Hafidzah 30 Juz di Tengah Kampus, Program Studi Ekonomi Islam Pilihannya !!

Mahasiswa Ekonomi Islam

PMB.UII.AC.ID – Pendaftaran Program Beasiswa Hafidz Hafidzah UII 2025 Periode I Masih Dibuka !

Periode pendaftaran sudah berlangsung selama 11 hari dari tenggat waktu pendaftaran 15 – 31 Januari 2025. Sebelum terlambat! “Program Studi Ekonomi Islam pilihan yang tepat”. 

Mengapa Program Studi Ekonomi Islam ?

Salah satu kisah inspiratif datang dari Hurul ‘Aini Kamila pemerima Beasiswa Hafidzah tahun 2024. Perjalanan Hurul dalam memilih kampus membuktikan bahwa ekonomi islam dan hafalan Al-Qur’an dapat berjalan beriringan tanpa saling mengorbankan. Bagi hurul menjadi seorang hafidzah yang mendalami ilmu ekonomi sesuai syariat adalah investasi dunia akhirat.

Perjalanan Hurul dalam memilih Impian

Hurul, seorang hafidzah 30 juz, memutuskan untuk melanjutkan pendidikan tinggi di UII dengan alasan sederhana namun bermakna, ia ingin mendalami ekonomi Islam sambil menjaga hafalan Al-Qur’annya. Perjalanan ini bukanlah tanpa tantangan, tetapi ia membuktikan bahwa usaha, doa, dan niat yang lurus bisa membuka jalan menuju kesuksesan.

“Ketika tahu UII membuka Beasiswa Hafidz, saya langsung tertarik terutama terdapat kakak kelas saya yang juga lulus dari UII dengan program beasiswa hafidz ini. Menurut saya, ini adalah kesempatan besar untuk melanjutkan pendidikan tanpa harus khawatir tentang biaya, sekaligus berada di lingkungan yang mendukung hafalan,” ungkap Hurul.

Menjadi mahasiswa sekaligus hafidzah tentu membutuhkan manajemen waktu yang baik. Awalnya Hurul memang ragu untuk mengambil Program Studi Ekonomi Islam, namun dengan banyak pertimbangan dirasa Ekonomi Islam adalah jalan yang selaras sambil menjaga hafalannya. Hurul terus berusaha menjaga rutinitas murajaahnya di tengah padatnya jadwal kuliah dibantu oleh program khusus penerima Beasiswa Hafidz hafidzah dari UII untuk menjaga hafalannya.

“Waktu untuk murajaah memang tidak sebanyak dulu, tapi saya selalu menyempatkan diri untuk mengulang hafalan di sela-sela jadwal kuliah. Saya juga menargetkan hafalan tertentu setiap harinya, sehingga hafalan tetap terjaga dan itu dibantu program yang diwajibkan oleh UII” ujarnya.

Hurul pun merasakan manfaat dari hafalan Al-Qur’an dalam memahami materi perkuliahannya saat ini. Ayat-ayat Al-Qur’an yang sering disampaikan dosen menjadi lebih mudah diingat dan dipahami, karena sudah ada dalam ingatannya sejak dini.

Kisah Hurul adalah bukti bahwa menjadi hafidzah sekaligus mahasiswa Ekonomi Islam adalah pilihan yang penuh berkah. Hurul juga menyampaikan “Untuk calon mahasiswa Ekis, pastikan kalian memiliki niat yang baik saat memilih program studi. Jangan ragu untuk belajar hal baru, meskipun belum punya dasar ekonomi sebelumnya. Ingatlah, belajar dan gagal adalah bagian dari proses yang akan membantu kita menjadi lebih baik,” pesannya.

Dari menghargai suatu proses, dari langkah kecil yang sederhana, Hurul ‘Ainul Kamila berhasil membuka jalan menuju masa depan yang lebih cerah.

Ada banyak jalan untuk meraih mimpi, dan Beasiswa Hafidz/Hafidzah UII adalah salah satu langkah nyata untuk mencapainya. Jangan lewatkan kesempatan ini!

Daftar sekarang di pmb.uii.ac.id dan jadilah bagian dari Program Studi Ekonomi Islam Universitas Islam Indonesia.

Temukan informasi menarik lainnya di https://fis.uii.ac.id/ekis

Generasi Muda, Bikin Keuangan Syariah Lebih Dekat dengan Semua!!

Keuangan Syariah

Indonesia sebagai negara mayoritas muslim terbesar dunia memiliki ambisi besar untuk menjadi pusat keuangan syariah global. OJK menargetkan pangsa pasar perbankan syariah mencapai 15% dari total aset perbankan pada 2024, memperkuat ekosistem syariah melalui industri halal, zakat, dan wakaf, serta menjadikan Indonesia sebagai hub internasional keuangan syariah.

