Koordinator Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta Wilayah III Daerah Istimewa Yogyakarta (Kopertais DIY) selenggarakan workshop bertema “Pengembangan Kelembagaan serta Redesain Kurikulum Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta (PTKIS)” selama 2 hari, 10-11 Desember 2025. Workshop hari pertama diselenggarakan di Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia (FIAI UII). Hari kedua di Fakultas Agama Islam Universitas Ahmad Dahlan (FAI UAD). Hadir sebagai narasumber di hari pertama workshop, Dr. Andi Prastowo, M.Pd.I dari UIN Sunan Kalijaga, dan Dr. Nur Kholis, SEI., M.Sh.Ec dari FIAI UII.

Dekan FIAI UII sebagai tuan rumah di hari pertama, membuka acara dengan sambutan.
“Sebagai tuan rumah pada kali ini, tentu kami sangat senang dikunjungi oleh bapak ibu. Apalagi tema kita pada hari ini cukup strategis. Ada dua kata kunci saya kira. Pertama, pengembangan kelembagaan kemudian yang kedua adalah redesain kurikulum yang saya tahu pasti bahwa narasumber kita ini sangat luar biasa dalam hal ini. Sehingga kesempatan ini adalah merupakan kesempatan emas, bapak ibu bisa aktif untuk mengikuti kegiatan ini,” kata Dr. Asmuni.

Dalam kesempatan ini hadir pula, Dr. Arifi, M.Ag, Sekretaris Kopertais Wilayah III DIY memberikan pengarahan.
“Sekarang ini kita ada workshop pengembangan kelembagaan dan redesain kurikulum. Sekali lagi saya mewakili Kopertais atau Kementerian Agama berharap kepada bapak ibu pimpinan PTKIS di wilayah DIY untuk kita bersama-sama bagaimana dalam pengembangan kelembagaan. Kemudian kita sampaikan dalam konteks tata kelola bagaimana menuju perguruan tinggi yang clean and good governance,  tata kelola yang bagus juga bersih. Kemudian juga dalam kerangka untuk meningkatkan dari aspek kelembagaan. Ada LBM khususnya pengawal mutu, tentunya ada pengawas internal kemudian, ada lembaga-lembaga pendukung dari kegiatan kampus secara keseluruhan,” katanya.

Lebih lanjut, Dr. Arifi jelaskan workshop ini sebagai pencerahan kepada semua PTKIS, karena OBE  (Outcome-Based Education) adalah paradigma pendidikan secara global. Seluruh dunia akan menggunakan paradigma pendidikan berbasis luaran. Bahkan sampai untuk melihat kampus ini baik, juga kualitas baik maka salah satu acuannya dalam konteks menyusun dan mengimplementasikan kurikulum sampai proses perkuliahannya hingga hasilnya. Sehingga OBE menjadi sangat penting agar menjadikan pembelajaran berbasis luaran.

Memasuki sesi pemaparan dari narasumber, diawali oleh Dr. Andi Prastowo, M.Pd.I dari UIN Sunan Kalijaga.
“Kita bisa bertemu di majelis yang mulia ini untuk satu kegiatan penting yang saya kira ini menjadi momentum yang penting sekali. Apalagi ketika ingin lembaga kita ke depan semakin berdaya saing unggul. Berdaya saing dan unggul, karena kata kunci unggul itu untuk instrumen akreditasi 2.0 dan 3.0, mensyaratkan implementasi OBE secara komprehensif. Bahkan di kriteria 6 ada 21 butir bicara tentang kurikulum dan bagaimana implementasinya,” kata Dr Andi.

Menurutnya, syarat akreditasi unggul harus meraih skor 3.5. Ngerinya kalau tidak tercapai berarti akreditasi cuma berstatus terakreditasi. Kegiatan kali ini menjadi sangat penting, urgent untuk tindak lanjuti bersama juga untuk dicermati bersama.Hal ini karena instrumen akreditasi 2.0 yang baru saja lahir belum genap 1 tahun, implementasi kurang dari 1 tahun per 2 Desember 2025, sudah muncul instrumen akreditasi program studi 3.0 jika mau reakreditasi dengan 2.0 masih diberi kesempatan sampai 1 Maret 2026. Tapi akreditasi 2.0  juga menuntut penggunaan OBE. Sehingga tidak bisa main-main.

“Kalau bapak ibu mungkin sekarang sudah punya kurikulum, ditempeli di situ OBE. Kalau dulu bisa seperti itu, tapi sekarang kalau tidak ada implementasinya dan  tidak bisa membuktikan, maka tidak akan bisa tercapai skor akreditasi unggul. Nanti ada unggul 3 tahun, ada unggul 5 tahun. Kalau unggul 3 tahun itu istilahnya capek keluar uang lebih banyak. Kalau bisa 5 tahun sekali,” kata Dr Andi.

Narasumber kedua, Wakil Dekan Bidang Sumber Daya FIAI UII,  Dr. Nur Kholis, SEI., M.Sh.Ec, sekaligus sebagai Ketua Forum Komunikasi Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta (Forkom PTKIS) wilayah DIY, juga Pengurus MUI Sleman, serta Pengurus BASYARNAS DIY.

