Generasi Muda, Bikin Keuangan Syariah Lebih Dekat dengan Semua!!
Indonesia sebagai negara mayoritas muslim terbesar dunia memiliki ambisi besar untuk menjadi pusat keuangan syariah global. OJK menargetkan pangsa pasar perbankan syariah mencapai 15% dari total aset perbankan pada 2024, memperkuat ekosistem syariah melalui industri halal, zakat, dan wakaf, serta menjadikan Indonesia sebagai hub internasional keuangan syariah.
Namun, Inklusi keuangan syariah di Indonesia masih menghadapi tantangan yang signifikan. Berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2024, tingkat literasi keuangan syariah hanya mencapai 9,1%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat masih belum memahami konsep dasar produk keuangan syariah, seperti akad bagi hasil atau perbedaan antara sistem syariah dan konvensional.
Tantangan ini tidak hanya terjadi di tingkat nasional, tetapi juga bersifat global. Industri keuangan syariah memerlukan terobosan untuk dapat bersaing secara internasional, baik dalam hal inovasi produk maupun adopsi yang lebih luas.
Lebih menarik lagi, generasi muda, terutama kelompok usia 15–25 tahun ini memiliki potensi besar untuk menjadi motor penggerak perubahan. Namun, lagi lagi survei menunjukkan bahwa kelompok ini cenderung kurang peduli terhadap literasi keuangan, bahkan sering terjebak dalam jebakan keuangan (financial trap), seperti maraknya penggunaan pinjaman online tanpa perencanaan yang matang.
Lalu, bagaimana kondisi ini bisa diubah? Dan apa peran generasi muda untuk meningkatkan literasi sekaligus inklusi keuangan syariah di masa depan?. Berikut Rizka Septia Prabu, Student Ambassador Duta Literasi Ekonomi Syariah, Mahasiswa Ekonomi Islam Angkatan 2022 membagikan pandangannya.
Penyebab Rendahnya Inklusi Keuangan Syariah
Pertama, Rizka menyebutkan ada beberapa faktor utama yang menyebabkan rendahnya inklusi keuangan syariah di Indonesia:
- Rendahnya Literasi Keuangan Syariah Banyak masyarakat yang belum memahami produk keuangan syariah dan prinsip dasarnya. “Sebagian besar masyarakat bahkan tidak tahu apa itu bagi hasil atau bagaimana konsep akad dalam syariah berbeda dari konvensional,” ujar Rizka.
- Akses yang Terbatas Rizka juga menyoroti bahwa layanan keuangan syariah lebih sulit diakses di daerah daerah terpencil, terutama di luar Pulau Jawa.
“Masyarakat di daerah terpencil sering kali harus menempuh jarak yang jauh untuk menemukan bank syariah,” tambahnya.
- Kompleksitas Produk Menurut Rizka, banyak masyarakat merasa produk keuangan syariah lebih rumit dibandingkan produk konvensional. Ada kesan bahwa untuk memahami dan menggunakan produk syariah, butuh pengetahuan tambahan yang membuat orang jadi ragu.
- Implementasi Regulasi yang Belum Merata Meski regulasi dari pemerintah dan OJK sudah ada, implementasinya belum optimal di beberapa wilayah. Hal ini menjadi tantangan bagi lembaga keuangan syariah untuk berkembang lebih luas.
Strategi Student Ambassador untuk Meningkatkan Literasi Keuangan
Sebagai student ambassador, Rizka dan timnya aktif melakukan berbagai kegiatan untuk mendukung bentuk usaha generasi muda dalam peningkatan literasi keuangan syariah, diantara:
- Edukasi Melalui Seminar dan Workshop “Kami sering mengadakan seminar dan workshop untuk masyarakat umum, mahasiswa, hingga pelajar sekolah. Tujuannya adalah untuk mengenalkan keuangan syariah secara sederhana dan menarik,” Ungkap Rizka.
- Kolaborasi dengan Lembaga Keuangan Syariah Rizka dan tim juga bekerja sama dengan bank syariah untuk menyebarluaskan informasi tentang produk-produk mereka. “Dengan kolaborasi ini, masyarakat bisa lebih mudah memahami manfaat produk syariah,” ujarnya.
- Simplifikasi Produk Syariah Rizka menjelaskan bahwa timnya berupaya menjelaskan produk syariah dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh masyarakat.
“Kami menggunakan pendekatan cerita dan contoh kasus agar lebih membumi,” tambahnya.
Saatnya Pergerakan dari Semua
Hasil Survei Nasional SNLIK dalam konferensi pers OJK 2024 membuktikan rendahnya inklusi keuangan syariah di Indonesia tidak hanya menjadi tantangan, tetapi juga peluang besar bagi generasi muda untuk berkontribusi. Melalui edukasi, kolaborasi, dan inovasi, mahasiswa seperti Rizka Septia Prabu membuktikan bahwa mereka bisa menjadi agen perubahan yang nyata. “Keuangan syariah bukan hanya tentang agama, tetapi juga tentang menciptakan sistem yang adil dan inklusif untuk semua,”.
Ingin belajar lebih dalam ? Daftar Sekarang di Program Studi Ekonomi Islam
Pendaftaran telah dibuka kunjungi pmb.uii.ac.id dan fis.uii.ac.id/ekis untuk informasi serta artikel lainnya.