Dr. Asmuni, MA. Dekan Fakultas Ilmu Agama Islam UII (foto: IPK)

Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII) selenggarakan Sosialisasi dan Pelatihan ProADM untuk pimpinan fakultas, prodi dan tenaga kependidikan. ProADM adalah sistem informasi adminisrasi akademik yang dikembangkan oleh FIAI UII, dan dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas layanan akademik, sehingga mahasiswa bisa melakukan aktivitas akademis dari manapun menggunakan perangkat yang terakses internet.  Sosialisasi dan pelatihan diselenggarakan di Laboratorium Komputer Gedung KHA Wahid Hasyim FIAI UII, Jumat 6 Desember 2024, dihadiri dekan, wakil dekan, ketua program studi dan tenaga kependidikan.

Dr. Asmuni, MA dalam sambutan pembukaan pelatihan dan sosialiasi kemukakan tentang paradigma pelayanan kekinian.
“Semua lembaga, baik yang bergerak bidang jasa atau bidang lainnya, berusaha merubah paradigma pelayanan dari tatap muka menjadi layanan melalui online. Namun ternyata dalam melayani secara online butuh skill tinggi. Bedakan skill dengan ilmu. Untuk itu sebagai aktor pelayanan akademik tentu harus meningkatkan kualitas pelayanan kita, agar pelanggan menjadi puas. Salah satunya kemampuan mengoperasikan aplikasi-aplikasi yang digunakan. Untuk itu marilah kita satukan pesepsi, untuk meningkatkan pelayanan, melalui sosialisasi dan pelatihan kali ini. Tegas bahwa melayani dengan baik adalah salah satu bentuk dari ibadah,” kata Dr. Asmuni.

Apa yang diutarakan Dekan FIAI, mendapatkan gayung sambut dari Prayitna Kuswidianta, Kepala Divisi Administrasi Akademik dan Teknologi Informasi.
“Sosialisasi ProAdm FIAI UII kali ini diselenggarakan untuk ketua program studi dan tenaga kependidikan. Pelatihan pemanfaatan ProADM juga menjaring masukan untuk pengembangan yang selama ini mendorong proses akademis program sarjana, nantinya hingga program magister dan doktor secara menyeluruh,” kata Kuswidianta.

ProADM dikembangkan menilik pada kebutuan FIAI UII untuk menyiapkan proses transformasi dari pola administrasi konvensional menuju digital.  Kesadaran stakeholder akan manfaat dan ProADM, sebagai bentuk upaya peningkatan berkelanjutan, sehingga perlu sosialisasi dan pelatihan secara estafet. Selain pada pelatihan kali ini, sudah diagendakan pelatihan berkelanjutan  seluruh SDM FIAI UII yang bersentuhan dengan proses bisnis lingkup akademik.  Upaya pelatihan berkelanjutan ini, menurut  Wakil Dekan Bidang Sumber Daya FIAI UII,  Dr. H. Nur Kholis, S.Ag, S.E.I., M.Sh.Ec sebagai bentuk upaya transformasi.

“Transformasi digital di lingkungan FIAI terus dilakukan, di antaranya digitalisasi proses akademik dengan sistem informasi ProADM yang sudah diberlakukan, dan terus dilengkapi dan disempurnakan untuk mengakomodasi berbagai perkembangan. Diharapkan dengan Transformasi digital ini semakin meningkatkan kualitas proses akademik yang dilaksanakan sehingga membahagiakan semua stakeholder,” kata  Dr. Nur Kholis. (IPK)

 

Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) Narkotika Kelas IIA Yogyakarta bekerjasama dengan Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII) menggelar acara Wisuda Santri Pesantren At-Tawwabin, Rabu (4/12/2024). Pesantren At-Tawwabin merupakan program internal lapas yang menempati area sisi utara, diselenggarakan sebagai bentuk peningkatan kualitas warga binaan dalam memahami agama secara keilmuan dan penerapan dalam sendi kehidupan.

Wisuda santri diikuti oleh 37 warga binaan Lapas Narkotika Kelas IIA Yogyakarta, sebagai tanda kelulusan dalam mengikuti program terstruktur dan termonitor, dengan pola pendidikan dan penilaian dari FIAI UII. Hadir dalam acara, Porman Siregar SH. MH, selaku Kepala Lapas Narkotika Kelas IIA Yogyakarta, Sidik Pramono, S.Ag., M.Si., selaku Kepala Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Sleman dan Dr Asmuni, Dekan FIAI UII, disaksikan seluruh peserta wisuda dan keluarga dari Warga Binaan Pemasyarakatan.

Dalam sambutannya, Kepala Lapas, Porman Siregar, menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada seluruh santri yang telah menyelesaikan program pendidikan pesantren dengan baik. “Wisuda ini bukan sekadar akhir dari proses pembelajaran, tetapi awal dari perjalanan spiritual yang lebih bermakna,” ungkapnya.

Kepala Kemenag Sleman, Sidiq Pramono, turut memberikan sambutan dengan menekankan pentingnya pendidikan agama sebagai bekal utama dalam menjalani kehidupan yang lebih baik. “Proses pendidikan di Pesantren At-Tawwabin ini merupakan langkah penting dalam membentuk karakter para Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP),” ujarnya.