“Kebetulan di UII itu sudah lama ikut AUN QA. Jadi yang sangat getol menggunakan OBE itu adalah AUN QA, sehingga memang UII karena dari awal  banyak mengacu ke AUN QA. Di UII sudah banyak yang tersertifikasi AUN QA. Dampaknya di UII sudah lama berusaha kurikulumnya adalah OBE sudah lama. Sehingga ketika Prodi Ekonomi Islam yang baru 2025, yang tahun 2021 kurikulumnya sudah OBE. Nah, alhamdulillah kalau di UII ini yang akreditasi sudah unggul 65,08%. Kemudian kalau di FIAI, alhamdulillah di bawah bimbingan Pak Dekan sudah 80% unggul. Alhamdulillah, dan ini di antaranya adalah karena menggunakan OBE sistem,” kata Dr Nur Kholis.

Imbuh Nur Kholis,  pedoman yang digunakan Ittaqullāha ḥaqqa tuqātih, tapi saat yang sama fattaqullāha mastaṭa‘tum. Kita berupaya untuk menjalankan OBE itu seoptimal mungkin, tapi ya tetap sesuai dengan kemampuan. Ketika coba berubah mindset,  pendekatan OBE itu yang pertama harus outcome-based curriculum-nya dulu. Perubahan mindset ke OBE, yang pertama kan harus kurikulum. Makanya mulai dari harus outcome based curriculum. Kurikulumnya didesain bagaimana berbasis outcome base. Setelah itu OBLT (Outcome Based Learning and Teaching).

“Kemudian yang berikutnya adalah OBAE. Setelah ada OBE, dengan OBAE itu adalah Outcome-Based Assessment and Evaluation. Jadi setelah learning and teaching-nya itu OBE, kemudian assessment evaluation-nya juga harus juga OBE. Nah, baru ada continuous improvement. Nah, ini terus dievaluasi. Jadi setiap mid test, jadi satu semester itu dua kali, itu selalu ada monitoring dan evaluasi (monev). Kalau di UII, monev-nya berbasis IT,” kata Dr Nur Kholis.

Dr. H. Nur Kholis, S.Ag., SEI., M.Sh.Ec.,

Koordinator Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta Wilayah III Daerah Istimewa Yogyakarta (Kopertais DIY) selenggarakan workshop “Pengembangan Kelembagaan serta Redesain Kurikulum Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta (PTKIS)” selama 2 hari, 10-11 Desember 2025. Workshop hari pertama diselenggarakan di Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia (FIAI UII). Hari kedua di Fakultas Agama Islam Universitas Ahmad Dahlan (FAI UAD). Hadir sebagai narasumber di hari pertama workshop, Dr. Andi Prastowo, M.Pd.I dari UIN Sunan Kalijaga, dan Dr. Nur Kholis, SEI., M.Sh.Ec dari FIAI UII.

Pemaparan sesi kedua, bertema Redesain Kurikulum PTKIS oleh Dr. Nur Kholis, SEI., M.Sh.Ec, selaku Ketua Forum Komunikasi Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta (Forkom PTKIS) wilayah DIY, yang juga Pengurus MUI Sleman, serta Pengurus BASYARNAS DIY.

“UII sudah lama ikut AUN QA. Jadi yang sangat getol menggunakan OBE itu adalah AUN QA, sehingga memang UII karena dari awal  banyak mengacu ke AUN QA. Di UII sudah banyak yang tersertifikasi AUN QA. Dampaknya di UII sudah lama berusaha kurikulumnya adalah OBE sudah lama. Sehingga ketika Prodi Ekonomi Islam yang baru 2025, yang tahun 2021 kurikulumnya sudah OBE. Nah, alhamdulillah kalau di UII ini yang akreditasi sudah unggul 65,08%. Kemudian kalau di FIAI, alhamdulillah di bawah bimbingan Pak Dekan sudah 80% unggul. Alhamdulillah, dan ini di antaranya adalah karena menggunakan OBE sistem,” kata Dr Nur Kholis.

UII sudah melakukan digitalisasi banyak hal. Termasuk kurikulum diterapkan termasuk RPS semuanya itu sudah ada di sistem. Dari sisi perkuliahan, presensi sejak pandemi tidak pernah ada presensi kertas lagi. Semua basisnya adalah QR code coding, terus kemudian semuanya tergenerate langsung. Di UII untuk pengembangan semua sistem namanya UII Gateway. Termasuk  untuk audit mutu internal, semuanya sudah menggunakan sistem berbasis sistem informas. Semuanya sudah online dan tersinkron. Data semuanya tergenerate dari UII Gateway. Di UII untuk sumber daya IT jumlahnya lebih dari 100 orang

“Sehingga, alhamdulillah dengan sistem informasi tadi itu memudahkan kita untuk melakukan berbagai proses bisnis yang terkait dengan pendidikan. Nah, ini program studi baru di 2022-2026 juga banyak, termasuk di FIAI juga ada program studi baru yang ini sedang berproses untuk diinikan. Nah, indeks Scopus alhamdulillah ini per September, ya. Alhamdulillah terus meningkat juga. Jurnal kita punya jurnal cukup banyak, ada 36 jurnal di UII, ada yang sudah Scopus, ada Sinta 1. Dan ini juga sangat membantu kaitannya dengan proses tadi menggunakan OBE dan terkait dengan kurikulum, termasuk hubungannya dengan tadi visi, stasi, akreditasi, dan seterusnya, mobilitas internasional inbond maupun outbond,” kata Dr Nur Kholis.

