Cara Membangun Kesehatan Mental dalam Perspektif Pendidikan Islam
Narasumber: M. Nurul Ikhsan Saleh, M.Ed
Alhamdulillah, wa al-syukru lillah, wa al-shalatu wa al-salamu ala rasulillah, wa ‘ala alihi wa ashabihi wa man wallah, amma bakdu.
Belakangan ini sering kali kita mendengar seputar kesehatan mental juga gangguan mental. Gangguan mental merupakan kondisi kesehatan yang mempengaruhi pemikiran, perasaan, perilaku, suasana hati atau kombinasi diantaranya.
Ada beberapa tanda-tanda gangguan mental yang penting untuk diketahui, di antaranya :
- Sering merasa sedih.
- Kehilangan kemampuan untuk berkonsentrasi.
- Ketakutan atau kekhawatiran yang berlebihan atau perasaan bersalah yang menghantui.
- Ketidakmampuan untuk mengatasi stres atau masalah sehari-hari.
- Marah berlebihan dan rentan melakukan kekerasan.
- Kerap merasa tak berdaya atau putus asa. Bahkan, berpikir untuk bunuh diri.
Dalam perspektif Islam, kita mengenal adanya penyakit jiwa yang memiliki identik dengan beberapa sifat buruk atau tingkah laku yang tercela (al-akhlaq al mazmumah) seperti sifat tamak, dengki, iri hati, arogan, emosi dan lain sebagainya.
Dengan mengenali tanda-tanda kesehatan mental kita dapat mengantisipasi terjadinya gangguan mental dan penyakit jiwa. Berikut manfaat yang kita dapatkan saat menjaga kesehatan mental:
- Individu mampu menyadari potensinya sendiri
- Mampu mengatasi tekanan hidup
- Mampu bekerja secara produktif
- Mampu memberikan kontribusi kepada komunitasnya.
Kesehatan mental dalam kacamata Islam merupakan suatu kemampuan diri individu dalam mengelola terwujudnya keserasian antara fungsi- fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuaian dengan diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan sekitarnya secara dinamis berdasarkan Al-Qur’an dan as-Sunnah sebagai pedoman hidup menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk membangun kesehatan mental, yaitu:
1. Mengendalikan Nafsu
- Nafs al-Amarah disebutkan dalam Surat Yusuf ayat 53:
۞ وَمَآ اُبَرِّئُ نَفْسِيْۚ اِنَّ النَّفْسَ لَاَمَّارَةٌ ۢ بِالسُّوْۤءِ اِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّيْۗ اِنَّ رَبِّيْ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
“Aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun, Maha Penyayang”
- Nafs al-Lawwamah, merupakan nafsu yang telah memperoleh penyinaran dengan cahaya hati. Ia bangkit untuk memperbaiki kebimbangan. Ia mencela perbuatan tercela dan bertaubat memohon ampunan Allah. Hal ini dapat kita lihat dalam surat al-Qiyamah ayat 2, yaitu:
وَلَآ اُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ
“dan aku bersumpah demi jiwa yang selalu menyesali (dirinya sendiri).”
- Nafs Muthmainnah, merupakan jiwa yang tenang karena ia mantap dan kuat. Nafsu yang telah diberikan penyinaran nur qalbu sehingga dapat meninggalkan sifat-sifat mazmumah dan menumbuhkan akhlakul mahmudah.
Hal ini disebutkan dalam surat al-Fajr ayat 27-30, yaitu:
يٰٓاَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَىِٕنَّةُۙ ارْجِعِيْٓ اِلٰى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً ۚ فَادْخُلِيْ فِيْ عِبٰدِيْۙ وَادْخُلِيْ جَنَّتِيْ ࣖࣖ
“Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rida dan diridai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku.”
2. Pembinaan Jiwa dan Pendidikan Akhlak berdasar Alquran dan Hadis
Cara ini sebagai Langkah mempentukan manusia yang berakhlak baik dan bertakwa kepada Allah. Allah menurunkan Alquran dan mengutus nabi Muhammad agar umat manusia memiliki akhlak mulia dan mencegah dari akhlak yang buruk. Islam berfungsi sebagai pola pembentukan manssuai yang berakhlak baik dan bertakwa kepada Allah.
3. Memahami dan mengamalkan isi Al-qur’an
Orang yang mempelajari, mengajarkan, dan mengamalkan Alquran termasuk insan yang terbaik.
– Mendapatkan syafaat dari Alquran pada hari kiamat
– Dekat dengan Alquran mendapatkan derajat yang tinggi di surga
– Membaca Alquran mendapatkan pahala
– Mendapatkan ketenangan dan rahmat ketika berkumpul membaca Alquran
4. Pendidikan dan pengajaran sesuai tingkatannya
Lukman mendidik anaknya melalui proses atau tahapan yang memiliki fokus pada masing-masing tingkatan.
Cara-cara dalam membangun kesehatan mental diatas diharapkan dapat menjadi terapi bagi mereka yang memiliki gangguan mental dan bagi mereka yang memiliki kepribadian amarah. Harapannya dari pribadi yang memiliki ke pribadian amarah menjadi menjadi pribadi lawammah, dan menuju pribadi muthmainnah.
Marilah kita bangun diri kita dan keluarga kita untuk memiliki Kesehatan mental.
Semoga kita menjadi orang-orang yang selalu dilingdungi oleh Allah SWT dengan merawat kesehatan mental.
Billahitaufik wal hidayah.