Tag Archive for: Ekonomi Syariah

No Buy Challenge 2025, Warga Ekonomi Islam Pasti Bisa !!

Baru-baru ini, Bank Dunia melalui Global Economic Prospect Januari 2025 melaporkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia melampaui rata-rata global. Meskipun ini merupakan kabar positif, pertumbuhan yang terlalu cepat tanpa pengelolaan yang bijak dapat menimbulkan risiko, seperti inflasi dan perilaku konsumtif yang berlebihan. No Buy Challenge adalah gerakan yang supportif untuk menjaga keseimbangan ekonomi agar tetap stabil dan terus membaik.

Apa itu No Buy Challenge ?

No Buy Challenge adalah gerakan yang mengajak individu untuk tidak membeli barang-barang non-esensial dalam periode tertentu. Pada tahun 2025 ini, masyarakat berencana untuk mengurangi konsumsi berlebihan, meningkatkan kesadaran finansial, dan mendukung keberlanjutan lingkungan, seperti dengan mengurangi pembelian pakaian, parfum atau kopi harian sepanjang 2025. Meski terlihat sederhana, gerakan ini memberikan dampak yang signifikan.

Dapat diakui bahwa masyarakat sering kali membeli barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Di tengah pertumbuhan ekonomi yang meningkat, konsumsi masyarakat juga berpeluang meningkat drastis, yang dapat memicu pola hidup boros dan berujung pada inflasi. Oleh karena itu, tren seperti No Buy Challenge dapat menjadi salah satu Gerakan yang mengarahkan masyarakat pada gaya hidup yang lebih bijak, sekaligus mendukung konsumsi berkelanjutan.

Sebagaimana dalam Islam, Komsumsi bukan hanya soal kebutuhan, tetapi juga cara mendekatkan diri kepasa Allah, kita diajarkan untuk hidup sederhana dan menghindari perilaku boros (israf). Sehingga gerakan ini sejalan dengan prinsip tersebut yang mendorong kita untuk :

  • menggunakan harta secara bijak dan tidak berlebihan,
  • memprioritaskan pengeluaran untuk hal-hal yang bermanfaat dan sesuai kebutuhan,
  • mengurangi jejak karbon dengan menekan konsumsi barang yang tidak perlu.

Sebagai mahasiswa Ekonomi Islam, tantangan ini bukan hal baru. Prinsip hidup sederhana dan hemat sudah tertanam dalam ajaran Islam. Bahkan, Q.S. Al-Isra ayat 27 dengan jelas melarang kita hidup boros, karena “pemboros adalah saudara setan.”

Tips Mengikuti No Buy Challenge dengan Prinsip Syariah

1. Buat Rencana Belanja
Bedakan antara kebutuhan pokok dan barang yang sifatnya hanya keinginan, gunakan metode prioritas syariah untuk membedakan antara kebutuhan (hajat) dan keinginan (raghbah). Sebelum membeli sesuatu, tanyakan pada diri sendiri apakah barang tersebut benar-benar diperlukan.

2. Prioritaskan Keberkahan
Alokasikan dana lebih untuk tabungan, investasi halal, atau sedekah.

3. Awali dengan Target Realistis
Mulai dengan tantangan 7 hari, lalu tingkatkan durasinya secara bertahap.

4. Buat Anggaran
Tetapkan batas pengeluaran dan patuhi anggaran tersebut.

5. Catat Pengeluaran
Gunakan aplikasi keuangan sederhana untuk memantau perkembangan dan evaluasi pengeluaran.

Menghindari Revenge Spending

Setelah periode No Buy Challenge berakhir, ada banyak perilaku dengan kecenderungan untuk melakukan “revenge spending” atau belanja berlebihan sebagai kompensasi. Untuk menghindarinya perlu ada rasa istiqomah dengan:

  • Lanjutkan Kebiasaan Baik
    Pertahankan kebiasaan positif yang telah dibangun selama tantangan.
  • Tetapkan Tujuan Finansial
    Miliki tujuan jangka panjang seperti menabung untuk pendidikan atau investasi, sehingga tetap termotivasi untuk mengelola keuangan dengan bijak.

Sadari Konsumsi Berkelanjutan dalam Islam

Islam mendorong umatnya untuk menjaga keseimbangan dalam segala hal, termasuk dalam konsumsi. Konsumsi berkelanjutan berarti memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka. Ini mencakup penggunaan sumber daya secara efisien, tidak membuang buang makanan atau barang, memafaatkan kembali barang yang masih layak (reuse) serta mengurangi komsumsi berlebihan untuk melestarikan lingkungan yang berkelanjutan.

