilih Dr. Nur Kholis menyambut baik atas lahirnya komitmen bersama tersebut.
“Insya Allah, 17 Mei 2024 di FIAI akan diselenggarakan rapat tim inti untuk mempertegas pola kerjasama antar anggota Forkom PTKIS Kopertais III DIY. Ada semangat untuk saling bekerjasama, yang besar membantu yang kecil untuk peningkatan kualitas,” ungkap Dr. Nur Kholis.

Imbuhnya, ke depan Forkom PTKIS Kopertais III DIY memiliki beberapa agenda pengembangan, antara lain untuk ranah dosen akan dipikirkan agar jabatan fungsional di masing-masing kampus lancar. Selain itu mendorong kepatuhan terhadap amanat undang-undang termasuk tunjangan dari sertifikasi dosen. Bersama-sama mengurai sumbatan, hambatan dan kendala bagi dosen PTKIS, agar proses pengembangan karir dosen makin lancar.
”Menjadikan Forkom PTKIS DIY bagian dari jembatan aspirasi antara perguruan tinggi Islam dengan Kopertais Wilayah III DIY,” tegas Dr. Nur Kholis. (IPK)

Menjelang bulan Ramadan 1445 Hijriyah, Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII) menyiapkan serangkaian kegiatan untuk sivitas akademika.Salah satunya kegiatan berupa kajian rutin dengan tema Ramadan Berkualitas Kinerja Totalitas. Kajian rutin akan diselenggarakan sepanjang bulan Ramadan 2024/1445 H, diawali kajian perdana dengan menghadirkan Prof. Dr. H.M. Tamyiz Mukharrom, MA, guru besar FIAI UII.

Kajian perdana diselenggarakan di Gedung KHA Wahid Hasyim FIAI Kampus Terpadu UII Jalan Kaliurang km 14.5 Sleman, Jumat 8 Maret 2024, hari kerja terakhir sebelum libur panjang awal bulan Ramadan 2024. Kajian dibuka oleh Dekan FIAI UII, Dr.Drs Asmuni, MA sekaligus memberikan sambutan pembuka.

“Kita harus menunjukkan kebahagiaan dan semangat menyambut ramadan karena ada doktrin dalam Islam bahwa siapapun yang bersemangat menyambut ramadan tidak akan tersentuh api neraka. Salah satu upaya menyambut ramadan, dengan penyelenggaraan kajian bertema Ramadan Berkualitas KinerjaTotalitas ini,” sambut Dr. Asmuni disaksikan hadirin yang terdiri dari mahasiswa, dosen dan tenaga kependidikan.

Pada inti acara, Prof Tamyiz memberikan dorongan untuk selalu merasa senang menjelang datangnya bulan ramadan.
“Orang yang beriman ketika datangnya bulan ramadan hatinya senang. Meskipun harus puasa dari pagi hingga sore, tapi senang karena mengharap di akherat itu bahagia. Meskipun mau ibadahnya harus gimana-gimana, yah yang penting senang menjalankan perintah Allah, meskipun merasa tidak mampu, tapi menjalankan dengan penuh keimanan,” ungkapnya.

Prof Tamyiz menambahkan terkait kesejahteran, nasib di akherat nantinya, tidak akan ada bedanya antara dekan, wakil dekan atau profesor. Terpenting amal sholeh yang diterima Allah. Apapun profesinya semua sama, amal sholeh yang akan membuat bahagia, bukan sekedar karena ilmunya.

“Rasulullah meminta Umar bin Khattab memohon doa kepada Uwais Al-Qarni Yaman. Siapa dia? Uwais punya ilmu? Tidak. Dia ilmunya pas-pasan, sangat miskin, fakir dan yatim, hidup bersama ibunya yang lumpuh dan buta. Tidak mungkin kalau bukan ahli surga, diminta mendoakan Umar bin Khattab. Pastilah diterima amal sholehnya. Selain itu yang terpenting mencintai Allah dan rasul-NYA, ”

Prof Tamyiz menutup kajian dengan doa bersama, didahului pesan moral.
“Hal terpenting, sekali lagi menjalankan agama itu dengan senang dan bahagia. Bahkan saya merasa senang kalau ada yang bekerja secara totalitas, karena itu akan jadi amal sholeh,” katanya sebagai ungkapan penutup. (IPK)