M. Adi Wicaksono saat berikan pelatihan untuk perangkat desa Wonodadi Blitar (foto: istimewa)

Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII) menyelenggarakan pelatihan Sistem Keuangan Desa (SISKEUDES), 17 Mei 2025 di Gedung KHA Wahid Hasyim Kampus Terpadu UII, diikuti sebanyak 20 perangkat desa dari Kecamatan Wonodadi, Blitar, Jawa Timur. Pelatihan ini menghadirkan narasumber M. Adi Wicaksono, SE, MEI, dengan materi berkenaan penggunaan SISKEUDES versi terbaru 2.07 yang diluncurkan November 2024.

M.Adi Wicaksono, SE, MEI dalam pemaparan pembuka sampaikan bahwa SISKEUDES terbaru baru dijalankan sekitar 8 bulan, sehingga membutuhkan adaptasi dan penyesuaian dengan aplikasi baru yang dinilai lebih canggih namun dengan tingkat kerumitan yang meningkat.
“Penggunaan SISKEUDES untuk pengelolaan pemerintahan desa menjadi kewajiban, karena pemerintah pusat mewajibkan laporan keuangan tahunan per 31 Desember 2025 dihasilkan dari aplikasi tersebut. Sehingga pelatihan ini bermaksud menjembatani gap antara target dan kemampuan SDM dalam penggunaannya,” kata Adi Wicaksono, SE, MEI,

Adi Wicaksono juga menekankan kepada perangkat desa untuk berdaptasi dengan sistem yang baru, sehingga mampu memanfaatkan fitur-fitur tambahan yang tersedia secara optimal.

Peserta pelatihan juga mendapat bimbinan untuk memahami perbedaan antara aplikasi versi lama dan versi terbaru, serta diajarkan cara mengatasi berbagai kendala yang sering muncul dalam pembuatan laporan keuangan desa.

Menurut Adi Wicaksono, target kegiatan ini adalah melatih operator SISKEUDES agar dapat menghasilkan laporan yang akurat sesuai dengan standart akuntansi pemerintahan yang berlaku. Laporan keuangan desa akhir tahun 2025 diharapkan dapat disusun secara lebih baik dan akurat. Hal ini sebagai bentuk peningkatan kualitas pengelolaan keuangan desa yang transparan dan akuntabel di masa mendatang.be

Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta menyelenggarakan stadium generale bertajuk Sustainability of Islamic Economics, 25 Oktober 2024. Acara ini merupakan bagian dari forum musyawarah regional Forum Silaturahim Studi Ekonomi Islam (FoSSEI) dengan tema bahasan berkenaan perkembangan ekonomi syariah di Yogyakarta. Bertindak sebagai narasumber pertama M. Adi Wicaksono, SE, MEI dari FIAI UII dan narasumber kedua Prof. Dr. Muhammad dari STEI Yogyakarta.

Dalam sesi pemaparan, narasumber M Adi Wicaksono membahas Kontribusi Pasar Modal Syariah Terhadap Pembangunan Ekonomi di Daerah Istimewa Yogyakarta. Menurutnya, perjalanan panjang pasar modal syariah di Yogyakarta yang telah memberikan kontribusi nyata bagi pertumbuhan ekonomi, bahkan dapat dipandang sebagai kontribusi Yogyakarta untuk Indonesia. Menjadi catatan peristiwa penting yang diulas yakni berdirinya Galeri Investasi Syariah (GIS) pertama di Indonesia pada tahun 2015 oleh di FIAI UII. Selain itu tahun 2024, Yogyakarta mendapat anugerah predikat Sharia Investor City oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Menurut Adi Wicaksono, pencapaian ini didukung oleh meningkatnya jumlah investor syariah di Yogyakarta yang kini mencapai 6,5% dari total penduduk kota. Selain Yogyakarta, hanya Surabaya yang memiliki tingkat partisipasi investor syariah yang signifikan, namun Yogyakarta memiliki keunggulan historis sebagai kota pertama yang memiliki GIS di Indonesia. Hingga saat ini sudah ada empat emiten yang berasal dari Yogyakarta, di mana tiga di antaranya telah masuk kategori saham syariah. Ia menilai munculnya emiten baru dari Yogyakarta menjadi indikator positif bagi pertumbuhan UMKM lokal yang berhasil naik kelas dan melantai di BEI. Dengan melakukan IPO maka UMKM akan mendapatkan dana segar dari masyarakat. Dan dana tersebut berbentuk kepemilikan ekuitas alias bukan berbasis hutang. Dengan demikian sejatinya masyarakat berkontribusi besar dalam mendorong UMKM naik kelas.

Di akhir sesi M. Adi Wicaksono menegaskan pentingnya peran pasar modal syariah sebagai salah satu motor penggerak ekonomi daerah. Ia berharap, kontribusi pasar modal syariah dapat terus mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan di Yogyakarta, sekaligus menjadi inspirasi bagi daerah lain di Indonesia.