Ramadan dan Motivasi Menulis
Ramadan dan Motivasi Menulis
Oleh: M. Husnaini
Saban Ramadan, sembari menjalankan puasa dan memenuhi undangan ceramah di beberapa tempat, saya membiasakan menulis saban hari. Tidak mudah, memang, mencari waktu senggang untuk membaca dan menulis. Tetapi, mohon doa dari semua, semoga diberikan kemudahan dan istikamah.
Menulis adalah lahan amal, jalan jihad. Tidak perlu ambil pusing dengan honor. Honor penting, tetapi bukan itu motivasi utama kita menulis. Kita sudah memiliki, katakanlah, ladang rezeki. Menulis, dengan begitu, adalah sarana sharing manfaat dan kebaikan. Kalau kemudian mendatangkan materi, syukur deh. Tetapi, sekali lagi, bukan itu tujuan kita.
Pemahaman semacam itulah yang saya pegang, dan saya tularkan ke grup-grup WhatsApp menulis saya. Hidup jelas bukan melulu urusan materi. Percayalah, kebahagiaan hakiki bukan di situ. Tidak perlu berdebat soal ini. Buktikanlah saja. Karena itu, saya ogah memotivasi orang lain untuk menulis, apalagi kalau tujuannya hanya semata ingin mencari uang.
Yang saya lakukan selama ini hanya menunjukkan cara praktis menulis, bagi siapa saja yang benar-benar ingin berkarya tulis. Kalau Anda ingin kaya, jangan belajar menulis. Lebih baik Anda berdagang atau lainnya. Menulis jelas bukan jalan pintas mencari uang, kendati banyak pula penulis yang menjadi kaya. Saya, yang setiap hari menulis, juga tidak kaya.
Jadi, sudahlah, jangan bicara soal honor, soal kaya. Kita berbagi saja. Sebanyak dan seikhlas mungkin. Selama kita terus mau “menggerakkan badan”, Insya Allah kita tetap “bisa makan”, meskipun bukan dari menulis. Tetapi, dan ini penting, kalau ada penulis yang sudah bicara tentang honor, monggo. Semoga jalan usaha kita semua diridai Allah.
Membaca, berpikir, menulis, dan menyusun kata adalah cara ampuh untuk menjaga agar pikiran ini tetap hidup. M Quraish Shihab dalam “Kumpulan 101 Kultum tentang Islam” menyatakan bahwa menulis dan tulisan dapat memberi manfaat yang sangat besar bagi umat manusia. Lebih-lebih jika penulis dan tulisannya baik dan pembacanya pandai menyimak dan mau berinteraksi positif.
“Untuk bisa menulis, terutama untuk menghasilkan tulisan bagus,” kata AS Laksana, “kita harus belajar.” Kita bisa belajar sendiri atau belajar pada orang lain. Namun, masih kata AS Laksana, kita tidak mungkin belajar tanpa membaca. Manusia menularkan pengetahuan dari satu kepala ke kepala lain melalui tulisan. Karena itulah membaca dan menulis ibarat dua koin mata uang yang tidak dapat dipisahkan.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!