Tag Archive for: UII Yogyakarta

Qurban 101, Sambut Idhul Adha Dengan Pahami Esensinya!

Idul Adha merupakan salah satu momen besar dalam Islam yang identik dengan pelaksanaan ibadah qurban. Namun, di tengah semangat umat muslim dalam menyambut hari raya ini, masih banyak pertanyaan muncul, khususnya mengenai kesiapan untuk berkurban. Siapakah sebenarnya yang disarankan untuk berqurban? Sebagai mahasiswa apakah disrankan meski belum memiliki penghasilan tetap? apakah qurban patungan yang umum terjadi saat ini dibolehkan?

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, kali ini kita bahas dari segi Fikih dan Perencanaan keuangan islam bersumberkan dari Dosen Program Studi Ekonomi Islam Bapak Fajar Fandi Atmaja, LC., MSI.

Hukum Asal Qurban

Secara hukum, qurban termasuk dalam kategori sunnah muakkadah. Artinya, ibadah ini sangat dianjurkan dan dilakukan secara konsisten oleh Rasulullah SAW selama hidupnya, meskipun tidak sampai pada tingkatan wajib. Dalam sejarah, Abu Bakar pernah tidak melaksanakan qurban dalam satu tahun tertentu demi mencegah pemahaman bahwa qurban adalah ibadah wajib.

Mayoritas ulama menyepakati hukum sunnah muakkadah ini, meskipun ada mazhab seperti Hanafi yang menganggapnya wajib bagi mereka yang mampu. Dengan demikian, pelaksanaan qurban sangat dianjurkan bagi umat Islam yang memiliki kemampuan, termasuk mahasiswa, selama tidak memberatkan diri atau orang lain.

Mahasiswa dan Ibadah Qurban

Mahasiswa yang belum memiliki penghasilan tetap memang tidak termasuk golongan yang wajib berkurban. Namun, jika seorang mahasiswa memiliki kemampuan finansial, baik dari uang saku bulanan maupun penghasilan tambahan, sangat baik jika ia berusaha memaksimalkan untuk ikut berkurban.

Pelaksanaan qurban bagi mahasiswa dapat menjadi bentuk latihan spiritual, tanggung jawab sosial, sekaligus penguatan komitmen terhadap nilai-nilai keislaman. Namun, tentu hal ini harus disesuaikan dengan kondisi keuangan masing-masing, tanpa memaksakan diri apalagi membebani keluarga khususnya orang tua.

Batasan dan Ketentuan Qurban

Dalam praktiknya, qurban dapat dilakukan secara patungan dengan memperhatikan jenis hewan yang digunakan. Secara fikih, sapi boleh diatasnamakan untuk tujuh orang, sedangkan kambing hanya sah untuk satu orang.

Bapak Fajar Fandi Atmaja menambahkan

“Kurban patungan itu sebenarnya secara fikih, beberapa hewan punya ketentuan atau nilai tertentu, seperti sapi itu bisa mengatas namakan tujuh orang, sedangkan kambing itu hanya sah untuk satu orang. Kalaupun seandainya tidak mampu untuk satu orang, ya bisa iuran, tapi tetap kurbannya diatasnamakan untuk satu orang untuk kambing, dan tujuh orang untuk sapi.” Jelasnya.

Artinya, jika ingin berkurban kambing namun menggunakan sistem iuran, maka hewan tersebut harus tetap diatasnamakan untuk satu orang saja. Sedangkan untuk sapi, diperbolehkan atas nama tujuh orang saja dan jelas disebutkan namanya.

Praktik seperti ini cukup sering dilakukan dalam lingkup komunitas, termasuk di lingkungan kampus, sebagai solusi agar lebih banyak orang bisa berpartisipasi dalam ibadah qurban.

Namun, saat ini seringkali dijumpai sistem qurban kolektif dengan nominal ringan, seperti Rp50.000 per orang, yang melibatkan banyak peserta tanpa pembagian nama yang jelas. Secara fikih, sistem seperti ini tidak dapat dikategorikan sebagai qurban yang sah, melainkan lebih tepat disebut sebagai bentuk sedekah daging.

Meski bukan termasuk ibadah qurban, sedekah daging tetap merupakan amalan yang baik dan berpahala. Namun, penting bagi masyarakat untuk memahami perbedaannya agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam praktik ibadah.

Strategi Keuangan Mahasiswa untuk Berqurban

Dari sisi perencanaan keuangan, mahasiswa tetap memiliki peluang untuk bisa berkurban, selama dilakukan dengan strategi yang tepat. Misalnya, dengan uang saku Rp1.000.000 per bulan, seorang mahasiswa dapat menyisihkan Rp100.000 setiap bulan ke dalam tabungan khusus qurban. Dalam waktu 3 hingga 4 tahun, jumlah tersebut cukup untuk membeli satu ekor kambing.

Strategi ini tidak hanya melatih disiplin finansial, tetapi juga menumbuhkan kesadaran untuk merencanakan ibadah jangka panjang. Tabungan qurban dapat menjadi kebiasaan positif yang mendampingi proses pendidikan dan pendewasaan mahasiswa.

Idul Adha bukan hanya tentang menyembelih hewan, tetapi tentang bagaimana setiap Muslim mendekatkan diri kepada Allah melalui pengorbanan yang nyata, sesuai kemampuannya. Perencanaan keuangan yang matang adalah kunci agar ibadah kurban dapat dilakukan secara rutin, meski dengan penghasilan terbatas seperti mahasiswa. Dalam konteks keuangan Islam, menyusun strategi pengelolaan dana untuk ibadah merupakan bentuk tanggung jawab sekaligus investasi spiritual yang penting.

Untuk itu, pembahasan lebih lengkap tentang bagaimana mahasiswa bisa merencanakan keuangan secara Islami agar konsisten dapat berkurban akan kami ulas di artikel berikutnya. Jadi, jangan lewatkan ya!

