UII Kirim Mahasiswa Ekonomi Islam Jadi Duta Literasi SICANTIKS di OJK!!

Program Studi Ekonomi Islam (PSEI) Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menunjukkan komitmennya dalam mendorong literasi keuangan syariah di tingkat nasional. Kali ini, melalui partisipasi aktif dalam program Training of Trainers (ToT) SICANTIKS–Sahabat Ibu Cakap Literasi Keuangan Syariah yang diselenggarakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 28 April 2025 di Jakarta Pusat.

2 mahasiswi dari Ekonomi Islam UII terpilih dan resmi dilantik sebagai Duta Literasi Keuangan Syariah, bersama 100 peserta lainnya dari berbagai daerah di Indonesia. Partisipasi ini menjadi bentuk nyata keterlibatan Ekis UII dalam memperluas dampak pendidikan syariah ke masyarakat.

Bangga Jadi Bagian dari Gerakan Literasi Syariah Nasional

Program SICANTIKS mengangkat tema “Kartini di Era Digital: Perencana Keuangan Perempuan sebagai Penggerak Literasi Keuangan Syariah”. Fokus utamanya adalah membekali para perempuan, khususnya perencana keuangan muda, agar mampu menjadi agen perubahan dalam literasi keuangan berbasis syariah.

Bagi Prodi Ekonomi Islam UII, keikutsertaan dalam program ini bukan sekadar menghadiri acara, tetapi adalah bentuk komitmen kelembagaan untuk terlibat langsung dalam agenda agenda strategis nasional. Sebab Prodi Ekonomi Islam UII percaya, mahasiswa bukan hanya calon akademisi, tapi juga penggerak umat dan pelaku perubahan.

UII Tidak Sekadar Ikut, Tapi Ingin Berdampak

Kegiatan ini menjadi momentum penting yang membuktikan bahwa Prodi Ekonomi Islam UII tidak hanya berbicara konsep, tapi juga aktif menjalin sinergi dengan otoritas resmi seperti OJK.

Keikutsertaan dalam SICANTIKS juga mempertegas misi untuk melahirkan mahasiswa yang tak hanya cakap secara akademik, tetapi juga berdampak di masyarakat melalui kebijakan kebijakan strategis.

Langkah Kecil, Dampak Besar

Program SICANTIKS sendiri telah mencetak lebih dari 2.000 Duta Literasi Keuangan Syariah sejak 2023, dan kini diperkuat dengan peluncuran OJK PEDULI, sebuah program pemantauan untuk memastikan duta-duta tersebut tetap aktif mengedukasi masyarakat.

Dengan hadirnya perwakilan dari Ekonomi Islam UII di barisan duta SICANTIKS, kami yakin peran mahasiswa akan menjadi mata air perubahan bagi masyarakat luas.

Dari kampus ke komunitas, dari mahasiswa ke masyarakat, Prodi Ekonomi Islam UII akan terus melangkah untuk mendukung inklusi dan literasi keuangan syariah Indonesia.

Bergabung beersama kami di Program Studi Ekonomi Islam UII
Daftar sekarang di Pmb.uii.ac.id
Temukan wawasan dan informasi lainnnya dengan mengunjungi https://fis.uii.ac.id/ekis

Fintech Syariah Kian Dikenal: AFSI Goes to Campus Gandeng Prodi Ekonomi Islam UII Kenalkan Security Crowdfunding!

Fintech syariah makin menggeliat dan menyasar kalangan muda! Salah satu langkah strategis dilakukan Asosiasi Fintech Syariah Indonesia (AFSI) yang menggandeng Program Studi Ekonomi Islam Universitas Islam Indonesia (UII) dalam program AFSI Goes to Campus, yang digelar secara daring pada Senin, 28 April 2025.

Acara ini jadi momentum penting untuk mahasiswa UII mengenal lebih dekat dunia fintech syariah, khususnya instrumen investasi berbasis security crowdfunding (SCF) yang kini mulai dilirik sebagai alternatif investasi halal di era digital.

Security Crowdfunding: Investasi Syariah dari, oleh, dan untuk Umat

Dengan tema “Diversifikasi Portofolio Investasi dengan Security Crowdfunding: Peluang dan Risiko”, kegiatan ini menghadirkan dua pemateri utama dari kalangan praktisi dan akademisi, yakni Bapak Kevin Syahrizal (Co-Founder & CEO, PT Syafik Digital Indonesia) dan Bapak Dr. Anton Priyo Nugroho S.E., M.M (Ketua Jurusan Studi Islam FAI UII).

Pak Kevin membuka wawasan peserta tentang praktik urun dana syariah melalui platform Syafik yang sudah diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan direkomendasikan DSN MUI. Ia menjelaskan bahwa SCF memberi kesempatan masyarakat untuk berinvestasi mulai dari Rp.100.000 pada proyek-proyek nyata UKM berbasis akad musyarakah maupun sukuk.

“Bukan cuma ngerti, tapi juga praktik. SCF syariah itu bukan investasi bodong. Legal, diawasi OJK, dan yang paling penting, bebas riba” ujar Pak Kevin tegas.

Kampus Sebagai Motor Literasi Keuangan Syariah

Ketua Prodi Ekonomi Islam, Bapak Reyzha Virgiawan LC., M.E, menyambut hangat program ini. Ia menekankan pentingnya membekali mahasiswa dengan wawasan fintech syariah agar siap menghadapi tantangan ekonomi digital ke depan.

“Ini bukan sekadar kuliah teori. Mahasiswa harus tahu peluang dan risiko dunia bisnis syariah, termasuk security crowdfunding yang mulai berkembang, Kami harap dari program ini, mahasiswa dapat banyak insight, dan informasi bisa tertekan dengan baik, apalagi beberapa dosen juga menugaskan mahasiswa untuk merangkum acara ini” ungkap Pak Reyzha.

AFSI pun menyatakan bahwa program Goes to Campus adalah bagian dari AFSI Academic Partner, sebuah inisiatif untuk memperluas edukasi keuangan syariah dari kampus ke masyarakat luas.

