Jangan Kawatir Datangnya Rezeki
Faktanya, ketika membuka mata di pagi hari hingga terpejamnya mata ketika malam, manusia tidak pernah lepas dari rasa khawatir. Salah satu hal yang paling sering menjadi sumber kekhawatiran bagi manusia adalah rezeki. Banyak orang yang bekerja keras, berangkat pagi dan pulang malam, hanya demi menjemput rezeki, bahkan hingga melupakan amalan untuk akhirat. Namun, hasil yang didapat sering kali tidak sebanding dengan usaha yang dikeluarkan, sehingga muncul pertanyaan, benarkah rezeki tidak akan tertukar? Bagaimana rezeki kita esok hari? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, rezeki berarti segala sesuatu yang digunakan untuk memelihara kehidupan (diberikan oleh Tuhan); makanan sehari-hari; nafkah. Rezeki adalah anugerah, karunia, serta segala pemberian Allah yang bermanfaat sebagai sumber kehidupan bagi semua makhluk.
Bersinggungan dengan rezeki yang dianggap hanya dalam bentuk harta, belakangan ini platform media sosial diramaikan dengan tren flexing para artis, pejabat, dan para sultan misalnya. Konten yang menampilkan kekayaan dan penghasilan yang sangat fantastis hingga nampak begitu mudah mereka mendapatkannya. Padahal gaya hidup yang terlihat jauh dari jalan yang Allah tentukan. Apakah semua itu benar-benar rezeki dari Allah untuk mereka? Hal ini kemudian menjadi gambaran ketimpangan, ketika ada seseorang yang sejak lahir sudah memiliki kekayaan melimpah, sementara ada yang harus berjuang dan bekerja keras seumur hidup untuk memperoleh harta. Di sisi lain, ada orang yang bekerja keras sepanjang hidupnya tetapi tetap tidak mendapatkan hasil yang memadai. Ada juga yang bermalas-malasan, namun dalam sekejap bisa menjadi kaya raya. Kita pun bertanya-tanya, mengapa hal seperti ini bisa terjadi?
Seringkali manusia beranggapan bahwa rezeki adalah harta benda yang dipunya, uang yang melimpah, kendaraan mewah, ataupun rumah yang megah. Manusia luput dalam menyadari bahwa rezeki adalah nikmat Allah yang sangat luas dan bukan hanya sebatas harta benda. Rezeki juga bisa berupa nikmat dari hal-hal kecil sekalipun seperti bernafas, berkedip, ataupun bersin yang tanpa kita memintanya Allah telah otomatis berikan. Harta tidak selalu tentang uang dan benda mewah tetapi kesehatan, ilmu, anak saleh, hingga umur yang manfaat pun juga termasuk harta. Muslim Ahmad meriwayatkan dalam sebuah hadis, Manusia sering kali membanggakan, “hartaku… hartaku…” padahal pada kenyataannya, harta tidak bisa dibawa mati namun bisa bermanfaat kekal jika sudah disedekahkan untuk keselamatan akhirat. Allah memberikan rezeki tanpa memandang siapa penerimanya, bisa jadi rezeki itu diberikan kepada orang yang Ia cintai atau kepada yang tidak Ia cintai. Demikian pula, Allah bisa menyempitkan rezeki bagi siapa saja, baik yang Ia cintai maupun yang tidak. Nikmat dan rezeki yang diperoleh bisa jadi adalah istidraj, sebagai ujian dari Allah tanpa kita sadari. Penting untuk diingat bahwa rezeki adalah amanah yang bisa diambil kembali oleh Allah kapan saja.
