Sebagai bagian penting dari upaya untuk go international, Program Studi Hukum Islam (PSHI) Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII) terus mengupayakan kerjasama akademik dengan kampus di luar negeri. Salah satunya yang baru-baru ini dilakukan adalah dengan Ahmad Ibrahim Kulliyyah of Law (AIKOL) International Islamic University Malaysia (IIUM).

6.1Kunjungan dilakukan pada Selasa, 20 Dzulqa’dah 1437 H/23 Agustus 2016. Bertindak selaku ketua delegasi, Dekan FIAI Dr. Tamyiz Mukharrom, MA. Dekan didampingi Ketua PSHI Prof. Dr. Amir Mu’allim, MIS dan Sekretaris PSHI sekaligus Ketua Pusat Dakwah dan Pengabdian Masyarakat (PDPM) FIAI Drs. Syarif Zubaidah, M.Ag.

Delegasi diterima oleh Wakil Dekan AIKOL bidang akademik, Assoc. Prof. Dr. Badruddin Hj Ibrahim. Dalam sambutannya Badruddin mengapresiasi niat baik PSHI FIAI untuk menjalin kerjasama dengan AIKOL. Secara singkat dia memaparkan tentang AIKOL. Dia juga bercerita bahwa banyak mahasiswa Indonesia yang mengambil master (S-2) di AIKOL.

Dalam pertemuan tersebut dibicarakan tentang teknis Students Exchange yang sudah direncanakan. Salah satu yang penting berapa lama idealnya mahasiswa mengikuti program tersebut. Apakah selama satu 1 bulan atau full 1 semester sehingga sampai pada transfer kredit SKS. Bila demikian maka harus ada penyesuaian kurikulum antara PSHI dan AIKOL. Selain itu AIKOL juga menawarkan kepada dosen PSHI yang sudah bergelar guru besar untuk menjadi penguji luar (external examiner) disertasi.

Dari kunjungan tersebut juga didapatkan informasi penting tentang integrasi zakat dan pajak di Malaysia. Pengalaman Malaysia tersebut menjadi menarik untuk menjadi kajian penelitian kolaboratif antara dosen PSHI dan AIKOL. Selain itu terkait riset kolaboratif (joint research) dibicarakan topik-topik lain yang memungkinkan seperti wakaf dan siyaasah syar’iyyah (Politik Islam).

Dalam pertemuan tersebut juga dibahas tentang kuliah tamu (guest lecture) untuk lebih menguatkan iklim akademik. Misalnya dengan mendatangkan dosen AIKOL ke PSHI selama 1 bulan dan/atau sebaliknya. Sementara itu, terkait kolaborasi jurnal ilmiah, AIKOL menawarkan kepada dosen PSHI bila ingin menerbitkan risetnya di jurnal mereka. (Samsul Zakaria/Syari’ah)

Sebagai tindak lanjut dari Rapat Koordinasi Kerja (Rakorja) tingkat universitas bulan Juli lalu, Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII) mengadakan Rakorja tingkat fakultas. Bertempat di Ruang Sidang FIAI, Rabu, 28 Dzulqa’dah 1437 H/31 Agustus 2016.

4.1Secara spesifik Rakorja tersebut bertujuan untuk memaparkan rancangan program pengembangan Rencana Kegiatan dan Anggaran Tahunan (RKAT) 2017. Setelah itu, para dosen memberikan masukan dan kritikan untuk penyempurnaan terhadap program yang diusulkan. Rakorja dihadiri oleh seluruh Dosen Tetap Reguler dan Pejabat Struktural di lingkungan FIAI.

Dalam sambutannya Dekan FIAI Dr. Tamyiz Mukharrom, MA., menyampaikan bahwa untuk pengembangan program perlu dirancang tentang riset kolaboratif dengan universitas luar negeri. Hal ini untuk lebih meningkatkan kualitas dan kuantitas riset FIAI. Selain itu juga terkait students dan lecturers exchange penting untuk dilakukan.

Sementara dalam konteks kurikulum perlu segera merespon dan melakukan fiksasi kurikulum Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) yang diselaraskan dengan Kurikulum Ulil Albab yang sedang dirancang oleh universitas. Kurikulum menjadi penting sebab menjadi penentu berkualitas tidaknya proses pembelajaran dan lulusannya nanti.