Dekan FIAI UII, Dr Asmuni juga memberikan pesan inspiratif kepada para wisudawan. Ia berharap ilmu agama yang diperoleh selama di pesantren dapat menjadi landasan untuk membangun masa depan yang lebih baik. “Jangan pernah berhenti belajar dan berbuat baik, karena perubahan selalu dimulai dari diri sendiri. Harus tetap percaya diri menjadi pendakwah di tengah masyarakat, dan ketika sudah menjadi penceramah sampaikan saja ilmu agama ini diperoleh dari lapas. Untuk itu apa yang FIAI UII lakukan, mudah-mudahan bermanfaat. Sinergi FIAI UII dengan Lapas Narkotika Kelas IIA Yogyakarta, justru mampu melahirkan santri-santri yang unggul. Kami tidak mengharap uang, karena ada orang yang banyak amalnya, gagal masuk surga karena kurang ikhlas. Namun ada orang yang sedikit amalnya tapi berhasil masuk surga karena ikhlasnya,” kata Dr Asmuni.

Dari 55 santri, 37 dinyatakan lulus dan berhak mengikuti wisuda secara tatap muka juga melalui layanan TV daring. Serangkaian acara dalam wisuda, juga diisi dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an, hadroh dan kajian tafsir kitab kuning yang disampaikan oleh salah satu peserta wisuda, dalam bentuk ceramah agama. Warga binaan pemasyarakatan pun mampu percaya diri memberikan materi agama kepada hadirin. (IPK)

Short course Penulisan Berbasis Artificial Intelligence (AI) untuk mahasiswa FIAI UII (foto: FIAI)

Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII) menyelenggarakan short course Penulisan Berbasis Artificial Intelligence (AI), diikuti lebih dari 90 peserta, terdiri dari mahasiswa UII dan perguruan tinggi dalam naungan Koordinatorat Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta (Kopertais) Wilayah 3 Daerah Istimewa Yogyakarta.

Short course diselenggarakan di lantai III Gedung KHA Wahid Hasyim FIAI UII Senin dan Selasa, 25-26 November 202. Ketua Panitia kegiatan Ahmad Zubaidi, S.Pd., M.Pd menegaskan bahwa selain paparan materi juga ditingkatkan dengan praktik dan pengecekan plagiasi di Turnitin.

“Dari sisi praktik langsung dengan AI, akan diberikan hadiah untuk tulisan terbaik. Semata memotivasi peserta, meski dari mahasiswa luar UII, tetap kita berikan dukungan dalam menjalin sinergitas yang baik. Untuk memajukan karya tulis di tingkat mahasiswa, hal ini perlu dilakukan sekuat mungkin demi terjaganya integritas dalam penulisan” kata Ahmad.

Selain itu, Ahmad Zubaidi menambahkan bahwa hasil tulisan terbaik dari peserta akan dibantu untuk dimuat di media massa online, jurnal dan media sosial.  Harapannya menjadi contoh bagi masyarakat umum, tentang pemanfaatan AI. Klasifikasi tulisan yang diharapkan menonjol dari peserta berupa opini, cerita motivasi dan karya akademis lainnya.

Setelah hari pertama hadirkan 2 narasumber, pada hari kedua juga bersama 2 narasumber. Hari kedua, diawali paparan Ahmad Ali Azim, S. Pd. I., M. Pd yang merupakan pendiri media dan penerbit Dawuh Guru serta penulis opini pada beberapa media massa ternama.  Disambung paparan narasumber kedua, Yuli Andriansyah, SE., MSI dosen Prodi Ekonomi Islam UII, juga sebagai Editor In Chief Jurnal Millah FIAI UII.

”Menembus media massa nasional, bisa dimulai dengan menggempur dengan tulisan opini ke media lokal. Hal ini karena redaktur media massa akan melakukan cek popularitas nama penulis opini di media online, misal di Google Cendekia, jurnal dan media massa lain. Sehingga nama kita harusnya dikenal dulu secara online,” kata Ali Azim

Tandasnya, sudah saatnya generasi sekarang memanfaatkan teknologi, seperti AI. Namun jangan menggantungkan sepenuhnya dari hasil kerja AI. Sebagian saja, atau dalam upaya untuk mencari ide dan gagasan. Kalau tidak beradaptasi dengan AI bisa makin ketinggalan zaman.

”Saya pernah meramu data, informasi, berita dan sejarah menjadi sebuah bagian dari buku hasil kerja AI. Memang tidak semua perguruan tinggi bisa menerima AI. Ada yang mendorong, ada yang menghindari mahasiswanya menggunakan AI. Namun bagi saya pribadi, AI akan membantu dalam hal kecepatan menyelesaikan penulisan. AI itu pintar, beda pilot meski sama-sama mencari informasi yang sama, hasilnya tetap beda. Sehingga ketika dicek di alat pendeteks plagiasi, cenderung aman, namun ya saat ini, entah nantinya,” kata Ali Azim.

Sesi kedua, Yuli Andriansyah, SE., MSI  yang saat ini juga masih menempuh studi doktor, menjelaskan arti penting AI.
“Artificial Intelligence memiliki peluang untuk membantu umat manusia, termasuk para peserta didik di perguruan tinggi. Sejumlah Lembaga dunia dan pemerintah Indonesia telah membuat petunjuk yang dapat menjadi panduan agar penggunaan AI dapat memberikan manfaat dan tetap sesuai dengan etika. Sudah selayaknya dunia kampus memanfaatkan AI untuk mengakselerasi capaian pendidikan tinggi sembari tetap menjaga etika dan integritas akademik,” kata Yuli

Imbuhnya, kejujuran bagi pengguna AI juga perlu diperhatikan. Bukan berarti ketika sebuah karya yang tidak terdeteksi sebagai hasil kerja AI, lalu mengabaikan aspek transparansi. Transparansi dalam hal ini menyebutkan bahwa karya tulis tersebut juga didapatkan dari perangkat AI.
”Dalam pemanfaatan AI yang menganut mazhab kejujuran. Sekiranya memang dihasilkan dari hasil AI, tetap disebutkan. Meskipun tidak terdeteksi perangkat detektor AI. Bahkan karya tulis yang dihasilkan dari AI tetap perlu sentuhan editing, untuk menyesuaikan gaya penulisan. Intinya etika dan karakter tetap harus benar-benar dijaga dalam dunia pendidikan,” tegas Yuli Andriansyah.

