Puasa dan Rokok
Puasa dan Rokok
Oleh: M. Husnaini
Puasa mengajarkan tentang batas supaya manusia menikmati segala yang ada. Setiap manusia diberikan nikmat, kendati tidak semua mampu menikmatinya. Puasa, dengan demikian, mengajarkan manusia untuk menikmati segala yang dibutuhkan tanpa harus berlebih-lebihan.
Karena itu, puasa memang menyehatkan sekaligus menyelamatkan. Pasalnya, sumber dosa dan salah yang paling besar bermula dari urusan perut dan syahwat. Kesenangan juga sebenarnya kerap bermula dari “pintu atas” dan “pintu bawah” itu. Perut dan syahwat perlu dikendalikan.
Bagi teman-teman perokok yang ingin berhenti, misalnya, puasa adalah cara tepat untuk berhenti merokok. Status kehalalan rokok memang diperbantahkan para ulama, tetapi tidak seorang pun yang bilang merokok itu baik. Makruh hingga haram itu letaknya ada di barisan larangan agama.
Mampukah kita melakukannya? Tinggal keinginan dan kemauannya. Puasa, dalam arti menahan keinginan perut dan syahwat, sebenarnya tidak berat. Yang berat adalah menundukkan ego untuk taat pada tuntunan syariat. Berhenti merokok juga tentang pengendalian diri saja.
Di situlah yang berat. Tidak ada orang sakit atau mati gara-gara berhenti merokok. Buktinya, ketika sedang berpuasa, kita kuat seharian tanpa rokok. Sekali lagi, puasa paling berat memang mengendalikan diri dari bersikap, berucap, dan bahkan berpikir muspra. Puasa bukan sekadar menjaga perut dan syahwat.
Puasa yang melampaui sekadar urusan perut dan syahwat akan mendatangkan hikmah. Di antara hikmah puasa adalah menanamkan rasa syukur. Kebiasaan bersyukur menjadikan nikmat yang sedikit terasa banyak. Kufur nikmat dapat menjadikan hidup dan kehidupan ini terasa berat dan melarat.
Kurangi perdebatan saat berpuasa, termasuk ketika membaca tulisan ini. Satu-satunya konsumsi tidak menyehatkan yang selalu dipertahankan oleh para penikmatnya dengan berbagai dalih & dalil adalah rokok. Tetapi, awas, jangan sampai perbantahan tentang rokok justru mengurangi nilai pahala puasa di bulan mulia yang kita telah bersusah payah mengumpulkannya.
Agama mengajarkan kemampuan mengendalikan diri, bukan melampiaskan. Pengendalian diri itulah inti ajaran puasa sebulan penuh selama Ramadan. Termasuk bagaimana mengendalikan diri untuk tidak merokok bagi para pecandu tembakau yang sudah niat berhenti. Mulailah sejak membaca tulisan sederhana ini.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!