عَنْ عَائِشَةَ رضي الله عنها قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لأَهْلِى. رواه الترمذى
Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: Rasulullah shallallau ‘alaihi wasallam berasabda: “Sebaik-baik kalian adalah (suami) yang paling baik terhadap keluarganya dan aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku.” Hadits riwayat Tirmidzi dan dishahihkan oleh al-Albani di dalam Ash Shahihah (no. 285).
Pelajaran yang terdapat di dalam hadits
Hadits tersebut adalah hadits yang sangat mulia. Sebuah hadits yang menunjukkan agar kita sebagai manusia ciptaan Allah selalu bersikap mulia dan berperilaku jujur kepada setiap orang. Begitu juga bagi seorang suami yang bertugas menjadi seorang pemimpin dan juga sudah seharusnya bertanggung jawab dalam memimpin keluarga. Maka menjadi sebuah keharusan bagi kita semua untuk mencerna tingkat urgensinya.
Mencintai istri, menyayangi dan tidak menyakiti atau menyia-nyiakan adalah sebuah keharusan. Allah menciptakan seorang wanita sebagai makhluk yang lemah. Allah telah menakdirkan bagi seorang laki-laki dengan memberikan segala kelebihan bagi laki-laki untuk memimpin dan membimbing wanita.
Sifat seorang wanita yang dominan, selalu ingin mengatur, berkuasa akan terlihat ketika berinteraksi dengan anggota keluarga, terlebih lagi sang istri; seorang wanita asing yang masuk ke dalam kehidupan barunya.
Tindak-tanduk dan tingkah laku seorang istri akan sangat menguji kesabaran bagi laki-laki. Seorang laki-laki yang buruk sifat dan perangainya, akan terdorong untuk berbuat aniaya kepada istrinya. Kekerasan dalam rumah tangga yang sering terjadi dari seorang suami terhadap istri. Hal tersebut menunjukkan bahwa sang suami juga tergolong orang yang lemah juga. Hal tersebut akan berbeda apabila seorang suami adalah sosok yang mempunyai kepribadian yang kuat, tegar dan kokoh, maka hatinya tidak akan keras dalam menghadapi istrinya. Dia tidak akan tega untuk berbuat aniaya terhadap kaum yang lemah.
Barang siapa yang mampu untuk menguasai diri ketika berhadapan dengan wanita, sungguh kebaikan telah muncul pada dirinya.
Hak bagi Keluarga
Seseorang yang paling tinggi derajatnya dalam kebaikan dan juga paling berhak meraih sifat tersebut ialah, orang-orang yang paling baik perilakunya kepada anggota keluarganya. Hal tersebut disebabkan karena keluarga merupakan orang-orang yang paling dan berhak mendapatkan wajah yang manis dan cara bergaul yang baik, mendapatkan curahan kebaikan, mendapatkan manfaat atasnya, dilindungi dari mara bahaya. Apabila ada laki-laki yang seperti itu, niscaya ia akan mendapat predikat sebagai manusia yang terbaik. Namun apabila ia bersikap sebaliknya, maka ia berada dalam keburukan. Dan dalam kasus ini, banyak orang yang terjerumus dalam kelalaian ini.
Apabila seorang laki-laki ketika dia menemui keluarganya dengan menjadi sosok yang akhlaknya buruk, sangat pelit dan sedikit sekali berbuat baik kepada mereka. Akan tetapi, apabila dia sedang bersama orang lain, orang lain tersebut begitu dihormati, akhlaknya melunak, sifatnya berubah menjadi dermawan, ringan tangan. Maka hal tersebut tidak diragukan lagi bahwa laki-laki semacam itu adalah manusia yang terhalang dari taufik Allah, menyimpang dari jalan yang lurus.
Semoga Allah memberikan keselamatan bagi kita dari hal tersebut.
Kaitannya dengan Al qur’an
Berinteraksi dan berkomunikasi dengan wanita yang dalam konteks ini adalah seorang istri, haruslah dengan cara yang baik. Berinteraksilah dengan perbuatan maupun perkataan yang terpuji sehingga sesuai dengan tuntunan syariat Islam. Syekh Muhammad Sayyid Tanthowi mengutip perkataan dari Imam Ghazali (dalam tafsirnya Al-Wasith) bahwa tafsir dari ayat ini adalah berakhlak yang baik kepada istri dengan tidak menyakitinya perasaan maupun fisiknya, bersabar atas perilaku ceroboh istri dan bersabar atas kemarahan istri sambil menasehatinya. Sebagaimana Rasulullah saw telah mencontohkan hal seperti itu.
Oleh karenanya, istri juga memiliki hak yang sama dengan suami. Menyayangi, memanjakan dan menafkahi baik lahir maupun batin adalah hak bagi seorang istri atas suami. Suami tidak berhak mempermainkan istri dengan semaunya atau seenaknya sendiri karena istri bukanlah sebuah boneka. Seorang istri adalah MITRA YANG SETIA bagi suami untuk sama-sama dalam membangun sebuah keluarga. Keluarga yang harmonis dan bahagia di dunia bahkan hingga di akhirat kelak.
وَعَاشِرُوْهُنَّ بِالْمَعْرُوْفِ ۚ فَاِنْ كَرِهْتُمُوْهُنَّ فَعَسٰٓى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْـًٔا وَّيَجْعَلَ اللّٰهُ فِيْهِ خَيْرًا كَثِيْرًا
Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak. [An Nisa :19]
Hendaknya Suami memperbagus ucapan, perkataan, perbuatan dan tingkah laku kepada istri sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Jika istri menyukainya, maka berbuatlah sesuai apa yang disukainya.
وَلَهُنَّ مِثْلُ الَّذِيْ عَلَيْهِنَّ بِالْمَعْرُوْفِۖ
Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang baik (ma’ruf) [Al baqoroh :228].