Rektor UII Dr. Ir. Harsoyo, M.Sc., dalam sambutannya menyampaikian bahwa FIAI memiliki peluang lebih untuk membumikan nilai rahmatan lil ‘alamin yang menjadi core value UII. FIAI juga diharapkan lebih mampu memberikan jawaban (solusi) atas masalah-masalah yang berkembang di masyarakat.

Rektor juga menyatakan bahwa untuk kepentingan Akreditasi Institusi Perguruan Tinggi (AIPT), UII masih membutuhkan sekitar 1800 penelitian dan 300 judul buku. Oleh karena itu bagi dosen yang terbiasa menulis hal ini menjadi peluang untuk dimanfaatkan dengan baik dengan lebih aktif berkarya. Lebih umum lagi, semua dosen harus berpartisipasi aktif dalam menyukseskan akreditasi institusi UII.

Ketua Pengurus Yayasan Badan Wakaf (PYBW) UII, Dr. Ir. Luthfi Hasan, MS., mengingatkan bahwa Rakorja kali tersebut menandai setengah perjalanan pimpinan sekarang. Oleh karena itu, perlu dilakukan muhasabah dan perbaikan supaya tidak kecewa di akhir. Luthfi juga menegaskan bahwa RKAT adalah ukuran keberhasilan Dekan, Wakil Dekan, dan Ketua Program Studi (Kaprodi). Karenanya, RKAT harus dirancang dengan baik dan dilaksanakan secara maksimal. (Samsul Zakaria/FIAI)

Perjalanan seratus kilo meter bermula dari langkah kaki pertama. Mencapai satu tujuan adalah awalan untuk mencapai tujuan yang lain. Demikianlah yang mengemuka dalam Studium General (SG) Program Studi Pendidikan Agama Islam (PSPAI) Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII). Bertempat di Gedung Kuliah Umum (GKU), Rabu, 21 Dzulqa’dah 1437 H/24 Agustus 2016.

5 (4)SG dengan tema “Arriving at One Goal is teh Starting Point to Another (John Dewey)” tersebut menghadirkan narasumber seorang alumnus PSPAI, Ahmad Syafi’i, S.Ag. Dia mengawali paparannya dengan memutarkan video dengan judul “Hidup adalah Pilihan”. Dari video tersebut, Syafi’i mengajak mahasiswa untuk mengambil pelajaran.

Menurutnya, mahasiswa harus fokus dan bersungguh-sungguh untuk menjalani dan meraih pilihan hidupnya. Syafi’i juga bercerita tentang pengalaman hidupnya semasa menjadi mahasiswa. Terakhir dia berpesan kepada mahasiswa untuk menjadi sosok yang ideal yaitu yang berprestasi secara akademik dan non-akademik.

Sementara itu, narasumber kedua adalah Dosen Tetap PSPAI, Siska Sulistyorini, S.Pd.I., M.Pd.I. Untuk menghangatkan suasana dia memberikan ice breaking kepada mahasiswa baru. Setelah itu dia menyampaikan profil singkat UII dan PSPAI, prestasi PSPAI, catur dharma UII, dan lain sebagainya.

Siska juga mengutarakan tentang strategi sukses belajar di perguruan tinggi. Selain itu dia juga memaparkan tentang program-program unggulan bagi mahasiswa PSPAI, seperti Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Internasional. PPL Internasional tahun 2016 yang mengambil lokasi di Malaysia dan Thailand telah berjalan dengan baik. Tidak ketinggalan, dia juga mengenalkan dosen-dosen dan staf PSPAI.

Dalam sambutannya, Wakil Dekan FIAI Dra. Sri Haningsih, M.Ag., meminta mahasiswa untuk memiliki mimpi yang positif sebagai penyemangat hidup dan perjuangan. “Meraih mimpi itu dengan ilmu,” tegasnya. Dia juga mengenalkan tentang C4U (capable, credible, cummunicative, convidence, dan uswah) yang menjadi ruh (orientasi) perkuliahan di PSPAI.

Sebelumnya Ketua PSPAI, Dr. Junanah, MIS., menyambut mahasiswa dengan ucapan selamat datang di PSPAI. Junanah berbagi tips tentang sukses belajar di PSPAI. Dia juga mengenalkan secara singkat dewan dosen PSPAI. Prospek alumni PSPAI juga dipaparkan dengan baik yaitu menjadi pendidik, peneliti, entrepreneur, dan lain-lain. (Samsul Zakaria/PAI)

Dalam rangka memberikan bekal awal bagi mahasiswa baru, Program Studi Hukum Islam (PSHI) Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII) mengadakan Studium General (SG). Bertempat di Auditorium Fakultas Teknologi Industri (FTI) lantai 3, Selasa, 27 Dzulqa’dah 1437 H/30 Agustus 2016. SG tersebut juga bertujuan untuk membina mahasiswa baru PSHI.

