Amalan Unik di Bulan Ramadan
Boleh enggak sih tamak? Pasti dibilang enggak boleh. Tapi di bulan Ramadan, gimana dong kalau tamak untuk meraih pahala? So pasti, sepakat boleh banget. Di bulan ibadah ini, orang-orang berlomba-lomba untuk melaksanakan ibadah sebanyak mungkin. Mengapa? Karena ibadah di bulan Ramadan pahalanya berbeda, yang pasti lebih baik dibandingkan pahala ibadah di luar bulan Ramadan. Nah, amalan unik di bulan Ramadan itu kan salah satunya berpuasa. Puasanya aja selama sebulan, keren banget. Bisa dapet banyak manfaat, pahala, dan hikmah.
Salah satu hikmah dari amalan puasa di syahrul shiyaam itu, ialah penghematan dalam konsumsi berupa makanan. Bagaimana bisa hemat? Ayo dihitung. Diasumsikan, apabila biaya seseorang untuk setiap kali makan sebesar Rp15.000,00, dan dalam sehari melakukan konsumsi buat makan sebanyak 3 kali, maka pengeluaran untuk konsumsi makan selama sebulan atau 30 hari, terakumulasi menjadi sebesar Rp1.350.000,00. Bagaimana dengan konsumsi makan di bulan Ramadan?
Bisakah Hemat di Bulan Ramadan?
Kebutuhan makan seorang Muslim di bulan Ramadan pasti berbeda, karena hanya mengeluarkan anggaran untuk sahur dan berbuka puasa. Artinya hanya dua kali makan dalam sehari. Jika dihitung pengeluarannya selama sebulan, maka hanya mengeluarkan Rp900.000,00. Dari hitungan tersebut maka diperoleh penghematan sebesar Rp 450.000,00 dalam satu bulan di bulan Ramadan. Besar juga ya saldonya. Lalu akan digunakan untuk apa ya? Bagi sobat gen Z, boleh jadi uang sebesar itu akan ditabung, atau mungkin dibelanjakan, atau bisa juga lho disedekahkan.
Di bulan penuh kedermawanan ini, dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW telah memberikan contoh bagi kaum Muslim, yaitu bahwa di bulan Ramadan, beliau teladan umat itu, menjadi seorang hamba yang makin dermawan dalam melakukan amal kebajikan (sedekah) melebihi cepat dan luasnya hembusan angin, dibandingkan di luar bulan Ramadan.
Gen Z Berburu Pahala di Bulan Ramadan!
Siapa yang tidak ingin berburu pahala? Pasti dong. Bagi seorang Muslim, tidak di bulan Ramadan saja, rasionalitas konsumsinya sudah diarahkan untuk mendapatkan pahala. Apalagi di bulan syahrul mubarok ini, bulan yang penuh keberkahan, semua berharap untuk mendapatkannya. Bila perlu, bisa seintensif, seinovatif, dan seberagam mungkin untuk dapat meraih pahala dari beragam kebaikan yang mampu dilakukannya.
Bahkan terkadang perilaku seorang Muslim di bulan Ramadan sangat tidak rasional jika dipandang dari kacamata rasionalitas konvensional. Emang kenapa? Karena seorang Muslim akan berusaha lebih banyak untuk dapat berbagi kepada sesama, dalam bentuk apapun, hanya untuk mendapatkan sebanyak mungkin pahala dan ridhoNya, utamanya di bulan Ramadan.
Termasuk ketika memiliki saldo uang sebesar Rp450.000,00 tadi, karena berpuasa. Dengan menjalankan ibadah puasa, menyebabkan berkurangnya konsumsi atau makan dalam 1 hari, mengingat selama puasa aktivitas makan yang biasanya 3 kali akan berkurang menjadi 2 kali saja, yaitu pada saat sahur dan berbuka puasa. Nah selanjutnya, dalam membelanjakan uang sebesar Rp 450.000,00 itu, sebagai seorang Islamic man, pasti akan memutuskan untuk berbelanja yang terbaik, agar hartanya tersebut makin memberikan kemanfaatan dan keberkahan dalam hidupnya.
Sedekah itu Tabungan!
Benar sobat, menabung adalah hal baik untuk menjaga sekaligus mengantisipasi keuangan di masa mendatang. Artinya berinvestasi sekarang, untuk dipetik di masa depan. Lalu apakah sedekah juga merupakan tabungan? Benar juga! Karena, bersedekah merupakan amalan mulia yang sangat dicintai Allah SWT. Mengapa? Karena sedekah itu memberikan manfaat kepada makhluk Allah SWT yang lain, yang membutuhkan bantuan. Nah, sobat yakin kan, dengan bersedekah pasti ada pahala dan hikmahnya? Sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S. Al-Baqarah (2) ayat 261, yang artinya:
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir. Pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”
Dari ayat tersebut, jelas bahwa Allah SWT pasti mengganti uang yang sudah sobat sedekahkan, bahkan dengan berlipat pahala. Jadi, sedekah itu ibarat berinvestasi juga, kan? Pastinya, jika sobat bersedekah, berarti memiliki kepedulian individu kepada khalayak sosial, yang itu sangat banyak faedahnya. Bagi sebagian orang, mungkin Rp450.000,00 itu tidak ada nilainya, namun berbeda bagi sebagian lain yang sedang membutuhkan.
Era Digitalisasi Wakaf Uang
Generasi muda saat ini, berada di lingkungan yang serba digital. Mau berbelanja, belajar, berkomunikasi, bahkan ketika ingin berpahala, dapat memanfaatkan kemajuan teknologi. Hanya dengan melalui handphone, serasa semua urusan dunia sudah ada di genggamannya.
Sobat gen Z, jika sobat ingin memiliki pahala yang terus mengalir walaupun sobat sudah tiada, maka bisa dengan sedekah jariyah, yaitu berwakaf uang. Wakaf uang itu orientasinya mewujudkan dana abadi umat (endowment fund), karena nilai pokok wakaf tidak boleh berkurang, adapun yang boleh disedekahkan adalah imbal hasil wakaf uangnya, yaitu profit hasil memproduktifkan aset wakaf uang yang dilakukan oleh pengelola wakaf (nazhir).
Wakaf uang itu hadir dengan berbagai kemudahan, diantaranya tidak harus menunggu kaya, dan dapat dilakukan melalui QRIS yang mudah diakses dari handphone. So, saldo Rp450.000,00 tadi sudah bisa lho untuk berwakaf. Luar biasa nih, kalau sobat gen Z sudah bisa berinvestasi buat dunia dan akhirat. Jadi nambah seru kan, karena handphone sobat gen Z dapat bermanfaat tidak hanya untuk urusan dunia, tapi juga urusan akhirat.
Lalu kapan berwakaf uang? Sekarang juga bisa. Bagus lho dimulai sejak dini. Karena, jika sobat gen Z menjadikan berwakaf uang itu sebagai gaya hidup (life style), maka kesejahteraan masyarakat dari manfaat imbal hasil wakaf uang itu, dapat segera terwujud. Nah, bergegas yuk menjadi bagian dari wakif pegiat dana abadi umat melalui wakaf uang. Gimana, keren kan? Ayo sobat gen Z, selagi ada umur, jangan ragu-ragu untuk memulai berwakaf uang.
Penulis : Dr. Siti Achiria, SE., MM