Dalam sesi simulasi, Yuli Andriansyah mencoba memberikan contoh pemanfaatan AI untuk memudahkan mahasiswa menyelesaikan skripsi dan karya ilmiah. Simulasi memberikan gambaran pola penggunaan AI yang benar dan etis, serta penggunaan AI yang bersifat mengelabuhi karena tidak akan dideteksi sebagai karya dari AI. Namun dalam paparan penutupan, Yuli memastikan yang hadir tetap harus berpegang teguh pada etika, ketika memanfaatkan AI.

Sebelum short course ditutup, Ahmad Zubaidi membagikan hadiah senilai 1 juta rupiah kepada peserta yang mampu menjawab 10 pertanyaan mengenai materi yang disampaikan oleh 4 narasumber selama 2 hari. (IPK)

Short course Penulisan Berbasis Artificial Intelligence di FIAI UII (foto: FIAI)

Artificial Intelligence (AI) menjadi topik utama berbagai forum diskusi pada kampus di Indonesia. Terutama karena kemajuan teknologi berbasis AI dapat dimanfaatkan untuk memudahkan mahasiswa yang sedang menempuh studi. Begitu juga dengan Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII) mengadakan short course Penulisan Berbasis Artificial Intelligence (AI) untuk mahasiswa, Senin dan Selasa, 25-26 November 2024. Selain diikuti mahasiswa UII, short course penulisan juga diikuti mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi yang tergabung dalam Koordinatorat Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta (Kopertais) Wilayah 3 Daerah Istimewa Yogyakarta.

Short course penulisan diselenggarakan di lantai III Gedung KHA Wahid Hasyim FIAI UII, dihadiri juga oleh Wakil Dekan Bidang Keagamaan, Kemahasiswaan dan Alumni,  Dr. Muhammad Roy Purwanto, S.Ag., M.Ag sekaligus sebagai pembuka acara.
”AI itu cerdas, perintah yang sama bisa memberikan hasil yang berbeda, termasuk dalam tulisan. AI dapat dimanfaatkan untuk berbagai bidang, selain menulis untuk opini, media massa juga tentu karya ilmiah. Jangan sampai ketinggalan dengan teknologi AI, ketika mahasiswa yang lain sudah mahir dengan AI, maka yang hadir di sini harus bisa segera beradaptasi dengan kemajuan AI.  Kita harus ingat, apa kata Imam Al-Ghazali, yaitu kalau kamu bukan anak ulama besar, bukan pula anak seorang raja, maka menulislah,” kata Muhammad Roy.

Menurut Muhammad Roy, dengan karya tulis akan  dapat memberikan dampak positif kepada masyarakat. Meski penulisnya telah tiadapun, nanti puluhan bahkan ratusan tahun jejak penulis akan tetap dikenang generasi-generasi setelahnya.
Tambahnya, dengan workshop selama 2 hari ini, diharapkan peserta dapat menulis dengan teknologi AI untuk kepentingan penulisan artikel, opini, cerpen di berbagai media. Tentu bisa dikembangkan untuk karya tulis ilmiah dan buku.

Hari pertama short course, FIAI UII hadirkan 2 narasumber. Pertama, Hendrik, S.T., M.Eng dosen dan penggiat AI dari FTI UII. Kedua, Muhammad Luthfi Hamdani, S.M., M.M dosen Politeknik Akbara Surakarta sekaligus penulis cerpen dan pemilik penerbitan buku.

Pada hari kedua, 2 narasumber  dari internal UII dan eksternal. Narasumber pertama, Ahmad Ali Azim, S. Pd. I., M. Pd. pendiri media dan penerbit Dawuh Guru. Narasumber kedua, Yuli Andriansyah, SE., MSI dosen Prodi Ekonomi Islam UII, juga sebagai Editor In Chief Jurnal Millah FIAI UII.

Narasumber perdana, mengawali shortcourse yakni Hendrik, S.T., M.Eng FTI dosen Prodi Informatika UII, yang merupakan penggiat AI untuk berbagai kemanfaatanHendrik mengangkat materi The Role of Artificial Intelligence in Writing.
Artificial Intelligence sebenarnya sudah ada sejak lama. Adalah John Mc Carthy menciptakan istilah Artificial Intelligence pada tahun 1950-an.Tentu saja, AI dimaksudkan untuk ramah, dan menavigasi dunia yang dibangun untuk manusia,” kata Hendrik yang sedang menempuh studi doktor ini.