3Hadir sebagai narasumber, Imam Mustofa, SHI., MSI. Alumnus PSHI tersebut saat ini menjadi Dosen Tetap Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Jurai Siwo, Metro, Lampung. Di awal paparannya dia menyampaikan bahwa dia merasa terhormat diberi undangan untuk mengisi SG. “Tidak ada mantan murid. Orang tua saya yang telah ‘menurunkan’ saya ke bumi. Guru-guru (dosen-dosen) saya yang akan ‘mengembalikan’ saya ke langit,” tuturnya kepada dosen dan mahasiswa yang hadir.

Imam Mustofa menyemangati mahasiswa untuk lebih membuka wawasan. “Perintah yang pertama kali turun adalah perintah iqra’ (membaca), bukan ngorok,” ungkapnya sembari berseloroh. Oleh karena itu, tambahnya, yang utama adalah bukan masalah bagaimana masa depan. Tetapi adalah apa yang harus disiapkan untuk menyongsong masa depan. Berhasil tidaknya kuliah tergantung keinginan kuat mahasiswa. “Penjajah yang paling kuat adalah diri sendiri,” katanya menegaskan.

Dia juga memaparkan bahwa peluang berkarya bagi alumni PSHI sangat luar biasa. Tergantung bagaimana mahasiswa menyiapkan diri sebaik mungkin. Dia menegaskan bahwa mahasiswa harus rajin bangun pagi. “Kalau bangun pagi saja sulit bagaimana membangun rumah tangga. Bagaimana membangun masa depan,” tukasnya dalam SG yang dimoderatori Drs. Syarif Zubaidah, M.Ag tersebut.

Selain itu, Prof. Dr. Amir Mu’allim, MIS (Ketua PSHI), juga turut menjadi narasumber SG. Dia menyampaikan bahwa mahasiswa harus kuliah dengan serius dan mampu go international. Hal ini sesuai dengan komitmen PSHI untuk terus mengembangkan atmosfir akademik berwawasan global. Sebelumnya dia mengenalkan seluruh Dosen Tetap dan Staf PSHI. Prof. Amir juga menyampaikan keunggulan-keunggulan PSHI.

Dalam sambutannya, Dekan FIAI Dr. Tamyiz Mukharrom, MA., menyampaikan bahwa kurikulum PSHI banyak yang bersifat internasional. Artinya beberapa mata kuliah juga berlaku di universitas Islam yang ada di dunia. Dia juga memotivasi mahasiswa untuk terlibat dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM), dimana tahun depan (2017) UII rencananya menjadi tuan rumah untuk tingkat nasionalnya. (Samsul Zakaria/Syari’ah)

Dalam rangka memberikan bekal awal bagi mahasiswa baru, Program Studi Hukum Islam (PSHI) Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII) mengadakan Studium General (SG). Bertempat di Auditorium Fakultas Teknologi Industri (FTI) lantai 3, Selasa, 27 Dzulqa’dah 1437 H/30 Agustus 2016. SG tersebut juga bertujuan untuk membina mahasiswa baru PSHI.

2Hadir sebagai narasumber, Imam Mustofa, SHI., MSI. Alumnus PSHI tersebut saat ini menjadi Dosen Tetap Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Jurai Siwo, Metro, Lampung. Di awal paparannya dia menyampaikan bahwa dia merasa terhormat diberi undangan untuk mengisi SG. “Tidak ada mantan murid. Orang tua saya yang telah ‘menurunkan’ saya ke bumi. Guru-guru (dosen-dosen) saya yang akan ‘mengembalikan’ saya ke langit,” tuturnya kepada dosen dan mahasiswa yang hadir.

Imam Mustofa menyemangati mahasiswa untuk lebih membuka wawasan. “Perintah yang pertama kali turun adalah perintah iqra’ (membaca), bukan ngorok,” ungkapnya sembari berseloroh. Oleh karena itu, tambahnya, yang utama adalah bukan masalah bagaimana masa depan. Tetapi adalah apa yang harus disiapkan untuk menyongsong masa depan. Berhasil tidaknya kuliah tergantung keinginan kuat mahasiswa. “Penjajah yang paling kuat adalah diri sendiri,” katanya menegaskan.