Namun, Inklusi keuangan syariah di Indonesia masih menghadapi tantangan yang signifikan. Berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2024, tingkat literasi keuangan syariah hanya mencapai 9,1%.  Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat masih belum memahami konsep dasar produk keuangan syariah, seperti akad bagi hasil atau perbedaan antara sistem syariah dan konvensional.

Tantangan ini tidak hanya terjadi di tingkat nasional, tetapi juga bersifat global. Industri keuangan syariah memerlukan terobosan untuk dapat bersaing secara internasional, baik dalam hal inovasi produk maupun adopsi yang lebih luas.

Lebih menarik lagi, generasi muda, terutama kelompok usia 15–25 tahun ini memiliki potensi besar untuk menjadi motor penggerak perubahan. Namun, lagi lagi survei menunjukkan bahwa kelompok ini cenderung kurang peduli terhadap literasi keuangan, bahkan sering terjebak dalam jebakan keuangan (financial trap), seperti maraknya penggunaan pinjaman online tanpa perencanaan yang matang.

Lalu, bagaimana kondisi ini bisa diubah? Dan apa peran generasi muda untuk meningkatkan literasi sekaligus inklusi keuangan syariah di masa depan?. Berikut Rizka Septia Prabu, Student Ambassador Duta Literasi Ekonomi Syariah, Mahasiswa Ekonomi Islam Angkatan 2022 membagikan pandangannya.

Penyebab Rendahnya Inklusi Keuangan Syariah 

Pertama, Rizka menyebutkan ada beberapa faktor utama yang menyebabkan rendahnya inklusi keuangan syariah di Indonesia:

  1. Rendahnya Literasi Keuangan Syariah Banyak masyarakat yang belum memahami produk keuangan syariah dan prinsip dasarnya. “Sebagian besar masyarakat bahkan tidak tahu apa itu bagi hasil atau bagaimana konsep akad dalam syariah berbeda dari konvensional,” ujar Rizka. 
  2. Akses yang Terbatas Rizka juga menyoroti bahwa layanan keuangan syariah lebih sulit diakses di daerah daerah terpencil, terutama di luar Pulau Jawa.

    “Masyarakat di daerah terpencil sering kali harus menempuh jarak yang jauh untuk menemukan bank syariah,” tambahnya.

  3. Kompleksitas Produk Menurut Rizka, banyak masyarakat merasa produk keuangan syariah lebih rumit dibandingkan produk konvensional. Ada kesan bahwa untuk memahami dan menggunakan produk syariah, butuh pengetahuan tambahan yang membuat orang jadi ragu.
  4. Implementasi Regulasi yang Belum Merata Meski regulasi dari pemerintah dan OJK sudah ada, implementasinya belum optimal di beberapa wilayah. Hal ini menjadi tantangan bagi lembaga keuangan syariah untuk berkembang lebih luas.

Strategi Student Ambassador untuk Meningkatkan Literasi Keuangan

Sebagai student ambassador, Rizka dan timnya aktif melakukan berbagai kegiatan untuk mendukung bentuk usaha generasi muda dalam peningkatan literasi keuangan syariah, diantara:

  1. Edukasi Melalui Seminar dan Workshop  “Kami sering mengadakan seminar dan workshop untuk masyarakat umum, mahasiswa, hingga pelajar sekolah. Tujuannya adalah untuk mengenalkan keuangan syariah secara sederhana dan menarik,” Ungkap Rizka.
  2. Kolaborasi dengan Lembaga Keuangan Syariah Rizka dan tim juga bekerja sama dengan bank syariah untuk menyebarluaskan informasi tentang produk-produk mereka. “Dengan kolaborasi ini, masyarakat bisa lebih mudah memahami manfaat produk syariah,” ujarnya.
  3. Simplifikasi Produk Syariah Rizka menjelaskan bahwa timnya berupaya menjelaskan produk syariah dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh masyarakat.

    “Kami menggunakan pendekatan cerita dan contoh kasus agar lebih membumi,” tambahnya.

Saatnya Pergerakan dari Semua

Hasil Survei Nasional SNLIK dalam konferensi pers OJK 2024 membuktikan rendahnya inklusi keuangan syariah di Indonesia tidak hanya menjadi tantangan, tetapi juga peluang besar bagi generasi muda untuk berkontribusi. Melalui edukasi, kolaborasi, dan inovasi, mahasiswa seperti Rizka Septia Prabu membuktikan bahwa mereka bisa menjadi agen perubahan yang nyata. “Keuangan syariah bukan hanya tentang agama, tetapi juga tentang menciptakan sistem yang adil dan inklusif untuk semua,”.

Ingin belajar lebih dalam ? Daftar Sekarang di Program Studi Ekonomi Islam
Pendaftaran telah dibuka kunjungi pmb.uii.ac.id dan fis.uii.ac.id/ekis untuk informasi serta artikel lainnya.