Menurut Hendrik, AI bisa dimanfaatkan untuk beberapa kepentingan, karena perannya begitu nyata. Pertama, brainstorming and idea generation. Bahwa setiap orang bisa memanfaatkan AI karena  handal dalam proses data dalam jumlah besar, juga  untuk meraih ide-ide baru yang mungkin belum terpikirkan selama ini. Kedua, writing assistant yaitu untuk meningkatkan kulitas penulisan, memperbaiki salah tulis dan tata bahasa, utamanya agar sesuai dengan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan). Ketiga, Literature Finder and Reference Tracker , untuk membantu menelusuri sitasi, keterkaitan sumber penulisan dan kejelasan rujukan referensi. Keempat, data processor and analyst, memudahkan proses pengolahan data dan analisis, misal di SPSS ada kesulitan proses input seperti preparasi, tapi dengan AI dari file Microsoft Excell pun bisa nemukan solusi.

“Bahkan ada yang menggunakan AI sebagai teman curhat. Setiap saat chat dengan AI ketika ada masalah hidupnya,” kata Hendrik untuk memecahkan suasana.

Narasumber kedua di hari pertama, Muhammad Luthfi Hamdani, S.M., M.M  mengawali paparan dengan dasar pemahama tentang cerita pendek (cerpen), sebelum membahas pemanfaatnya AI.

“Cerpen itu hanya menggambarkan kisah pendek, konflik singkat. Beda dengan novel yang melibatkan banyak konflik dan tokoh, dengan kisah yang tidak pendek lagi.  Cerpen jadikan sebagai pendidikan karakter dalam karya sastra, bentuk metafor tidak bersifat menggurui. Orang tidak suka digurui dan didekte,” kata Muhammad Luthfi.

Muhammad Luthfi tambahkan kalau dalam menulis cerpen bisa berangkat dari value dan pesan moral yang akan diangkat. Apa kondisi dari sekitar penulis yang akan ditulis. Kemudian, valuenya justru dari tokoh-tokoh dengan karakter yang diangkat menjadi sebuah cerita bermakna.  Sehingga cerpen bisa dikembangkan dari masalah hidup nyata.

“Cerpen yang paling penting ada gaya cerita, itu menjadi penting di beberapa media cetak ternama saat ini. AI dapat membantu dalam brainstrormingnya, plotingnya dan seting juga ide. Namun sebaiknya memang tetap menjaga gaya khas penulisnya. Jangan seluruhnya dari AI. Ini bukan saya katakan menolak AI, tapi jangan menaruh seluruh tulisan bergantung dari AI,” kata Muhammad Luthfi. (IPK)

Dr. Nur Kholis, SEI., M.Sh.Ec

Menurut  Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah V melalui laman www.lldikti5.id, per November 2024 ada 101 perguruan tinggi swasta di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Dari 101 perguruan tinggi swasta DIY, terdapat 788 program studi dari berbagai bentuk kelembagaan, yakni akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, universitas dan akademi komunitas. Secara nasional, menurut Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi pada laman www.pddikti.kemdikbud.go.id, saat ini ada 4408 perguruan tinggi di Indonesia. Menyadari kondisi persaingan yang kian ketat ini, FIAI UII menyelenggarakan pelatihan untuk efektifkan hasil kerja dan efisiensikan proses, dalam rangka dorong daya saing dari aspek sumber daya.

Pelatihan diselenggarakan di Gedung Wahid Hasyim FIAI UII selama 2 hari, Senin  (18/11/2024)  dan Kamis  (21/11/2024) diikuti seluruh tenaga kependidikan di lingkungan FIAI UII. Hadir sebagai narasumber tim dari Badan Sistem Informasi UII dan Kepala Divisi Administrasi Akademik dan Teknologi Informasi FIAI.

Dr. Nur Kholis, SEI., M.Sh.Ec, Wakil Dekan Bidang Sumber Daya FIAI UII dalam sambutan penutupan pelatihan  sampaikan pesan kepada peserta pelatihan.
“Ilmu yang diraih dalam 2 hari pelatihan ini, harus diamalkan. Ilmu yang tidak diamalkan seperti pohon yang tak berbuah. Ciri ilmu bermanfaat adalah diamalkan. Nantinya jangan malu bertanya kepada teman yang lain, jika ada yang belum dipahami dari pelatihan ini. Jadi jangan malu-maluin, artinya sudah tidak tahu, malu bertanya pula. Sesama tenaga kependidikan mari ikhtiar bersama ke depannya, jangan hanya berhenti pada pelatihan ini,” kata Nur Kholis.

Nur Kholis melengkapi sambutannya, bahwa tenaga kependidikan harus memastikan betul adanya peningkatkan kapasitas diri, serta kinerja yang lebih efisien tapi lebih maksimal.  Tenaga kependidikan sudah saatnya membiasakan diri bekerjasama dengan platform, untuk mendorong kualitas teamwork. Ini zamannya kerja dengan platform.

Tenaga kependidikan FIAI UII yang terdiri dari 3 prodi program sarjana, 1 program magister dan 1 program doktor mengikuti pelatihan dengan tema Optimasi Google dan Microsoft Office. Narasumber pertama pada hari pertama dari  Badan Sistem Informasi UII hadirkan materi optimalisasi dan otomatisai dari fitur Google untuk mendukung transformasi dokumen, mulai dari dokumen teks menjadi web secara otomatis dalam 1 detik. Selain itu, juga mengetengahkan berbagai fitur otomatisasi Google untuk mendukung proses administrasi digital.