Dari Literasi ke Inklusi, Siap Jadi Investor Syariah!

Sekretaris Umum AFSI, Bapak Vikra Ijaz, mengingatkan bahwa literasi saja tidak cukup. Mahasiswa harus mulai ikut andil dalam investasi halal.

“Keuangan syariah masih 11% dari market share nasional. Padahal umat Islam mayoritas di Indonesia. Jadi, bukan sekadar paham marilah jadi bagian dari inklusi itu” ajaknya.

Sesi ini pun dilengkapi dengan pemaparan akademik dari Dr. Anton, yang menegaskan pentingnya berinvestasi secara syariah, halal, dan berkah. Ia juga mendorong mahasiswa agar tidak tergoda pada keuntungan instan dari investasi konvensional, karena keberkahan adalah kunci jangka panjang.

Prodi Ekis UII Dukung Penuh Literasi Keuangan Syariah Digital

Melalui acara ini, Prodi Ekonomi Islam UII sekali lagi menegaskan komitmennya untuk menjadi pelopor literasi keuangan syariah berbasis teknologi. Dengan dukungan AFSI, mahasiswa diajak untuk tidak hanya belajar teori, tapi juga terlibat langsung sebagai agen perubahan.

Kegiatan ini diharapkan mampu membuka ruang-ruang diskusi yang produktif serta menjadi jembatan antara dunia akademik dan industri halal digital. Ke depan, kolaborasi seperti ini akan terus digencarkan untuk membekali mahasiswa dengan pengetahuan praktis yang relevan dan berdampak nyata.

Security crowdfunding syariah adalah jalan baru menuju investasi yang aman, halal, dan berdampak. Sudah saatnya generasi muda melek digital sekaligus melek syariah.

Bergabunglah dengan kami di Program Studi Ekonomi Islam UII
Daftar Sekarang di Pmb.uii.ac.id
Temukan Informasi dan wawasan lainnya dengan mengunjungi https://fis.uii.ac.id/ekis

GoTo dan Isu Akuisisi, Siapa yang Kini Pegang Kendali?

Ancaman akuisisi GoTo, mengindisikan kedaulatan digital Indonesia yang terancam. Setelah TikTok resmi menguasai sebagian besar saham Tokopedia, kini Grab dikabarkan tertarik memperluas cengkeramannya dengan masuk ke GoTo. Ini bukan sekadar isu bisnis biasa, melainkan soal kendali atas masa depan industri digital di Indonesia.

Apa yang Sebenarnya Dipertaruhkan?

Bagi sebagian orang, akuisisi dianggap sebagai strategi bisnis biasa. Namun jika kita melihat lebih dalam, yang dipertaruhkan adalah kedaulatan ekonomi digital. Ketika platform digital strategis seperti Tokopedia, Gojek, atau OVO tidak lagi dikuasai oleh entitas lokal, maka kontrol atas data, konsumen, dan aliran nilai ekonomi juga ikut berpindah tangan.

Lesson Learned

Industri kita mungkin tumbuh tapi juga rawan terjual. Indonesia dikenal sebagai salah satu pasar digital terbesar di Asia Tenggara. Ekonomi digital Indonesia memiliki pertumbuhan yang signifikan dengan nilai yang diproyeksikan terus meningkat. Namun, pertumbuhan ini tidak diiringi dengan kemampuan mempertahankan kepemilikan. Banyak startup lokal justru berakhir dijual ke pihak asing demi suntikan dana segar. Ini menimbulkan pertanyaan: apakah pertumbuhan industri kita benar-benar sehat dan berkelanjutan.

Sebagai mahasiswa, khususnya dari program studi Ekonomi Islam, kita punya tanggung jawab untuk memahami arah industry kedepan. Isu seperti ini bukan hanya milik para pelaku usaha, tapi juga generasi muda yang akan menjadi bagian dari ekosistem ekonomi masa depan. Kita perlu sadar bahwa ekonomi digital adalah ruang perjuangan baru, dan siapa yang pegang platform, dialah yang pegang kekuatan.

Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan diantaranya:

• Pemerintah perlu menghadirkan regulasi yang melindungi perusahaan lokal dari
dominasi asing.
• Investor dalam negeri harus lebih aktif mendukung startup berbasis lokal.
• Mahasiswa dan generasi muda bisa mulai dengan memperluas literasi digital dan
ekonomi, serta mendukung produk dan platform lokal.

Akuisisi demi akuisisi seharusnya jadi pengingat bahwa ekonomi digital bukan ruang netral. Ada banyak kepentingan di dalamnya, termasuk potensi kerugian jika semua dikuasai asing. Maka dari itu, kita terutama sebagai mahasiswa Ekonomi Islam perlu terus update, berpikir kritis, dan siap mengambil peran di masa depan.

Temukan wawasan dan informasi lainnya di https://fis.uii.ac.id/ekis
Jadilah bagian dari Program Studi Ekonomi Islam dengan mendaftar di Pmb.uii.ac.id

Borong Emas Saat Krisis: Menyelamatkan Diri atau Menyelamatkan Negeri

 

Belakangan ini, publik ramai membicarakan fenomena masyarakat Indonesia yang mulai mem-borong emas secara besar-besaran. Ketidakstabilan ekonomi, kekhawatiran terhadap inflasi, serta kondisi global yang tak menentu membuat logam mulia ini kembali menjadi primadona sebagai aset pelindung nilai.

Namun, menariknya, fenomena ini justru sangat berbeda dengan apa yang pernah terjadi di Korea Selatan saat dilanda krisis besar pada tahun 1997. Alih-alih menyimpan emas untuk diri sendiri, rakyat Korea saat itu justru berlomba-lomba mengumpulkan dan menyumbangkan emas mereka kepada pemerintah. Kalung, cincin, bahkan medali emas diserahkan sukarela demi membantu negara keluar dari krisis.