Dia juga memaparkan bahwa peluang berkarya bagi alumni PSHI sangat luar biasa. Tergantung bagaimana mahasiswa menyiapkan diri sebaik mungkin. Dia menegaskan bahwa mahasiswa harus rajin bangun pagi. “Kalau bangun pagi saja sulit bagaimana membangun rumah tangga. Bagaimana membangun masa depan,” tukasnya dalam SG yang dimoderatori Drs. Syarif Zubaidah, M.Ag tersebut.

Selain itu, Prof. Dr. Amir Mu’allim, MIS (Ketua PSHI), juga turut menjadi narasumber SG. Dia menyampaikan bahwa mahasiswa harus kuliah dengan serius dan mampu go international. Hal ini sesuai dengan komitmen PSHI untuk terus mengembangkan atmosfir akademik berwawasan global. Sebelumnya dia mengenalkan seluruh Dosen Tetap dan Staf PSHI. Prof. Amir juga menyampaikan keunggulan-keunggulan PSHI.

Dalam sambutannya, Dekan FIAI Dr. Tamyiz Mukharrom, MA., menyampaikan bahwa kurikulum PSHI banyak yang bersifat internasional. Artinya beberapa mata kuliah juga berlaku di universitas Islam yang ada di dunia. Dia juga memotivasi mahasiswa untuk terlibat dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM), dimana tahun depan (2017) UII rencananya menjadi tuan rumah untuk tingkat nasionalnya. (Samsul Zakaria/Syari’ah)

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam (PSPAI) Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII) yang menjalankan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Internasional di Malaysia dan Thailand sudah kembali ke Indonesia. Berbagai cerita menarik dan pengalaman akademik yang tidak terlupakan bagi mahasiswa menjadi bagian penting dari proses PPL tersebut.

1.2Sebelumnya, di Ruang Sidang FIAI, Sabtu, 25 Syawwal 1437 H/30 Juli 2016, Wakil Rektor I UII Dr. Ing. Ir. Ilya Fadjar Maharika, MA., IAI., melepas secara resmi keberangkatan mahasiswa. Sebanyak 4 (empat) mahasiswa melaksanakan PPL di Brainybunch International Islamic Montessori, Selangor, Malaysia. Mereka terdiri dari Andri Setiawan, Fatihatul Muthmainah, Ulufi Khasanah, dan Nisa Havidza.

Sementara itu 11 (sebelas) mahasiswa lain diberangkatkan ke daerah Pattani, Thailand untuk mengajar di lembaga-lembaga/sekolah-sekolah yang ada di sana. Mereka terdiri dari; Andi Mustafa H, Nur Azizah, Anas Ahmad Rahman, Hermansyah, Rico Setya Priatama, Wahyuddin Luthfi, Sarah Sabilah, Kurnia Alifiani, Dwi Nur Rachmawati, dan Siti Nur Chanifah.

Setelah melakukan PPL selama kurang lebih 1 bulan, Selasa, 27 Dzulqa’dah 1437 H/30 Agustus 2016, para mahasiswa dibersamai dosen pembimbing tiba di Yogyakarta. Pihak Brainybunch mengapresiasi program PPL Internasional tersebut. Banyak manfaat yang diraih kedua belah pihak dari program tersebut. Mereka berharap program tersebut dapat berlanjut di tahun mendatang.

Fatihatul Muthmainah sebagai peserta terbaik PPL di Brainybunch merasa bersyukur mengikuti PPL Internasional. Baginya kesempatan tersebut berguna untuk meningkatkan kemampuannya dan peserta lain dalam menguasai bahasa Inggris. Dia berharap ke depan lebih banyak lagi program yang ditawarkan prodi untuk meningkatkan kualitas mahasiswa dan mendorong mereka berperan aktif di kancah internasional.

Ketua PSPAI, Dr. Junanah, MIS., merasa bersyukur dengan suksesnya PPL Internasional 2016. “Alhamdulillah, yang ditempati merasa senang dan berkenan dengan kehadiran mahasiswa. Mahasiswa merasa satu bulan adalah waktu yang singkat sehingga tahun depan bisa diperpanjang dengan digabung dengan Kuliah Kerja Nyata (KKN) kalau UII mengizinkan,” harapnya.

