Usulan Nama Baru untuk Fakultas Ilmu Agama Islam UII

Latar Belakang

FIAI UII saat ini dikenal sebagai Fakultas Ilmu Agama Islam (bahasa Arab: Kulliyat al-Dirasāt al-Islāmiyyah, Inggris: Faculty of Islamic Studies). Visi resmi FIAI mengarah pada “pengembangan hukum Islam, pendidikan agama Islam, dan ekonomi Islam”, yang lebih menonjolkan dimensi normatif keagamaan daripada kajian peradaban Islam secara luas. Padahal perkembangan ilmu dan tuntutan zaman menuntut pendekatan lintas-disiplin. Kajian Islam multidisipliner kini dipandang perlu untuk memberikan perspektif yang lebih luas dan komprehensif terhadap nilai-nilai Islam dan tantangan kontemporer. Misalnya, peradaban Islam mencakup bukan hanya aspek agama atau politik, tetapi juga perkembangan budaya, sosial, ekonomi, dan ilmu pengetahuan. Di tingkat global, program studi baru seperti Islamic Civilization Studies menekankan pendekatan interdisipliner pada studi peradaban Islam secara luas. Untuk itu, perubahan nama FIAI diusulkan agar mencerminkan kajian keilmuan Islam yang lebih komprehensif—tidak hanya fiqh dan teologi, tetapi juga sejarah, pemikiran, kebudayaan, sosial, dan kontribusi ilmu sains dari peradaban Islam.

Kriteria Nama Baru

Nama baru harus memenuhi kriteria berikut:

  • Tiga versi bahasa: dalam Bahasa Indonesia, Bahasa Arab, dan Bahasa Inggris.
  • Mengandung unsur “Islam”, “Ilmu”, “Peradaban”: misalnya menggunakan kata “Islam” dan varian “ilmu” maupun “peradaban” sehingga makna keilmuan dan peradaban Islam tercakup.
  • Mewakili bidang kajian: mencerminkan semua program studi yang ada (Hukum Keluarga/Ahwal Syakhshiyyah, Pendidikan Agama Islam, Ekonomi Islam, Ilmu Agama Islam, Hukum Islam S2/S3).
  • Branding kuat dan relevan 20 tahun ke depan: modern, visioner, dan dapat diterima publik luas tanpa terjebak istilah usang.

Berdasarkan hal di atas, disusun empat usulan nama baru beserta arti-filosofi dan analisis kelebihannya.

Usulan Nama 1: Fakultas Ilmu Peradaban Islam

  • Bahasa Indonesia: Fakultas Ilmu Peradaban Islam
  • Bahasa Inggris: Faculty of Islamic Civilization Sciences
  • Bahasa Arab: Kullīyah al-ʿUlūm al-Ḥaḍāriyyah al-Islāmiyyah (كُلِّيَّةُ الْعُلُومِ الْحَضَارِيَّةِ الإِسْلَامِيَّةِ)

Makna & Filosofi: Nama ini menegaskan bahwa studi di fakultas tidak hanya tentang ilmu agama normatif, melainkan “ilmu peradaban Islam”. Dengan menggabungkan kata “Peradaban”, fakultas mengangkat kajian sejarah, budaya, sosial, dan kemajuan ilmu pengetahuan umat Islam sepanjang masa. Kata “Ilmu” menunjukkan pendekatan keilmuan dan akademis. Konsep peradaban Islam (al-ḥaḍārah al-Islāmiyyah) sering dipahami sebagai kebudayaan Islam yang meliputi seni, arsitektur, ilmu, politik, ekonomi, dan teknologi maju. Nama ini terinspirasi oleh gagasan bahwa Islam berkembang sebagai peradaban menyeluruh, sebagaimana dipaparkan Koentjaraningrat dan Syarqawi: “peradaban terefleksi dalam politik, ekonomi, dan teknologi”. Dengan demikian, Fakultas Ilmu Peradaban Islam menghadirkan filosofi studi integratif atas peradaban Islam.

    • Kekuatan:
      • Menonjolkan kajian sejarah-kebudayaan Islam sekaligus keilmuan modern, selaras dengan kebutuhan pembelajaran interdisipliner.
      • Menarik minat mahasiswa yang tertarik pada studi peradaban Islam global (misal program serupa di Emory/Boston College).
      • Branding kuat: kata “Peradaban” memberikan kesan modern dan komprehensif, sesuai tema lintas-disiplin.
      • Tetap mencakup semua jurusan (mis. ekonomi dan pendidikan Islam menjadi bagian dari sejarah peradaban Islam kontemporer).
    • Tantangan:
      • Istilah “Ilmu Peradaban Islam” masih relatif baru; perlu sosialisasi agar publik memahami cakupannya.
      • Nama cukup panjang dan akademis; bisa jadi kurang familier di kalangan umum.
      • Kemungkinan persepsi negatif: menghilangkan kata “Agama” dapat dianggap mengurangi identitas religius fakultas, meski sebenarnya esensinya tetap keIslaman.

