Keutamaan Ilmu Atas Harta
Hai orang-orang yang beriman, bila diminta kepadamu untuk melapangkan majelis, maka lapangkanlah, Allah pasti akan memberimu kelapangan (juga). Dan bila kamu diminta bangkit (dari tempat dudukmu), maka bangkitlah. Allah pasti akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu diantara kamu beberapa tingkat lebih tinggi
(QS: Al-Mujadilah [58]: 11).
Tuntutlah ilmu sampai kenegeri Cina, mungkin pepatah itu sudah sangat familiar di telinga kita. Sebuah pepatah yang menggambarkan betapa pentingnya ilmu bagi kehidupan, sehingga meskipun ilmu itu berada di negeri yang letaknya nun jauh disana, kita mesti tetap harus mencarinya. Begitu pentingnya, mencari ilmu menjadi kewajiban bagi setiap muslim. Hal ini telah ditegaskan oleh hadits Nabi Muhammad SAW yang berbunyi: mencari ilmu diwajibkan atas setiap muslim dan muslimat (Al-Hadist).
Semua macam ilmu pasti memiliki manfaat bagi kehidupan kita, dan manfaat dari ilmu tersebut dapat kita rasakan dalam kehidupan kita sehari-hari mulai dari kita bangun tidur di pagi hari sampai kita kembali ke tempat tidur di malam hari. Ibaratnya, dunia ini tak akan bisa tegak dan bergerak tanpa adanya orang-orang yang ‘alim (berilmu). Oleh sebab itulah agama Islam menempatkan derajat orang-orang yang beriman dan orang-orang yang memiliki ilmu lebih tinggi daripada yang lainya.
Pentingnya ilmu juga dapat kita lihat dalam sejarah awal penyebaran Islam dimana ketika itu, setelah perang Badar, Nabi Muhammad SAW “rela” membebaskan para tawanan perang (orang-orang kafir Mekkah) dengan syarat para tawanan tersebut mengajarkan anak-anak muslim membaca dan menulis.
Bercerita tentang ilmu, maka kita tidak akan pernah lepas dari sosok Ali bin Abi Thalib r.a. Mengapa? Sebab sebagaimana telah Nabi Muhammad katakan “anaa madinatul ilmi wa Ali baabuhaa” (akulah kota ilmu, sedangkan Ali adalah pintu masuknya). Statemen Nabi SAW tersebut tentu saja dapat menggambarkan kepada kita betapa Imam Ali r.a. memiliki kualitas dan kuantitas keilmuan yang lebih dari sahabat lainya. Oleh sebab itu, menarik bila kita simak pendapat Imam Ali r.a. tentang kelebihan ilmu bila dibandingkan dengan harta (amwal).
Suatu hari, sahabat Ali bin Abi Thalib ditanya oleh seseorang. “Wahai Ali, jika anda disuruh memilih antara ilmu dan harta, mana yang akan anda pilih?” Dengan mantap Ali bin Abi Thalib r.a. menjawab, “tentu saja aku pilih ilmu.” Orang tersebut bertanya lagi, “mengapa engkau memilih ilmu?” Ali menjawab “sebab, setidaknya ada tiga kelebihan ilmu dibandingkan dengan harta.”
Pertama, ilmu bila diberikan pada orang lain, maka ilmu tersebut akan bertambah, sedangkan harta bila diberikan pada orang lain pasti akan berkurang. Penjelasan dari pernyataan Ali tersebut adalah demikian, bila kita memiliki suatu ilmu, misalnya bacaan basmalah. Bila kita berikan (ajarkan) bacaan basmalah tersebut pada orang lain, maka bacaan yang kita berikan itu akan dihafal oleh orang yang kita beri tadi, dan bertambah banyaklah orang yang memiliki ilmu tentang bacaan basmalah, dan semakin mantap pula hafalan kita akan bacaan tersebut. Tidak lantas setelah kita memberikan bacaan basmalah tersebut pada orang lain, separuh atau seluruh hafalan kita tentang bacaan basmalah hilang dan habis karena telah diberikan pada orang lain. Tidak demikian bukan? Namun sebaliknya, jika kita memiliki suatu harta, uang Rp. 10.000 misalnya, jika kita berikan separuh dari uang tersebut pada oarang lain, maka jelas uang di tangan kita akan berkurang. Itulah keutamaan ilmu yang pertama dibandingkan dengan harta.