Tidak butuh waktu lama, hanya dalam dua bulan, krisis ekonomi Korea berhasil dipulihkan. Lalu, apa sebenarnya peran emas di tengah krisis? Sekadar pelindung harta atau pendorong kebangkitan bangsa?

Emas, Pelindung Diri atau Penyelamat Negeri

Dalam kondisi krisis, emas selalu menjadi “pelarian aman” (safe haven) setiap individu, saat nilai uang kertas anjlok, emas tetap punya nilai intrinsik yang stabil. Oleh karena itu, masyarakat Indonesia yang cemas terhadap inflasi atau kegagalan sistemik akhirnya memilih mengonversi uangnya ke bentuk emas. Ini adalah tindakan defensif, yang secara logika sangat masuk akal untuk menyelamatkan diri dari ketidakpastian.

Namun, berbeda dengan sikap kolektif rakyat Korea Selatan. Mereka memandang emas bukan semata sebagai alat pelindung kekayaan pribadi, tetapi juga sebagai alat perjuangan nasional. Saat negara krisis, mereka percaya bahwa menyumbangkan emas akan membantu pemulihan ekonomi. Respons masyarakat terhadap krisis tidak hanya bergantung pada tingkat kepercayaan mereka terhadap negara, tetapi juga pada seberapa besar rasa keterikatan dan nasionalisme yang tertanam dalam diri mereka.

Seperti yang disampaikan oleh Bapak Rizqi Anfanni Fahmi, SEI., MSI, Dosen Program Studi Ekonomi Islam UII, bahwa meskipun pada dekade 1990-an Korea Selatan masih termasuk negara dengan korupsi tinggi sebagaimana terlihat dalam berbagai laporan (Link Data) namun rasa patriotisme mereka sangat tinggi.

“Tradisi wajib militer, serta budaya kolektif untuk membela negara, mendorong masyarakat untuk menyumbangkan emas sebagai bentuk perjuangan bersama, bukan semata karena keyakinan penuh pada kebersihan pemerintah” Tegas Pak Rizqi

Peran Emas dalam Sejarah Peradaban Islam

Dalam sejarah Islam, emas tidak hanya digunakan sebagai alat tukar atau alat simpan nilai, tapi juga sebagai alat pemersatu dan pembangunan peradaban. Di masa Rasulullah SAW, kita mengenal kisah infak besar-besaran saat Perang Tabuk, di mana para sahabat seperti Utsman bin Affan menyumbangkan harta termasuk emas untuk mendanai perjuangan umat.

Pada masa Bani Umayyah dan Abbasiyah, emas menjadi instrumen penting dalam pengelolaan keuangan negara. Sistem moneter berbasis dinar dan dirham memungkinkan stabilitas ekonomi yang tahan terhadap inflasi dan manipulasi. Tak hanya itu, kekuatan baitul maal (perbendaharaan negara) dibangun atas dasar amanah dan keadilan, sehingga rakyat merasa terlibat dan percaya. Begitu juga pada masa kekhalifahan Islam, maupun dinasti lainnya.

Sistem ekonomi yang kokoh tidak hanya bergantung pada penggunaan dinar-dirham atau sebagai system instrument moneter saja, tetapi juga pada peran pemerintah yang menerapkan kebijakan berdasarkan science-based evidence (keputusan yang dibuat berdasarkan ilmu dan bukti ilmiah) pada keputusan kebijakannya.

Maka, apakah emas akan menjadi alat pertahanan diri atau alat kebangkitan bersama, sangat tergantung pada seberapa kuat hubungan antara rakyat dan negara yang dibangun, baik melalui kepercayaan, semangat patriotisme, maupun kebijakan yang berpijak pada keilmuan dan keadilan. Kita mungkin belum sampai pada tahap menyumbangkan emas seperti rakyat Korea, atau sahabat Nabi. Tapi kita bisa mulai membangun kembali nilai-nilai amanah, solidaritas, dan sains sebagai pijakan kebijakan publik.

Sekuat apapun logam mulia, peradaban tetap dibangun dari nilai-nilai mulia.
Jadilah bagian dari Program Studi Ekonomi Islam UII untuk menggali ilmu ilmunya.
Kunjungi dan segera daftar DISINI

Temukan informasi dan wawasan lainnya di https://fis.uii.ac.id/ekis/

IHSG Anjlok, Apa Perlu Kita Cemas??

“Pangan paling utama, harga saham boleh naik turun. Pangan aman, negara aman.” Begitulah ujar Presiden Republik Indonesia, Bapak Prabowo Subianto, dalam sidang kabinet di Istana Jakarta, Jumat (21/3/2025). Pernyataan ini terdengar menenangkan, seakan-akan fluktuasi harga saham hanya menjadi urusan investor dan pebisnis besar.

Namun, apakah benar demikian? Kenyataannya, gejolak pasar saham memiliki efek domino yang jauh lebih kompleks, termasuk pada sektor pangan yang disebut-sebut sebagai prioritas utama. Misalnya, ketika IHSG anjlok, dampaknya bisa terasa hingga ke harga bahan pokok yang kita konsumsi setiap hari. Jadi, benarkah kita tidak perlu cemas?

Mengapa IHSG Berarti bagi Sektor Riil?

IHSG yang anjlok bukan hanya urusan investor. Sebaliknya, Efek domino dari kejatuhan indeks ini bisa kita rasakan secara langsung dalam kehidupan sehari-hari. Secara sederhana, IHSG merupakan indikator yang mencerminkan kepercayaan investor terhadap kondisi ekonomi suatu negara. Ketika indeks ini naik, itu menandakan optimisme pasar terhadap pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, ketika IHSG turun drastis, ada kemungkinan ekonomi sedang dalam kondisi tidak stabil.

Dampak IHSG terhadap sektor riil meliputi:

  1. Harga Barang Naik

    Saat IHSG turun drastis, investor asing sering menarik modalnya dari Indonesia, menyebabkan rupiah melemah. Akibatnya, barang impor seperti bahan pangan, elektronik, hingga bahan bakar yang menjadi lebih mahal. Sehingga, ketika harga BBM naik, ongkos distribusi juga ikut naik, dan akhirnya harga kebutuhan pokok melonjak. Dengan demikian, daya beli masyarakat pun melemah, dan perputaran ekonomi pun melambat.