Tidak ada satupun yang bergerak di muka bumi ini kecuali Allah yang menanggung rezekinya seperti janji Allah dalam Al-Qur’an Surah Hud ayat 6. Jika rezeki sudah diatur kenapa kita harus mencarinya? Lalu untuk apa kita bersusah payah? Pada dasarnya, meskipun rezeki telah diatur, kita tetap diharuskan untuk menjemputnya dengan berusaha. Misalnya kita mempunyai buah mangga yang sudah matang di pohon. Apakah kemudian kita hanya diam saja sambil berharap dan menunggu buah itu jatuh tanpa tahu kapan waktunya? Ataukah kita panjat pohon itu lalu memetik buahnya? atau membuat galah dari bambu untuk memetiknya? Tentu kita akan memilih untuk memetik dan mengambilnya dengan berbagai upaya yg bisa kita lakukan. Begitulah hakikat dari rezeki yang Allah berikan. Allah ingin kita berusaha untuk menjemput keluasan rezeki dan anugerah-Nya. Allah menjawab keraguan manusia terhadap rezeki dalam Al-Qur’an Surah Ar-Rum ayat 40,
“Allah-lah yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rezeki lalu mematikanmu, kemudian menghidupkanmu (kembali). Adakah di antara yang kamu sekutukan dengan Allah itu dapat berbuat demikian? Maha Suci Dia dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutuan.” (Q.S. Ar-Rum [30]: 40)
Perihal kadar rezeki yang berbeda-beda Allah Yang Maha Mengetahui, Ia menakdirkan sesuatu sesuai dengan kehendak-Nya. Allah Maha Mengetahui atas segala yang Ia berikan kepada hambanya. Allah berfirman dalam Al-Qur’an Surah Asy-Syura ayat 27,
“Dan jikalau Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat.” (Q.S. Asy-Syura [25]: 27)
Manusia sebagai seorang hamba hendaklah senantiasa bersyukur atas apa yang telah Allah berikan. Janji Allah dalam Al-Qur’an Surat Ibrahim ayat 7, apabila kita bersyukur Allah akan tambah nikmat untuk kita. Namun sebaliknya, apabila kita mengingkari nikmat yang Allah berikan, azab Allah sangat pedih. Segala ketentuan dan takaran yang Allah berikan mungkin adalah yang terbaik untuk kita, meskipun kita belum menyadarinya. Apa yang belum Allah kabulkan mungkin justru dapat membawa keburukan atau bukan yang terbaik bagi kita. Sesungguhnya, Allah Maha Mengetahui apa yang terbaik bagi hamba-Nya. Bukankah jika kita khawatir akan rezeki kita di masa depan, itu berarti kita meragukan kekuasaan Allah? Ketika kita yakin bahwa Allah sebagai Zat Yang Maha Kaya, Maha Pengasih, dan Maha Penyayang yang pasti menjamin rezeki kita, mengapa kita masih merasa cemas? Yang terpenting ialah kita tetap berprasangka baik, berikhtiar dengan berusaha semaksimal mungkin, tawakal dengan berserah diri kepada Allah, takwa dengan mengikuti semua yang diperintahkan oleh Allah dan menjauhi larangan-Nya, kemudian senantiasa bersyukur, berdoa dan beristighfar dalam sebuah hadis diriwayatkan,
“Barangsiapa memperbanyak istighfar (mohon ampun kepada Allah), niscaya Allah menjadikan untuk setiap kesedihannya jalan keluar dan untuk setiap kesempitannya Allah jadikan kelapangan dan Allah akan memberinya rezeki (yang halal) dari arah yang tiada disangka-sangka” (Hadis Riwayat Ahmad dari Ibnu Abbas)
Penulis: Seiga Khuzaema Cahyati, Tendik FIAI
Daftar Pustaka
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, K. P. (2016). Retrieved from KBBI Daring: https://kbbi.kemdikbud.go.id/
Daffa, A. (2021, Mei 11). Apakah Benar Rezeki Tidak Akan Tertukar? Ini Penjelasannya! Retrieved from dompetdhuafa.org: https://www.dompetdhuafa.org/rezeki-tidak-akan-tertukar/
Izharuddin, M. (n.d.). Kultum: Jika Rezeki telah Allah Atur, Mengapa Kita Perlu Bekerja. Retrieved from walisongoonline.com: https://walisongoonline.com/kultum-jika-rezeki-telah-allah-atur-mengapa-kita-perlu-bekerja/
Tuasikal, M. A. (2016, April 22). Rezeki itu Ujian. Retrieved from Rumayshi.com: https://rumaysho.com/13335-rezeki-itu-ujian.html
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!