Tambahnya,  alasan menggunakan OBE, utamanya karena sudah sangat jauh berbeda. Framework untuk 21st century learning ini sangat jauh berbeda, dan apalagi di dunia internasional memang OBE ini menjadi tuntutan. Sehingga kita tidak bisa bertahan dengan cara lama dalam belajar. Menuju OBE ini, di UII juga banyak tantangan, karena perubahan mindset dari dosen itu tidak langsung.

Imbuh Nur Kholis,  pedoman yang digunakan Ittaqullāha ḥaqqa tuqātih, tapi saat yang sama fattaqullāha mastaṭa‘tum. Kita berupaya untuk menjalankan OBE itu seoptimal mungkin, tapi ya tetap sesuai dengan kemampuan. Ketika coba berubah mindset,  pendekatan OBE itu yang pertama harus outcome-based curriculum-nya dulu. Perubahan mindset ke OBE, yang pertama kan harus kurikulum. Makanya mulai dari harus outcome based curriculum. Kurikulumnya didesain bagaimana berbasis outcome base. Setelah itu OBLT (Outcome Based Learning and Teaching). Kurikulum sudah punya, learning and teaching-nya harus basisnya juga outcome based. Sehingga tidak bisa lagi dosen datang mengajar tanpa bawa apa-apa, itu impossible. Kalau dulu mungkin bisa datang membawa badan, membawa handphone (HP). Sekarang pun dengan TV Smart, materi dari HP bisa juga bisa digunakan, bisa upload di TV, bisa juga dengan cloud. Tapi terap harus disiapkan dengan baik.

“Kemudian yang berikutnya adalah OBAE. Setelah ada OBE, dengan OBAE itu adalah Outcome-Based Assessment and Evaluation. Jadi setelah learning and teaching-nya itu OBE, kemudian assessment evaluation-nya juga harus juga OBE. Nah, baru ada Continuous Improvement. Nah, ini terus dievaluasi. Jadi setiap mid test, jadi satu semester itu dua kali, itu selalu ada monitoring dan evaluasi (monev). Kalau di UII, monev-nya berbasis IT,” kata Dr Nur Kholis.

Selain itu Nur Kholis juga singgung tentang evaluasi per semester berupa kegiatan AMI (Audit Mutu Internal). AMI menjadi rujukan, poin-poin yang menjadi bukti dari kegiatan evaluasi yang dilaksanakan. Sehingga narasi harus ada link buktinya ke dokumen evaluasi. Rencana tindak lanjut nanti juga ada, karena siklus terakhir adalah pembahasan hasil AMI berupa RTM (Rapat Tinjauan Manajemen) dihadiri para pimpinan. Kemudian lembaga penjaminan mutu pasti akan mendampingi masing-masing unit, fakultas atau prodi. Selanjutnya, apa rencana tindak lanjut untuk merespon dari temuan AMI. Rencana tindak lanjut sebagai basis auditor untuk melakukan audit tindak lanjut.

Perguruan tinggi diharapkan dapat beradaptasi terhadap perubahan zaman terkait  daya saing alumni. Untuk itu dalam upaya untuk meningkatkan kemampuan analisis  dari mahasiswa, utamanya jenjang program magister,  Program Studi Magister Hukum Keluarga Islam (MHKI) Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia UII) menyelenggarakan  workshop penulisan karya ilmiah dengan tema “Foundational Review: Menggali Teori-Teori Riset dan Publikasi Karya Orisinil”, Kamis (11/12) di Gedung KHA Wahid Hasyim FIAI Kampus Terpadu UII Jalan Kaliurang km 14.5 Sleman. Workshop ini digelar secara hybrid, baik offline dan online. Workshop diikuti  kurang lebih 30 mahasiswa program sarjana, magister dan doktor FIAI UII.

Dr. Muhammad Roy Purwanto, S.Ag., M.Ag selaku Wakil Dekan Bidang Keagamaan, Kemahasiswaan, dan Alumni  FIAI UII dalam sambutannya menyampaikan bahwa kebermanfaatan workshop penulisan karya ilmiah sebagai ajang melakukan upgrade kemampuan menulis mahasiswa yang sebelumnya telah mendapat kuliah terkait metodologi penelitian. Ia berharap agar workshop pelatihan ini menjadi dasar untuk menyusun kerangka teori riset karya ilmiah selanjutnya. Selain itu, diharapkan peserta dapat memanfaatkan kegiatan ini sebaik-baiknya melakukan diskusi ilmiah dengan pemateri, agar mendapatkan ilmu yang lebih luas.

Narasumber pertama, Prof. Yusdani, M.Ag., memberikan pemantik dengan berfokus pada cara memilih teori riset yang tepat. Teori riset dapat menggunakan kerangka teori preskriptif atau kerangka teori deskriptif. Ia juga berpesan kepada peserta workshop “Penulis harus kritis, pengecekan plagiasi karya terdapat pada kerangka teori, sehingga harus berhati-hati menggunakan kerangka teori apabila sudah digunakan orang lain maka harus ada pengembangan”, terangnya.

Dr. Mukhsin Achmad, M.Ag sebagai pemateri kedua memberikan pandangan dan strategi terkait cara agar karya ilmiah bisa lolos publikasi internasional. Diantaranya dengan memilih jurnal internasional yang tepat dan disesuaikan dengan isu pada penelitiannya, memastikan artikelnya ilmiah orisinil, dan menyusun judul artikel yang menarik. “Publikasi yang baik dimulai dari riset yang baik, risetnya jika bagus maka untuk publikasinya juga akan bagus”, jelasnya.