  2. Lapangan Pekerjaan Terancam 

    Anjloknya IHSG sering kali menandakan bahwa banyak perusahaan mengalami kesulitan keuangan. Akibatnya, mereka bisa menunda perekrutan, memangkas bonus, bahkan melakukan PHK. Lebih dari itu, jika kamu bukan karyawan tapi seorang pengusaha kecil, pelangganmu mungkin berkurang karena masyarakat mulai mengurangi pengeluaran akibat ketidakpastian ekonomi. Dengan kata lain, sektor informal bisa terkena dampaknya, seperti pedagang kecil yang omzetnya menurun karena harga bahan pokok naik.

  3. Tabungan dan Dana Pensiun Ikut Terguncang

    Kamu mungkin berpikir, “Aku kan nggak main saham, jadi nggak terpengaruh dong?” Salah besar!. Banyak bank, asuransi, dan dana pensiun berinvestasi di pasar modal. Ketika IHSG turun, nilai aset mereka ikut menyusut. Ini bisa berarti keuntungan tabungan jangka panjang ikut berkurang, nilai reksa dana turun, dan uang pensiun yang diharapkan mungkin tidak sebesar yang diperkirakan.

  4. Ekonomi Melambat, Peluang Mengecil 

    Saat pasar saham lesu, investor akan lebih berhati-hati dalam menanamkan modal. Proyek proyek besar bisa tertunda, usaha rintisan kesulitan mendapatkan pendanaan, dan inovasi terhambat. Pada akhirnya, peluang kerja semakin terbatas dan pertumbuhan ekonomi melambat. Jadi, jelas bahwa fluktuasi IHSG bukan sekadar urusan para investor kaya, melainkan juga berdampak pada kehidupan kita sehari-hari, mulai dari harga pangan, pekerjaan, tabungan, hingga peluang ekonomi ke depan.

Haruskah Kita Khawatir?

Penurunan IHSG memang perlu dicermati, tetapi pertanyaan yang penting adalah “apakah ini disebabkan oleh faktor internal atau eksternal?”

1.Faktor Internal

• Fundamental ekonomi yang lemah, jika perekonomian domestik mengalami perlambatan, misalnya karena defisit perdagangan atau kebijakan fiskal yang kurang efektif, maka IHSG bisa mengalami tekanan lebih besar.
• Ketidakpastian kebijakan pemerintah, investor sangat memperhatikan kebijakan moneter dan fiskal pemerintah. Jika kebijakan yang diambil tidak memberikan kepastian bagi pasar, maka risiko capital outflow (keluarnya modal asing) meningkat.
• Krisis sektor tertentu, sektor keuangan atau properti yang melemah dapat memicu efek domino ke sektor lainnya. Misalnya, jika banyak perusahaan mengalami gagal bayar, kepercayaan investor bisa merosot.

2. Faktor Eksternal

• Gejolak ekonomi global, perang dagang, kenaikan suku bunga bank sentral AS (The Fed), atau resesi global bisa berdampak pada pasar saham Indonesia. Investor asing cenderung menarik dananya dari pasar negara berkembang saat terjadi ketidakpastian global.
• Fluktuasi harga komoditas, Indonesia sebagai negara berbasis ekspor sangat bergantung pada harga komoditas seperti minyak, batu bara, dan kelapa sawit. Jika harga komoditas turun drastis, pendapatan negara dan perusahaan berbasis ekspor ikut terpukul.
• Perubahan tren investasi global, Saat investor global mengalihkan dana mereka ke aset yang lebih aman seperti emas atau obligasi negara maju, pasar saham negara berkembang bisa terdampak negatif.

Secara umum, penurunan IHSG yang dipengaruhi faktor eksternal, dampaknya cenderung lebih bersifat sementara. Sevalikya, jika penyebabnya adalah faktor internal, maka hal ini bisa menjadi indikasi bahwa ada masalah mendasar yang perlu segera diselesaikan. Sayangnya, seperti yang kita ketahui penurunan IHSG di Indonesia saat ini disebabkan oleh faktor Internal. Oleh karena itu, Jika tidak ingin Indonesia cemas dipercepat tahun ini, pemerintah perlu memikirkan cara mengatasinya.

Saat ini, tantangan utama bukan hanya menjaga stabilitas IHSG, tetapi juga memastikan bahwa kebijakan ekonomi yang diterapkan benar-benar melindungi kesejahteraan masyarakat luas. Sebab, jika ekonomi riil terganggu, maka dampaknya akan jauh lebih besar dibanding sekadar angka yang turun di pasar saham. Namun apakah mereka benar benar sadar? Kalaupun sadar, apakah pemerintah akan mengaku salah kemudian bertaubat melalui tindakan yang konkret ??

Bagaimana menurutmu Sob ? Apakah kita masih bisa merasa tenang? Atau sudah saatnya menuntut kebijakan yang lebih berpihak pada rakyat?

Temukan wawasan dan Informasi lainnya di https://fis.uii.ac.id/ekis
Jadilah bagian dari Program Studi Ekonomi Islam dengan mendaftar di pmb.uii.ac.id

Korupsi di Indonesia, Kebiasaan atau Penyakit yang Bisa Disembuhkan?

Seperti yang sudah dibahas pada artikel sebelumnya, korupsi di Indonesia bukan lagi sekadar praktik ilegal yang tersembunyi, tetapi sudah menjelma menjadi penyakit kronis yang menggerogoti fondasi ekonomi. Bahkan, istilah “Liga Korupsi Indonesia” semakin mempertegas bahwa korupsi di negeri ini bukan lagi sekadar kejahatan, melainkan sistem yang terus berulang dengan pola dan “aturan mainnya” sendiri.

