Managemen Waktu
Managemen Waktu
Oleh: M. Husnaini
Waktu terbagi tiga: masa lalu, sekarang, dan masa depan. Hasil hari ini adalah upaya masa lalu, sementara usaha hari ini adalah pondasi masa depan. Maksudnya, jika ingin berjaya di masa depan, usaha keras harus dimulai sejak sekarang. Sebab, apa pun yang terjadi dan berlaku sekarang ini adalah buah upaya di masa lalu.
Masalahnya, tantangan berat manusia adalah soal istikamah. Dinamika kehidupan dapat mengubah fokus manusia. Ucapan dan perbuatan dari waktu ke waktu tidak selalu sama. Jejak digital sering membuktikan. Sikap politik seorang tokoh beberapa waktu lalu, misalnya, ternyata berseberangan dengan pilihannya sekarang.
Nabi mengingatkan, yang intinya, ada di antara kita orang yang melakukan perbuatan ahli surga sehingga jarak antara dirinya dan surga hanya tinggal sehasta. Tetapi catatan mendahuluinya, akhirnya dia melakukan perbuatan ahli neraka dan masuk ke neraka. Karena itu, kita tidak boleh gampang puas dengan pencapaian sekarang.
Kalau tidak dijaga benar-benar, boleh jadi kebaikan yang kita perjuangkan sekarang tidak bertahan lama. Merawat konsistensi itu tidak ringan. Istikamah, bahkan, menjadi ukuran keikhlasan seseorang. Sebab, suatu amalan dinilai di akhirnya. Dan, waktu akan menjawab apakah kita mati dalam keadaan Muslim atau justru sebaliknya.
Di antara keterampilan yang harus kita punya, jika ingin hidup nyaman dan lancar, adalah keterampilan managemen waktu. “SOS: Sapa Ora Sibuk?” begitu kata judul buku Much Khoiri. Buku itu memprovokasi orang supaya sesibuk apa pun, harus tetap berkarya. Sebab, realitanya tidak ada orang yang tidak sibuk. Kalau tidak sibuk, ya minimal sok sibuk.
Untuk mengatur waktu, baik jika kita tetapkan jadwal kesibukan harian, dan ditepati. Banyak orang sukses bukan karena dia cerdas atau pandai, melainkan karena disiplin dan istikamah. Dia terampil mengatur waktu. Sehingga dalam waktu yang sama dengan orang lain, yaitu sama-sama 24 jam, dia sanggup menghasilkan lebih banyak kegiatan positif.
Sebaliknya, tidak sedikit orang yang cerdas tetapi hidupnya berantakan. Pasalnya, dia tidak terampil mengatur waktu. Hidupnya semrawut. Selalu dihajar oleh kesibukan, ditendangi oleh pekerjaan, dipukuli oleh tuntutan, dan disikuti oleh target. Karena itu, di sinilah pentingnya managemen waktu. Jadwal waktu harian yang ditepati itu penting.
Orang yang tidak punya manajemen waktu secara tertib, meski pekerjaannya tidak terlalu banyak, tetapi terus digulung kesibukan. Tidak ada jeda sekadar untuk bersantai bersama keluarga atau teman. Membalas WhatsApp saja tidak sempat. Lebih celaka lagi kalau sampai tidak ada luang waktu untuk beribadah secara tertib dan khusyuk. Kasihan sekali, bukan?
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!