Bitcoin di Tengah Krisis Ekonomi Turki, Halal atau Haram?

Bitcoin

Turki kini berada di ambang krisis ekonomi terburuk yang pernah dialami. Inflasi yang melonjak tajam telah menghancurkan daya beli masyarakat, membuat harga barang kebutuhan pokok meroket tanpa terkendali. Laporan terbaru menunjukkan inflasi tahunan mencapai dua digit, mengancam stabilitas ekonomi negara. Ditambah dengan dampak perang Rusia-Ukraina yang memperburuk situasi, ketidakstabilan ekonomi di kawasan semakin nyata, terutama dengan kenaikan harga yang signifikan di Turki.

Dalam menghadapi krisis ini, Presiden Recep Tayyip Erdogan telah mengambil langkah-langkah yang kontroversial. Dua tahun lalu, Erdogan menyatakan bahwa Turki tidak akan menaikkan suku bunga, karena Islam ssendiri menurutnya menginginkan suku bunga yang rendah atau bahkan 0%. “Kami akan meningkatkan ekspor dan investasi dalam negeri untuk  menarik dana asing masuk,” ujar Erdogan. Kebijakan ini didasarkan pada prinsip-prinsip syariah yang menolak riba atau bunga. Namun, keputusan ini berdampak buruk pada nilai Lira yang merosot tajam, sehingga membuat banyak investor asing menarik dananya dari Turki.

Strategi Gagal, Lira Anjlok, Masyarakat Beralih ke Bitcoin

Pasca anjloknya Lira, masyarakat Turki banyak beralih ke USD, emas, dan Bitcoin untuk menjaga kekayaan mereka dari inflasi yang tidak terkendali. Ekosistem penunjang Bitcoin banyak bermunculan di Turki, mulai dari ATM Bitcoin hingga berbagai pedagang yang menerima Bitcoin sebagai pembayaran. Dalam beberapa tahun terakhir, Bitcoin telah menunjukkan tingkat stabilitas yang lebih baik dibandingkan dengan Lira. Meskipun Bitcoin sendiri mengalami fluktuasi harga yang cukup tinggi, banyak masyarakat Turki melihatnya sebagai penyelamat di tengah ketidakstabilan ekonomi.

Dengan demikian, awal tahun ini Erdogan akhirnya mengubah strateginya dan menaikkan suku bunga. Bahkan, saat ini, suku bunga berada di angka 50% karena inflasi masih terus menghantui masyarakat Turki. Program ekonomi baru Turki bertujuan untuk meredakan krisis inflasi jangka panjang yang dipicu oleh kebijakan Erdogan sebelumnya. Program ini telah menuai pujian dari para investor, namun belum membuahkan hasil bagi warga Turki yang menghadapi inflasi hampir 70%, melonjaknya biaya pinjaman, dan pengurangan langkah-langkah stimulus yang selama ini telah mengurangi dampak pertumbuhan harga.

Akhirnya pemerintah Turki menyadari eksistensi crypto dan meregulasinya. Erdogan bahkan memasang ahli kripto untuk menduduki posisi penting di bank sentral. Namun sampai saat ini belum diketahui akankah Turki mengadopsi Bitcoin sepenuhnya?

Akhirnya pemerintah Turki menyadari eksistensi crypto dan meregulasinya. Erdogan bahkan memasang ahli kripto untuk menduduki posisi penting di bank sentral. Namun sampai saat ini belum diketahui akankah Turki mengadopsi Bitcoin sepenuhnya?

Lalu, apa sih sebenarnya hukum Bitcoin atau Cryptocurrency dalam Islam ?
Ada beberapa argumen yang mendukung kedua sisi ini.

Argumen Halal

Pendukung kehalalan Bitcoin berpendapat bahwa mata uang kripto ini dapat dianggap sebagai alat tukar yang sah dan dapat digunakan dalam transaksi sehari-hari karena tidak ada unsur Riba dalam penggunaannya. Sehinnga, selama Bitcoin digunakan dengan cara yang etis dan tidak melanggar prinsip-prinsip syariah, mereka melihatnya sebagai bentuk inovasi finansial yang bisa diterima. Selain itu bitcoin mempunyai beberpa kelebihan seperti : universal, cepat, transparansi, dan kontrol pribadi. Beberapa ulama melihat bitcoin atau cryptocurrency ini sebagai inovasi teknologi yang memudahkan transaksi keuangan mengunarangi biaya dan meningkatkan inklusi keuangan serta ekonomi digital.

