Mengendalikan Yes, Melampiaskan No
Mengendalikan Yes, Melampiaskan No
Oleh: M. Husnaini
Inti dari puasa adalah mengendalikan. Tidak main-main, ini diperlukan latihan yang luar biasa. Sebab, mengendalikan jelas lebih susah ketimbang melampiaskan.
Jika dikasih uang sejuta, kemudian disuruh menghabiskan sehari, siapa yang tidak bisa? Namun, jika diminta untuk merasa cukup kebutuhan hanya dengan belanja seratus ribu di sebuah supermarket, tentu butuh pengendalian ekstra. Silakan buktikan sendiri, jika tidak yakin.
Karena itu, kegagalan dalam hidup ini sering disebabkan karena manusia gagal mengendalikan. Bukan hanya kita. Para manusia mulia pun setali tiga uang.
Nabi Adam, misalnya, diturunkan dari surga karena tidak mampu mengendalikan nafsu untuk memakan buah larangan. Nabi Musa tidak lulus belajar kepada Nabi Khidir karena tidak tahan mengendalikan protes dan selalu gagal paham atas setiap sikap sang guru misterius itu. Nabi Yunus dihukum di perut ikan nun karena tidak kuat mengendalikan rasa ngambek atas kedurhakaan kaumnya.
Contoh-contoh lain bisa ditambahkan. Atau barangkali justru dari pengalaman kita sendiri.
Yang jelas, kemampuan untuk mengendalikan ini luar biasa penting. Dan, sekali lagi, perlu latihan sekaligus pembiasaan. Lain dengan perilaku melampiaskan, yang anak kecil atau, bahkan, orang tidak waras pun mampu melakukan.
Benarlah kalimat menarik dari Emha Ainun Nadjib dalam buku Hidup Itu Harus Pintar Ngegas & Ngerem: Nasihat-Nasihat Kearifan. Kata budayawan kondang itu, “Jangan memasuki suatu sistem yang membuat Anda melampiaskan diri. Tapi dekat-dekatlah dengan sahabat yang membuat Anda mengendalikan diri. Karena Islam itu mengendalikan, bukan melampiaskan. Hidup itu harus bisa ngegas dan ngerem.”
Karena itu, Ramadan harus menjadi bulan penuh kesederhanaan, bukan momen pelampiasan dengan berbelanja aneka makanan dan pakaian demi kepuasan.
Sebaliknya, Ramadan harus menjadi madrasah ruhaniah bagi kita untuk berlatih memperbanyak ibadah dan amal utama. Jika Ramadan tidak juga membuat kita rajin beribadah dan beramal mulia, lantas momen apa yang mampu mendorong kita mau mendekat kepada Sang Pencipta?
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!