Raih Juara! Mahasiswa Ekonomi Islam UII Tembus MTQM International di Jambi!

Kadang prestasi itu bukan datang dari ambisi besar, tapi dari keberanian untuk mencoba hal baru. Itulah yang dilakukan oleh Tara Aqila Humayra, mahasiswa Prodi Ekonomi Islam UII angkatan 2023. Dengan tekad “tes ombak”, Tara memutuskan untuk ikut kompetisi Lomba Karya Tulis Ilmiah Al-Qur’an (LKTIQ) kategori tingkat nasional yang diselenggarakan oleh Universitas Jambi pada 16–19 Juni 2025. Dan ya! Tara berhasil membawa pulang gelar Juara Harapan 1.

Dari “Tes Ombak” Jadi Juara

Bagi Tara, ini adalah pengalaman pertamanya mengikuti lomba karya tulis ilmiah. Ia mengaku awalnya hanya ingin mencoba sesuatu yang baru dari apa yang sudah dipelajari selama beberapa bulan terakhir di kelas. Tapi justru dari keberanian itulah, ia menemukan pengalaman yang berharga baik dalam belajar, bekerja sama, maupun membangun rasa percaya diri.

“Karena ini pertama kali, pastinya masih banyak belajar. Ngerjainnya juga lebih butuh tenaga, waktu, pikiran, dan kerjasama tim yang solid,” ujarnya.

Dalam kompetisi ini, Tara mengangkat tema literasi keuangan syariah, isu yang relevan dan sudah pernah ia pelajari selama kuliah di Prodi Ekonomi Islam. Ilmu di kelas ternyata sangat membantu dalam menyusun argumentasi dan membangun gagasan yang berbasis syariah.

“Materi kuliah sangat membantu banget. Jadi nulisnya nggak blank karena udah punya dasar,” Ucap Tara.

Didukung oleh teman, dosen, dan orang tua, Tara melewati proses bimbingan dan revisi hingga akhirnya siap untuk bersaing. Ia juga berkonsultasi langsung dengan orang-orang yang memang ahli di bidangnya agar tulisannya lebih matang dan berbobot.

Bertemu Orang Baru, Belajar Hal Baru

Bukan hanya soal lomba, bagi Tara, salah satu pengalaman paling berkesan adalah bertemu dengan banyak orang hebat dari berbagai universitas di seluruh Indonesia. Selain itu, momen ini juga menjadi pengalaman pertamanya menginjak tanah Sumatera, melihat budaya baru, logat yang berbeda, dan kebersamaan delegasi UII yang seru sekali.

Saat ditanya apa kunci keberhasilannya, Tara menjawab dengan santai “Usaha dan doa. Lalu konsul ke orang yang mengerti, meminta masukan dan yang paling penting tidak takut salah!”

Tantangan terbesar menurutnya bukan hanya soal menulis, tapi juga mengatur waktu, menjaga komunikasi tim, dan tetap tekun dalam proses yang nggak sebentar. Tapi justru dari sana, Tara belajar banyak hal yang tidak bisa didapat hanya dari materi kelas.

Gas Aja, Gausah Takut

Sebagai sesama mahasiswa, Tara ingin membagikan semangat ke teman-teman Ekis lainnya agar tidak ragu untuk ikut kompetisi. Menurutnya, menang atau kalah bukan tujuan utama, yang terpenting adalah berani mencoba dan mendapatkan pengalaman baru.

“Gas aja ges! Lebih baik nyesel karena gagal, daripada nyesel karena gak nyoba!” Tegasnya

Tara juga menyampaikan harapannya ke depan, supaya Prodi Ekonomi Islam UII bisa semakin aktif mendorong mahasiswa untuk ikut lomba-lomba, salah satunya dengan adanya pelatihan atau coaching singkat dari dosen sebelum mengikuti kompetisi.