Argumen Haram 

Di sisi lain, ada juga yang berpendapat bahwa Bitcoin adalah haram karena sifatnya yang spekulatif dan mengandung unsur gharar (ketidakpastian) yang tinggi dikarenakan volatilitas harga yang ekstrem. Mereka berargumen bahwa transaksi Bitcoin seringkali digunakan untuk tujuan ilegal seperti pencucian uang, perdagangan narkoba dan memberikan celah bagi kejahatan. Selain itu, ketidakjelasan dan ketidakpastian nilai Bitcoin tadi dianggap tidak sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan dalam Islam.

Dr. M. Roem Syibly, S.Ag., MSI. Dosen pengampu mata kuliah Ekonomi Islam berpendapat bahwa Bitcoin atau Uang Crypto adalah uang masa depan kita. Beliau menambahkan

“Mungkin penggunaan Bitcoin secara langsung atau menyeluruh di Indonesia saat ini masih tergolong haram, selain karena masih banyak negara yang melegalkan juga penggunaan bitcoin saat ini dibolehkan hanya sebagai bukti pemeang aset saja. Tapi saya yakin dikemudian hari dimasa depan akan ada waktunya Ketika Bitcoin menjadi halal seperti yang sudah terjadi pada system-sistem keuangan lainnya. Namun tentu saja dengan beberapa hal sepertti regulasi yang diluruskan oleh para Ulama nanti”. Jelas Pak Roem

Adapun faktor yang memungkinkan kehalalan bitcoin adalah :

  • Keberlanjutan nilai
    Bitcoin atau Cryptocurrency harus memiliki nilai yang stabil dan diakui secara luas
  • Keadilan Transaksi
    Semua transaksi harus adil dan transparan tanpa ada eksploitasi
  • Regulasi yang jelas
    Harus ada regulasi yang jelas untuk menghindari penyalahgunaan dan aktivitas illegal

Untuk itu, dalam menghadapi situasi ini sangat penting bagi umat Islam untuk berhati-hati dan mempertimbangkan prinsip-prinsip syariah dalam setiap keputusan finansial. Bitcoin mungkin menawarkan solusi di tengah ketidakstabilan ekonomi, tetapi penggunaannya harus dilakukan dengan bijak dan sesuai dengan ajaran Islam.

Sebagai alternatif investasi atau alat tukar, Bitcoin bisa menjadi pilihan yang menarik, namun harus disertai dengan pemahaman yang mendalam dan kesadaran akan risiko yang ada. Sobat diharapkan untuk tidak hanya mengejar keuntungan semata, tetapi juga memastikan bahwa setiap langkah yang diambil tetap dalam koridor syariah.

Sejauh ini bagaimana menurut kamu Sob? Apakah Bitcoin merupakan solusi yang tepat di tengah krisis ekonomi saat ini?, atau justru menimbulkan tantangan baru??

Jangan lupa untuk terus baca artikel Ekis untuk pengetahuan dan informasi lainnya ya Sob !
Kunjungi https://fis.uii.ac.id/ekis/ atau KLIK DISINI

Antara Transparansi Atau Manipulasi, Bisnis Tanpa Korup Utopis Atau Realistis ?

Di Indonesia, masalah korupsi sudah seperti penyakit kronis yang sulit disembuhkan. Transparency International melaporkan bahwa Indonesia berada di peringkat 96 dari 180 negara dalam Indeks Persepsi Korupsi 2023, Ini menunjukkan betapa seriusnya masalah korupsi di negeri ini dan bagaimana ini mempengaruhi serta berdampak pada dunia bisnis. Korupsi kerap terjadi mulai dari korupsi di lembaga pemerintahan , sektor swasta, bahkan hal
hal yang tampak kecil yang akan berdampak besar seperti, pemotongan dana bansos, penyalahgunaan anggaran desa, penggelapan dana kas RT/RW, pungutan liar sampai manipulasi laporan keuangan dalam organisasi. Hal ini menunjukkan bagaimana kurangnya transparansi dan integritas dapat menghancurkan kesejahteraan publik dan merugikan banyak pihak.

Pentingnya Kejujuran dalam Bisnis

Dalam Islam, kejujuran adalah fondasi yang sangat penting dalam menjalankan bisnis. Kejujuran tidak hanya penting untuk menjaga kepercayaan pelanggan, tetapi juga untuk mendapatkan berkah dari Allah. Bisnis yang dijalankan dengan prinsip kejujuran dan transparansi akan lebih tahan lama dan membawa manfaat jangka panjang.