Kegiatan workshop dilanjutkan dengan melakukan review sinopsis naskah yang sebelumnya sudah dikumpulkan melalui google form bersamaan saat pendaftaran workshop. Review naskah dipandu langsung oleh Dr. Mukhsin Achmad, M.Ag. dengan mengambil beberapa naskah untuk contoh dan sekaligus juga peserta melakukan mentoring serta diskusi ilmiah. “Jurnal atau artikel yang bagus hanya fokus membahas satu ide yang diteliti saja,” pungkasnya.

Himpunan Mahasiswa Ahwal Syakhshiyah (HMAS) Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) UII Yogyakarta menyelenggarakan volunteer di Panti Asuhan Al Hikmah Sejalan Cangkringan, Sleman, Sabtu, 4 Oktober 2025 . Kegiatan mengusung tema “Lima Sahabat Terbaikku: Petualangan Menjadi Anak Sholeh dengan Rukun Islam”, sebagai wujud dari program kerja Bidang Keilmuan HMAS. Perjalanan dimulai dengan keberangkatan tim HMAS dari kampus UII Yogyakarta menuju lokasi  Panti Asuhan Al Hikmah. Setibanya di panti diadakan briefing singkat untuk memantapkan teknis dan memastikan seluruh anggota memahami peran masing-masing.

Ketua panitia kegiatan ini Fatin selaku Ketua Pelaksana, membuka acara sekaligus sambutan.
“Tujuan utama kegiatan adalah memberikan edukasi keislaman yang menyenangkan, membangun kedekatan emosional dengan anak-anak panti, serta memperkuat hubungan antara kampus dan masyarakat sebagai bagian dari pengabdian berkelanjutan,” katanya. Selain itu Fatin juga  menekankan pentingnya menanamkan nilai keislaman sejak dini serta apresiasi atas inisiatif mahasiswa dalam menunjukkan kepedulian sosial. Dari Panti Asuhan Al Hikmah, Fanani Luqman Nafidin juga memberikan tanggapan mewakili pengasuh panti.

Tim HMAS FIAI UII memulai acara dengan sesi perkenalan. Anak-anak asuh panti asuhan didotong memperkenalkan diri sambil bernyanyi bersama, disusul perkenalan dari para mahasiswa. Harapannya, kedekatan terbangun secara natural, membuat interaksi untuk meningkatkan keakraban.

Memasuki acara inti, Lena perwakilan dar HMAS membawakan materi tentang Rukun Islam dengan pendekatan interaktif. Anak-anak diajak berdiskusi mengenai lima pilar utama Islam mulai dari syahadat, salat, puasa, zakat, hingga haji, dengan penjelasan yang disederhanakan agar mudah dipahami. Antusiasme mereka terlihat saat sesi tanya jawab dimulai. Anak-anak yang berhasil menjawab pertanyaan dengan tepat diberikan hadiah kecil sebagai bentuk apresiasi.

Selanjutnya, memasuki sesi melukis gypsum. Setiap anak asuh panti mendapatkan potongan gypsum berbentuk hewan, kendaraan, atau pesawat, lengkap dengan tiga warna cat. Anak-anak dibebaskan mengekspresikan kreativitasnya, sementara mahasiswa HMAS mendampingi dan membantu mencampur warna.

Di akhir acara, panitia mengajak seluruh peserta untuk berdoa bersama sebagai wujud syukur atas kelancaran kegiatan. Momen ditutup dengan sesi foto bersama yang merekam senyum bahagia anak-anak panti sepanjang kegiatan.

Menurut Fatin, melalui kegiatan volunteer ini, HMAS FIAI UII Yogyakarta menegaskan bahwa proses belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas. Mahasiswa mendapat kesempatan untuk belajar tentang empati, tanggung jawab sosial, dan nilai berbagi secara langsung melalui interaksi dengan masyarakat. Kegiatan ini diharapkan menjadi inspirasi bagi mahasiswa lainnya untuk terus menebarkan manfaat dan kebaikan di berbagai kesempatan.

Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII) melalui Program Magister Ilmu Agama Islam dan Program Doktor Hukum Islam menyelenggarakan kuliah pakar, soroti kondisi tingginya angka perceraian di Indonesia. Dalam kegiatan yang sama, juga dilaksanakan Pelantikan Pengurus HISSI DIY  periode 2025-2029, Selasa (20/5/2025), di Gedung KHA. Wahid Hasyim Kampus Terpadu UII Jalan Kaliurang km 14 Sleman.

Kuliah pakar mengusung tema “Tantangan Ketahanan Keluarga Sebagai Miniatur Ketahanan Bangsa di Era Global”, kerjasama Program Magister Ilmu Agama Islam dan Program Doktor Hukum Islam, FIAI UII. Sebagai narasumber kuliah pakar, Khoiriyah Roihan, S.Ag., M.H, Ketua Pengadilan Agama Yogyakarta, serta narasumber berikutnya, Prof. Dr. H. M. Amin Suma, S.H., M.A., M.M. Guru Besar UIN Syarief Hidayatullah Jakarta.

