PERAN IBU DALAM PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DI ERA DIGITAL
oleh: Dr. Dra. Sri Haningsih, M.Ag
Sejarah Peringatan Hari Ibu
Hari Ibu ditetapkan oleh Presiden Soekarno melalui Dekrit Presiden Nomor 316 tahun 1959 yang menetapkan tanggal 22 Desember sebagai hari ibu. Hal ini karena pada tanggal tersebut pertama kalinya diselenggarakan Kongres Perempuan Indonesia yang dilangsungkan di Yogyakarta tahun 1928 tidak lama setelah Sumpah Pemuda. Tujuan adanya pertemuan ini adalah menyatukan perkumpulan perempuan-perempuan Indonesia dalam satu Perhimpunan Perempuan Indonesia. Peristiwa ini dikenang sebagai awal mula perjuangan kaum perempuan di Indonesia.
Peran Utama Ibu Dalam Mendidik Akhlak Anak
- Memberikan Teladan Akhlak yang Baik, anak-anak cenderung meniru perilaku orang tua, terutama ibu yang biasanya lebih sering berinteraksi dengan mereka. Akhlak yang mulia seperti kesabaran, kejujuran, dan kasih sayang yang diperlihatkan oleh ibu akan menjadi contoh nyata bagi anak-anak.
- Menanamkan Nilai-nilai Keislaman, mengenalkan anak-anak kepada agama sejak dini, seperti mengajarkan doa, membaca Al-Qur’an, sholat, dan nilai-nilai akhlak islami. Pendidikan ini menjadi pondasi penting dalam membentuk karakter anak.
- Mengajarkan Empati dan Kasih Sayang, melalui interaksi sehari-hari, ibu mengajarkan anak untuk peduli terhadap orang lain, berbagi, dan membantu sesama. Hal ini dapat dilakukan dengan melibatkan anak dalam kegiatan sosial atau menunjukkan sikap peduli kepada tetangga dan keluarga.
- Membimbing dalam Menghadapi Tantangan Hidup, saat anak menghadapi masalah, ibu dapat menjadi tempat bercerita dan memberikan bimbingan tentang cara menyelesaikan masalah dengan cara yang berakhlak baik, seperti tidak membalas keburukan dengan keburukan.
- Menguatkan Pendidikan Akhlak Melalui Cerita dan Kisah Inspiratif, ibu dapat menggunakan cerita tentang Rasulullah saw, sahabat nabi, atau tokoh-tokoh Islam lainnya untuk menanamkan nilai-nilai akhlak pada anak-anak.
- Membiasakan Anak dengan Kebiasaan Baik, ibu memiliki peran besar dalam membentuk kebiasaan sehari-hari, seperti mengucapkan salam, meminta izin, mengucapkan terima kasih, dan menghormati orang lain.
- Mendorong Kemandirian dan Tanggung Jawab, mendidik anak agar mandiri dan bertanggung jawab merupakan bagian dari pembentukan akhlak mulia. Ibu dapat memberikan tugas-tugas kecil di rumah untuk melatih anak bertanggung jawab sejak dini.
- Mendoakan Anak, doa seorang ibu memiliki kekuatan yang besar, mendoakan anak agar memiliki akhlak yang mulia adalah salah satu bentuk usaha spiritual yang sangat penting
Mengapa Peran ibu perlu diaktualisasikan/reaktualisasi?
Dinamika kehidupan modern telah membawa perubahan besar dalam pola asuh, tantangan sosial, dan kebutuhan keluarga. Berikut beberapa alasan utama mengapa peran ibu perlu diaktualisasikan:
- Perubahan Sosial dan Teknologi, teknologi dan media sosial telah mengubah cara anak-anak bersosialisasi, belajar, dan berpikir. Ibu harus menguasai literasi digital agar bisa mendampingi anak menghadapi dunia maya yang kompleks dan penuh risiko.
- Tantangan Nilai Moral di Era Modern, budaya globalisasi sering kali masuk tanpa filter melalui media digital, memengaruhi nilai dan perilaku anak-anak. Ibu perlu memperbarui pendekatan dalam menjaga moral keluarga agar tetap relevan dengan tantangan zaman.
- Peran Ganda Ibu Modern, banyak ibu kini juga menjadi pencari nafkah untuk keluarga. Dibutuhkan strategi baru untuk memastikan peran ibu sebagai pendidik utama tidak terabaikan meskipun memiliki tanggung jawab tambahan.
- Kompleksitas Kebutuhan Anak Zaman Sekarang, anak-anak generasi saat ini menghadapi tekanan yang lebih besar, seperti kecanduan teknologi, bullying (baik fisik maupun cyber), serta masalah mental akibat standar sosial yang tinggi.
- Lemahnya Interaksi Keluarga di Era Digital, gawai sering kali membuat interaksi keluarga berkurang, baik antara anak-anak maupun antara ibu dan anak.
- Meningkatnya Ketergantungan pada Pendidikan Eksternal, banyak keluarga kini terlalu mengandalkan sekolah atau lembaga pendidikan untuk membentuk karakter anak, sementara peran keluarga justru paling signifikan. Reaktualisasi peran ibu mengingatkan pentingnya fungsi ibu sebagai “madrasah pertama” yang tidak tergantikan oleh institusi mana pun.
- Pengaruh Lingkungan yang Semakin Kompleks, anak-anak kini terpapar lingkungan yang lebih luas, baik secara fisik maupun digital. Ibu harus lebih aktif menjadi filter dan pembimbing agar anak mampu memilah pergaulan dan informasi.
- Pentingnya Adaptasi dengan Zaman, cara mendidik anak yang diterapkan di masa lalu mungkin tidak sepenuhnya relevan untuk situasi saat ini. Dibutuhkan pendekatan yang lebih fleksibel, kreatif, dan berbasis nilai. Ibu perlu memperbarui cara mendidik agar tetap efektif, tanpa kehilangan esensi nilai-nilai keluarga.
- Peran Ibu sebagai Agen Perubahan, ibu bukan hanya pengasuh, tetapi juga agen perubahan yang mampu memengaruhi generasi berikutnya. Keluarga yang kokoh dimulai dari ibu yang sadar akan perannya dalam membentuk karakter dan masa depan anak.
Penutup
Dengan peran yang begitu besar, ibu adalah ujung tombak dalam membentuk generasi yang berakhlak mulia dan bermanfaat bagi masyarakat. Namun, peran ini juga harus didukung oleh ayah, keluarga, dan lingkungan yang baik agar pendidikan akhlak lebih efektif.
Peran ibu harus terus diaktualisasikan agar sesuai dengan tantangan zaman yang terus berubah. Hal ini mencakup penguasaan teknologi, penyesuaian pendekatan pendidikan, dan penguatan peran sebagai pendidik utama dalam keluarga, sehingga bu dapat tetap menjadi fondasi keluarga yang kuat dan pembimbing generasi yang berakhlak, tangguh, dan siap menghadapi dunia modern.