Pada skandal besar korupsi yang terjadi seperti Kasus Jiwasraya, di mana triliunan rupiah uang nasabah lenyap akibat manajemen yang tidak jujur dan transparan dalam berinvestasi. Begitu pula dengan manipulasi laporan keuangan Garuda Indonesia yang menipu investor dan merusak reputasi perusahaan tersebut di mata dunia serta kandal korupsi lainnya dipemerintahan daerah, contoh kasus korupsi tersebut menunjukan perlunya penegakan hukum yang tegas, peningkatan transparansi, dan pengawasan yang ketat terhadap penggunaan dana publik, baik di tingkat pemerintah, swasta, tingkat pusat ataupun daerah.

Kasus-kasus korupsi ini menunjukkan betapa pentingnya tanggung jawab, kejujuran dan transparansi dalam pengelolaan investasi di dunia bisnis dan pemerintahan Indonesia. Setiap pelaku bisnis atau pengelola dana harus bertindak jujur dan transparan dalam setiap transaksi agar terhindar dari penyelewengan dan kerugian yang tidak diinginkan. Tanpa integritas, korupsi dan penyelewengan akan terus merajalela, merusak tatanan ekonomi dan mengurangi kepercayaan publik terhadap institusi-institusi negara.

Dalam Islam sendiri diberikan panduan yang jelas dalam menghadapi masalah korupsi. Beberapa prinsip utama yang dapat diterapkan untuk mengurangi korupsi antara lain:

  1. Transparansi (At-Tashrih) Semua aspek transaksi harus dilakukan dengan terbuka dan jelas. Dengan adanya transparansi, maka akan meminimalkan kemungkinan terjadinya penipuan dan manipulasi.
  2. Keadilan (Al-Adl) Setiap individu atau perusahaan harus diperlakukan dengan adil, tanpa memihak dan tidak ada pihak yang dirugikan. Keadilan dalam bisnis membantu menciptakan lingkungan yang sehat dan kompetitif.
  3. Akuntabilitas Setiap orang yang terlibat dalam bisnis harus bertanggung jawab atas tindakan mereka. Ini termasuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan setiap keputusan yang diambil.

Demikian pula, seperti yang telah dijelaskan dalam Al-Qur’an pada Q.S Al-baqarah ayat 282, pada ayat tersebut menekankan pentingnya pencatatan utang-piutang secara akurat untuk menjaga kejelasan dan keadilan. Pencatatan harus dilakukan dengan benar, melibatkan saksi bila perlu, semua pihak terkait harus bertindak dengan integritas. Ayat ini juga menunjukkan bahwa pencatatan dan kesaksian adalah bagian dari prinsip transparansi dan akuntabilitas dalam transaksi keuangan.

Selain itu dalam Q.S. An-Nisa ayat 58 ditegaskan pentingnya menunaikan amanah dan memberikan keputusan secara adil. Ayat ini mengingatkan bahwa Allah memerintahkan kita untuk menyampaikan kepercayaan kepada yang berhak dan menetapkan hukum dengan keadilan. Allah memberikan pengajaran terbaik dan selalu memperhatikan segala sesuatu.

Untuk melihat ayat klik disini

Dalam menghadapi tantangan korupsi yang menjadi masalah besar sehingga dapat merusak tatanan sosial dan ekonomi suatu negara, kita harus memahami bahwa perubahan dimulai dari diri sendiri. Seperti pepatah yang mengatakan, “Sekecil apa pun sebuah langkah, itu adalah awal dari sebuah perjalanan panjang.” Mari kita jadikan kejujuran sebagai pedoman dalam setiap tindakan kita, baik dalam skala kecil maupun besar. Kita tidak bisa hanya mengandalkan penegak hukum dan regulasi semata, tanggung jawab ada di tangan kita masing-masing.

Dalam bisnis pula, kejujuran bukan hanya tentang mengikuti aturan, tetapi juga tentang membangun kepercayaan dan menciptakan lingkungan yang adil dan berkelanjutan. Transparansi dan akuntabilitas adalah kunci untuk menciptakan masyarakat yang berintegritas dan bebas dari korupsi. Kepercayaan yang dibangun melalui kejujuran akan memperkuat hubungan antara perusahaan dan pemangku kepentingan, termasuk pelanggan, karyawan, dan mitra bisnis. Selain itu, transparansi dalam operasional bisnis juga memungkinkan perusahaan untuk mengidentifikasi dan mengatasi masalah lebih awal, mencegah terjadinya penyimpangan yang lebih besar di kemudian hari.