Kuliah pakar dan pelantikan, didahului sambutan Dekan FIAI UII, Dr. Drs. Asmuni., MA sekaligus membuka acara.
”Himpunan Ilmuwan dan Sarjana Syariah Indonesia memang aktif terhadap berbagai persoalan terutama berkenaan isu-isu nasional. Semoga misi ini lebih responsif, agresif dan lebih prospektif. Ini merupakan asosiasi modern,” kata Asmuni.

Asmuni tambahkan bahwa HISSI tentu akan responsif, melahirkan metodologi syariah terutama ketahanan rumah tangga, yang menjadi tema diskusi pada acara seminar iniKenapa ketahanan rumah tangga selalu dikaitkan dengan kebutuhan material, sehingga alasan perceraian karena tekanan ekonomi. Padahal mereka bercerai karena tidak memiliki kekayaan cinta.

Selesai sambutan, dilanjutkan dengan pelantikan pengurus Himpunan Ilmuan dan Sarjana Syariah Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) oleh Ketua Umum HISSI, Prof. Dr. H. M. Amin Suma, S.H., M.A., M.M. Terpilih sebagai Ketua HISSI DIY, yakni Prof. Dr. Drs. Yusdani, M.Ag, dosen FIAI UII.

Acara dihadiri oleh Dekan FIAI, juga Dr. Anisah Budiwati, S.H.I., M.S.I.Dr. Anisah Budiwati, S.H.I., M.S.I Ketua Program Studi Doktor Hukum Islam, Dzulkifli Hadi Imawan, Lc, M.Kom.I, Ph.D, Ketua Program Magister Ilmu Agama Islam, Prof. Dr. Drs. Yusdani, M.Ag calon Ketua HISSI DIY didampingi segenap calon pengurus DIY. Kuliah pakar juga diikuti oleh mahasiswa program magister dan doktor FIAI UII.

Khoiriyah Roihan, S.Ag., M.H, Ketua Pengadilan Agama Yogyakarta mengawali penyampain materi dengan membahas ketahanan keluarga tidak sekadar soal menjaga keutuhan rumah tangga, melainkan juga menyangkut kemampuan keluarga beradaptasi dan berkembang menghadapi tekanan emosional, sosial, ekonomi, dan spiritual.

“Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat. Ketika keluarga goyah, maka ketahanan sosial dan nasional pun rentan,” tegasnya. Ia juga menyoroti peran strategis Pengadilan Agama di Indonesia dalam memperkuat ketahanan keluarga melalui mediasi, penyuluhan, dan penegakan hukum yang adil.

Khoiriyah Roihan sampaikan 3 faktor dari data BPS faktor yang mempengaruhi angka perceraian, yakni faktor usia pernikahan. Pasangan menikah muda beresiko lebih tinggi, serta tingkat pendidikan di mana ada korelasi dengan tingkat pendidikan pasangan serta kondisi ekonomi. “Perceraian lebih banyak pada ekonomi menengah ke bawah,” kata Khoiriyah Roihan.
Khoiriyah Roihan juga ulas tentang data statistik di atas menjadi indikator penting bagi pengadilan agama dalam merumuskan kebijakan dan program intervensi untuk meningkatkan ketahanan keluarga. Ketahanan keluarga adalah kemampuan sebuah keluarga untuk bertahan, beradaptasi dan berkembang menghadapi berbagai tekanan dan tantangan, baik internal maupun eksternal. Ini mencakup aspek emosional, ekonomi, sosial dan spiritual. Keluarga yang tangguh menjadi pilar utama dalam menjaga kesejahteraan dan stabilitas masyarakat.

Cultural Exchange Program FIAI UII – Duy Tan University, di Da Nang, Vietnam (foto: Rifqi/Maulida)

Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII)  berkolaborasi dengan Duy Tan University Vietnam (DTU) selenggarakan Cultural Exchange Program. Kerjasama kedua universitas dalam bentuk pertukaran budaya, berlangsung 6-9 Mei 2025 di Da Nang, Vietnam.  Delegeasi FIAI UII ke Vietnan, terdiri dari  8 mahasiswa didampingi 2 dosen FIAI yakni Dr. Maulidia Mulyani dan Rizqi Anfanni Fahmi, SEI., M.SI.

“Implementasi program pertukaran budaya ini menjadi wadah kolaborasi akademik dan pengenalan budaya antara Indonesia dan Vietnam. Selama kegiatan, para mahasiswa dibagi dalam empat kelompok diskusi dengan tema pariwisata, kuliner, seni, dan bahasa. Setiap kelompok melakukan diskusi mendalam dan mempresentasikan hasilnya di hadapan peserta lain, sehingga tercipta pertukaran ide dan pemahaman lintas budaya yang konstruktif,” kata Rizqi Anfanni Fahmi, SEI., M.SI, dosen Prodi Ekonomi Islam, FIAI UII.

Acara pembukaan ‘UII – DTU Cultural Exchange Program di Vietnam’ dibuka oleh Professor Lim Sang Taek selaku Vice Provost Duy Tan University, dilanjutkan dengan sambutan dari FIAI UII yang disampaikan oleh Dr. Maulidia Mulyani. Dalam sambutan kedua belah pihak, sepakat bahwa pentingnya kolaborasi internasional dalam pengembangan wawasan global bagi mahasiswa dan dosen untuk memajukan iklim akademik yang mengglobal.