Mari menata keuangan dan memperkuat ibadah dengan perencanaan yang tepat.
Bergabunglah bersama kami di Program studi Ekonomi Islam
Daftar sekarang di Pmb.uii.ac.id
Temukan Informasi dan wawasalan lainnya di https://fis.uii.ac.id/ekis/

Dosen Ekonomi Islam UII Jadi Motor Program Internasional, Mahasiswa Ekis Juga Ambil Bagian di Vietnam!

Program Studi Ekonomi Islam UII kembali menunjukkan kiprahnya dalam mendukung internasionalisasi kampus. Kali ini, lewat peran aktif dosen Ekis sebagai penanggung jawab kegiatan Cultural Exchange Program ke Vietnam yang diinisiasi oleh Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) UII.

Meski kegiatan ini terbuka untuk seluruh mahasiswa FIAI lintas prodi, Ekis tetap hadir melalui dua kontribusi sekaligus, dosennya yang menjadi Person In Charge (PIC) dari tahun ke tahun, dan satu mahasiswanya yang ikut dalam program pertukaran budaya di negara minoritas muslim tersebut.

Menembus Batas! Mahasiswa FIAI Belajar di Negeri Minoritas Muslim

Mahasiswa Ekonomi Islam & Mahasiswa Duy Tan University

Program Cultural Exchange FIAI 2025 merupakan bagian dari mobilitas internasional yang diselenggarakan oleh FIAI UII bersama Duy Tan University di Da Nang, Vietnam. Tujuannya adalah memberikan mahasiswa pengalaman langsung dalam interaksi lintas budaya, khususnya di lingkungan masyarakat non-muslim.

“Kami ingin mahasiswa punya pengalaman internasional, terutama di negara minoritas muslim, karena selama ini kita terlalu nyaman studi ke negara mayoritas,” ujar Pak Rizki PIC Program.

Tahun ini, program ini diikuti oleh 8 mahasiswa dari tiga program sarjana di FIAI. Dari Prodi Ekonomi Islam sendiri, hanya satu mahasiswa yang berhasil ikut serta, namun kontribusinya tidak bisa dipandang sebelah mata.

Peran Strategis Dosen Ekonomi Islam

Menariknya, dosen yang menjadi penanggung jawab penuh program ini berasal dari Prodi Ekonomi Islam. Ia tidak hanya mengoordinasikan kegiatan, tetapi juga menjadi penghubung antara FIAI dan mitra universitas luar negeri.

“Saya dan tim mendampingi dari awal perencanaan, komunikasi dengan mitra, hingga pelaksanaan di lapangan. Ini bagian dari tanggung jawab kami sebagai akademisi untuk memperluas jejaring dan peluang mahasiswa,” terang beliau.

Meski hanya satu mahasiswa Ekis yang ikut tahun ini, hal tersebut jadi pengingat penting bahwa peluang mobilitas internasional sebenarnya terbuka lebar, tinggal bagaimana kita mempersiapkan diri.

“Keterbatasan bukan alasan. Mahasiswa Ekis justru harus lebih kreatif, bikin fundraising, cari sponsorship, atau sisihkan uang dari jauh-jauh hari. Itu bagian dari jiwa entrepreneur yang seharusnya dimiliki anak Ekonomi Islam,” tegas beliau.

Percaya Diri, Lebih Siap untuk Bersaing

Dampak nyata dari program ini sangat terasa. Mahasiswa yang ikut jadi lebih percaya diri, berani tampil, dan siap untuk menembus batas akademik maupun non-akademik.

“Kami ingin mahasiswa Ekis tidak hanya jago teori, tapi juga punya pengalaman global. Kita ini prodi unggul. Mahasiswa kita punya mimpi yang besar dan langkah yang nyata.”

Sebagai penutup, pak Rizki menyampaikan pesan yang perlu mahasiswa ingat

“Mahasiswa Ekonomi Islam UII minimal bisa sekali ikut program mobilitas internasional selama kuliah. Jangan takut. Break the limit and find your unforgettable moments overseas!”

Prodi Ekonomi Islam UII tak hanya mendidik mahasiswa di ruang kelas, tapi juga membuka jalan ke panggung global. Lewat peran aktif dosen dan keberanian mahasiswa melangkah keluar zona nyaman, Ekis UII membuktikan diri sebagai bagian dari program studi yang siap mendunia.

Tertarik untuk menjadi bagian dari kami?
Daftar sekarang di Program Studi Ekonomi Islam UII
Temukan wawasan dan informasi lainnnya dengan mengunjungi https://fis.uii.ac.id/ekis

UII Kirim Mahasiswa Ekonomi Islam Jadi Duta Literasi SICANTIKS di OJK!!

Program Studi Ekonomi Islam (PSEI) Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menunjukkan komitmennya dalam mendorong literasi keuangan syariah di tingkat nasional. Kali ini, melalui partisipasi aktif dalam program Training of Trainers (ToT) SICANTIKS–Sahabat Ibu Cakap Literasi Keuangan Syariah yang diselenggarakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 28 April 2025 di Jakarta Pusat.

2 mahasiswi dari Ekonomi Islam UII terpilih dan resmi dilantik sebagai Duta Literasi Keuangan Syariah, bersama 100 peserta lainnya dari berbagai daerah di Indonesia. Partisipasi ini menjadi bentuk nyata keterlibatan Ekis UII dalam memperluas dampak pendidikan syariah ke masyarakat.

Bangga Jadi Bagian dari Gerakan Literasi Syariah Nasional

Program SICANTIKS mengangkat tema “Kartini di Era Digital: Perencana Keuangan Perempuan sebagai Penggerak Literasi Keuangan Syariah”. Fokus utamanya adalah membekali para perempuan, khususnya perencana keuangan muda, agar mampu menjadi agen perubahan dalam literasi keuangan berbasis syariah.

Bagi Prodi Ekonomi Islam UII, keikutsertaan dalam program ini bukan sekadar menghadiri acara, tetapi adalah bentuk komitmen kelembagaan untuk terlibat langsung dalam agenda agenda strategis nasional. Sebab Prodi Ekonomi Islam UII percaya, mahasiswa bukan hanya calon akademisi, tapi juga penggerak umat dan pelaku perubahan.