Selama berada di Thailand, selain melakukan penarikan secara resmi peserta PPL, para dosen pembimbing PPL juga melakukan presentasi tentang Sinergi Akademik antara Fakultas Agama Islam Fatoni University (FTU) dengan PAI FIAI, Ahad-Senin, 25-26 Dzulqa’dah 1437 H/28-29 Agustus 2016. Dalam hal ini Dra. Sri Haningsih, M.Ag., memaparkan tentang Rumusan Capaian Pembelajaran berbasis KKNI sekaligus membingkai aktivitas program Memorandum of Agreement (MoA) FIAI dengan FAI FTU.

Selanjutnya, Drs. Ajen Wijdan SZ, MSI memaparkan tentang Pola Pengembangan Madrasah Empowering Center (MEC) dilanjutkan Siska Sulistyorini, S.Pd.I., M.Pd.I., presentasi tentang Learning Inovation Center (LIC) PSPAI FIAI. Terakhir Drs. Imam Mujiono, M.Ag., yang mendedahkan tentang materi Public Speaking.

Terkait dengan MoA antara FIAI dan FTU disepakati bahwa tahun 2017 akan dilaksanakan riset kolaboratif (joint research) dan pertukaran dosen (lecturers exchange). Dalam hal ini semua prodi di FIAI akan terlibat. Sementara terkait PPL Internasional di Thailand kedepannya akan dikoordinatori oleh Pusat ASEAN Bagian Indonesia (PUSAINA) FTU. Sebab PUSAINA sudah dipercaya dan diotorisasi oleh pemerintah untuk menangani program tersebut. (Samsul Zakaria/PAI)

Yogyakarta yang terkenal sebagai kota pelajar masih menjadi magnet bagi calon mahasiswa untuk menimba ilmu. Tidak kurang dari 4.201 mahasiswa baru memilih UII sebagai almamaternya. Termasuk 155 mahasiswa telah menjadi bagian dari Program Studi Ekonomi Islam (PSEI) Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) UII.

3Rabu, 21 Dzulqa’dah 1437 H/24 Agustus 2016, PSEI mengadakan Studium Generale (SG) sebagai kuliah pembuka di Gedung Kuliah Umum (GKU) Dr. Sardjito Kampus Terpadu UII. Panitia mendatangkan Eri Sudewo, salah satu pendiri Dompet Dhu’afa Republika sebagai narasumber SG. Dompet Dhu’afa adalah lembaga penghimpun Zakat, Infaq, Shadaqah, dan Wakaf (Ziswaf).

SG dihelat untuk mengenalkan mahasiswa baru dengan suasana akademik di lingkungan kampus. Acara dibuka oleh Wakil Dekan FIAI, Dra. Sri Haningsih, M.Ag. Dalam sambutannya ia berpesan agar mahasiswa baru bersungguh-sungguh dalam belajar. Selanjutnya Ketua PSEI, Dr. Dra. Rahmani Timorita Yulianti, M.Ag., menyampaikan profil PSEI dan mengenalkan para dosen kepada mahasiswa.

Untuk diketahui bahwa Eri Sudewo merupakan tokoh yang tidak asing dalam bidang Ziswaf. Alumnus Arkeologi Universitas Indonesia (UI) Jakarta ini telah meraih banyak penghargaan. Diantaranya Tokoh Perubahan Harian Republika 2009 dan Tokoh Zakat 2010. Eri Sudewo dinilai sukses mengembangkan Dompet Dhu’afa dengan mengelola aset 500 milliar setiap tahunnya.

Menurut Eri Sudewo, Dompet Dhu’afa berawal dari rubrik pada 2 Juli 1993, sebuah rubrik di halaman muka Harian Umum Republika dengan tajuk “Dompet Dhuafa”. Kolom kecil tersebut mengundang pembaca untuk turut serta pada gerakan peduli yang diinisiasi Harian Umum Republika. Tanggal ini kemudian ditetapkan sebagai hari jadi Dompet Dhuafa Republika. Kini, Dompet Dhuafa telah memiliki banyak cabang baik di dalam maupun di luar negeri.

Di awal presentasinya Eri Sudewo memberikan motivasi kepada mahasiswa baru untuk aktif dalam bidang akademik maupun organisasi. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa kuliah yang terpenting bukan karena universitasnya. Tetapi tergantung individu masing-masing mahasiswa untuk bersungguh-sungguh.