Kasus-kasus korupsi di perusahaan BUMN terus bergulir. Salah satu yang paling mencolok baru-baru ini adalah skandal di Pertamina, di mana kebocoran anggaran mencapai triliunan rupiah. Bukan hanya merugikan negara, dampaknya langsung terasa oleh masyarakat dalam bentuk harga kebutuhan yang semakin tinggi akibat inefisiensi. Korupsi di BUMN bukan sekadar perbuatan individu, melainkan sistemik, penggelembungan harga proyek, suap dalam tender, hingga manipulasi laporan keuangan. Hasilnya? Investor asing ragu menanamkan modal, pembangunan nasional tersendat, dan rakyat yang harus menanggung akibatnya. Tidak heran jika anak muda semakin frustrasi, hingga muncul fenomena baru: #KaburAjaDulu sebagai bentuk respons terhadap sistem yang dirasa semakin buruk.

Lari dari Masalah atau Strategi untuk Masa Depan?

Fenomena #KaburAjaDulu bukan sekadar tren media sosial, tetapi cerminan dari kekecewaan anak muda terhadap kondisi ekonomi dan politik yang stagnan. Banyak yang merasa bahwa bekerja dengan jujur di Indonesia hanya akan membawa kesulitan dan keterbatasan. Namun, apakah mereka benar-benar menyerah? Tidak semua yang memilih pergi berarti lari dari masalah. Ada juga yang menjadikannya sebagai strategi: menimba ilmu, memperluas jaringan, dan mencari peluang di luar negeri dengan harapan bisa kembali membawa perubahan.

Di sisi lain, upaya untuk memperbaiki sistem dari dalam tetap harus berjalan. Jika ekonomi Islam diterapkan secara luas, bukan tidak mungkin korupsi bisa ditekan dan kepercayaan terhadap sistem pun kembali tumbuh. Islam menekankan nilai-nilai kejujuran (ash-shidq), amanah, dan keadilan (al-adl) dalam setiap aspek ekonomi. Bukan hanya soal menghindari suap, tetapi juga membangun ekosistem bisnis yang sehat dan berorientasi pada maslahat.

Dosen Program Studi Ekonomi Islam UII, Bapak Sofwan Hadikusuma, Lc, M.E, berpendapat bahwa pencegahan korupsi bisa dilakukan dengan dua sistem pengawasan: eksternal dan internal. Pengawasan eksternal dilakukan melalui penegakan regulasi anti korupsi, sementara pengawasan internal dibangun dengan kesadaran diri bahwa perilaku korupsi merupakan hal terlarang yang bisa merugikan banyak pihak.

Sebagai sebuah sistem, ekonomi Islam memiliki aturan ilahi yang melarang perbuatan koruptif. Penegakan aturan anti korupsi dalam sistem ekonomi Islam sesungguhnya bisa menjadi solusi dalam mencegah dan memberantas korupsi. Dengan adanya aturan, seseorang akan dibatasi gerak-geriknya agar tidak bisa melakukan korupsi. Di sisi lain, seseorang yang sadar dan bisa menahan diri akan mendapat reward dari Allah SWT sebagai imbalan atas penghambaan (ibadah) kepada-Nya, yaitu dalam hal meninggalkan larangan korupsi.

Solusi konkret seperti audit syariah, transparansi keuangan berbasis syariah, dan penerapan zakat perusahaan bisa menjadi langkah awal menciptakan lingkungan ekonomi yang lebih bersih dan terpercaya. Sistem ini bukan sekadar teori, tetapi bisa menjadi alternatif nyata dalam membangun ekonomi yang lebih adil.

Indonesia tidak bisa terus-menerus terjebak dalam lingkaran korupsi. Saatnya membangun sistem yang lebih transparan dan berintegritas. Bukan hanya untuk diri kita sendiri, tetapi juga untuk generasi yang akan datang. Karena kejujuran bukan sekadar pilihan, melainkan kewajiban.

Gimana menurutmu Sob ?
Temukan wawasan dan Informasi menarik lainnya di https://fis.uii.ac.id/ekis

Jadilah bagian dari Program Studi Ekonomi Islam dengan mendaftar di pmb.uii.ac.id

Tiket gratis menuju masa depan bersama Beasiswa di Program Studi Ekonomi Islam!

Beasiswa Santri UII merupakan salah satu program unggulan Universitas Islam Indonesia yang memberikan kesempatan emas bagi santri berprestasi untuk melanjutkan pendidikan tinggi. Program ini tidak hanya mencakup pembebasan biaya kuliah, tetapi juga menyediakan pembinaan akademik dan keagamaan yang intensif. Tak heran, para penerima beasiswa santri kerap mendominasi berbagai prestasi dan aktif berkontribusi di lingkungan kampus.

Lantas, siapa saja mahasiswa Ekonomi Islam UII yang berhasil menjadi awardee Beasiswa Santri UII tahun ajaran 2023-2024? Berikut adalah profil beberapa di antaranya yang memiliki beragam pencapaian dan pengalaman inspiratif.

Selain prestasi akademik dan kompetisi, penerima Beasiswa Santri UII juga memiliki pengalaman unik dalam menjalani kehidupan sebagai mahasiswa sekaligus santri. Mereka tidak hanya mendapatkan akses pendidikan berkualitas tetapi juga kesempatan untuk mengembangkan diri dalam lingkungan yang religius dan suportif penerima beasiswa santri di Ekis UII dikenal dengan kedisiplinan dan semangat belajarnya yang tinggi. Hal ini tercermin dalam berbagai pencapaian akademik dan kompetisi yang mereka ikuti. Tidak terbatas pada satu bidang saja, para penerima beasiswa ini berhasil menorehkan prestasi dalam banyak sektor, mulai dari akademik, bisnis, riset, desain, hingga keagamaan. Mereka tidak hanya menjadi mahasiswa berprestasi, tetapi juga kontributor aktif dalam berbagai kompetisi dan proyek inovatif yang relevan dengan dunia Ekonomi Islam.