“Support dari dosen sudah bagus, saya dibantu dan dibimbing dengan baik oleh dosen, kedepannya mungkin bisa ditambah pelatihan intensif bareng sebelum lomba. Biar makin siap dan lebih PD untuk bersaing” Tambahnya

Buat kamu yang masih ragu, Tara sudah buktikan, coba itu bukan soal siap atau tidak siap, tapi soal berani atau tidak. Dan dari keberanian itu, bisa jadi lahir prestasi yang luar biasa.

Ingin berprestasi seperti Tara ?
Daftar sekarang juga di Program Studi Ekonomi Islam UII 

Temukan inspirasimu bersama kami di https://fis.uii.ac.id/ekis
Pendaftaran Mahasiswa Baru  pmb.uii.ac.id

Bangun Bisnis Jalur Mahasiswa Ekonomi Islam!!

Tidak banyak yang menyangka bahwa dari dunia akademik Ekonomi Islam, mampu membuat alumni yang berhasil membangun bisnis jasa seserahan pernikahan dengan skala yang terus berkembang. Agnia Rona Afiani, alumni Ekonomi Islam UII angkatan 2016, yang kini sukses mengelola brand Mahantaran, sebuah usaha jasa seserahan yang telah berdiri sejak tahun 2022 dan kini telah memiliki dua cabang di Yogyakarta dan Solo.

Dengan tagline “Seserahan Termurah dan Berkualitas”, Mahantaran telah melayani lebih dari 700 klien dalam waktu tiga tahun terakhir. Tidak hanya itu, Mahantaran juga aktif mengadakan kelas seserahan yang berkolaborasi dengan berbagai brand lokal untuk mendorong pemberdayaan perempuan, serta menempati peringkat pertama dalam daftar rekomendasi jasa seserahan di Yogyakarta versi Detik Jateng.

Dari Freelancer Menjadi Founder

Ketertarikan Agnia terhadap dunia wedding sudah muncul sejak masa kuliah. Selama kurang lebih empat tahun, ia bekerja sebagai freelance wedding organizer (WO) sambil menempuh studi. Dari sanalah muncul ide untuk membuat usaha sendiri di bidang yang sama, namun dengan model yang lebih fleksibel dan terjangkau secara modal.

“Saya ingin tetap di dunia wedding, tapi dengan modal kecil. Saya mulai dari menyewa, mendekorasi sendiri, hingga merakit box seserahan. Karena saya juga memang senang dengan kerajinan tangan,” ungkapnya.

Menjalankan Bisnis Berbasis Syariah

Latar belakang pendidikan di Ekonomi Islam turut memberi pengaruh besar dalam membentuk karakter bisnis yang dijalankan Agnia. Ia mengaku bahwa pemahamannya tentang prinsip berdagang dalam Islam banyak dibentuk selama kuliah.

“Sebelum kuliah saya pikir bisnis itu hanya soal untung dan kaya. Tapi di Ekis saya belajar bahwa berdagang juga ada etikanya. Prinsip syariah harus dijaga,” jelasnya.

Mahantaran sendiri menerapkan prinsip “usaha untuk amal” dengan menyisihkan sebagian keuntungan untuk kegiatan sosial seperti santunan ke panti asuhan setiap Ramadan. Lebih dari itu, ia juga memastikan bahwa seluruh aset usaha tidak dibiayai dengan riba. Semua dilakukan secara bertahap dengan semangat keberkahan.

Terus Bertumbuh, Menyiasati Tantangan

Sebagai bisnis musiman, tantangan terbesarnya adalah ketika memasuki bulan-bulan sepi pernikahan seperti Ramadan dan bulan Suro. Namun, Agnia melihat peluang lain dengan mengadakan kelas seserahan bersama sejumlah brand seperti Kotagede Jewellery, Make Over, dan Bloomery.

Dalam hal pemasaran, Mahantaran mengandalkan kekuatan rekomendasi dari mulut ke mulut serta membangun kehadiran aktif di media sosial. Konten visual dan narasi yang engaging menjadi senjata utama untuk menjangkau target pasar dari kalangan muda.