Eri Sudewo menyatakan bahwa zakat termasuk dari 5 pilar Islam yang tidak diminati. Karenanya diperlukan upaya penyadaran kepada umat muslim. “Shalat, puasa, ibadah berasal dari sendiri, oleh sendiri, dan untuk sendiri. Sedangkan zakat berasal dari diri sendiri, oleh amil, dan untuk mustahik,” jelasnya dalam SG yang dimoderatori Dr. Siti Achiria, SE., MM.

Riuh tepuk tangan menutup acara studium Generale. Mahasiswa termotivasi dengan hadirnya pemateri Eri Sudewo yang mampu menginspirasi mereka. Di akhir acara Eri Sudewo berpesan, “Jangan melakukan sesuatu karena mencari pujian.” (Samsul Zakaria/Ekis)

Secara teoritis, Islam adalah agama yang mengatur segenap aspek kehidupan. Namun perlu dipahami bahwa dalam tataran praktis, interpretasi ajaran Islam bersifat polyinterpretable (dapat diinterpretasikan secara berbeda). Termasuk dalam konteks ini adalah formulasi ajaran Islam dalam pemikiran kenegaraan yang juga bervariasi. Bagaimanapun tetap saja ada arus utama pemikiran yang secara signifikan menentukan arah atau jenis perubahan.

9. Pak YusdaniDemikian sebagaimana dipaparkan oleh Dr. Yusdani, M.Ag., Dosen Tetap Program Studi Hukum Islam (PSHI) Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) UII dalam disertasinya yang berjudul Respons Pemikiran Islam terhadap Perubahan Relasi Rakyat dan Negara di Indonesia Era Reformasi. Disertasi tersebut telah diujikan dalam Promosi Doktor dan Ujian Terbuka di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, Senin, 12 Dzulqa’dah 1437 H/15 Agustus 2016. Yusdani berhasil lulus dan dikukuhkan sebagai doktor dalam bidang Studi Islam dengan predikat “sangat memuaskan”.

Bertindak selaku promotor, Prof. Dr. Machasin, MA (UIN Sunan Kalijaga), dan co-promotor, Prof. Drs. Purwo Santoso, MA., Ph.D (UGM). Sementara penguji lain yaitu, Prof. Noorhaidi, MA., M.Phil., Ph.D (UIN Sunan Kalijaga), Prof. Dr. Abd. Munir Mulkhan, SU (UIN Sunan Kalijaga), Prof. Siswanto Masruri, MA (UIN Sunan Kalijaga, ndan Dr. Ahmad Yahi Anshori, MA (UIN Sunan Kalijaga).

Dalam promosi doktor tersebut, Yusdani dapat menjawab pertanyaan penguji dengan baik. Dia menyampaikan bahwa disertasinya masuk dalam kajian Fiqhus Siyaasah (Fikih Politik). Menurutnya, referensi tentang Fiqhus Siyaasah lebih banyak yang bersifat normatif. Oleh karena itu, disertasinya memiliki posisi penting dalam Fiqhus Siyaasah dalam konteks ketersinggungannya dengan realitas sosial.

Rektor UIN Sunan Kalijaga, Prof. Drs. K. Yudian Wahyudi, MA., Ph.D., yang bertindak selaku Ketua Sidang berharap Yusdani dapat memperkuat UII setelah menjadi doktor. Tak terkecuali, Yudian juga memberikan pertanyaan dan catatan kritis terhadap disertasi Yusdani. Dalam ujian itu, Yudian didampingi Sekretaris Sidang, Dr. Waryono Abdul Ghafur, MA. (Samsul Zakaria)

Tahun 2016 ini, Program Studi Hukum Islam (PSHI) Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta kembali meraih Program Hibah Kompetisi Program Studi (PHK-PS). Program yang diinisiasi oleh Badan Pengembangan Akademik (BPA) UII tersebut salah satunya bertujuan untuk men-support program studi (prodi) untuk go international.

U8ntuk PSHI, tahun ini adalah kali ketiga (batch 3) mendapat hibah tahunan tersebut. Batch pertama diraih tahun 2013 dan batch kedua didapatkan tahun 2015 yang lalu. Dengan demikian PSHI termasuk salah satu prodi di UII yang berhasil mendapatkan PHK-PS sampai tahap terakhir. Dengan berakhirnya batch 3 akhir tahun ini diharapkan PSHI sudah semakin siap untuk meraih akreditasi internasional.