Profil Penerima Beasiswa Santri Ekis UII

Salah satu di antaranya adalah Asiyah Azahra, mahasiswa Ekonomi Islam angkatan 2023, yang memiliki ketertarikan di bidang desain. Selama kuliah, ia aktif berpartisipasi dalam berbagai lomba desain poster dengan tema keuangan syariah. Melalui pengalaman tersebut, Asiyah tidak hanya mengasah kreativitasnya, tetapi juga semakin memahami penerapan nilai-nilai ekonomi Islam secara kreatif dan aplikatif. Adapun Tara Aqila Humayra, mahasiswa Ekonomi Islam Angkatan 2023, mendalami ketertarikannya pada ilmu keagamaan, sebagai penghafal Al-Qur’an, ilmu yang didapat di perkuliahan semakin memperdalam pemahamannya tentang makna dan penjelasan ayat-ayat yang berkaitan dengan muamalah.

Selain itu, banyak penerima beasiswa yang juga aktif dalam kegiatan pengabdian masyarakat. Salah satunya adalah Lia Uzma Nurdina, mahasiswa Ekonomi Islam angkatan 2021, yang terlibat dalam program volunteer di daerah terpencil. Hal ini menunjukkan bahwa mereka tidak hanya berkembang secara akademis, tetapi juga memiliki jiwa sosial yang tinggi. Semangat berprestasi ini pun turut menginspirasi mahasiswa baru, seperti Nayla Dhiya, mahasiswa Ekonomi Islam angkatan 2024. Sejak awal perkuliahan, Nayla aktif berkompetisi di berbagai ajang dan mengembangkan minatnya di bidang public speaking serta astronomi. Tak hanya itu, ia bahkan telah berhasil memenangkan beberapa lomba di semester pertamanya.

Menariknya, hal ini tidak terlepas dari Program Studi Ekonomi Islam UII yang memberikan ruang luas bagi mahasiswa untuk mengaplikasikan ilmunya di berbagai bidang. Dengan latar belakang ekonomi Islam, para penerima beasiswa dapat terlibat dalam bisnis berbasis syariah, pengelolaan keuangan Islam, hingga riset-riset yang membahas solusi ekonomi berkelanjutan. Dalam lingkungan pondok, mereka juga sering berdiskusi tentang ekonomi global, berlatih wirausaha di asrama, dan saling bertukar ide dengan mahasiswa dari berbagai latar belakang jurusan.

Para penerima beasiswa santri di UII ini sepakat bahwa program beasiswa santri memberikan lebih dari sekadar pendidikan formal. Mereka mendapatkan pembinaan yang memperkuat karakter, kepemimpinan, serta wawasan keislaman yang semakin matang. Dengan dukungan komunitas yang solid, mereka termotivasi untuk terus berkembang dan mengejar mimpi mereka di berbagai sektor. Asiyah menyampaikan

“Buat teman-teman calon penerima, nikmati setiap momen dan manfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin. Teruslah belajar, coba hal-hal baru, dan jangan takut menghadapi tantangan, karena setiap pengalaman pasti berharga. Tetap rendah hati, jaga niat, dan syukuri setiap kesempatan yang datang. Semangat dan good luck, ya!” Pesan Asiyah.

Adapun penerima beasiswa lainnya menyampaikan

“Saya sangat merekomendasikan untuk kuliah di UII, baik dengan atau tanpa beasiswa terlepas dengan begitu banyaknya benefit yang didapat jurusan Ekonomi Islam yang sangat relavan dengan kondisi Ekonomi Indonesia saat ini, harapan saya semoga dimasa mendatang anak anak ekonomi Islam bisa membawa perubahan” Ungkap Almeyda.

Bagi calon mahasiswa yang ingin mendapatkan manfaat luar biasa dari program ini, Beasiswa Santri UII adalah kesempatan emas yang tidak boleh dilewatkan. Pendaftaran DIBUKA mulai hari ini 15 Maret – 15 April 2025.
Jika kamu memiliki semangat untuk berkembang, berprestasi, dan berkontribusi bagi masyarakat, program ini adalah pilihan yang tepat. Simak ketentuan lebih detail di pmb.uii.ac.id

Untuk wawasan dan informasi lainnya kunjungi https://fis.uii.ac.id/ekis/

Bahaya di Balik Promo Ramadhan, Hati-hati Riba & Gharar !!

Bulan Ramadhan datang, promo besar-besaran pun bermunculan!. Ramadhan, bulan suci yang penuh berkah, selalu membawa perubahan besar dalam kehidupan sosial dan ekonomi umat Muslim di seluruh dunia. Selama bulan ini, pola konsumsi masyarakat mengalami pergeseran yang signifikan. Banyak orang mulai berbelanja lebih banyak, bukan hanya untuk kebutuhan ibadah dan persiapan hari raya, tetapi juga karena tergiur oleh berbagai promo dan diskon spesial yang bertebaran di mana-mana, mulai dari diskon yang besar, cashback menggiurkan, sampai cicilan tanpa bunga. Tapi, pernah nggak sih kamu pikirkan, apakah semua promo ini benar-benar menguntungkan? Atau jangan-jangan, malah bikin kita terjebak dalam transaksi yang bertentangan dengan prinsip ekonomi Islam?

Promo Ramadhan, Antara Hemat dan Perangkap Keuangan

Bukan rahasia lagi kalau Ramadhan adalah “surga” bagi para pemburu diskon. Banyak orang merasa ini momen terbaik buat belanja, tapi sayangnya, nggak semua promo itu benar-benar menguntungkan. Bahkan, banyak di antaranya yang justru bikin kita konsumtif, boros, dan tanpa sadar jatuh ke dalam praktik yang menyesatkan.

