Dr. Zuly Qodir, MSI: Langgarlah Kebiasaan Takut Menulis

Dr. Zuly Qodir, MSI: Langgarlah Kebiasaan Takut Menulis

Program Studi (Prodi) Ahwal Al-Syakhshiyyah Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII) mengadakan Workshop Penulisan Opini di Media Massa. Bertempat di Ruang Sidang FIAI, Kamis 22 Rabi’ul Awwal 1438 H/22 Desember 2016. Hadir sebagai narasumber Dr. Zuly Qodir, MSI., Dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dan Dr. Ibnu Burdah, MA., Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

Zuly Qodir : langgarlah kebiasaan takut menulis

Dalam workshop tersebut, Zuly Qodir menyampaikan Hal Ikhwal Penulisan Ilmiah. Di awal presentasinya, dia menyampaikan bahwa banyak dosen tidak menulis karena penghargaannya kecil. Ada juga yang beralasan atau berkilah bahwa perintah (Quran)-nya membaca bukan menulis. Tidak sedikit yang khawatir kalau tulisannya dianggap jelek. “(Oleh karena itu), langgarlah kebiasaan takut menulis,” tuturnya menyemangati.

Zuly menyarankan supaya jeli untuk membawa keadaan sebagai inspirasi tulisan. Dia mencontohkan, saat ada dinamika pilkada Zuly menulis Teologi Politik Jelang Pilkada di Harian Nasional Kompas. Saat banyak orang ramai-ramai pergi haji karena gengsi dan berulang kali dia mengkritiknya dengan menulis tentang Komersialisasi Haji. “Memang banyak yang marah, tidak setuju (atas beberapa tulisan saya). Tetapi itulah konsekuensi,” ungkapnya.

Dr. Ibnu Burdah, MA., menyampaikan tentang Publikasi di Media Massa. “Menulis itu bukan semata keilmuan tetapi juga mahaarah (kemahiran/skill),” tutur penulis opini yang fokus pada analisis Timur Tengah tersebut. Bagi Burdah, menulis adalah bagian dari tugas mulia untuk kepentingan kemanusiaan. Dia bercerita bahwa untuk menulis sebuah opini tentang timur tengah dia harus mengamati dengan jeli berita-berita di televisi chanel Arab.

Baca juga: Koruptor, bukan Jahat tetapi Tersesat

Dalam sambutannya, Ketua Prodi Ahwal Al-Syakhshiyyah, Prof Dr. Amir Mu’allim, MIS., menyatakan bahwa media berperan mengangkat info yang ada. “Senang atau tidak, ilmiah atau ‘ecek-ecek’, media mempengaruhi perilaku masyarakat,” tuturnya. Amir menegaskan bahwa yang bermanfaat (yuntafa’u) itu bukan sekadar informasi tetapi juga harus berwujud ilmu. Oleh karena itu opini di media massa sebenarnya mewadahi posisi ilmu yang bermanfaat tersebut.

Acara yang diikuti dosen FIAI dan perwakilan mahasiswa tersebut dibuka secara resmi oleh Dekan FIAI, Dr. Tamyiz Mukharrom, MA. Tamyiz mengungkapkan bahwa penulisan (opini) di media tentu berbeda dengan penulisan riset (penelitian). Oleh karena itu diperlukan skill khusus supaya opini dapat dibaca dengan baik. Lanjutnya, berangkat dari hal tersebut perlu belajar dari pakar yang opininya sudah malang-melintang di media nasional. (Samsul)