Judul hibah yang dilaksanakan oleh PSHI adalah Penguatan Akademik Program Studi Hukum Islam (PSHI) menuju International Recognition. Secara umum PSHI ingin mendapatkan pengakuan internasional melalui penguatan akademiknya. Dengan cara tersebut maka akan mempermudah road menuju akreditasi internasional yang menjadi trend perguruan tinggi saat ini.

Sebagai wujud pendampingan dari BPA sebagai penyandang dana, PSHI mendapat giliran pendampingan melalui monitoring dan evaluasi (monev) tengah tahun. Monev dilakukan pada Senin, 20 Syawwal 1437 H/25 Agustus 2016 pukul 12.30-14.30 WIB. Monev tersebut bertujuan untuk mengawal sejauh mana pelaksanaan program dan diskusi tentang masalah dan solusinya.

Bertindak selaku ketia tim monev (bidang program dan aktivitas), Kariyam, S.Si., M.Si (Ketua Badan Penjaminan Mutu [BPM] UII). Didampingi Dra. Sri Mulyati, M.Si (Ketua Pusat Bantuan Sosial dan Kesehatan [Pusbansoskes] UII) untuk bidang keuangan/anggaran. Dalam acara tersebut, Kariyam menyampaikan beberapa masukan perbaikan dan mengapresiasi beberapa aktivitas yang sudah berjalan dengan baik.

Secara keseluruhan, monev berjalan dengan lancar. Namun demikian, persentase capaian fisik sampai tengah tahun hibah baru mencapai 36,69%. Artinya belum sampai separuhnya (50%). Oleh karena itu perlu usaha yang lebih keras supaya di akhir tahun nanti menjadi 100%. Harapannya di akhir tahun nanti target maksimal dapat tercapai. (Samsul Zakaria)

Gagasan tentang penyatuan kalender Islam bukanlah ide yang baru. Namun bagaimanapun ide tersebut senantiasa menarik dan sampai saat ini belum sampai pada tataran implementasi. Pro dan kontra tentang upaya penyatuan tersebut juga tidak kalah menariknya. Telah banyak seminar dan diskusi dilakukan baik level regional, nasional, dan bahkan internasional.

7 (2)Untuk level internasional terakhir dilakukan muktamar di Turki. Sebagai respon dari muktamar tersebut dilakukan Seminar Nasional Kalender Islam Global (Pasca Muktamar Turki 2016) di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Medan, Sumatera Barat. Acara dilaksanakan pada Rabu-Kamis, 29 Syawwal-01 Dzulqa’dah 1437 H/03-04 Agustus 2016.

Turut hadir dalam seminar tersebut Anisah Budiwati, SHI., MSI (Dosen Tetap Program Studi Hukum Islam [PSHI]). Sebagai syarat mengikuti seminar tersebut, dia menulis tentang Unifikasi Kalender Hijriyah dalam Aspek Sosiologis. Dia mengatakan bahwa secara sosiologis masyarakat terpecah dalam dua kelompok. Ada yang setuju namun banyak pula yang menolak.

Namun demikian, unifikasi kalender hijriyah dalam konteks akademis menjadi penting sebagaimana kalender masehi. Meskipun memang diperlukan upaya yang lebih termasuk kesepakatan-kesepakatan untuk mencapai tujuan tersebut. Sebagaimana dijelaskan Anisah, bahwa strategi paling mungkin adalah dengan menggunakan metode hisab bukan ru’yah.

“Sebab kalau masih menggunakan ru’yah maka akan terus berbeda,” tutur anggota Asosiasi Dosen Falak Indonesia (ADFI) tersebut. Selama di UMSU, selain menjadi peserta aktif seminar, Anisah juga berkempatan menggunjungi Observatorium Falak Indonesia (OFI). Menurutnya, observatorium tersebut cukup lengkap dan telah menjadi objek studi ilmiah banyak instansi.

Anisah berharap kajian Ilmu Falak di Universitas Islam Indonesia (UII) dapat terus dikembangkan. Alat-alat falak yang ada dapat ditambah lagi dan semestinya ke depan UII memiliki laboratorium atau observatorium falak sendiri. “UMSU yang tidak memiliki kajian ilmu falak secara khusus saja punya observatorium. Oleh karena itu UII yang memang memiliki bidang kajian Ilmu Falak di PSHI seharusnya juga punya,” harapnya. (Samsul Zakaria)