Salah satu bentuk kerjasama UII dan DTU di Vietnam, dengan penyelenggaraan kuliah umum guest lecturer, dosen FIAI UII yakni Dr. Maulidia Mulyani dan Rizqi Anfanni Fahmi memberikan kuliah bagi  30 mahasiswa DTU Vietnam. Dalam kesempatan ini, kedua dosen FIAI UII menyampaikan materi Cultural Tourism.
“Alhamdulillah, materi ini mendapat antusias cukup tinggi  dari sivitas akademika DTU Vietnam,  dan sebagai bentuk upaya untuk memperkaya wacana tentang potensi pariwisata berbasis budaya di kedua negara antara Indonesia dan Vietnam,” kata Dr. Maulidia Mulyani.

Selama berlangsungnya program, mahasiswa FIAI UII membaur dan bekerjasama dalam berbagai aktivitas dengan mahasiswa dan dosen  DTU Vietnam. Dari FIAI UII maupun DTU Vietnam memperkenalkan masing-masing budaya, sekaligus keunikannya. FIAI UII memperkenalkan budaya Indonesia, dari DTU memperkenalkan budaya Vietnam.
“Interaksi yang terjalin tidak hanya mempererat hubungan antar mahasiswa, namun juga membuka wawasan baru tentang keunikan budaya masing-masing negara. Tim Duy Tan University juga menunjukkan sikap yang sangat ramah dan kooperatif, sehingga seluruh rangkaian acara berjalan lancar dan penuh keakraban,” kata Rizqi Anfanni Fahmi, SEI., M.SI kepada media FIAI UII.

Tambahnya, melalui program ini, ada harapan nantinya FIAI dapat terus mendorong mahasiswa dan dosen untuk aktif dalam kegiatan internasional, memperluas jejaring akademik, serta meningkatkan pemahaman lintas budaya sebagai bekal menghadapi tantangan global. (IPK)

Dua dari kanan: Prof Dr. Drs. Yusdani, M.Ag. Tengah: Dr. Syaifulloh Yusuf, S.Pd.I., M.Pd.I (foto: Wigih EKIS)

Dalam rangka hari jadi Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII) yang ke-82, diselenggarakan Majelis Tasyakuran Milad dan Halalbihalal, Kamis (15/5/2025) di Gedung KHA Wahid Hasyim, Kampus Terpadu UII Jalan Kaliurang km 14,4, Sleman.
Tasyakuran diselenggarakan atas peningkatan hasil akreditasi untuk beberapa prodi, serta untuk prestasi sumber daya manusia, berkenaan peningkatan jenjang karir akademik dan jenjang studi.

“Tujuan pemberian penghargaan dan penyampaian bingkisan, untuk meningkatkan semangat kerja dan motivasi dosen dan tenaga kependidikan untuk terus meningkatkan kinerja dan kualitas layanan. Selain itu unuk mendorong peningkatan disiplin dan tanggung jawab dalam menjalankan tugas, sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan dan layanan di FIAI,” kata Dr. Nur Kholis, S.Ag., SEI., M.Sh.Ec. Wakil Dekan Bidang Sumber Daya FIAI UII disampaikan setelah acara.

Imbuhnya, dengan apresiasi positif diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan komitmen dosen dan tendik untuk mencapai standar kualitas yang tinggi juga memenuhi persyaratan akreditasi. Acara seremonial dengan menghadirkan seluruh sumber daya manusia FIAI UII, sebagai bentuk pengakuan dan wujud niat menghargai dedikasi dan komitmen dosen dan tenaga kependidikan (tendik) dalam mencapai akreditasi yang lebih baik dalam 1 tahun terakhir.

Predikat dosen terbaik diberikan kepada 3 dosen yang berprestasi secara akademis, serta untuk 3 tendik berdasar penilaian dan kedisiplinan.

Dekan FIAI UII, Dr. Drs. Asmuni. M.A dalam kesempatan ini juga menyampaikan apresiasi berupa bingkisan kepada 2 dosen atas prestasi peningkatan jabatan akademik profesor juga dosen yang berhasil menyelesaikan jenjang studi doktor.
“Dengan pemberian apresiasi ini agar dapat memotivasi, sekaligus memberikan dorongan kepada yang lain untuk serta meningkatkan jabatan akademik dan jenjang studinya. Diharapkan para penerima penghargaan dapat memberikan contoh sekaligus sharing untuk kemajuan karir dosen lainnya,” kata Asmuni, setelah memberikan apresiasi kepada Prof Dr. Drs. Yusdani, M.Ag yang berhasil meraih gelar profesor, serta kepada Dr. Syaifulloh Yusuf, S.Pd.I., M.Pd.I yang berhasil meraih gelar doktor setelah menyelesaikan studi di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Dr. Drs. Asmuni. M.A juga menyampaikan apresiasi atas hasil akreditasi untuk 3 program sarjana yang meraih predikat unggul, yakni Prodi Ahwal Syakhshiyah, Prodi Ekonomi Islam dan Prodi Pendidikan Agama Islam. Sehingga dalam 1 tahun terakhir seluruh prodi program sarjana di FIAI UII berhasil meraih predikat akreditasi ‘Unggul’. Untuk program magister, Dr. Asmuni juga menyampaikan apresiasi, karena Magister Ilmu Agama Islam FIAI UII berhasil meraih predikat akreditasi ‘Unggul’.