Target dan Harapan Ke Depan

Kini Mahantaran tidak hanya berhenti pada jasa seserahan. Mereka telah mengembangkan lini usaha baru bernama Mahaplanner WO, dan menargetkan ekspansi ke bidang souvenir pernikahan agar dapat menjadi penyedia layanan pernikahan secara lengkap (one-stop wedding solution).

“Tahun 2026 kami menargetkan memiliki store yang lebih luas. Saat ini kami memiliki 4 karyawan dan lebih dari 100 box seserahan, sementara tempat yang ada sudah sangat terbatas,” Ucap Agnia.

Pesan untuk Mahasiswa Ekonomi Islam

Sebagai alumni Ekonomi Islam, Agnia menyampaikan pesan kepada adik-adik tingkatnya agar berani bermimpi dan memulai. Baginya, modal bukan hanya soal uang, tapi juga mental dan nilai-nilai syariah yang telah dipelajari di kampus.

“Kalau memang niatnya baik dan usahanya sesuai prinsip syariah, insyaAllah akan ada jalannya. Jangan takut untuk mulai pelan-pelan dan mandiri.”

Dari semangat berkarya dan berprinsip syariah, Mahantaran menjadi bukti nyata bahwa mahasiswa Ekonomi Islam mampu membangun usaha yang bermanfaat, berdaya saing, dan bernilai ibadah.

Bergabung dan Temukan inspirasimu bersama kami di https://fis.uii.ac.id/ekis
Pendaftaran Mahasiswa Baru klik di pmb.uii.ac.id

Qurban 101, Sambut Idhul Adha Dengan Pahami Esensinya!

Idul Adha merupakan salah satu momen besar dalam Islam yang identik dengan pelaksanaan ibadah qurban. Namun, di tengah semangat umat muslim dalam menyambut hari raya ini, masih banyak pertanyaan muncul, khususnya mengenai kesiapan untuk berkurban. Siapakah sebenarnya yang disarankan untuk berqurban? Sebagai mahasiswa apakah disrankan meski belum memiliki penghasilan tetap? apakah qurban patungan yang umum terjadi saat ini dibolehkan?

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, kali ini kita bahas dari segi Fikih dan Perencanaan keuangan islam bersumberkan dari Dosen Program Studi Ekonomi Islam Bapak Fajar Fandi Atmaja, LC., MSI.

Hukum Asal Qurban

Secara hukum, qurban termasuk dalam kategori sunnah muakkadah. Artinya, ibadah ini sangat dianjurkan dan dilakukan secara konsisten oleh Rasulullah SAW selama hidupnya, meskipun tidak sampai pada tingkatan wajib. Dalam sejarah, Abu Bakar pernah tidak melaksanakan qurban dalam satu tahun tertentu demi mencegah pemahaman bahwa qurban adalah ibadah wajib.

Mayoritas ulama menyepakati hukum sunnah muakkadah ini, meskipun ada mazhab seperti Hanafi yang menganggapnya wajib bagi mereka yang mampu. Dengan demikian, pelaksanaan qurban sangat dianjurkan bagi umat Islam yang memiliki kemampuan, termasuk mahasiswa, selama tidak memberatkan diri atau orang lain.

Mahasiswa dan Ibadah Qurban

Mahasiswa yang belum memiliki penghasilan tetap memang tidak termasuk golongan yang wajib berkurban. Namun, jika seorang mahasiswa memiliki kemampuan finansial, baik dari uang saku bulanan maupun penghasilan tambahan, sangat baik jika ia berusaha memaksimalkan untuk ikut berkurban.

Pelaksanaan qurban bagi mahasiswa dapat menjadi bentuk latihan spiritual, tanggung jawab sosial, sekaligus penguatan komitmen terhadap nilai-nilai keislaman. Namun, tentu hal ini harus disesuaikan dengan kondisi keuangan masing-masing, tanpa memaksakan diri apalagi membebani keluarga khususnya orang tua.