Narasumber kedua pada hari kedua, Prayitna Kuswidianta, Kepala Divisi Administasi Akademik dan Teknologi Informasi FIAI UII mengulas tema otomotisasi dan pengolahan data akademik dan administrasi dengan Microsoft Excell. Materi terdiri dari 5 sesi bahasan, diawali dari formula proses data hingga otomatisasi lembar kerja multi platform untuk sajikan presentasi visualisasi kaedah statistik. Kelima materi mencoba memudahkan proses olah data untuk berbagai kepentingan tenaga kependidikan sesuai posisi struktural dan fungsional. (IPK)

Luluk Raih IPK 4,0 dan Pin Emas UII, Tempuh Program Magister 1 Tahun 7 Bulan di FIAI

Luluk Makrifatul Madani mahasiswa Program Magister Ilmu Agama Islam, Fakultas Ilmu Agama Islam Indonesia (FIAI), Universitas Islam Indonesia (UII)  berhasil meraih indeks prestasi komulatif 4.0 sekaligus menyabet Pin Emas UII. Pin Emas UII merupakan penghargaan yang diberikan kepada mahasiswa yang telah menyelesaikan masa studi sesuai batas waktu dengan indeks prestasi kumulatif sempurna yaitu 4.0. Pin Emas diserahkan oleh rektor kepada wisudawan pada gelaran Wisuda UII.

Luluk Makrifatul Madani mahasiswa Program Magister Ilmu Agama Islam angkatan tahun 2023, dan wisuda tanggal 27 Juli 2024, di Auditorium Prof. K.H. Abdul Kahar Mudzakkir. Wisuda UII Periode VI Tahun Akademik 2023/2024 ini, mewisuda 970 lulusan terdiri dari 2 doktor, 78 magister, 868 sarjana, 18 sarjana terapan, dan 4 ahli madia. Tercatat hingga periode kelulusan ini UII telah memiliki 127.042 alumni.

Luluk merupakan anak dari pasangan guru di Purworejo. Ayahnya, Supriyatno Jati Riyanto merupakan purna tugas PNS guru. Ibunya, Marwiyah saat ini masih PNS guru.
“Alhamdulillah saya bisa lulus program magister di FIAI UII selama 1 tahun 7 bulan. Semua ini berkat dukungan Program Magister FIAI UII yang memberikan program-program yang luar biasa untuk membantu mahasiswa seperti saya agar lulus tepat waktu.  Banyak sih, misal seperti pada saat awal seleksi menjadi mahasiswa baru, sudah  diwajibkan untuk membuat rencana tesis sehingga sudah nyicil dengan rancangan. Termasuk saya, dari awal sudah dibimbing memikirkan rencana tesis, dan bagaimana cara menyelesaikan dengan waktu yang tersisa, ke depannya,” kata  Luluk

Tambahnya, Luluk juga berusaha mengembangkan hasil dari rancangan tesis yang disusun sejak semester awal kuliah program magister.  Setelah matang dengan rancangannya, Luluk berusaha rutin konsultasikan rencana tesisnya, utamanya saat mengikuti mata kuliah metodologi penelitian. Hasil dari rutin melakukan konsultasi ini, Luluk  mampu ajukan seminar proposal pada semester 2.  Menurutnya, salah satu pendorong wawasan dan matangnya perencanaan tesis adalah karena dukungan FIAI UII dan Program Tesis Camp dari Magister FIAI UII untuk menambah wawasan dan mencari solusi dari persoalan tesisnya.

”Selama perkuliahan saya bersungguh-sungguh supaya mendapatkan nilai yang maksimal dan tidak mengulang mata kuliah sehingga dapat lulus tepat waktu. Selama masa perkuliahan saya juga menyicil mengerjakan tesis sehingga ketika selesai semua mata kuliah tesis saya juga selesai,” kata Luluk (IPK)

 

Diskusi Lintas Umat Beragama di Gedung KHA Wahid Hasyim FIAI UII

Berawal dari ungkapan Menteri Agama Republik Indonesia (RI), Yaqut Chalil Qoumas, 23 Februari 2024 pada Rapat Kerja Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam bertajuk ‘Transformasi Layanan dan Bimbingan Keagamaan Islam sebagai Fondasi Pembangunan Nasional yang Berkelanjutan’ dengan pernyataannya, “Kita sudah sepakat sejak awal, bahwa KUA ini akan kita jadikan sebagai sentral pelayanan keagamaan bagi semua agama. KUA bisa digunakan untuk tempat pernikahan semua agama”, Tim Peneliti PKHBI FIAI UII melakukan penelitian berkaitan model kebijakan pencatatan perkawinan inklusif di Kantor Urusan Agama (KUA) yang dapat melayani semua agama.

Selain itu, dalam pernyataan lainnya, Menteri Agama RI Yaqut Chalil Qoumas juga mendukung inklusivitas dalam pelayanan publik dengan semangat mendorong reformasi birokrasi di Kementerian Agama RI agar lebih inklusif, termasuk gagasan untuk menjadikan KUA sebagai tempat pencatatan perkawinan untuk semua agama. Menurut Yaqut Chalil, inisiatif ini adalah bagian dari upaya untuk menghapus diskriminasi dan memastikan layanan yang setara bagi semua warga negara, tanpa memandang agama.

Menindaklanjuti ungkapan Menteri Agama RI Yaqut Chalil Qoumas,  Tim Peneliti PKBHI FIAI UII melakukan penelitian dengan tema ‘Model Pengembangan Kebijakan Inklusif Pencatatan Perkawinan Semua Agama di Kantor Urusan Agama Indonesia’. Peneliti terdiri dari dari 3 dosen yakni Dr. Mukhsin Achmad M.Ag, Krismono, S.HI., M.SI dan Dr. Anisah Budiwati, S.H.I., M.S.I.