Lebih jauh lagi, penerapan prinsip-prinsip ini dapat meningkatkan reputasi perusahaan di mata publik dan investor. Sebuah perusahaan yang dikenal jujur dan transparan akan lebih mudah menarik investasi dan dukungan dari masyarakat. Dengan demikian, perusahaan tidak hanya berkembang secara ekonomi tetapi juga memberikan kontribusi positif terhadap pembentukan budaya bisnis yang etis dan bertanggung jawab. Yang pada akhirnya, menciptakan lingkungan bisnis yang adil dan berkelanjutan bukan hanya menguntungkan bagi individu atau perusahaan, tetapi juga bagi perekonomian secara keseluruhan, membangun fondasi yang kuat untuk pertumbuhan yang berkelanjutan dan inklusif.

Untuk mencapai hal ini, langkah-langkah di level mikro sangat penting. Setiap individu harus mulai dengan diri sendiri, menerapkan kejujuran dan transparansi dalam setiap aspek kehidupan sehari-hari. Di tempat kerja, kita bisa mulai dengan melaporkan setiap tindakan yang mencurigakan, menolak untuk terlibat dalam praktik-praktik tidak etis, dan mendorong budaya integritas di lingkungan kita. Dalam komunitas, kita bisa mengedukasi orang-orang sekitar tentang pentingnya kejujuran dan dampak negatif dari korupsi. Dengan cara ini, perubahan besar dapat dimulai dari tindakan-tindakan kecil yang dilakukan oleh banyak orang.

Semoga kita semua dapat menjadi bagian dari solusi dan bukan bagian dari masalah. Mari kita bangun masa depan yang lebih bersih, lebih jujur, dan lebih adil untuk generasi mendatang. Sebab, di tangan kitalah harapan itu berada.

Semoga kita semua dapat menjadi bagian dari solusi dan bukan bagian dari masalah. Mari kita bangun masa depan yang lebih bersih, lebih jujur, dan lebih adil untuk generasi mendatang.  Sebab, di tangan kitalah harapan itu berada.

Bersama-sama, kita bisa mengubah arah dan menciptakan Indonesia yang lebih baik, dimulai dari tindakan hari ini!!

Follow up for more information https://fis.uii.ac.id/ekis/

Peluang dan Petualangan, Pengalaman Mahasiswa Ekonomi Islam pada Short Course di Asia Tenggara

EKIS GOES TO SG-MY

Yogyakarta (EKIS NEWS) – Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia (UII) baru saja menyelesaikan perjalanan yang mengesankan bersama mahasiswanya dalam program Short Course and Student Conference on Islam in South East Asia yang berlansung dari 4 – 8 juni 2024. Kegiatan yang diikuti oleh 21 mahasiswa ini berasal dari beberapa jurusan yaitu, Akhwal Syakhsiyyah, Ekonomi Islam, dan Pendidikan Agama Islam. Program ini bertujuan untuk meningkatkan wawasan internasional, rekognisi, dan prestasi mahasiswa. Selain itu, kegiatan ini juga berfokus pada pendalaman pemahaman tentang Islam di Asia Tenggara, pengembangan keterampilan analisis dan kritisisme, serta meningkatkan kesadaran multikultural dan toleransi. Dengan memperluas jaringan akademik dan kultural, program ini juga mendukung pengembangan karir dan karya ilmiah mahasiswa.

Berikut daftar mahasiswa Ekonomi Islam yang mengikuti kegiatan :

  1. Binta Tsulutsi Mukhoyyaroh – Ekonomi Islam 2020
  2. Hasna Hanifah Isnaini – Ekonomi Islam 2020
  3. Faiz Maulana Akmal – Ekonomi Islam 2021
  4. Nabilah Zulfa – Ekonomi Islam 2021
  5. Ririn Sulisdiyanti Agustin – Ekonomi Islam 2021
  6. Almeyda Asharsyira – Ekonomi Islam 2023
  7. Tara Aqila Humayra – Ekonomi Islam 2023

University Malaya

Kegiatan diawali dengan pertukaran pelajar dari mahasiswa Universiti Teknologi Mara (UiTM) Malaysia yang mengunjungi Indonesia. Di Yogyakarta, mahasiswa Malaysia berkesempatan belajar dan berdiskusi terkait sistem perekonomian kedua negara, serta mengenal budaya Indonesia melalui kunjungan ke Kraton Yogyakarta. Selanjutnya, rombongan mahasiswa UII melanjutkan perjalanan ke Singapura. Di sana, mereka mengunjungi beberapa tempat menakjubkan seperti air terjun Changi Airport, Merlion Park, dan Singapore Land Tower.

