Kesehatan Mental: Hanya Allah Tempat Bergantung
Kehidupan modern yang serba cepat bisa berdampak pada kebaikan dan tekanan, sehingga memperhatikan kesehatan mental menjadi sangat penting. Tantangan sehari-hari, baik yang bersifat pribadi maupun sosial, seringkali memicu stres dan kecemasan. Banyak individu mencari cara untuk mengelola kesehatan mental mereka melalui berbagai metode, baik yang bersifat klinis maupun spiritual. Dalam Islam, kesejahteraan jiwa tidak hanya melibatkan perawatan fisik dan psikologis, tetapi juga penekanan pada aspek spiritual yang mendalam. Prinsip-prinsip seperti tawakal, sabar, dan syukur memberikan landasan yang kokoh untuk mengelola stres, menghadapi kesulitan, dan membangun ketenangan batin.
Konsep tawakal mengajarkan kita untuk berusaha semaksimal mungkin dalam setiap usaha dan menyerahkan hasil akhirnya kepada Allah. Dengan berusaha secara maksimal, kita menggunakan semua kemampuan dan sumber daya yang kita miliki. Namun, setelah usaha dilakukan, tawakal mengajarkan kita untuk percaya bahwa hasil akhir berada di tangan Allah, yang menentukan apa yang terbaik bagi kita. Keyakinan ini membantu mengurangi kecemasan karena kita tidak lagi tertekan oleh ketidakpastian hasil. Sebaliknya, kita merasa lebih tenang karena percaya bahwa segala sesuatu sudah ditentukan oleh kebijaksanaan Allah. Dengan demikian, tawakal mengurangi beban psikologis, meningkatkan keikhlasan, dan memberikan ketenteraman batin dengan memahami bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah bagian dari rencana-Nya yang lebih besar.
Kesabaran, dalam pandangan Islam, melibatkan kemampuan untuk tetap tenang dan stabil ketika menghadapi berbagai cobaan. Al-Qur’an menekankan bahwa kesabaran adalah sifat mulia yang sangat dihargai dan dapat menjadi sumber kekuatan besar. Kesabaran membantu seseorang tetap fokus dan tidak menyerah dalam menghadapi tantangan hidup. Dalam Surah Al-Baqarah [2:153], Allah berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman, mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”.
Rasa syukur juga memiliki peranan penting dalam menjaga keseimbangan emosional. Ketika seseorang secara aktif menghargai dan mengakui nikmat serta rahmat yang diberikan oleh Allah, mereka cenderung mengalami penurunan dalam perasaan ketidakpuasan dan stres. Hal ini karena sikap syukur membantu memusatkan perhatian pada apa yang sudah dimiliki, bukan pada kekurangan atau kesulitan yang ada. Dengan menghargai nikmat, seseorang dapat mengubah pola pikir dan emosi mereka secara positif.
Praktik ibadah pendorong spiritual seperti shalat, doa, puasa, membaca Al-Qur’an, dan dzikir juga berkontribusi besar terhadap kesehatan mental. Shalat bukan hanya bentuk ibadah, tetapi juga kesempatan untuk refleksi pribadi yang menciptakan ruang untuk ketenangan batin dan kedamaian spiritual. Setiap kali kita melaksanakan shalat, kita berhenti sejenak dari aktivitas sehari-hari dan mengarahkan perhatian kita sepenuhnya kepada Allah. Momen ini memberikan kesempatan untuk introspeksi, merenungkan makna hidup, serta hubungan kita dengan Allah dan sesama. Dengan melaksanakan shalat secara konsisten, kita dapat meraih ketenangan di tengah kesulitan, mengurangi stres, menyusun kembali fokus, dan mendapatkan energi baru untuk menghadapi berbagai tantangan hidup.
Doa adalah bentuk ketergantungan dan pengharapan kepada Allah, yang menunjukkan kedekatan dan hubungan spiritual antara hamba dan Penciptanya. Melalui doa, seseorang mengungkapkan kebutuhan, keinginan, dan masalah mereka kepada Allah, yang pada gilirannya memperkuat ikatan dengan-Nya. Ketika seseorang berdoa, mereka merasa didukung dan diperhatikan oleh Allah, yang meningkatkan kepercayaan diri dan memberikan rasa aman. Doa juga membantu mencapai ketenangan hati dengan mengekspresikan perasaan, kecemasan, serta meminta petunjuk dan bimbingan dari Allah. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Surah Al-Baqarah [2:186], “Apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang Aku, sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Maka, hendaklah mereka memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada dalam kebenaran”.
Puasa, baik yang dilakukan di bulan Ramadhan maupun puasa sunah, memiliki banyak manfaat bagi kesehatan mental dan spiritual. Selain sebagai ibadah, puasa mengajarkan pengendalian diri dan disiplin melalui penahanan diri dari makan dan minum sepanjang hari. Dari sudut pandang psikologis, puasa dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan rasa percaya diri saat seseorang berhasil menyelesaikannya. Hal ini juga mendorong sikap bersyukur dan empati, yang memperbaiki hubungan sosial dan keseimbangan emosional.
Selain itu, membaca dan merenungkan Al-Qur’an memberikan panduan berharga serta ketenangan hati. Al-Qur’an mengandung hikmah dan nasihat yang relevan untuk berbagai situasi hidup, memberikan motivasi dan inspirasi dalam menghadapi tantangan. Sebagaimana dijelaskan dalam Surah Al-Isra [17:82], “Kami turunkan dari Al-Qur’an sesuatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang mukmin, sedangkan bagi orang-orang zalim (Al-Qur’an itu) hanya akan menambah kerugian”.
Dzikir, yang merupakan praktik menyebut nama Allah secara terus-menerus, juga memberikan manfaat besar. Aktivitas ini sangat efektif untuk menenangkan jiwa, mengurangi kecemasan, dan memperkuat hubungan spiritual dengan Allah. Dengan melakukan dzikir secara rutin, seseorang dapat merasakan kedekatan yang lebih besar dengan Allah dan lebih siap dalam menghadapi berbagai tantangan hidup. Dalam Surah Ar-Ra’d [13:28], Allah berfirman, “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, bahwa hanya dengan mengingat Allah hati akan selalu tenteram”.
Dalam menghadapi kompleksitas dan tantangan kehidupan modern, prinsip-prinsip Islam menyediakan kerangka kerja komprehensif untuk menjaga kesejahteraan jiwa. Dengan mengintegrasikan ajaran tentang tawakal, sabar, syukur, serta praktik-praktik spiritual seperti shalat, doa, puasa, membaca Al-Qur’an, dan dzikir, individu dapat membangun ketahanan mental dan emosional yang kuat. Pendekatan ini tidak hanya membantu mengatasi stres dan kecemasan tetapi juga memfasilitasi pencapaian keseimbangan batin yang lebih mendalam. Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini dalam kehidupan sehari-hari, seseorang dapat memperoleh ketenangan batin dan kesejahteraan yang lebih baik di tengah dinamika kehidupan yang penuh tantangan.
Penulis: Siti Rofiah, S.Ak, Tendik FIAI UII
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!