Tag Archive for: ramadan uii

Prof. Dr. H.M. Tamyiz Mukharrom, MA, guru besar FIAI UII.

Menjelang bulan Ramadan 1445 Hijriyah, Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII) menyiapkan serangkaian kegiatan untuk sivitas akademika.Salah satunya kegiatan berupa kajian rutin dengan tema Ramadan Berkualitas Kinerja Totalitas. Kajian rutin akan diselenggarakan sepanjang bulan Ramadan 2024/1445 H, diawali kajian perdana dengan menghadirkan Prof. Dr. H.M. Tamyiz Mukharrom, MA, guru besar FIAI UII.

Kajian perdana diselenggarakan di Gedung KHA Wahid Hasyim FIAI Kampus Terpadu UII Jalan Kaliurang km 14.5 Sleman, Jumat 8 Maret 2024, hari kerja terakhir sebelum libur panjang awal bulan Ramadan 2024. Kajian dibuka oleh Dekan FIAI UII, Dr.Drs Asmuni, MA sekaligus memberikan sambutan pembuka.

“Kita harus menunjukkan kebahagiaan dan semangat menyambut ramadan karena ada doktrin dalam Islam bahwa siapapun yang bersemangat menyambut ramadan tidak akan tersentuh api neraka. Salah satu upaya menyambut ramadan, dengan penyelenggaraan kajian bertema Ramadan Berkualitas KinerjaTotalitas ini,” sambut Dr. Asmuni disaksikan hadirin yang terdiri dari mahasiswa, dosen dan tenaga kependidikan.

Pada inti acara, Prof Tamyiz memberikan dorongan untuk selalu merasa senang menjelang datangnya bulan ramadan.
“Orang yang beriman ketika datangnya bulan ramadan hatinya senang. Meskipun harus puasa dari pagi hingga sore, tapi senang karena mengharap di akherat itu bahagia. Meskipun mau ibadahnya harus gimana-gimana, yah yang penting senang menjalankan perintah Allah, meskipun merasa tidak mampu, tapi menjalankan dengan penuh keimanan,” ungkapnya.

Prof Tamyiz menambahkan terkait kesejahteran, nasib di akherat nantinya, tidak akan ada bedanya antara dekan, wakil dekan atau profesor. Terpenting amal sholeh yang diterima Allah. Apapun profesinya semua sama, amal sholeh yang akan membuat bahagia, bukan sekedar karena ilmunya.

“Rasulullah meminta Umar bin Khattab memohon doa kepada Uwais Al-Qarni Yaman. Siapa dia? Uwais punya ilmu? Tidak. Dia ilmunya pas-pasan, sangat miskin, fakir dan yatim, hidup bersama ibunya yang lumpuh dan buta. Tidak mungkin kalau bukan ahli surga, diminta mendoakan Umar bin Khattab. Pastilah diterima amal sholehnya. Selain itu yang terpenting mencintai Allah dan rasul-NYA, ”

Prof Tamyiz menutup kajian dengan doa bersama, didahului pesan moral.
“Hal terpenting, sekali lagi menjalankan agama itu dengan senang dan bahagia. Bahkan saya merasa senang kalau ada yang bekerja secara totalitas, karena itu akan jadi amal sholeh,” katanya sebagai ungkapan penutup. (IPK)