    Usulan Nama 2: Fakultas Ilmu dan Peradaban Islam

    • Bahasa Indonesia: Fakultas Ilmu dan Peradaban Islam
    • Bahasa Inggris: Faculty of Islamic Knowledge and Civilization
    • Bahasa Arab: Kullīyah al-ʿUlūm wa-al-Ḥaḍārah al-Islāmiyyah (كُلِّيَّةُ الْعُلُومِ وَالْحَضَارَةِ الإِسْلَامِيَّةِ)

    Makna & Filosofi: Nama ini eksplisit memisahkan dua aspek utama: Ilmu Islam dan Peradaban Islam. “Ilmu Islam” mewakili tradisi keilmuan keagamaan (hukum, teologi, pendidikan, ekonomi Islam), sedangkan “Peradaban Islam” menekankan konteks historis dan budaya global Islam. Dengan kata penghubung “dan”, nama ini mencerminkan keseimbangan antara ilmu normatif dan studi peradaban. Filosofinya adalah mengintegrasikan tradisi pemikiran Islam dengan kajian sosial-budaya; memadukan dunia akademik Islam klasik dengan studi kebudayaan kontemporer. Pendekatan seperti ini memantulkan spirit UNESCO yang mendorong dialog antarbudaya lewat studi peradaban.

    • Kekuatan:
      • Menyatakan dualitas studi: jelas bahwa kurikulum mencakup ilmu keislaman sekaligus kajian peradaban.
      • Mudah dipahami oleh masyarakat umum: kata “dan” membuat makna lebih eksplisit.
      • Memperkuat branding: nama ini terdengar inklusif dan modern, menonjolkan dua fokus kunci.
    • Tantangan:
      • Nama agak panjang dan berisiko terputus (dua frasa) sehingga perlu penjelasan saat branding awal.
      • Mungkin terkesan “terlalu umum” tanpa inti yang menonjol; perlu materi promosi agar maknanya dicerna baik.

    Usulan Nama 3: Fakultas Ilmu-Ilmu Islam dan Peradaban

    • Bahasa Indonesia: Fakultas Ilmu-Ilmu Islam dan Peradaban
    • Bahasa Inggris: Faculty of Islamic Sciences and Civilization
    • Bahasa Arab: Kullīyah al-ʿUlūm al-Islāmiyyah wa-al-Ḥaḍārah (كُلِّيَّةُ الْعُلُومِ الإِسْلَامِيَّةِ وَالْحَضَارَةِ)

    Makna & Filosofi: Dengan menggunakan bentuk jamak “Ilmu-ilmu Islam”, nama ini menegaskan keberagaman disiplin di bawah payung Islam: hukum Islam, ekonomi syariah, pendidikan Islam, dsb. Ditambahkan kata Peradaban, nama ini mencitrakan fakultas sebagai lembaga yang menyatukan semua cabang ilmu Islam dengan kajian peradaban yang bersifat transdisipliner. Filosofi utamanya adalah kelengkapan: semua studi Islam digabungkan dalam konteks peradaban umat. Hal ini sejalan dengan ajakan pendidikan keislaman modern untuk memadukan ilmu klasik dengan bidang sosial/humaniora untuk pemahaman lebih utuh.

    • Kekuatan:
      • Menekankan aspek pluralitas keilmuan Islam sekaligus studi peradaban; sesuai dengan struktur program studi FIAI yang beragam.
      • Nama ini lugas menjawab kriteria “ilmu”, “Islam”, dan “peradaban” semua tercakup.
      • Branding berkesan akademis dan inklusif; cocok untuk menarik berbagai peminat ilmu sosial-humaniora Islam.
    • Tantangan:
      • Penggunaan jamak “ilmu-ilmu” bisa terdengar agak kaku dalam bahasa sehari-hari.
      • Masih tanpa kata “agama”, berpotensi menjadi isu bagi kalangan konservatif.
      • Perlu upaya komunikasi untuk menjelaskan bahwa kajian peradaban juga inklusif semua disiplin.