UII Tidak Sekadar Ikut, Tapi Ingin Berdampak

Kegiatan ini menjadi momentum penting yang membuktikan bahwa Prodi Ekonomi Islam UII tidak hanya berbicara konsep, tapi juga aktif menjalin sinergi dengan otoritas resmi seperti OJK.

Keikutsertaan dalam SICANTIKS juga mempertegas misi untuk melahirkan mahasiswa yang tak hanya cakap secara akademik, tetapi juga berdampak di masyarakat melalui kebijakan kebijakan strategis.

Langkah Kecil, Dampak Besar

Program SICANTIKS sendiri telah mencetak lebih dari 2.000 Duta Literasi Keuangan Syariah sejak 2023, dan kini diperkuat dengan peluncuran OJK PEDULI, sebuah program pemantauan untuk memastikan duta-duta tersebut tetap aktif mengedukasi masyarakat.

Dengan hadirnya perwakilan dari Ekonomi Islam UII di barisan duta SICANTIKS, kami yakin peran mahasiswa akan menjadi mata air perubahan bagi masyarakat luas.

Dari kampus ke komunitas, dari mahasiswa ke masyarakat, Prodi Ekonomi Islam UII akan terus melangkah untuk mendukung inklusi dan literasi keuangan syariah Indonesia.

Bergabung beersama kami di Program Studi Ekonomi Islam UII
Daftar sekarang di Pmb.uii.ac.id
Temukan wawasan dan informasi lainnnya dengan mengunjungi https://fis.uii.ac.id/ekis

Fintech Syariah Kian Dikenal: AFSI Goes to Campus Gandeng Prodi Ekonomi Islam UII Kenalkan Security Crowdfunding!

Fintech syariah makin menggeliat dan menyasar kalangan muda! Salah satu langkah strategis dilakukan Asosiasi Fintech Syariah Indonesia (AFSI) yang menggandeng Program Studi Ekonomi Islam Universitas Islam Indonesia (UII) dalam program AFSI Goes to Campus, yang digelar secara daring pada Senin, 28 April 2025.

Acara ini jadi momentum penting untuk mahasiswa UII mengenal lebih dekat dunia fintech syariah, khususnya instrumen investasi berbasis security crowdfunding (SCF) yang kini mulai dilirik sebagai alternatif investasi halal di era digital.

Security Crowdfunding: Investasi Syariah dari, oleh, dan untuk Umat

Dengan tema “Diversifikasi Portofolio Investasi dengan Security Crowdfunding: Peluang dan Risiko”, kegiatan ini menghadirkan dua pemateri utama dari kalangan praktisi dan akademisi, yakni Bapak Kevin Syahrizal (Co-Founder & CEO, PT Syafik Digital Indonesia) dan Bapak Dr. Anton Priyo Nugroho S.E., M.M (Ketua Jurusan Studi Islam FAI UII).

Pak Kevin membuka wawasan peserta tentang praktik urun dana syariah melalui platform Syafik yang sudah diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan direkomendasikan DSN MUI. Ia menjelaskan bahwa SCF memberi kesempatan masyarakat untuk berinvestasi mulai dari Rp.100.000 pada proyek-proyek nyata UKM berbasis akad musyarakah maupun sukuk.

“Bukan cuma ngerti, tapi juga praktik. SCF syariah itu bukan investasi bodong. Legal, diawasi OJK, dan yang paling penting, bebas riba” ujar Pak Kevin tegas.

Kampus Sebagai Motor Literasi Keuangan Syariah

Ketua Prodi Ekonomi Islam, Bapak Reyzha Virgiawan LC., M.E, menyambut hangat program ini. Ia menekankan pentingnya membekali mahasiswa dengan wawasan fintech syariah agar siap menghadapi tantangan ekonomi digital ke depan.

“Ini bukan sekadar kuliah teori. Mahasiswa harus tahu peluang dan risiko dunia bisnis syariah, termasuk security crowdfunding yang mulai berkembang, Kami harap dari program ini, mahasiswa dapat banyak insight, dan informasi bisa tertekan dengan baik, apalagi beberapa dosen juga menugaskan mahasiswa untuk merangkum acara ini” ungkap Pak Reyzha.

AFSI pun menyatakan bahwa program Goes to Campus adalah bagian dari AFSI Academic Partner, sebuah inisiatif untuk memperluas edukasi keuangan syariah dari kampus ke masyarakat luas.

Dari Literasi ke Inklusi, Siap Jadi Investor Syariah!

Sekretaris Umum AFSI, Bapak Vikra Ijaz, mengingatkan bahwa literasi saja tidak cukup. Mahasiswa harus mulai ikut andil dalam investasi halal.

“Keuangan syariah masih 11% dari market share nasional. Padahal umat Islam mayoritas di Indonesia. Jadi, bukan sekadar paham marilah jadi bagian dari inklusi itu” ajaknya.

Sesi ini pun dilengkapi dengan pemaparan akademik dari Dr. Anton, yang menegaskan pentingnya berinvestasi secara syariah, halal, dan berkah. Ia juga mendorong mahasiswa agar tidak tergoda pada keuntungan instan dari investasi konvensional, karena keberkahan adalah kunci jangka panjang.

Prodi Ekis UII Dukung Penuh Literasi Keuangan Syariah Digital

Melalui acara ini, Prodi Ekonomi Islam UII sekali lagi menegaskan komitmennya untuk menjadi pelopor literasi keuangan syariah berbasis teknologi. Dengan dukungan AFSI, mahasiswa diajak untuk tidak hanya belajar teori, tapi juga terlibat langsung sebagai agen perubahan.

Kegiatan ini diharapkan mampu membuka ruang-ruang diskusi yang produktif serta menjadi jembatan antara dunia akademik dan industri halal digital. Ke depan, kolaborasi seperti ini akan terus digencarkan untuk membekali mahasiswa dengan pengetahuan praktis yang relevan dan berdampak nyata.

Security crowdfunding syariah adalah jalan baru menuju investasi yang aman, halal, dan berdampak. Sudah saatnya generasi muda melek digital sekaligus melek syariah.