Jenis Promo yang Bisa Jadi Jebakan?
Berikut beberapa promo yang wajib diwaspadai:

PayLater dengan bunga tersembunyi
Kelihatannya memudahkan, tapi kalau ada bunga atau biaya tambahan, ini bisa masuk kategori riba.
• Cicilan 0% tapi ada biaya admin
Harga diiklankan murah, tapi ada biaya tambahan yang bikin total pembayaran lebih mahal.
• Flash Sale manipulatif yang bikin panik beli
Harga dinaikkan dulu sebelum diberikan “diskon besar” biar kelihatan lebih murah dari aslinya.
• Cashback & poin reward jebakan
Beli lebih banyak hanya demi cashback, padahal barangnya nggak benar-benar dibutuhkan.

Selain faktor promonya sendiri, ada juga aspek psikologis yang bikin kita lebih konsumtif “Misleading Promo & Perilaku Konsumtif” Kok Bisa?. Disini, bukan cuma soal halal haram, misleading promo juga bisa memicu perilaku konsumtif yang berbahaya seperti:

• Impulsive Buying
Belanja dadakan gara-gara takut ketinggalan promo, bukan karena benar benar membutuhkan.
• Compulsive Buying
Belanja terus-menerus untuk kepuasan sesaat.
• Dopamin Rush
Senang ketika belanja, namun menyesal selanjutnya.
• Hutang menumpuk
Pakai PayLater terus-menerus tanpa sadar makin besar tanggungannya.

Padahal, Islam mengajarkan kita untuk bijak dalam mengelola harta terutama dibulan Ramadhan. Allah berfirman dalam QS. Al-Isra’: 27: “Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan”

Solusi Cara Belanja yang Halal & Berkah
Agar tetap aman tidak terjebak promo menyesatkan, berikut tips yang bisa kamu gunakan:

1. Pilih promo yang bebas riba & gharar
Pastikan promo transparan dan tidak ada biaya tersembunyi.
2. Gunakan diskon langsung tanpa syarat
Jangan tertipu dengan promo mengharuskan PayLater atau cicilan yang tidak jelas.
3. Jika ingin cicilan, pilih akad murabahah!
Untuk memastikan harga dan keuntungannya sudah jelas sejak awal.
4. Belanja sesuai kebutuhan dan kendalikan keinginan
Buat daftar belanja sebelum checkout, dompet aman, berkah pun tetap dapat.

Ramadhan merupakan waktu yang tepat untuk meningkatkan ibadah sekaligus mengelola keuangan secara lebih cermat. Jangan sampai berbagai promo yang tampak menguntungkan justru berujung pada pengeluaran berlebihan dan menghilangkan keberkahan.

Gimana menurutmu Sob? Bukankah belanja cerdas adalah bagian dari ibadah ?

Temukan wawasan dan informasi lainnya di https://fis.uii.ac.id/ekis
Jadilah bagian dari kami dengan mendaftar di Program Studi Ekonomi Islam UII !

Hafidzah 30 Juz di Tengah Kampus, Program Studi Ekonomi Islam Pilihannya !!

Mahasiswa Ekonomi Islam

PMB.UII.AC.ID – Pendaftaran Program Beasiswa Hafidz Hafidzah UII 2025 Periode I Masih Dibuka !

Periode pendaftaran sudah berlangsung selama 11 hari dari tenggat waktu pendaftaran 15 – 31 Januari 2025. Sebelum terlambat! “Program Studi Ekonomi Islam pilihan yang tepat”. 

Mengapa Program Studi Ekonomi Islam ?

Salah satu kisah inspiratif datang dari Hurul ‘Aini Kamila pemerima Beasiswa Hafidzah tahun 2024. Perjalanan Hurul dalam memilih kampus membuktikan bahwa ekonomi islam dan hafalan Al-Qur’an dapat berjalan beriringan tanpa saling mengorbankan. Bagi hurul menjadi seorang hafidzah yang mendalami ilmu ekonomi sesuai syariat adalah investasi dunia akhirat.

Perjalanan Hurul dalam memilih Impian

Hurul, seorang hafidzah 30 juz, memutuskan untuk melanjutkan pendidikan tinggi di UII dengan alasan sederhana namun bermakna, ia ingin mendalami ekonomi Islam sambil menjaga hafalan Al-Qur’annya. Perjalanan ini bukanlah tanpa tantangan, tetapi ia membuktikan bahwa usaha, doa, dan niat yang lurus bisa membuka jalan menuju kesuksesan.

“Ketika tahu UII membuka Beasiswa Hafidz, saya langsung tertarik terutama terdapat kakak kelas saya yang juga lulus dari UII dengan program beasiswa hafidz ini. Menurut saya, ini adalah kesempatan besar untuk melanjutkan pendidikan tanpa harus khawatir tentang biaya, sekaligus berada di lingkungan yang mendukung hafalan,” ungkap Hurul.

Menjadi mahasiswa sekaligus hafidzah tentu membutuhkan manajemen waktu yang baik. Awalnya Hurul memang ragu untuk mengambil Program Studi Ekonomi Islam, namun dengan banyak pertimbangan dirasa Ekonomi Islam adalah jalan yang selaras sambil menjaga hafalannya. Hurul terus berusaha menjaga rutinitas murajaahnya di tengah padatnya jadwal kuliah dibantu oleh program khusus penerima Beasiswa Hafidz hafidzah dari UII untuk menjaga hafalannya.

“Waktu untuk murajaah memang tidak sebanyak dulu, tapi saya selalu menyempatkan diri untuk mengulang hafalan di sela-sela jadwal kuliah. Saya juga menargetkan hafalan tertentu setiap harinya, sehingga hafalan tetap terjaga dan itu dibantu program yang diwajibkan oleh UII” ujarnya.

Hurul pun merasakan manfaat dari hafalan Al-Qur’an dalam memahami materi perkuliahannya saat ini. Ayat-ayat Al-Qur’an yang sering disampaikan dosen menjadi lebih mudah diingat dan dipahami, karena sudah ada dalam ingatannya sejak dini.