    Usulan Nama 4: Fakultas Peradaban dan Ilmu-Ilmu Islam

    • Bahasa Indonesia: Fakultas Peradaban dan Ilmu-Ilmu Islam
    • Bahasa Inggris: Faculty of Civilization and Islamic Sciences
    • Bahasa Arab: Kullīyah al-Ḥaḍārah wa-al-ʿUlūm al-Islāmiyyah (كُلِّيَّةُ الْحَضَارَةِ وَالْعُلُومِ الإِسْلَامِيَّةِ)

    Makna & Filosofi: Urutan kata “Peradaban” diletakkan di depan sebagai fokus utama, diikuti “Ilmu-Ilmu Islam”. Filosofi nama ini adalah mengedepankan studi peradaban Islam sebagai landasan pembelajaran ilmu agama. Dengan begitu, fakultas ini menegaskan bahwa keilmuan Islam lahir dari dan terus berkembang dalam kerangka peradaban. Nama ini mengakomodasi tema besar pembelajaran lintas budaya serta kontribusi Islam pada peradaban dunia (ilmu pengetahuan, ekonomi, seni). Konsep ini mendukung pandangan bahwa pendidikan Islam harus mengaitkan warisan peradaban dengan pengetahuan agama.

    • Kekuatan:
      • Menjadikan peradaban Islam sebagai identitas awal, menonjolkan aspek inovatif dan relevansi sejarah dunia.
      • Masih memasukkan unsur “ilmu-ilmu Islam” secara eksplisit, menunjukkan konsistensi dengan program studi yang ada.
      • Branding dengan terfokus: menarik bagi mahasiswa yang ingin mempelajari peran Islam dalam perkembangan sains dan budaya global.
    • Tantangan:
      • Memungkinkan terdengar kurang natural (mengawali dengan “Peradaban”), sehingga perlu penjelasan konteks.
      • Jika hanya dibaca sekilas, mungkin dianggap sebagai fakultas studi peradaban umum, padahal maksudnya spesifik Islam.
      • Masih menuntut sosialisasi intensif agar khalayak memahami kemaknaan mendalamnya.

    Perbandingan dan Pertimbangan Akhir

    Keempat nama di atas sudah mengandung ketiga unsur wajib (Islam, ilmu, peradaban) dan berusaha mencakup seluruh kajian FIAI. Secara umum, semuanya mengangkat kesan modern dan multidisipliner. Beberapa poin perbandingan:

    • Kelengkapan Makna: Fakultas Ilmu dan Peradaban Islam serta Fakultas Ilmu-ilmu Islam dan Peradaban paling eksplisit memisahkan aspek “ilmu” dan “peradaban”, sedangkan Ilmu Peradaban Islam dan Peradaban dan Ilmu-ilmu Islam lebih memadukan istilah.
    • Kekuatan Branding: Nama yang menampilkan peradaban di awal (Usulan 4) atau kombinasi jelas (Usulan 2 dan 3) cenderung lebih modern. Sebaliknya, Usulan 1 lebih ringkas namun mungkin perlu definisi.
    • Tantangan Bahasa: Semua menghilangkan kata “Agama”, yang bisa dihadapi dengan klarifikasi filosofi. Usulan 3–4 menggunakan “ilmu-ilmu” (plural) yang terkesan akademis formal.

    Secara historis, perubahan nama seperti ini bukan tanpa precedent. Beberapa perguruan tinggi Islam sudah memperluas istilah fakultas mereka ke arah peradaban atau humaniora (misalnya Fakultas Adab, Civilization Studies internasional). Mempertimbangkan akuntabilitas akademik dan dinamika dunia pendidikan Islam global, nama yang inklusif lintas-disiplin akan memperkuat citra UII sebagai pelopor kajian Islam kontemporer.

    Rekomendasi: Dari keempat pilihan, Fakultas Ilmu dan Peradaban Islam dan Fakultas Ilmu-Ilmu Islam dan Peradaban tampak paling seimbang. Keduanya jelas menyebut “ilmu” dan “peradaban” serta mudah dipahami. Misalnya, Fakultas Ilmu dan Peradaban Islam menekankan kedua dimensi secara setara, sedangkan Fakultas Ilmu-ilmu Islam dan Peradaban mencerminkan pluralitas studi FIAI. Pemilihan akhir dapat memperhatikan aspek kejelasan komunikasi dan penerimaan pemangku kepentingan. Setelah penetapan, strategi branding (publikasi, logo, media) harus menyertai penjelasan visi baru fakultas agar istilah “peradaban Islam” dimaknai utuh

    Share