Bergabunglah dengan kami di Program Studi Ekonomi Islam UII
Daftar Sekarang di Pmb.uii.ac.id
Temukan Informasi dan wawasan lainnya dengan mengunjungi https://fis.uii.ac.id/ekis

Cina Kuasai Pasar Halal Global? Apa Peran Penduduk Muslim Indonesia?

Indonesia adalah negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia. Namun, ironisnya industri halal global justru didominasi oleh negara-negara non-Muslim, salah satunya Cina. Berdasarkan data The State of the Global Islamic Economy 2023/24 Report tahun 2022, Cina menempati posisi kesembilan sebagai eksportir makanan halal terbesar ke negara-negara OKI, dengan nilai ekspor mencapai USD 10,4 miliar. Sementara itu, Indonesia, meskipun menjadi pasar halal terbesar, masih lebih banyak mengimpor daripada mengekspor produk halal.

Fakta ini menimbulkan pertanyaan besar “Mengapa negara dengan mayoritas Muslim justru tidak menjadi pemain utama dalam industri halal?”

Strategi Cina dalam Menguasai Pasar Halal

Cina tidak bermain-main dalam bisnis halal. Mereka telah menempuh berbagai strategi untuk memperkuat posisinya di pasar halal global, diantaranya:

1. Ekspansi Melalui Belt and Road Initiative (BRI)
Cina menggunakan proyek BRI untuk memperluas jangkauan perdagangan produk halal mereka ke negara-negara Muslim di Asia Tenggara, Timur Tengah, dan Afrika.
2. Investasi Besar di Industri Halal
Cina telah membangun pusat produksi halal di berbagai negara Muslim, termasuk pabrik makanan halal, farmasi, dan kosmetik.
3. Sertifikasi Halal yang Kompetitif
Dengan bekerja sama dengan berbagai lembaga sertifikasi halal internasional, Cina memastikan produk mereka bisa diterima di berbagai negara Muslim.

Indonesia yang Tertinggal

Sebagai negara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar, seharusnya Indonesia menjadi pemimpin dalam industri halal, terlebih dengan keunggulan Indonesia adalah kombinasi antara kekayaan alam, iklim tropis, dan posisi strategis yang menjadikan Indoneisa mendukung potensi produksi sepanjang tahun. Namun, beberapa faktor berikut membuat Indonesia masih tertinggal:

1. Regulasi dan Sertifikasi yang Rumit
Tidak adanya standar sertifikasi halal yang seragam membuat proses ekspor menjadi lebih sulit dibandingkan negara lain.
2. Kurangnya Inovasi dan Daya Saing
Banyak UMKM halal di Indonesia masih berskala kecil, kalah saing dan kurang memiliki akses ke pasar internasional.
3. Minimnya Kesadaran Ekonomi Syariah
Banyak masyarakat Muslim yang hanya berfokus pada mengonsumsi produk halal, tanpa berpikir untuk menjadi produsen.

Untuk membalikkan keadaan, umat Muslim di Indonesia harus mulai mengambil langkah nyata:

1. Membangun Kesadaran Ekonomi Syariah
Umat Islam harus mulai berpikir bahwa halal bukan hanya soal konsumsi, tetapi juga soal produksi dan distribusi.
2. Mendorong UMKM Halal Go Global
Pemerintah dan masyarakat harus mendukung UMKM halal untuk naik kelas dan bisa bersaing di pasar internasional.
3. Membentuk Ekosistem Industri Halal yang Mandiri
Indonesia harus bisa mandiri dalam produksi bahan baku halal, bukan hanya mengimpor dari negara lain.
4. Mempermudah Regulasi dan Sertifikasi
Pemerintah perlu menyederhanakan sistem sertifikasi halal agar lebih kompetitif di pasar global.

Saatnya Bangkit!

Cina telah berhasil menguasai pasar halal global dengan strategi bisnis yang matang. Indonesia, dengan jumlah Muslim terbesar, seharusnya bisa lebih aware dari sekadar menjadi pasar “Akankah kita terus menjadi penonton, atau mulai mengambil peran nyata dalam ekonomi halal global?”. Sebagai generasi Ekonomi Islam, kita memiliki peluang besar untuk mengambil peran dalam industri halal ini. Dengan semangat inovasi, keberanian berwirausaha, dan pemahaman yang mendalam tentang ekonomi syariah, kita bisa menjadi pelaku utama dalam ekonomi halal global. Jangan hanya menjadi penonton!

Mulailah berkontribusi dan jadilah bagian dari perubahan!
Gabung bersama kami di Program Studi Ekonomi Islam UII

Temukan informasi menarik lainnya di https://fis.uii.ac.id/ekis

eFishery Canggih! Tapi Halal Gak Sih?

Dalam beberapa tahun terakhir, eFishery menjadi perbincangan hangat di dunia perikanan Indonesia. Startup yang didirikan pada tahun 2013 ini hadir dengan berbagai inovasi teknologi untuk membantu petambak ikan dan udang meningkatkan efisiensi usaha mereka.

Namun, sobat tahu gak sih? Saat ini, selain efishery tengah menghadapi sejumlah isu serius yang mencakup dugaan penggelapan dana, manipulasi laporan keuangan, keterlambatan pembayaran untuk penjual dan pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan, terlepas dari hal itu, Apakah transaksi efishery memenuhi prinsip ekonomi Islam? Yuk kita Simak !

Keunggulan eFishery dalam Industri Perikanan

Pada umumnya efishery diyakini mempunyai beberapa keunggulan seperti :

1. Efisiensi Pakan dengan Teknologi Otomatis
Efishery menggunakan alat pemberi pakan otomatis yang bisa diatur sesuai kebutuhan ikan atau udang. Teknologi ini membantu petambak mengurangi pemborosan dan meningkatkan efisiensi penggunaan pakan, yang merupakan komponen biaya terbesar dalam budidaya ikan.

2. Memotong Rantai Distribusi
eFishery memberikan layanan pemasaran digital yang memungkinkan petambak menjual hasil panen langsung ke pembeli besar seperti restoran dan supermarket. Hal ini membantu petambak mendapatkan harga lebih baik dibandingkan jika mereka harus bergantung pada perantara tradisional.