Kedua, kata Imam Ali, ilmu akan selalu menjaga kita, sedangkan harta, kita yang harus menjaganya. Maksudnya adalah, semakin banyak ilmu yang dimiliki seseorang, maka (seharusnya) semakin terjaga orang tersebut dari hal-hal yang bisa membahayakan dirinya, misalnya seorang yang memiliki ilmu beladiri, dia akan lebih terjaga dari serangan perampok yang masuk ke rumahnya untuk mengambil harta bendanya. Bahkan mungkin dengan ilmu bela dirinya tersebut, dia berhasil menangkap dan menghajar perampok tersebut. Kesempatan tersebut tentu berbeda dengan orang yang tidak memiliki ilmu bela diri. Sangat mungkin orang tersebut hanya akan diam dan mungkin saja malah dibunuh oleh perampok tersebut agar lebih mudah mengambil harta bendanya.
Sedangkan harta, semakin banyak harta yang kita miliki, maka semakin sibuk pula kita berusaha untuk menjaganya dari incaran orang-orang yang ingin merampas harta tersebut. Mulai dari pencuri yang selalu menanti kelengahan kita di setiap malam, perampok yang datang sewaktu-waktu dll. Pendek kata, semakin banyak harta yang kita miliki, bukanya semakin tenang hati kita, tapi sebaliknya, hati kita dibuat semakin cemas, resah dan takut akan kehilangan harta tersebut.
Ketiga, ilmu tidak akan pernah bisa dicuri atau dirampas dari diri kita, kecuali bila kita memberikannya secara suka rela. Sedangkan harta, ia bisa hilang karena dicuri atau dirampas oleh orang lain meskipun kita tidak rela memberikannya. Jarang sekali, bahkan tidak pernah kita jumpai seseorang yang berteriak-teriak dengan histeris karena merasa kehilangan ilmu, atau seseorang yang bersedih hati karena merasa ilmunya telah dirampas oleh orang lain secara paksa. Namun banyak sekali kita jumpai, baik itu di televisi, di surat kabar atau bahkan di lingkungan kita sendiri, orang-orang yang menangisi hartanya yang hilang baik itu karena dirampas perampok atau diambil pencuri, atau yang hartanya lenyap karena bencana alam dan masih banyak jalan lain yang dapat menyebabkan seseorang kehilangan hartanya.
Itulah tiga kelebihan ilmu bila dibandingkan dengan harta menurut Imam Ali r.a., seorang sahabat yang ‘alim dan yang pernah berkata bahwa setiap orang, siapapun dia, jika memberinya suatu ilmu walaupun hanya satu pengetahuan kecil, maka beliau akan menganggap orang tersebut adalah guru beliau. Tentu saja masih banyak lagi kelebihan-kelebihan ilmu lainya dibandingkan harta, selain dari pendapat Imam Ali yang telah kita bahas di atas. Dan satu lagi ungkapan Imam Ali yang paling populer, statemen beliau yang berbunyi, “aku lebih senang mempuyai musuh yang cerdik dari pada memiliki sahabat yang bodoh!”
San Wartoyo, Mahasiswa Syari’ah FIAI UII ‘03
Artikel ini dipublikasikan di Al-Rasikh Lembar Jumat Masjid Ulil Albab terbitan terbitan Direktorat Pendidikan dan Pengembangan Agama Islam (DPPAI) Universitas Islam Indonesia (UII) Edisi 12 Januari 2007. Artikel ini dapat diakses dari http://alrasikh.uii.ac.id/2007/01/13/keutamaan-ilmu-atas-harta/.
Unduh Artikel
- Keutamaan Ilmu Atas Harta oleh Wartoyo format PDF
- Keutamaan Ilmu Atas Harta oleh Wartoyo format Word
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!