Batasan dan Ketentuan Qurban

Dalam praktiknya, qurban dapat dilakukan secara patungan dengan memperhatikan jenis hewan yang digunakan. Secara fikih, sapi boleh diatasnamakan untuk tujuh orang, sedangkan kambing hanya sah untuk satu orang.

Bapak Fajar Fandi Atmaja menambahkan

“Kurban patungan itu sebenarnya secara fikih, beberapa hewan punya ketentuan atau nilai tertentu, seperti sapi itu bisa mengatas namakan tujuh orang, sedangkan kambing itu hanya sah untuk satu orang. Kalaupun seandainya tidak mampu untuk satu orang, ya bisa iuran, tapi tetap kurbannya diatasnamakan untuk satu orang untuk kambing, dan tujuh orang untuk sapi.” Jelasnya.

Artinya, jika ingin berkurban kambing namun menggunakan sistem iuran, maka hewan tersebut harus tetap diatasnamakan untuk satu orang saja. Sedangkan untuk sapi, diperbolehkan atas nama tujuh orang saja dan jelas disebutkan namanya.

Praktik seperti ini cukup sering dilakukan dalam lingkup komunitas, termasuk di lingkungan kampus, sebagai solusi agar lebih banyak orang bisa berpartisipasi dalam ibadah qurban.

Namun, saat ini seringkali dijumpai sistem qurban kolektif dengan nominal ringan, seperti Rp50.000 per orang, yang melibatkan banyak peserta tanpa pembagian nama yang jelas. Secara fikih, sistem seperti ini tidak dapat dikategorikan sebagai qurban yang sah, melainkan lebih tepat disebut sebagai bentuk sedekah daging.

Meski bukan termasuk ibadah qurban, sedekah daging tetap merupakan amalan yang baik dan berpahala. Namun, penting bagi masyarakat untuk memahami perbedaannya agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam praktik ibadah.

Strategi Keuangan Mahasiswa untuk Berqurban

Dari sisi perencanaan keuangan, mahasiswa tetap memiliki peluang untuk bisa berkurban, selama dilakukan dengan strategi yang tepat. Misalnya, dengan uang saku Rp1.000.000 per bulan, seorang mahasiswa dapat menyisihkan Rp100.000 setiap bulan ke dalam tabungan khusus qurban. Dalam waktu 3 hingga 4 tahun, jumlah tersebut cukup untuk membeli satu ekor kambing.

Strategi ini tidak hanya melatih disiplin finansial, tetapi juga menumbuhkan kesadaran untuk merencanakan ibadah jangka panjang. Tabungan qurban dapat menjadi kebiasaan positif yang mendampingi proses pendidikan dan pendewasaan mahasiswa.

Idul Adha bukan hanya tentang menyembelih hewan, tetapi tentang bagaimana setiap Muslim mendekatkan diri kepada Allah melalui pengorbanan yang nyata, sesuai kemampuannya. Perencanaan keuangan yang matang adalah kunci agar ibadah kurban dapat dilakukan secara rutin, meski dengan penghasilan terbatas seperti mahasiswa. Dalam konteks keuangan Islam, menyusun strategi pengelolaan dana untuk ibadah merupakan bentuk tanggung jawab sekaligus investasi spiritual yang penting.

Untuk itu, pembahasan lebih lengkap tentang bagaimana mahasiswa bisa merencanakan keuangan secara Islami agar konsisten dapat berkurban akan kami ulas di artikel berikutnya. Jadi, jangan lewatkan ya!

Mari menata keuangan dan memperkuat ibadah dengan perencanaan yang tepat.
Bergabunglah bersama kami di Program studi Ekonomi Islam
Daftar sekarang di Pmb.uii.ac.id
Temukan Informasi dan wawasalan lainnya di https://fis.uii.ac.id/ekis/