3. Akses Pembiayaan yang Lebih Mudah
Efishery menyediakan akses pembiayaan bagi petambak yang kesulitan mendapatkan
pinjaman dari bank. Pendanaan ini membantu mereka mengembangkan usaha tanpa
harus menghadapi proses birokrasi yang rumit. Namun, apakah system ini sesuai dengan prinsip Islam ?

Sistem Pembiayaan pada eFishery

Salah satu layanan utama eFishery adalah eFisheryFund, yang memberikan pendanaan kepada petambak dengan skema “Kasih Bayar Nanti (Kabayan)” atau pay later. Sistem PayLater dalam Islam bisa dikategorikan haram jika mengandung riba atau unsur yang dilarang syariah lainnya. Sedangkan dalam Islam, sistem pembiayaan harus memenuhi prinsip keadilan dan bebas dari unsur riba. Oleh karena itu, ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan:

1. Adanya Riba (Bunga) → Haram

Sebagian besar layanan PayLater membebankan bunga atau biaya tambahan jika pembayaran tidak dilakukan tepat waktu. Dalam Islam, riba (tambahan atas utang) hukumnya haram, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an:

“Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” (QS. Al-Baqarah: 275)

Jika PayLater menerapkan sistem bunga, maka masuk dalam kategori riba nasi’ah, yaitu penambahan jumlah utang karena waktu pembayaran diperpanjang.

2. Jika Ada Denda Keterlambatan → Haram

Sebagian besar layanan PayLater menetapkan denda jika pembayaran melewati batas waktu. Dalam Islam, denda yang bersifat tambahan atas utang termasuk riba dan tidak diperbolehkan.

3. Jika Hanya Biaya Administrasi Tetap → Bisa Halal

Jika sistem PayLater hanya menetapkan biaya administrasi tetap (flat fee) yang tidak berubah meskipun terjadi keterlambatan, maka masih ada peluang untuk dianggap halal, selama tidak mengandung unsur riba, gharar (ketidakjelasan), dan dharar (merugikan).

eFishery sendiri sudah bekerja sama dengan beberapa lembaga keuangan syariah, seperti Alami Sharia dan BRI Syariah. Dengan adanya kerja sama ini, eFisheryFund menyediakan opsi pembiayaan yang sesuai dengan prinsip syariah bagi para pembudidaya. Namun, penting untuk memahami bahwa tidak semua layanan eFisheryFund secara otomatis memenuhi kriteria syariah. Oleh karena itu, disarankan bagi pembudidaya yang menginginkan pembiayaan syariah untuk:

1. Memeriksa detail skema pembiayaan
Pastikan bahwa skema yang ditawarkan menggunakan akad yang sesuai dengan prinsip syariah, seperti murabahah.

2. Berkonsultasi dengan lembaga keuangan syariah terkait
Untuk mendapatkan kejelasan lebih lanjut mengenai kesesuaian produk dengan
prinsip syariah.

Bagaimana menurutmu Sobat? Apakah eFishery memenuhi prinsip Syariah? Atau malah sebaliknya? Yuk, diskusikan dengan Dosenmu !

Temukan wawasan dan informasi lainnya di https://fis.uii.ac.id/ekis
Jadilah bagian dari kami dengan mendaftar di Program Studi Ekonomi Islam UII !

Hafidzah 30 Juz di Tengah Kampus, Program Studi Ekonomi Islam Pilihannya !!

Mahasiswa Ekonomi Islam

PMB.UII.AC.ID – Pendaftaran Program Beasiswa Hafidz Hafidzah UII 2025 Periode I Masih Dibuka !

Periode pendaftaran sudah berlangsung selama 11 hari dari tenggat waktu pendaftaran 15 – 31 Januari 2025. Sebelum terlambat! “Program Studi Ekonomi Islam pilihan yang tepat”. 

Mengapa Program Studi Ekonomi Islam ?

Salah satu kisah inspiratif datang dari Hurul ‘Aini Kamila pemerima Beasiswa Hafidzah tahun 2024. Perjalanan Hurul dalam memilih kampus membuktikan bahwa ekonomi islam dan hafalan Al-Qur’an dapat berjalan beriringan tanpa saling mengorbankan. Bagi hurul menjadi seorang hafidzah yang mendalami ilmu ekonomi sesuai syariat adalah investasi dunia akhirat.

Perjalanan Hurul dalam memilih Impian

Hurul, seorang hafidzah 30 juz, memutuskan untuk melanjutkan pendidikan tinggi di UII dengan alasan sederhana namun bermakna, ia ingin mendalami ekonomi Islam sambil menjaga hafalan Al-Qur’annya. Perjalanan ini bukanlah tanpa tantangan, tetapi ia membuktikan bahwa usaha, doa, dan niat yang lurus bisa membuka jalan menuju kesuksesan.

“Ketika tahu UII membuka Beasiswa Hafidz, saya langsung tertarik terutama terdapat kakak kelas saya yang juga lulus dari UII dengan program beasiswa hafidz ini. Menurut saya, ini adalah kesempatan besar untuk melanjutkan pendidikan tanpa harus khawatir tentang biaya, sekaligus berada di lingkungan yang mendukung hafalan,” ungkap Hurul.

Menjadi mahasiswa sekaligus hafidzah tentu membutuhkan manajemen waktu yang baik. Awalnya Hurul memang ragu untuk mengambil Program Studi Ekonomi Islam, namun dengan banyak pertimbangan dirasa Ekonomi Islam adalah jalan yang selaras sambil menjaga hafalannya. Hurul terus berusaha menjaga rutinitas murajaahnya di tengah padatnya jadwal kuliah dibantu oleh program khusus penerima Beasiswa Hafidz hafidzah dari UII untuk menjaga hafalannya.

“Waktu untuk murajaah memang tidak sebanyak dulu, tapi saya selalu menyempatkan diri untuk mengulang hafalan di sela-sela jadwal kuliah. Saya juga menargetkan hafalan tertentu setiap harinya, sehingga hafalan tetap terjaga dan itu dibantu program yang diwajibkan oleh UII” ujarnya.

