Makna Sejatinya Puasa

Penulis: M. Husnaini, Ph.D – Dosen FIAI UII

Alhamdulillah, kita dipertemukan kembali dengan bulan Ramadan, yang di dalamnya ada kewajiban puasa. Puasa benar-benar membentuk mental pejuang. Untuk itu, Allah menjanjikan kebahagiaan besar bagi orang yang berpuasa, yaitu ketika berbuka dan ketika berjumpa dengan-Nya.

Betapa ringan segala beban hidup yang kita tanggung sekiranya kita mampu mempraktikkan spirit puasa dalam keseharian. Sewaktu sakit, kita yakin bahwa kita sedang berpuasa, yang berbukanya adalah ketika sehat nanti. Sewaktu miskin, kita yakin bahwa kita sedang berpuasa, yang berbukanya adalah ketika kaya nanti. Sewaktu gagal, kita yakin bahwa kita sedang berpuasa, yang berbukanya adalah ketika sukses nanti.

Namun demikian, tidak mudah mengaplikasikan nilai-nilai puasa dalam kehidupan ini. Jika sekadar menahan diri dari makan, minum, dan seks sepanjang siang, banyak yang mampu. Namun, betapa susah mengendalikan diri untuk tidak marah, tidak galau, tidak jorok, dan tidak melakukan keburukan-keburukan lain, sejak terbit fajar hingga terbenam matahari.

Rasulullah sendiri jauh-jauh hari sudah menginformasikan, “Betapa banyak orang yang berpuasa, namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.” Mengoreksi kualitas diri berdasarkan hadis itu, rasanya hampir pesimis bahwa puasa kita benar-benar berbuah pahala.

Dalam riwayat lain yang juga sangat terkenal, Rasulullah mewanti-wanti kita, “Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta, tetapi malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.”

Dari hadis-hadis tersebut, ulama kemudian membagi kualitas puasa menjadi tiga tingkat. Ada puasa perut, yang merupakan tingkatan puasa paling rendah. Lebih tinggi dari itu ialah puasa anggota badan, karena mengharuskan kita mampu mencegah seluruh anggota badan ini dari maksiat.

Yang paling tinggi tentu puasa hati. Jujur, kebanyakan kita masih berupaya untuk mencapai derajat ini. Sebab, semua tahu, betapa sukar dan berat melindungi hati dari berbagai anasir negatif.

Sebagai penutup, simaklah sabda Rasulullah berikut:
“Puasa bukan hanya menahan makan dan minum saja. Tetapi, puasa adalah dengan menahan diri dari perkataan sia-sia dan jorok. Apabila ada seseorang yang mencelamu atau berbuat usil padamu, katakanlah padanya: Aku sedang puasa, aku sedang puasa.”

 

Penerimaan Mahasiswa Baru FIAI UII

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *