From Thrift to Profit, Mahasiswa Ekis punya Finansial Produktif
Siapa bilang mahasiswa tidak bisa mandiri secara finansial, saat ini telah banyak mahasiswa yang sukses meraih keuntungan dari bisnis sampingan dengan kreativitas dan ketekunannya. Salah satunya mahasiswa Ekonomi Islam UII Angkatan 2022 ||Uray Fadli Rahman, dia telah berhasil mengubah hobinya menjadi ladang bisnis yang menjanjikan.
Banyak orang mengira bahwa bisnis pakaian bekas (thrift) adalah sekadar menjual barang yang tidak terpakai lagi. Namun, bagi Uray, bisnisnya lebih dari sekadar thrift biasa, fokus utamanya adalah pada kaos vintage, sebuah kategori pakaian bekas yang memiliki nilai lebih karena keunikan, sejarah, dan keterbatasannya.
“Yang menginspirasi saya memulai bisnis ini adalah kecintaan saya pada musik dan gaya berpakaian band-band lama yang sering diputar oleh ayah saya sejak kecil. Kaos-kaos vintage ini sangat spesial, karena selain unik, banyak juga yang limited edition. Tidak banyak orang yang memiliki jenis kaos seperti ini,” ujar Uray.
Meskipun banyak orang menganggap bisnis thrift dan vintage itu serupa, sebenarnya ada perbedaan yang cukup penting. Thrift lebih merujuk pada barang bekas secara umum, sementara vintage adalah barang-barang yang berasal dari era atau masa tertentu, biasanya lebih dari 20 tahun yang lalu, dan memiliki nilai historis atau emosional. Perlu kamu ketahui, “vintage termasuk thrift tapi thrift belum tentu adalah vintage”. Dan Dalam bisnisnya, Uray fokus pada kaos vintage, yang memang memiliki pasar tersendiri di kalangan kolektor dan pecinta fashion lawas.
Menerapkan Prinsip Syariah dalam Bisnis
Menariknya, bisnis ini tidak dimulai dengan modal besar. Uray mengaku bahwa modal awalnya hanyalah “nekat”. Pada awalnya, ia memulai usahanya dengan hanya sekitar Rp150.000 untuk membeli kaos pertama, yang kemudian secara bertahap berkembang. Modal terkumpul dari tabungan pribadi dan penghasilan, hingga sampai saat ini sudah mencapai kisaran 1 hingga 2 juta rupiah untuk modal saja.
Perjalanan bisnisnya memang tidak selalu mulus. Tantangan terbesar di awal adalah mencari pemasok yang bisa menyediakan kaos vintage dengan kualitas yang terjamin. Selain itu, biaya pengiriman dan kadang barang yang terjebak di bea cukai menjadi hambatan tersendiri. Namun, berkat ketekunannya, ia berhasil mengatasi semua tantangan itu.
Mengelola Waktu Antara Bisnis dan Kuliah
Mengelola bisnis sambil kuliah bukanlah hal mudah. Uray harus pandai membagi waktu antara urusan akademis dan bisnisnya.
“Jujur, semuanya saya kerjakan sendiri, mulai dari mencari barang, membersihkan, hingga packing dan pengiriman. Kalau saya lagi tidak di Jogja, kadang abang saya membantu sedikit, tapi sebagian besar tetap saya handle sendiri. Capek, tapi karena ini sudah jadi passion, saya nikmati saja.” Ungkap Uray
Sebagai mahasiswa tentu kuliah tetap menjadi prioritas utamanya
“Kalau ada event besar di luar kota, saya biasanya ambil jatah tidak presensi kuliah, tapi selebihnya saya bisa tetap kuliah sambil menjalankan bisnis ini. Orang tua juga mendukung selama saya bisa menjaga keseimbangan antara keduanya.” Tambah Uray
Mengenal Pasar dan Persaingan
Saat memulai bisnis ini, target pasar menjadi salah satu tantangan terbesar.
“Saya butuh waktu untuk benar-benar memahami siapa yang akan menjadi pembeli saya. Pada awalnya, saya kira kaos-kaos ini cocok untuk semua kalangan, tetapi ternyata segmen pasarnya lebih niche, pecinta kaos band lawas dan kolektor barang vintage,” jelasnya.
Namun, meskipun pasar vintage sangat spesifik, persaingan di dunia thrift dan vintage cukup ketat. Banyak teman-teman Uray yang juga menjalankan bisnis serupa. Meski begitu, ia tidak menganggap teman-temannya sebagai pesaing. Uray mengaku bahwa hubungan antar penjual di bisnis ini lebih menyerupai komunitas yang saling mendukung ketimbang persaingan. Mereka sering bertemu, berbagi pengalaman, dan bahkan saling membantu satu sama lain dalam menjalankan bisnis.
Menerapkan Prinsip Syariah dalam Bisnis
Menariknya, dalam menjalankan bisnis, Uray sebagai mahasiswa Ekonomi Islam sangat memperhatikan prinsip-prinsip syariah. Salah satu prinsip yang ia terapkan adalah menjauhi unsur penipuan dan riba.
“Saya selalu jujur dengan konsumen tentang kondisi barang yang saya jual. Jika ada cacat atau kerusakan, saya jelaskan secara detail melalui foto atau video call. Transparansi dan kejujuran adalah kunci kepercayaan pelanggan,” tambahnya.
Ke depannya, Uray berharap bisnisnya dapat berkembang lebih besar dan dikenal lebih luas, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di luar negeri. Uray juga mengutarakan keinginannya agar lebih banyak orang dapat menghargai kaos-kaos vintage, karena menurutnya, setiap kaos memiliki sejarah dan cerita yang menarik di baliknya. Ia juga berharap bisnisnya dapat terus berkembang dan tumbuh lebih besar di masa depan.
Selain itu, untuk mahasiswa lain yang ingin memulai bisnis, Uray berpesan, “Jangan takut untuk memulai! Mulailah dengan langkah kecil, cari tahu apa yang kamu suka dan tekuni. Terpenting, jangan takut untuk gagal. Setiap kegagalan adalah pelajaran berharga.” Tegas Uray
Dengan semangat dan dedikasi, Uray Fadli Rahman berhasil membuktikan bahwa bisnis berbasis hobi pun bisa menghasilkan keuntungan yang tidak main-main. Dari thrift hingga Profit, fokusnya bisnisnya di Vintage membuktikan bahwa dengan ketekunan dan kekreativan, siapapun bisa menjadi mandiri secara finansial, bahkan di bangku kuliah.
Tertarik menjadi Pembisnis muda juga?
Segeralah gabung bersama kami di Program Studi Ekonomi Islam.
Informasi pendaftaran telah dibuka kunjungi Pmb.uii.ac.id atau KLIK DISINI
Temukan informasi menarik lainnya di https://fis.uii.ac.id/ekis/