Setelah itu, Perjalanan dilanjutkan ke Malaysia, di mana mahasiswa mengunjungi berbagai universitas ternama seperti Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM), Universiti Malaya (UM), dan Academy of Islamic Contemporary Studies (ACIS) di UiTM. Selama di Malaysia, mereka berpartisipasi dalam seminar internasional, diskusi, cultural and student exchange, serta konferensi mahasiswa di mana mereka mempresentasikan makalah penelitian mereka yang kemudian untuk diterbitkan di jurnal UiTM.

Building a University Network

Selain aktivitas akademik, mahasiswa juga mengunjungi berbagai tempat wisata dan situs bersejarah seperti Twin Tower Petronas, Gondola Awana Sky, Bukit Bintang, Blue Mosque di Shah Alam Selangor, serta perpustakaan ISTAC. Momen tak terlupakan terjadi saat mereka berkesempatan bertemu dengan Raja Malaysia yang sedang melaksanakan salat Jumat di Blue Mosque tersebut. Momen ini termasuk istimewa karena tidak semua orang berkesamptan dan beruntung untuk bertemu raja Malaysia secara kebetulan.

Binta Tsulusi, mahasiswa Ekonomi Islam Angkatan 2021 berbagi pengalamannya,

“Melalui program ini banyak sekali manfaat yang didapatkan, salah satunya informasi terkait studi di Malaysia, program beasiswa, dan konferensi international. Kami juga dapat mengunjungi kampus-kampus di Malaysia dan berinteraksi dengan mahasiswa di sana tentunya menjadi kenangan yang tak terlupakan. Setiap perjalanan memiliki pengalaman yang berbeda, dan saya menyarankan dan mengajak teman teman semua untuk menjadi bagian dari short course berikutnya.” Ungkap Binta

Salah satu peserta lainnya, Almeyda menambahkan

“Saya memang menargetkan untuk ikut kegiatan internasional yang bisa terbang ke luar negeri dari kampus, tapi saya tidak menyangka akan diberi kesempatan secepat ini. Perjalanan luar biasa ini baru saja dimulai dan saya yakin kesempatan seperti ini bisa didapatkan oleh siapa pun yang bertekad. Semoga ini menjadi pembuka jalan bagi saya dan teman teman untuk mengikuti kegiatan internasional lainnya.” Tambahnya.

Student Discussion

Salah satu momen membanggakan juga datang dari mahasiswa Ekonomi Islam. Hasna Hanifah, mahasiswa angkatan 2020 yang berhasil meraih kategori Best Paper dalam konferensi di UiTM. Prestasi ini tentunya menjadi kebanggaan tersendiri bagi seluruh peserta dan membuktikan kualitas akademik mahasiswa UII di kancah internasional.

Para mahasiswa mengaku pengalamannya selama seminggu itu sangat mengesankan dan bermanfaat, mereka berpendapat kapan lagi bisa belajar sambil berlibur ke luar negeri serta mendapat wawasan yang luar biasa dan kenangan yang tak terlupakan.

Untuk itu, Jangan lewatkan kesempatan agar menjadi bagian dari program internasional berikutnya! Sobat bisa mendapatkan peluang ini dan berkesempatan mengikuti kegiatan serupa dengan mendaftar menjadi mahasiswa Ekonomi Islam !!.

Tunggu apa lagi ? Yuk ! Daftar sekarang di pmb.uii.ac.id atau klik disini

More Information kunjungi https://fis.uii.ac.id/ekis/

BSI dan Muhammadiyah “Perbedaan Visi yang Mendorong Penarikan Dana besar-besaran”

BSI dan Muhamadiyyah

Penarikan dana Muhammadiyah dari BSI

BSI dan Muhammadiyah

Baru-baru ini, Muhammadiyah, salah satu organisasi Islam besar di Indonesia, memutuskan untuk menarik dananya dari Bank Syariah Indonesia (BSI). Langkah ini mengejutkan banyak pihak dan menimbulkan berbagai spekulasi di masyarakat. Tidak sedikit mereka yang mengklaim bahwa keputusan ini menunjukkan ketidak percayaan terhadap BSI akibat dugaan kesalahan yang dibuat oleh bank tersebut, sehingga menimbulkan beberapa masyarakat yang memilih dan beralih ke bank konvensional.