Dalam upaya mendukung penelitiannya, telah diselenggarakan 2 kegiatan FGD (Focus Group Discussion). FGD pertama diselenggarakan beberapa minggu lalu menghadirkan unsur KUA dari beberapa kota di Indonesia. FGD kedua, diselenggarakan hari ini menghadirkan 5 perwakilan umat beragama, yakni dari Islam, Hindu, Budha, Kristen dan Katolik yang tergabung di SRILI (Srikandi Lintas Iman) dan FKUB Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB).

FGD yang diselenggarakan di Gedung KHA Wahid Hasyim FIAI UII Kamis (26/9/2024) dengan moderator Muhammad Miqdam Makfi, Lc., MIRKH, mendengarkan paparan untuk menjadi masukan penelitian. Pemikiran dan pandangan juga disampaikan oleh Didik Widya Putra, SE. MM dari Pembimas Hindu Kanwil Kemenag DIY. Dari penganut Kristen disampaikan oleh Pendeta Heru Sumbodo, Jemaat di GKJ Maguwoharjo, Sleman, serta umat beragama lainnya diberikan kesempatan menyampaikan pandangan atas wacana optimalisas peran KUA ini.

Dr. Mukhsin Achmad,M.Ag salah satu anggota dari Tim Peneliti PKBHI FIAI UII, paparkan harapan atas adanya penelitian ini.
”Harapan dari penelitian ini adalah terbentuknya model kebijakan pencatatan perkawinan inklusif di KUA yang dapat diimplementasikan secara nasional. Juga, teridentifikasinya hambatan regulasi dan sosial serta solusi yang efektif untuk mengatasinya. Kesiapan KUA dalam melayani pencatatan perkawinan lintas agama, dengan infrastruktur yang memadai dan sumber daya manusia yang terlatih. Terakhir, peningkatan kesetaraan dalam pelayanan publik dan harmonisasi sosial melalui kebijakan inklusif ini,” kata Dr Mukhsin.

Dari sisi tujuan penelitian, Dr Mukhsin juga sebut perlunya pengembangkan model kebijakan pencatatan perkawinan inklusif di KUA yang dapat melayani semua agama.
”Perlunya mengevaluasi kesiapan infrastruktur dan sumber daya manusia di KUA untuk mendukung kebijakan ini,” kata Dr  Mukhsin.

Anggota Tim Peneliti PKBHI UII yang lain, Dr. Anisah Budiwati menambahi, bahwa setelah terselenggaranya 2 kali FGD ini, akan dilakukan observasi lapangan di Pulau Bali. Hal ini untuk melihat kondisi nyata dalam ranah implementasinya. (IPK)

Alissa Wahid narasumber Muktamar Pemikiran KH. Hasyim Asy’ari di FIAI UII (foto: IPK)

Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid, S.Psi., M.Psi yang juga dikenal dengan panggilan Alissa Wahid, anak pertama Gus Dur (Mantan Presiden RI, Abdurrahman Wahid) menjadi narasumber Muktamar Pemikiran KH. Hasyim Asy’ari tentang Pesantren dan Pemberdayaan Masyarakat yang diselenggarakan di Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII). Alissa Wahid yang merupakan Koordinator Gusdurian Indonesia menyampaikan mengenai pesantren dan pemberdayaan masyarakat berkaca dari kiprah KH. Hasyim Asy’ari yang dilanjutkan oleh penerusnya KH. A. Wahid Hasyim, dan KH. Abdurrahman Wahid. Dihadiri 300 peserta, muktamar diselenggarakan di Gedung Wahid Hasyim FIAI UII, Jumat (21/9/2024) kerjasama FIAI UII dengan Ikatan Keluarga Alumni Pesantren Tebuireng (IKAPETE) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

“Kegiatan-kegiatan seperti ini dilakukan secara masif, supaya kita mendapatkan kekayaan pandangan dari berbagai sudut. Barangkali kita yang hadir di UII melihat dari sisi yang ini, yang ini, lalu teman-teman yang melihat akan membahas dari sisi yang berbeda. Itu akan menambah kekayaan pemahaman kita atas teladan Hadratussyaikh KH. Hasyim Ashari,” kata Allisa

Alissa Wahid tambahkan kalau ingin meneladani seorang tokoh ada 3 hal. Pertama, karakter atau wataknya. Kedua, pemikirannya. Ketiga, gerakannya.

“Yang dominan dalam pemikiran  KH. Hasyim Asy’ari  adalah ukhuwah. Islam sebagai rahmat wujudnya harus riil, apalagi rahmatnya bukan lagi lil muslimin tapi rahmatan lil alamin. Jadi ini dirasakan di berbagai ruang. Untuk itu betul bahwa KH. Hasyim Asy’ari  pendidikan akhlak menjadi prioritas utama, tetapi juga yang kedua pesantren adalah tempat mencetak alim yang juga arif yang hidup di dalam masyarakat dan memimpin masyarakatnya, menjadi jujukan. Jadi pesantren tidak hanya menjadi lembaga pendidikan tetapi juga menjadi lembaga masyarakat dan lembaga pemberdayaan masyarakat. Bahkan pada zaman beliau menjadi locus perjuangan,” kata Alissa Wahid.