Hurul pun merasakan manfaat dari hafalan Al-Qur’an dalam memahami materi perkuliahannya saat ini. Ayat-ayat Al-Qur’an yang sering disampaikan dosen menjadi lebih mudah diingat dan dipahami, karena sudah ada dalam ingatannya sejak dini.

Kisah Hurul adalah bukti bahwa menjadi hafidzah sekaligus mahasiswa Ekonomi Islam adalah pilihan yang penuh berkah. Hurul juga menyampaikan “Untuk calon mahasiswa Ekis, pastikan kalian memiliki niat yang baik saat memilih program studi. Jangan ragu untuk belajar hal baru, meskipun belum punya dasar ekonomi sebelumnya. Ingatlah, belajar dan gagal adalah bagian dari proses yang akan membantu kita menjadi lebih baik,” pesannya.

Dari menghargai suatu proses, dari langkah kecil yang sederhana, Hurul ‘Ainul Kamila berhasil membuka jalan menuju masa depan yang lebih cerah.

Ada banyak jalan untuk meraih mimpi, dan Beasiswa Hafidz/Hafidzah UII adalah salah satu langkah nyata untuk mencapainya. Jangan lewatkan kesempatan ini!

Daftar sekarang di pmb.uii.ac.id dan jadilah bagian dari Program Studi Ekonomi Islam Universitas Islam Indonesia.

Temukan informasi menarik lainnya di https://fis.uii.ac.id/ekis

Generasi Muda, Bikin Keuangan Syariah Lebih Dekat dengan Semua!!

Keuangan Syariah

Indonesia sebagai negara mayoritas muslim terbesar dunia memiliki ambisi besar untuk menjadi pusat keuangan syariah global. OJK menargetkan pangsa pasar perbankan syariah mencapai 15% dari total aset perbankan pada 2024, memperkuat ekosistem syariah melalui industri halal, zakat, dan wakaf, serta menjadikan Indonesia sebagai hub internasional keuangan syariah.

Namun, Inklusi keuangan syariah di Indonesia masih menghadapi tantangan yang signifikan. Berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2024, tingkat literasi keuangan syariah hanya mencapai 9,1%.  Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat masih belum memahami konsep dasar produk keuangan syariah, seperti akad bagi hasil atau perbedaan antara sistem syariah dan konvensional.

Tantangan ini tidak hanya terjadi di tingkat nasional, tetapi juga bersifat global. Industri keuangan syariah memerlukan terobosan untuk dapat bersaing secara internasional, baik dalam hal inovasi produk maupun adopsi yang lebih luas.

Lebih menarik lagi, generasi muda, terutama kelompok usia 15–25 tahun ini memiliki potensi besar untuk menjadi motor penggerak perubahan. Namun, lagi lagi survei menunjukkan bahwa kelompok ini cenderung kurang peduli terhadap literasi keuangan, bahkan sering terjebak dalam jebakan keuangan (financial trap), seperti maraknya penggunaan pinjaman online tanpa perencanaan yang matang.

Lalu, bagaimana kondisi ini bisa diubah? Dan apa peran generasi muda untuk meningkatkan literasi sekaligus inklusi keuangan syariah di masa depan?. Berikut Rizka Septia Prabu, Student Ambassador Duta Literasi Ekonomi Syariah, Mahasiswa Ekonomi Islam Angkatan 2022 membagikan pandangannya.

Penyebab Rendahnya Inklusi Keuangan Syariah 

Pertama, Rizka menyebutkan ada beberapa faktor utama yang menyebabkan rendahnya inklusi keuangan syariah di Indonesia:

  1. Rendahnya Literasi Keuangan Syariah Banyak masyarakat yang belum memahami produk keuangan syariah dan prinsip dasarnya. “Sebagian besar masyarakat bahkan tidak tahu apa itu bagi hasil atau bagaimana konsep akad dalam syariah berbeda dari konvensional,” ujar Rizka. 
  2. Akses yang Terbatas Rizka juga menyoroti bahwa layanan keuangan syariah lebih sulit diakses di daerah daerah terpencil, terutama di luar Pulau Jawa.

    “Masyarakat di daerah terpencil sering kali harus menempuh jarak yang jauh untuk menemukan bank syariah,” tambahnya.

  3. Kompleksitas Produk Menurut Rizka, banyak masyarakat merasa produk keuangan syariah lebih rumit dibandingkan produk konvensional. Ada kesan bahwa untuk memahami dan menggunakan produk syariah, butuh pengetahuan tambahan yang membuat orang jadi ragu.
  4. Implementasi Regulasi yang Belum Merata Meski regulasi dari pemerintah dan OJK sudah ada, implementasinya belum optimal di beberapa wilayah. Hal ini menjadi tantangan bagi lembaga keuangan syariah untuk berkembang lebih luas.

Strategi Student Ambassador untuk Meningkatkan Literasi Keuangan

Sebagai student ambassador, Rizka dan timnya aktif melakukan berbagai kegiatan untuk mendukung bentuk usaha generasi muda dalam peningkatan literasi keuangan syariah, diantara:

  1. Edukasi Melalui Seminar dan Workshop  “Kami sering mengadakan seminar dan workshop untuk masyarakat umum, mahasiswa, hingga pelajar sekolah. Tujuannya adalah untuk mengenalkan keuangan syariah secara sederhana dan menarik,” Ungkap Rizka.
  2. Kolaborasi dengan Lembaga Keuangan Syariah Rizka dan tim juga bekerja sama dengan bank syariah untuk menyebarluaskan informasi tentang produk-produk mereka. “Dengan kolaborasi ini, masyarakat bisa lebih mudah memahami manfaat produk syariah,” ujarnya.
  3. Simplifikasi Produk Syariah Rizka menjelaskan bahwa timnya berupaya menjelaskan produk syariah dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh masyarakat.

    “Kami menggunakan pendekatan cerita dan contoh kasus agar lebih membumi,” tambahnya.