Serangkaian apresiasi juga berupa penyerahan bingkisan kepada 1 dosen dan 1 tendik yang akan beribadah haji ke Tanah Suci Arab Saudi, pada bulan ini. Menurut Dr. Muhammad Roy Purwanto, S.Ag., Wakil Dekan Bidang Keagamaan, Kemahasiswaan dan Alumni FIAI UII, setelah menyampaikan bingkisan.
“Penyampaikan penghargaan berupa bingkisan kepada dosen dan tendik yang akan berangkat ibadah haji ke Tanah Suci, sebagai bentuk penyemangat sekaligus doa bersama di hadapan seluruh SDM di FIAI UII. Hal ini juga sebagai pendorong bagi SDM yang belum mendapat giliran ibadah haji ke Tanah Suci, agar bisa merencanakan dengan baik, termasuk menabung dan memberikan prioritas yang lebih untuk ibadah ini,” kata Dr. Muhammad Roy Purwanto. (IPK)

FIAI UII

Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia UII) menyelenggarakan Pelatihan Dakwah Bil Lisan dan Motivasi Berbicara dalam Forum bagi tenaga kependidikan di tingkat fakultas, Selasa (29/4/2025) di Gedung KHA Wahid Hasyim FIAI UII lantai 3, Kampus Terpadu UII, Jalan Kaliurang km 14.4 Sleman. Sebagai narasumber yaitu Dr. Nur Kholis, S.Ag., SEI., M.Sh.Ec.

”Salah satu keberuntungan menjadi pembicara dan pendakwah adalah bisa sekaligus belajar, karena sebelum tampil bicara akan berusaha mempersiapkan diri, termasuk belajar kembali untuk pengayaan materi. Artinya semakin banyak menyampaikan ilmu artinya semakin menguasai ilmu,” kata Nur Kholis mengawali paparannya.

Imbuhnya, dengan menjadi pembicara dan pendakwah maka akan dipaksa kondisi untuk terus belajar, sampai menjadikan belajar sebagai kebutuhan yang sangat nikmat. Selain itu menjadi pendakwah selain meningkatkan semangat belajar juga memotivasi untuk mengamalkan dan menjaga diri agar walk the talk. Selain itu, menyebarkan ilmu sebagai pembicara dan pendakwah berpeluang meraih pahala yang tidak terputus oleh kematian.

“Ketika menjadi pembicara kita harus mengenali audiensnya, tapi tidak perlu risau terhadap kondisi audiensnya. Misal ada peserta yang lebih senior, atau gelar akademik lebih tinggi. Tidak usah gugup, tekankan pada diri sendiri bahwa kita lebih banyak menguasai materi, karena sudah belajar juga sebelumnya,” kata Dr. Nur Kholis.

Dr. Nus Kholis tambahkan ketika menjadi pembicara jadilah versi yang terbaik, mengerti dengan siapa berbicara, mengetahui apa yang mereka inginkan, mengetahui bagaimana memuaskan mereka dengan ide-ide kreatif dan solusi efektif dan mengetahui metode penyampaian yang audies sukai.

“Ada pengalaman ketika diminta menjadi pemateri dakwah kemudian malam sebelumnya saya siapkan kisi-kisi materi dengan tulis tangan di selembar kertas. Paginya saya bersiap berangkat menuju lokasi, dan mengambil kertas tulis tangan. Sampai lokasi saya tidak mengecek materi kertas, saat naik ke mimbar, saya mengambil kertas tulis tangan. Beta kagetnya, ternyata salah ambil kertas, yang terbawa bukan kisi-kisi materi yang sebelumnya saya tulis. Tapi karena saat menulis tangan saya berusaha menyimpan dalam ingatan, ternyata tanpa kisi materi pun bisa lancar saat berikan materi dakwah, “ kata Nur Kholis.

Pesannya, budaya menulis tangan beda dengan mengetik menggunakan komputer. Dengan upaya tulis tangan akan otomatis memaksa memori ingatan untuk merekam. Menulis tangan memaksa ingatan karena melibatkan proses kognitif yang lebih mendalam dibandingkan dengan mengetik. Gerakan menulis mendorong otak untuk memproses informasi, mengulanginya, dan membentuk koneksi yang lebih kuat dalam memori.

”Terbukti menulis tangan untuk materi sebelum menjadi pembicara, menjadikan memori ingatan jadi lebih tajam dan runtut ketika menyampaikan materi di depan publik,” kata Nur Kholis. (IPK)

Dr. Nurkholis

Menyemarakkan bulan Ramadhan 1446 hijriyah bertepatan 2025 masehi, Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII) mengadakan kajian menjelang buka bersama. Kajian membahas kitab Kunuzul Hasanat dengan narasumber Dr. Nur Kholis, SEI., M.Sh.Ec, Kamis (6/3/2025) di Auditorium Gedung KHA Wahid  Hasyim FIAI, Kampus Terpadu UII Jalan Kaliurang km 14.4 Sleman.

“Allah subhanahu wa ta’ala, menyayangi hamba-Nya dengan di antaranya memberikan harta karun kebaikan yang luar biasa banyak, namun cukup ditebus dengan melakukan amalan yang hanya memakan waktu beberapa detik saja, misalnya membaca tasbih, tahmid, takbir masing-masing 33 kali setiap selesai salat fardu, dan dilengkapi dengan tahlil 1 kali, sehingga total 100 kali, maka akan diampuni kesalahan-kesalahannya walaupun sebanyak buih di lautan” ajak Dr. Nurkholis, Wakil Dekan Bidang Sumber Daya FIAI UII.