Menurutnya, Hadratussyaikh KH. Hasyim Ashari fokusnya memang ukhuwah Islamiyah atau persaudaraan Islam. Dalam banyak tulisan KH. Hasyim mengangkat tentang persatuan Islam. Seperti yang disampaikan oleh KH Abdul Hakim Mahfudz membahas Hadratussyaikh KH. Hasyim Ashari menjembatani antara kelompok-kelompok Islam di Indonesia, dan KHA Wahid Hasyim kuat di ukhuwah wathoniyah. Beliau sebagai salah satu pendiri Republik Indonesia harus mendudukan keislaman sebagai motor atau penggerak dalam kebangsaan,

“Pernah ada tulisan KH. Hasyim Asy’ari dimuat pada Koran Soeara Moeslimin tahun 1944 yang mengutip Imam Mawardi bahwa dunia akan tertib bila 6 hal bisa dijaga. Satu, ajaran agama ditaati. Kedua, pemerintah yang berpengaruh, kalau pemerintah yang berpengaruh berarti bicara soal apakah rakyat percaya pada pemerintahnya. Pemerintahnya yang dipercaya. Ketiga, keadilan yang merata. Keempat, ketentraman yang meluas. Kelima, tanah yang dikuasai atau kedaulatan rakyat atas tanah kalau istilah zaman sekarang. Keenam, cita-cita yang luhur. Jadi ada visi kedepan yang ingin diwujudkan,” kata Alissa.

Imbuhnya, ketika Mbah KH. Hasyim Ashari membawa 6 hal itu dalam tulisan tentang pertanian dan petani, bisa dilihat bahwa sebetulnya pesantren tidak diletakkan sebagai institusi yang kemudian punya jarak dengan masyarakat tetapi justru pesantren menjadi jujukan masyarakat. Justru pesantren harus responsif terhadap masyarakat.

Selain Alissa Wahid, penyelenggara FIAI UII dan IKAPETE juga hadirkan narasumber lain yakni KH Abdul Hakim Muhfudz, Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Prof. Zuhri UIN Sunan Kalijaga, Dr. Arif Akhyat Universitas Gajah Mada dan Dr. Muhammad Roy Purwanto Universitas Islam Indonesia.

Di UII, Alissa Wahid juga menandatangani prasasti gedung KHA Wahid Hasyim yang tempati FIAI. Alissa Wahid merupakan cucu dari KHA Wahid Hasyim, nama yang digunakan Yayasan Badan Wakaf UII untuk gedung yang digunakan FIAI. (IPK)

FIAI UII Tuan Rumah Muktamar Pemikiran KH Hasyim Asy’ari (foto: IPK)

Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII) bekerjasama dengan Ikatan Keluarga Alumni Pesantren Tebuireng (IKAPETE) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) selenggarakan Muktamar Pemikiran KH. Hasyim Asy’ari tentang Pesantren dan Pemberdayaan Masyarakat. KH. Hasyim Asy’ari  merupakan pendiri ormas keagamaan Islam Nahdlatul Ulama (NU). Muktamar diikuti oleh 300 peserta dari unsur pengurus pondok pesantren, alumni santri Pondok Pesantren Tebuireng, mahasiswa dan dosen UII di Auditorium Gedung KHA.Wahid Hasyim FIAI Kampus Terpadu UII Jl. Kaliurang KM. 14,5 Sleman, Jum’at (20/09/2024).

Muktamar menghadirkan 5 narasumber, KH Abdul Hakim Mahfudz, Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid, S.Psi., M.Psi., Prof. Zuhri, UIN Sunan Kalijaga, Dr. Arif Akhyat dari UGM dan Dr. Muhammad Roy Purwanto dari UII.

Rektor UII, Prof Fathul Wahid ST, MSc, PhD salam sambutan pembukanya, menyampaikan kaitan UII dengan KH. Hasyim Asy’ari.

”UII rumah besar bagi keragaman pemikiran Islam. “UII yang sebelumnya bernama Sekolah Tinggi Islam (STI) merupakan kampus nasional pertama di Indonesia yang didirikan oleh para tokoh bangsa dalam Masyumi atau Majelis Syuro Muslimin Indonesia yang waktu itu ketuai oleh KH. Hasyim Asy’ari, yang mana sebelumnya bernama Majelis Islam A’la Indonesia disingkat MIAI,” kata Prof Fathul.

Imbuhnya, Masyumi ini merupakan organisasi yang didirikan waktu Jepang yang menggantikan MIAI. Dalam sidang Masyumi beberapa organisasi agama, salah satunya Nahdlatul Ulama. Salah satunya ada KH. A. Wahid Hasyim dan KH. A. Wahab Hasbullah, dan mbah Wahid  Hasyim termasuk yang memberikan sambutan ketika  Sekolah Tinggi Islam dibuka 8 Juli tahun 45  mewakili Masyumi. Saya masih menyimpan beritanya, di Harian Asia Raya tanggal 9 Juli 1945,”

Sebagai keynote speaker, KH Abdul Hakim Muhfudz yang merupakan pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jawa Timur, membuka diskusi dengan paparannya.
“Apa yang saya sampaikan ini cukup panjang sebetulnya, jadi ini satu perjalanan panjang Hadratussyaikh. Kita bisa lihat dari turats atau buku peninggalan beliau, ada di Tebuireng. Bahkan sekarang ada di sini kumpulan tulisan beliau, kitab Irsyadus Sari. Setiap tulisan beliau merupakan sebuah harokah atau pergerakan yang merespon dari fenomena sosial yang saat itu terjadi. Salah satunya bejudul Dhaul Misbah sebuah kitab tentang perkawinan yang merespon banyak masyarakat yang tidak paham mengenai perkawinan.