Saatnya Pergerakan dari Semua

Hasil Survei Nasional SNLIK dalam konferensi pers OJK 2024 membuktikan rendahnya inklusi keuangan syariah di Indonesia tidak hanya menjadi tantangan, tetapi juga peluang besar bagi generasi muda untuk berkontribusi. Melalui edukasi, kolaborasi, dan inovasi, mahasiswa seperti Rizka Septia Prabu membuktikan bahwa mereka bisa menjadi agen perubahan yang nyata. “Keuangan syariah bukan hanya tentang agama, tetapi juga tentang menciptakan sistem yang adil dan inklusif untuk semua,”.

Ingin belajar lebih dalam ? Daftar Sekarang di Program Studi Ekonomi Islam
Pendaftaran telah dibuka kunjungi pmb.uii.ac.id dan fis.uii.ac.id/ekis untuk informasi serta artikel lainnya.

Menangkan Lomba International, Mahasiswa Program Studi Ekonomi Islam UII Raih Empat Penghargaan di IISF 2024

IEKI International Student Festival 2024

Mahasiswa Prodi Ekonomi Islam di IISF 2024

Yogyakarta, EKIS NEWS – Mahasiswa Program Studi Ekonomi Islam Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menorehkan prestasi membanggakan. Dalam ajang Inernational IEKI International Student Festival IISF 2024 yang dinaungi oleh Asosiasi Program Studi Ekonomi Islam Indonesia (APSEI), mahasiswa Ekonomi Islam UII berhasil membawa pulang empat penghargaan di dua kategori kompetisi utama.

Acara ini digelar di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, yang mempertemukan para finalis dari berbagai universitas PTN dan PTS ternama serta universitas dari luar negeri seperti Korea Selatan dan Filipina. Dengan begitu, kompetisi ini mengharuskan seluruh peserta mempresentasikan ide, dan melakukan kegiatan mereka sepenuhnya dalam bahasa Inggris, menambah tantangan tersendiri bagi para mahasiswa.

Pada tahap puncak, tiga tim dari Program Studi Ekonomi Islam UII berhasil mencapai babak final Dua tim di kategori Business Plan Competition, Satu tim di kategori Poster Design. 

Hasilnya, tim mahasiswa Program Studi Ekonomi Islam UII berhasil meraih penghargaan di empat kategori:

  • Best Innovation Idea dan Best Apps (Business Plan Competition).
  • Best Presentation dan Best People’s Choice (Poster Design).

Finalis 3 tim tersebut terdiri dari beberapa mahasiswa Program Studi Ekonomi Islam diantaranya :

  1. Tim 1 – Peraih Best Apss

Almeyda Asharsyira Program Studi Ekonomi Islam 2023

Yasmin Ulya Sadzali Al-Rosid Program Studi Ekonomi Islam 2022

Nasywa Awaliya Ramadhani Program Studi Ekonomi Islam 2022

  1. Tim 2 – Peraih Best Innovation Idea

Asiyah Azahra Program Studi Ekonomi Islam 2023

Yuyun Rohayati Program Studi Ekonomi Islam 2023

Inas Soraya Husna Program Studi Ekonomi Islam 2023

  1. Tim 3 – Best Presentation & People choice (Favorit)

Tara Aqila Humayra Program Studi Ekonomi Islam 2023

Wisam Shofiyurrahman Program Studi Ekonomi Islam 2022

Suroyya Yefiani Program Studi Ekonomi Islam 2023

Inovasi “Beauty Insight” yang Memikat Juri

Salah satu ide bisnis yang berhasil mencuri perhatian juri dalam Business Plan Competition adalah Beauty Insight. Platform berbasis teknologi ini menggunakan blockchain dan global API’s untuk memberikan transparansi penuh terkait produk kosmetik.

Dengan Beauty Insight, pengguna dapat melacak informasi mulai dari bahan baku, sertifikasi halal dari berbagai negara, hingga izin BPOM, memastikan bahwa produk kosmetik yang mereka gunakan aman dan sesuai standar. Sebagai platform yang memadukan fitur-fitur ini secara terpadu, Beauty Insight menjadi pionir di industri kecantikan global. Inovasi ini membuat tim UII dianugerahi penghargaan Best Innovation Idea.

Tantangan Persiapan di Tengah Masa Ujian

Meskipun persiapan menuju kompetisi ini hanya dilakukan dalam waktu singkat dan bertepatan dengan masa masa ujian, semangat dan tekad yang kuat menjadi kunci kesuksesan tim. Salah satu anggota tim menyebutkan bahwa tantangan terbesar mereka adalah membagi fokus antara ujian, kegiatan kampus dan kompetisi.

“Awalnya kami ragu karena persiapan yang sangat minim. Tapi dengan dukungan besar dari prodi dan teman-teman, kami memutuskan untuk tetap maju. Ternyata, usaha keras kami berbuah manis” ungkap Tara

Pelajaran dan Harapan ke Depan

Prestasi ini menjadi bukti bahwa dengan tekad kuat dan kerja sama, segala keterbatasan bisa dilalui. Namun, para peserta juga menyadari pentingnya persiapan yang lebih matang untuk menghadapi ajang internasional di masa depan.

“Jika kami dapat mempersiapkan diri lebih jauh sebelumnya, tentu hasilnya bisa lebih baik lagi. Ke depannya, semoga pengalaman ini menjadi bekal untuk mengikuti kompetisi yang lebih besar, bahkan di tingkat global” tambah Almey

UII di Kancah Internasional

Prestasi ini bukan hanya membanggakan bagi program studi Ekonomi Islam, tetapi juga menunjukkan bahwa UII mampu bersaing di panggung internasional. Ajang ini menjadi tambahan capaian prestasi dalam negeri bagi mahasiswa Ekonomi Islam UII untuk terus menjajaki peluang di kompetisi bergengsi lainnya, termasuk di luar negeri.

“Prestasi ini menunjukkan bahwa mahasiswa Program Studi Ekonomi Islam UII memiliki potensi besar. Terimakasih IISF 2024 telah menjadi panggung bagi kami untuk memamerkan ide dan inovasi kami, harapannya, lebih banyak lagi generasi muda yang berani melangkah ke ajang internasional, membawa semangat inovasi dan kontribusi nyata bagi dunia,” tutup Yuyun.