Tambahnya, harta karun kebaikan berjumlah milyaran juga bisa diraih dengan mengamalkan secara istikamah mendoakan sesama mukmin dan mukminat ketika sedang berdoa. Namun, banyak orang luput untuk mendapatkan harta karun kebaikan yang disediakan Allah subhanahu wa ta’ala karena lalai untuk menjaga amalan-amalan sederhana yang tergolong kunuz al-hasanat atau harta karun kebaikan tersebut. Untuk itu, perlunya memperhatikan amalan-amalan yang mengandung kunuz al-hasanat tersebut, karena sangat efektif dan efisien untuk meraih bermilyar kebaikan setiap hari.

Selepas kajian dilanjutkan dengan buka bersama kurang lebih 100 peserta hadir, terdiri dari mahasiswa, dosen dan tenaga kependidikan. (IPK)

FIAI UII Ditunjuk Jadi Penyelamat Warga Binaan Lapas Narkotika dari Jurang Dalam nan Gelap

Menyambut bulan Ramadhan 1446 hijriyah Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) Narkotika Klas IIA Yogyakarta menyiapkan program Pesantren Ramadhan bagi warga binaan pemasyarakatan putra. Rencananya program pesantrenisasi akan dilaksanakan sepanjang bulan Ramadhan 1446 hijriyah dengan pembina dari dosen dan tenaga kependidikan Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia, selain didukung berbagai instansi terkait.

Dalam menandai dimulainya program pesantren, LAPAS Narkotika 2A Yogya bekerjama dengan FIAI UII, diadakan acara pembukaan sekaligus penandatanganan nota kesepahaman kedua belah pihak, Rabu (26/02/2025). Kerjasama kedua belah pihak memiliki tujuan untuk peningkatan kualitas keagamaan bagi warga binaan yang sudah memenuhi kualifikasi, terdiri dari 120 peserta.

Sebelum seremonial pembukaan, diawali penayangan video Profil Pesantren At-Tawwabin Lapas Narkotika Kelas IIA Yogyakarta, berisi kiprah warga binaan yang menjadi santri pesantren lapas.

Program pesantren selama bulan ramadhan, dibuka oleh Kepala Lapas Narkotika Klas IIA Yogyakarta Porman Siregar, AMd.I.P., S.H., M.H, sekaligus memberikan sambutan pembuka.
“Warga binaan di lapas narkotika 2A Yogya ini ibarat sedang jatuh ke lubang jurang yang dalam dan gelap, sehingga butuh penerangan, butuh cahaya, butuh jalan, butuh tali untuk keluar dari jurang. Nah, dari FIAI UII inilah yang akan membantu keluar dari jurang yang gelap. Makanya kesempatan pesantrenisasi dimanfaatkan sebaik-baik mungkin, jangan bermalas-malasan. Agar kelak jika sudah mengabdi di masyarakat, semua akan tahu, di lapas ini manusia bisa menjadi lebih baik, dan mengenal agama,” kata Porman Siregar.

Sambutan selanjutnya oleh Dr. H. Nur Kholis, S.Ag, S.E.I., M.Sh.Ec selaku Wakil Dekan FIAI UII, sekaligus memotiviasi warga binaan.
“Dengan pesantrenisasi di bulan ramadhan, saatnya dimanfaatkan sebaik mungkin. Hindari kegiatan yang tidak bermanfaat, hindari aktivitas yang tidak menjadikan diri kita lebih baik. Tinggalkan kegiatan yang sia-sia, karena sebaik-baik orang salah adalah yang bertaubat. Semoga nanti keluar dari lapas menjadi lebih baik dan dapat bermanfaat di masyarakat,” kata Dr. H. Nur Kholis

Selepas acara sambutan, diteruskan dengan penandatanganan kerjasama antara FIAI UII dan LAPAS Narkotika Klas IIA Yogyakarta, dalam rangka pembinaan ilmu keagamaan bagi warga binaan pemasyarakatan selama bulan Ramadhan 1446 hijriyah, disaksikan Ketua Jurusan Studi Islam FIAI UII Dr. Anton Priyo Nugroho, S.E.,M.M juga wakil dari Kementerian Agama Sleman.

Dalam ranah implementasi, Ketua Jurusan Studi Islam UII, Dr. Anton Priyo Nugroho, S.E.,M.M menambahkan adanya penyempurnaan dari tahun sebelumnya.
“Dalam implementasi kerjasama FIAI UII dan Lapas Narkotika IIA Yogya pada tahun ini, akan ada beberapa penyempurnaan, menjadikan muatan materi dan metode lebih baik dari sebelumnya. Harapannya akan meraih hasil yang jauh lebih baik,” kata Dr Anton.

Sebelum sesi penutupan, diisi dengan penampilan warga binaan dengan Murrotal Qurani yaitu metode pembelajaran baca Al-Quran yang digunakan sebagai metode pembelajaran di dalam pesantren At-Tawwabin Lapas Narkotika IIA Yogya sejak tahun 2022. Setelahnya ditampilkan hadroh kelompok Sunan Tanbihun, merupakan seni musik warga binaan yang dibentuk tahun 2017.(IPK)

Penerimaan Mahasiswa Baru FIAI UII

Penerimaan Mahasiswa Baru FIAI UII