KH Abdul Hakim Mahfudz yang hadir bersama istri, menambahni bahwa KH. Hasyim Asy’ari yang layaknya dikagumi yakni dengan dengan keilmuan yang besar tapi mampy menuliskan kitab yang sangat sederhana, sangat tipis. Hal itu karena ternyata hukum-hukum perkawinan itu ada di buku-buku tebal, dan masyarakat tidak memahaminya. Selain itu, Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari dengan kemampuan keilmuannya mampu mengumpulkan semua umat Islam  yang beda faham dalam 1 majelis. Masalahnya saat ini yang 1 paham saja sering berdebat. Ini perlu menjadi muhasabah, apa yang harus dilakukan.

Di sela acara muktamar, diselenggarakan penandatanganan prasasti gedung oleh Alissa Wahid. Prasasti akan disematkan pada Gedung KHA Wahid Hasyim yang tempati FIAI UII. Alisa Wahid merupakan cucu dari KHA Wahid Hasyim, nama yang digunakan Yayasan Badan Wakaf UII untuk gedung yang digunakan FIAI. (IPK)

Rektor UII Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D di FIAI dalam sambutan muktamar (foto:IPK)

Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia bekerjasama dengan  Ikatan Keluarga Alumni Pesantren Tebuireng (IKAPETE) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyelenggarakan Muktamar Pemikiran KH. Hasyim Asy’ari tentang Pesantren dan Pemberdayaan Masyarakat yang diselenggarakan di Gedung KHA. Wahid Hasyim Kampus Terpadu UII pada Jum’at (20/9/2024). Sebagai narasumber  dalam acara muktamar yakni  Alissa Wahid, Koordinator GusDur-ian, KH Abdul Hakim Mahfudz, Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Prof. Zuhri UIN Sunan Kalijaga, Dr. Arif Akhyat Universitas Gajah Mada dan Dr. Muhammad Roy Purwanto Universitas Islam Indonesia.

Acara dibuka oleh Rektor UII Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D sekaligus memberikan sambutan pembuka.
”UII rumah besar bagi keragaman pemikiran Islam. “UII yang sebelumnya bernama Sekolah Tinggi Islam (STI) merupakan kampus nasional pertama di Indonesia yang didirikan oleh para tokoh bangsa dalam Masyumi atau Majelis Syuro Muslimin Indonesia yang waktu itu ketuai oleh KH. Hasyim Asy’ari, yang mana sebelumnya bernama Majelis Islam A’la Indonesia disingkat MIAI.”

Rektor tambahkan bahwa Masyumi ini merupakan organisasi yang didirikan waktu Jepang yang menggantikan MIAI. Dalam sidang Masyumi beberapa organisasi agama, salah satunya Nahdlatul Ulama. Salah satunya ada KH. A. Wahid Hasyim dan KH. A. Wahab Hasbullah, dan mbah Wahid  Hasyim termasuk yang memberikan sambutan ketika  Sekolah Tinggi Islam dibuka 8 Juli tahun 45  mewakili Masyumi. Saya masih menyimpan beritanya, di Harian Asia Raya tanggal 9 Juli 1945.

”Selain Nahdlatul Ulama, ada dari Muhammadiyah, Perserikatan Umat Islam, dan Kaum Nasionalis yang mendirikan STI atau UII merupakan kampus pertama di Indonesia yang tidak lepas dari sumbangsih pemikiran dan pergerakan KH. Hasyim Asy’ari.” kata Prof Fathul.

Imbuhnya pada saat itu hadir pula  dari Muhammadiyah diantaranya ada KH. Mas Mansyur, Ki Bagus Hadikusumo. Ada yang dari Perikatan Umat Islam, PUI. Wakilnya adalah KH. Abdul Halim yang memiliki Pondok Pesantren di Majalengka namanya Pondok Pesantren Mufidah Santri Asromo yang masih memakai bahasa Arab kuno. Kemudian juga ada KH. Ahmad Sanusi. Kemudian tokoh-tokoh nasionalis, Mr. Mohammad Yamin, Mohammad Roem, dan lain-lain. Termasuk ada perwakilan dari pemerintah Jepang saat itu Kementerian Agamanya, ada 3 yaitu KH. Muhammad Adnan, Prof. KH. Abdul Kahar Muzakir, KH. Imam Zarkasy. Sehingga UII sejak awal terbuka tentang keberagaman pemikiran Islam. Saat itu, para pendahulu, sabiqunal awalun dalam konteks UII ini mengedepankan persamaan dan mengesampingkan perbedaan.

“Kalau tanpa itu saya yakin, Sekolah Tinggi Islam atau Universitas Islam Indonesia tidak akan pernah berdiri. Dan itu tidak terlepas dari pemikiran para pendahulu termasuk pendiri Nahdlatul Ulama, Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari yang pemikirannya melampaui zamannya. Mudah-mudahan kita dapat gunakan untuk menjemput masa depan dengan optimisme, itu yang penting. Pemikiran Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari bisa kita kontekstualisasi, bukan untuk kembali ke masa lampau tapi untuk menjemput masa depan yang lebih baik. Peradaban Indonesia yang lebih bermartabat, peradaban Islam yang lebih bermanfaat. Menjadi tuan rumah peradaban di depan peradaban lain,” tukas Prof Fathul

Muktamar dihadiri sekitar 300 peserta terdiri dari pengurus pondok pesantren, alumni santri Pesantren Tebuireng Jatim, pengurus Ikatan Keluarga Alumni Pesantren Tebuireng (IKAPETE, mahasiswa dan dosen UII. (IPK)