Temukan informasi menarik lainnya di https://fis.uii.ac.id/ekis

Informasi pendaftaran telah dibuka kunjungi Pmb.uii.ac.id atau KLIK DISINI

 

Afifa Buktikan !! Mahasiswa Program Studi Ekonomi Islam Juga Bisa Magang di Kementerian Keuangan !

Afifatun Naja

Afifatun Naja
Program Studi Ekonomi Islam 2021

Di Program Studi Ekonomi Islam, Universitas Islam Indonesia (UII), magang merupakan bagian penting dari kurikulum bagi mahasiswa semester 7. Setiap tahun, seluruh mahasiswa diwajibkan mengikuti program magang yang disesuaikan dengan minat dan jurusan mereka. Program ini bertujuan untuk mengasah keterampilan praktis serta memberikan pengalaman langsung dalam menerapkan ilmu ekonomi Islam di dunia kerja. Pilihan lokasi magang bervariasi, mulai dari institusi keuangan syariah, perusahaan multinasional, hingga kementerian yang berfokus pada kebijakan ekonomi

Pada kesempatan ini, salah satu mahasiswa Ekonomi Islam, Afifatun Naja mahasiswa angkatan 2021 memilih Kementerian Keuangan sebagai tempat magangnya. Bagi Afifa, Kementerian Keuangan menawarkan pengalaman belajar yang relevan dan menantang, terutama terkait dengan pengelolaan keuangan negara yang sesuai dengan bidang yang ia dalami. Menurutnya, kementrian keuangan mempunyai reputasi yang baik dalam tata Kelola keuangan negara, sehingga ia percaya bahwa pengalaman ini akan menjadi bekalnya di masa depan nanti.

Proses Persiapan dan Pengalaman di Kemenkeu

Afifa juga menceritakan perjalananan mengapa memilih Kementerian Keuangan sebagai tempat magang untuk memenuhi syarat kelulusannya. Dimulai dari informasi bahwa Kementerian Keuangan membuka program magang empat periode dalam setahun, Afifa tertarik dan mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya untuk mengikuti seleksi. Usahanya pun berbuah manis saat ia diterima di Direktorat Jenderal Perbendaharaan, tepatnya di Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Serang.

Selama magang, Afifa mendapatkan banyak pengalaman yang memperkaya wawasannya. Ia ditempatkan di subbagian umum, yang bertanggung jawab dalam pengelolaan organisasi kinerja, SDM, keuangan, tata usaha, dan kehumasan. “Saya terlibat dalam berbagai kegiatan administratif, mulai dari mencatat realisasi belanja di aplikasi SIMPeL, membuat press release APBN, mengelola data kepegawaian, membuat konten media sosial, hingga menjadi MC di beberapa acara penting,” ceritanya.

Pengalaman ini memperdalam pemahaman Afifa tentang pengelolaan perbendaharaan dan kompleksitas anggaran negara. Ia juga berkesempatan berpartisipasi dalam peringatan Hari Oeang ke-78, di mana ia menjadi bagian dari tim kreatif visual dalam Kompetisi Olahraga yang diadakan oleh Kemenkeu Banten. Afifa merasa bangga dapat berkontribusi dan menyaksikan rangkaian acara tersebut yang dihadiri oleh pejabat tinggi dan pengawas Kementerian Keuangan langsung.

Relavansi Mahasiswa Ekonomi Islam

Afifa menilai bahwa magangnya sangat relevan dengan latar belakangnya sebagai mahasiswa Ekonomi Islam.

“Walaupun KPPN beroperasi dengan sistem keuangan konvensional, saya belajar tentang pentingnya transparansi dan tanggung jawab dalam pengelolaan dana publik. Prinsip-prinsip ini sebenarnya sejalan dengan nilai-nilai yang diajarkan dalam ekonomi Islam,ungkapnya.

Dengan magang ini, ia bisa memahami bagaimana dana publik dikelola secara bertanggung jawab, yang menurutnya memiliki kesamaan dengan prinsip keuangan dalam Islam.

Afifa mengaku banyak pelajaran berharga yang didapatkan.

“Saya belajar tentang ketelitian dalam pengelolaan data, kedisiplinan, dan kemampuan berkomunikasi yang baik dengan rekan kerja. Ini semakin membuat saya tertarik untuk berkarier di dunia keuangan setelah lulus. Saya jadi lebih bersemangat untuk mendalami ilmu ekonomi Islam agar bisa berkontribusi nyata dalam tata kelola keuangan negara,” tuturnya.

Tidak lupa, Afifa juga berbagi tips bagi teman-teman yang tertarik untuk magang di Kementerian Keuangan. Ia menyarankan untuk mempersiapkan diri dengan baik, tidak hanya dari segi akademis tetapi juga dengan mengasah pengalaman organisasi dan soft skills.

“Di dunia kerja, kita akan menghadapi tantangan komunikasi dan kerja sama tim yang sama pentingnya dengan kemampuan teknis,” ujarnya.

Afifa juga mendorong mahasiswa untuk terus mencari peluang, mencoba berbagai program magang, dan tidak takut untuk gagal. “Kalau kita nggak nyoba sekarang, kita nggak akan tahu hasilnya. Terus berkarya, dan jangan pernah puas dengan hasil yang kita capai hari ini. ‘Don’t be satisfied with one gold,‘” tutupnya dengan motivasi yang kuat.

Seru dan Inspiratif sekali bukan ??

Informasi magang kementrian keuangan dapat ditelusuri dengan tautan magang.kemenkeu.go.id

Tertarik tapi bingung mulai dari mana?? Kamu bisa mempersiapkan diri dengan berproses dan bergabung seperti yang dilakukan Afifa di Program Studi Ekonomi Islam UII.

Informasi pendaftaran Program Studi Ekonomi Islam telah dibuka kunjungi Pmb.uii.ac.id atau KLIK DISINI
Temukan informasi menarik lainnya di https://fis.uii.ac.id/ekis