Kisah Hurul adalah bukti bahwa menjadi hafidzah sekaligus mahasiswa Ekonomi Islam adalah pilihan yang penuh berkah. Hurul juga menyampaikan “Untuk calon mahasiswa Ekis, pastikan kalian memiliki niat yang baik saat memilih program studi. Jangan ragu untuk belajar hal baru, meskipun belum punya dasar ekonomi sebelumnya. Ingatlah, belajar dan gagal adalah bagian dari proses yang akan membantu kita menjadi lebih baik,” pesannya.

Dari menghargai suatu proses, dari langkah kecil yang sederhana, Hurul ‘Ainul Kamila berhasil membuka jalan menuju masa depan yang lebih cerah.

Ada banyak jalan untuk meraih mimpi, dan Beasiswa Hafidz/Hafidzah UII adalah salah satu langkah nyata untuk mencapainya. Jangan lewatkan kesempatan ini!

Daftar sekarang di pmb.uii.ac.id dan jadilah bagian dari Program Studi Ekonomi Islam Universitas Islam Indonesia.

Temukan informasi menarik lainnya di https://fis.uii.ac.id/ekis

Ngaji Bareng Prof. Quraish Shihab dan Gus Baha : Lebih Dekat dengan Al-Qur’an. Siapa Peran di Baliknya?

Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menyelenggarakan acara meriah Ngaji Bareng, yang telah menjadi agenda rutin dalam tiga tahun terakhir (2021, 2023, dan 2024). Acara ini menghadirkan dua ulama besar Indonesia, Prof. Quraish Shihab dan KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha), dengan tema “Memahami Al-Qur’an dengan Meneladan Rasulullah”. Pada tahun 2024 ini, acara berlangsung pada 5 Desember di Auditorium Kahar Mudzakir, UII Yogyakarta. Acara dihadiri lebih dari 3.000 peserta secara langsung dan ribuan lainnya yang menyimak melalui kanal YouTube dari berbagai daerah di Indonesia.

Antusiasme Masyarakat

Masyarakat menyambut acara ini dengan antusias, terutama karena menghadirkan dua tokoh besar, Prof. Quraish Shihab dan Gus Baha, yang dikenal luas sebagai pakar tafsir Al-Qur’an dan keilmuan Islam. Acara ini juga menjadi lebih istimewa karena terbuka untuk umum tanpa memungut biaya. Keunikan lain dari Ngaji Bareng tahun ini adalah pembukaan acara yang diawali dengan pembacaan Kalam Ilahi, diikuti dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Menurut Rektor UII, Prof. Fathul Wahid hal ini adalah bentuk komitmen UII
dalam memadukan keislaman dan nasionalisme.

Pemahaman Al-Qur’an Melalui Keteladanan Rasulullah

Dalam kajian ini, Gus Baha dan Prof. Quraish Shihab mengupas pentingnya memahami Al Qur’an dengan meneladani Rasulullah. Gus Baha menjelaskan bahwa memahami Al-Qur’an memerlukan tafsir yang merujuk pada perilaku Nabi Muhammad SAW dalam kehidupan sehari-hari.

Prof. Quraish Shihab menambahkan bahwa Rasulullah merupakan jelmaan Al-Qur’an. Sunnah, gerak-gerik, dan langkah beliau adalah teladan, yang disebut dengan istilah uswah. Menurut beliau, “Jika ingin memahami Al-Qur’an, pahami Rasulullah. Jika ingin memahamiRasulullah, pahami Al-Qur’an. Keduanya saling terkait dan tidak bisa dipisahkan.”

Selain itu, Prof. Quraish Shihab juga menyoroti pentingnya membagi kedudukan Rasulullah sebagai seorang rasul, mufti, hakim, dan manusia. Hal ini membantu memahami bagaimana Nabi Muhammad SAW menjalankan perannya dalam berbagai aspek kehidupan.

Kontribusi Besar Panitia Acara & Harapan kedepan

Keberhasilan Ngaji Bareng tidak terlepas dari kerja keras panitia, termasuk salah satu dosen Program Studi Ekonomi Islam UII, Bapak Fajar Fandi Atmaja, Lc., ME. Sebagai ketua panitia selama dua tahun berturut-turut, beliau bertanggung jawab atas keseluruhan pelaksanaan, termasuk mengoordinasikan persiapan hingga mendampingi langsung kedua narasumber.

Bapak Fajar menjelaskan,

“Saya ditunjuk oleh Bapak Rektor langsung untuk bertugas menghubungi Prof. Quraish Shihab dan Gus Baha, menjemput mereka di bandara, memastikan kenyamanan mereka selama di Yogyakarta, hingga mengatur teknis acara. Dengan peserta yang begitu banyak, kami juga memastikan fasilitas di Auditorium dan Masjid Ulil Albab mampu menampung antusiasme peserta.” Ujarnya

Sebagai acara besar yang selalu dinantikan, Bapak Fajar Dosen Program Studi Ekonomi Islam UII turut berharap Ngaji Bareng dapat terus berlanjut di tahun-tahun mendatang. Acara ini tidak hanya menjadi ruang bertemunya para pakar tafsir dengan masyarakat umum, tetapi juga menjadi sarana membangun pemahaman Al-Qur’an yang benar menurut para ulama.

Informasi Pengajian

Acara ini memberikan dampak besar dalam meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memahami Al-Qur’an secara benar. Bapak fajar Dosen Program Studi Ekonomi Islam menyebutkan bahwa memahami Al-Qur’an bukan perkara sederhana, tetapi membutuhkan perangkat keilmuan yang kompleks.

“Melalui acara ini, kami ingin mengajak masyarakat untuk lebih memahami tafsir Al-Qur’an dengan cara yang tepat, yaitu melalui keteladanan Rasulullah,” tambahnya.

Dengan peran sentral para Dosen UII sebagai panitia, acara ini menjadi bukti nyata bahwa UII terus berkontribusi dalam menyebarkan pemahaman Islam yang mendalam kepada masyarakat luas.

Detail Ilmu Kajian Simak lebih lanjut di uii.id/ngajibarengUII

Info lebih lanjut kungjungi https://fis.uii.ac.id/ekis
Pendaftaran telah dibuka kunjungi Pmb.uii.ac.id