Anom Garbo, SEI., ME Dosen Program Studi Ekonomi Islam FIAI UII menjelaskan bahwa penarikan dana oleh muhamadiyyah bukanlah keputusan yang mendadak

“Penarikan dana Muhammadiyah dari BSI sudah menjadi bahan diskusi selama beberapa tahun. Muhammadiyah ingin lebih fokus pada pemberdayaan lembaga lembaga keuangan mikro mereka, dan menambah unsur kompetitif bagi bank syariah,” ungkapnya.

Menurut pak Anom, performa BSI yang tidak sesuai harapan juga menjadi faktor pertimbangan penarikan dana muhamadiyyah dari BSI “Tidak bisa dipungkiri, Meskipun ada perkembangan, pencapaian BSI tidak sepositif yang dibayangkan, dan penarikan dana ini juga berkaitan erat dengan fokus Muhammadiyah pada pengembangan sektor UMKM.” tambahnya.

UMKM adalah tulang punggung perekonomian Indonesia. Muhammadiyah melihat potensi besar dalam sektor UMKM untuk menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan ekonomi lokal. Dengan mengalokasikan dana ke UMKM, Muhammadiyah berharap bisa membantu bisnis kecil berkembang, menciptakan lapangan kerja baru, dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Keputusan untuk lebih banyak mendukung UMKM ini tentu akan berdampak pada daerah-daerah yang menjadi pusat UMKM, seperti Yogyakarta.

Yogyakarta, yang merupakan salah satu pusat UMKM di Indonesia, akan merasakan dampak dari keputusan ini. Pak Anom menyebutkan bahwa sekitar 75% BMT di Yogyakarta berafiliasi dengan Muhammadiyah.

“Dengan banyaknya lini usaha Muhammadiyah di Yogyakarta, termasuk rumah sakit, sekolah, dan universitas, dana yang terkumpul bisa digunakan untuk pengembangan lebih lanjut,” jelasnya.

Seiringan dengan itu, dampak positif dari penarikan dana ini juga membuka peluang besar bagi BMT untuk mengambil peran yang lebih signifikan. Baitul Maal wat Tamwil (BMT) adalah lembaga keuangan mikro syariah yang berfokus pada pemberdayaan ekonomi masyarakat. Penarikan dana Muhammadiyah dari BSI membuka peluang besar bagi BMT untuk menggaet dana ini dan menggunakannya untuk mendukung UMKM. BMT bisa menawarkan pembiayaan yang lebih sesuai dengan kebutuhan UMKM dan memberikan layanan yang lebih dekat dengan masyarakat. Peningkatan peran BMT dalam mendukung UMKM ini pada akhirnya akan berkontribusi pada peningkatan ekonomi daerah.

Dengan meningkatnya dukungan untuk UMKM, diharapkan ada peningkatan ekonomi di daerah-daerah seperti Yogyakarta. UMKM yang lebih kuat dan berkembang akan menciptakan lapangan kerja baru, meningkatkan pendapatan masyarakat, dan secara keseluruhan meningkatkan kesejahteraan ekonomi daerah. Hal Ini menunjukkan bahwa keputusan Muhammadiyah untuk menarik dana dari BSI dan mengalokasikannya ke sektor UMKM berpotensi besar untuk memberikan manfaat jangka panjang bagi perekonomian daerah.

Terakhir Pak Anom menekankan bahwa masyarakat seharusnya tidak terbawa opini negatif tanpa memahami fakta yang sebenarnya.

“Penarikan dana Muhammadiyah dari BSI bukan karena ketidakpercayaan atau kebencian terhadap BSI, tetapi karena perbedaan visi dan tujuan,” jelasnya.

Menurutnya, BSI cenderung fokus pada sektor menengah ke atas untuk bersaing dengan bank konvensional, sedangkan Muhammadiyah ingin lebih banyak berkontribusi pada sektor mikro dengan dana umat yang mereka miliki.

Penarikan dana Muhammadiyah dari BSI adalah langkah strategis untuk lebih fokus pada pengembangan UMKM. Langkah ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian, terutama di Yogyakarta. Dengan dukungan yang tepat, UMKM bisa berkembang lebih pesat dan membawa manfaat yang lebih besar bagi masyarakat.

Follow up for more information https://fis.uii.ac.id/ekis/