Pesantren Ramadhan SMAN 10 Yogyakarta

Dalam rangka menyemarakkan Bulan Ramadhan 1432 H, Pusat Konsultasi dan Bantuan Hukum Islam FIAI UII menyelenggarakan pengabdian pada masyarakat di SMAN 10 Yogyakarta. Kegiatan yang dilakukan berupa pesantren Ramadhan selama 3 hari dari tanggal 18 sampai 20 Agustus 2011. Kegiatan ini dilaksanakan untuk menanggapi permintaan untuk memberikan materi ke-Islaman dari SMAN 10 Yogyakarta dan bertujuan memberikan pemahaman kepada siswa tentang materi ke-Islaman.

Kegiatan ini diperuntukkan bagi siswa-siswi kelas 10 yang terdiri dari 7 kelas putra dan putri dengan materi pelajaran berupa keimanan, ibadah, akhlak, Alqur’an dan Sirah Nabawiyah. Materi disampaikan melalui metode ceramah, diskusi dan praktek dibantu beberapa mahasiswa FIAI antara lain Roni Saputra, Fahmi Fatwa, Priyo Sudibyo, Suharyanto, M. Iqbal, Marizal, Khoirunnisa’ Hanifah, Rina Fatmawati, Rini Tri Lestari, Rohmah Dwi Lestari, Tiyas, Aprilliani, Aprea Wulan Dewi dan Mira Hidayati Latuconsina.

Suasana kegiatan Pesantren Ramadhan di SMA 10 Yogyakarta

Kegiatan tersebut sudah berjalan dalam tiga tahun terakhir sebagaimana diungkapkan oleh Drs. Gampang Sagimin, guru dan pembimbing keagamaan di SMA 10 Yogyakarta. Menurutnya pesantren Ramadhan merupakan salah satu kegiatan yang akan diadakan setiap tahun guna memberikan pelajaran agama tambahan bagi siswa-siswinya mengingat kondisi pergaulan remaja saat ini menghawatirkan. Selain itu, ia juga mengharapkan program tambahan berupa mentoring keagamaan khususnya pendidikan dan pelatihan membaca Alquran bagi anak didiknya.

Sementara itu, Ketua PKBHI, Drs. H. Sofwan Jannah, M.Ag., merespon baik program tersebut sehingga perlu persiapan matang agar dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Menurut staf PKBHI yang juga merupakan ketua panitia, M. Khoirur Rofiq, S.H.I., pesantren Ramadhan merupakan kegiatan positif yang perlu yang perlu dilakukan dalam membentuk moral pengembangan pendidikan agama Islam di lembaga pendidikan. Bentuknya berupa kajian ke-Islaman yang lebih spesifik dan mengarah pada upaya pembentukan watak yang Islami. “Pendidikan seyogyanya tidak semata mata sebagai proses pembelajaran dan peningkatan segi intelektual saja, tapi di dalamnya perlu keseimbangan dalam mengembangkan moral intelektual”, katanya.