Pertumbuhan ekonomi yang pesat adalah anugerah, namun harus diimbangi dengan kesadaran untuk hidup lebih bijak. No Buy Challenge bukan sekadar tantangan hemat, tetapi juga cara memperbaiki gaya hidup agar lebih sesuai dengan ajaran Islam. Mahasiswa Ekonomi Islam punya potensi besar untuk menjadi pelopor gaya hidup hemat dan bijak di masyarakat.

Ayo, mulai No Buy Challenge-mu sekarang, dan buktikan bahwa warga Ekonomi Islam
pasti bisa!

Mau jadi bagian dari Program Studi Ekonomi Islam?
Daftar sekarang di Pmb.uii.ac.id !
Temukan informasi lainnya di https://fis.uii.ac.id/ekis

Hafidzah 30 Juz di Tengah Kampus, Program Studi Ekonomi Islam Pilihannya !!

Mahasiswa Ekonomi Islam

PMB.UII.AC.ID – Pendaftaran Program Beasiswa Hafidz Hafidzah UII 2025 Periode I Masih Dibuka !

Periode pendaftaran sudah berlangsung selama 11 hari dari tenggat waktu pendaftaran 15 – 31 Januari 2025. Sebelum terlambat! “Program Studi Ekonomi Islam pilihan yang tepat”. 

Mengapa Program Studi Ekonomi Islam ?

Salah satu kisah inspiratif datang dari Hurul ‘Aini Kamila pemerima Beasiswa Hafidzah tahun 2024. Perjalanan Hurul dalam memilih kampus membuktikan bahwa ekonomi islam dan hafalan Al-Qur’an dapat berjalan beriringan tanpa saling mengorbankan. Bagi hurul menjadi seorang hafidzah yang mendalami ilmu ekonomi sesuai syariat adalah investasi dunia akhirat.

Perjalanan Hurul dalam memilih Impian

Hurul, seorang hafidzah 30 juz, memutuskan untuk melanjutkan pendidikan tinggi di UII dengan alasan sederhana namun bermakna, ia ingin mendalami ekonomi Islam sambil menjaga hafalan Al-Qur’annya. Perjalanan ini bukanlah tanpa tantangan, tetapi ia membuktikan bahwa usaha, doa, dan niat yang lurus bisa membuka jalan menuju kesuksesan.

“Ketika tahu UII membuka Beasiswa Hafidz, saya langsung tertarik terutama terdapat kakak kelas saya yang juga lulus dari UII dengan program beasiswa hafidz ini. Menurut saya, ini adalah kesempatan besar untuk melanjutkan pendidikan tanpa harus khawatir tentang biaya, sekaligus berada di lingkungan yang mendukung hafalan,” ungkap Hurul.

Menjadi mahasiswa sekaligus hafidzah tentu membutuhkan manajemen waktu yang baik. Awalnya Hurul memang ragu untuk mengambil Program Studi Ekonomi Islam, namun dengan banyak pertimbangan dirasa Ekonomi Islam adalah jalan yang selaras sambil menjaga hafalannya. Hurul terus berusaha menjaga rutinitas murajaahnya di tengah padatnya jadwal kuliah dibantu oleh program khusus penerima Beasiswa Hafidz hafidzah dari UII untuk menjaga hafalannya.

“Waktu untuk murajaah memang tidak sebanyak dulu, tapi saya selalu menyempatkan diri untuk mengulang hafalan di sela-sela jadwal kuliah. Saya juga menargetkan hafalan tertentu setiap harinya, sehingga hafalan tetap terjaga dan itu dibantu program yang diwajibkan oleh UII” ujarnya.

Hurul pun merasakan manfaat dari hafalan Al-Qur’an dalam memahami materi perkuliahannya saat ini. Ayat-ayat Al-Qur’an yang sering disampaikan dosen menjadi lebih mudah diingat dan dipahami, karena sudah ada dalam ingatannya sejak dini.

Kisah Hurul adalah bukti bahwa menjadi hafidzah sekaligus mahasiswa Ekonomi Islam adalah pilihan yang penuh berkah. Hurul juga menyampaikan “Untuk calon mahasiswa Ekis, pastikan kalian memiliki niat yang baik saat memilih program studi. Jangan ragu untuk belajar hal baru, meskipun belum punya dasar ekonomi sebelumnya. Ingatlah, belajar dan gagal adalah bagian dari proses yang akan membantu kita menjadi lebih baik,” pesannya.

Dari menghargai suatu proses, dari langkah kecil yang sederhana, Hurul ‘Ainul Kamila berhasil membuka jalan menuju masa depan yang lebih cerah.

Ada banyak jalan untuk meraih mimpi, dan Beasiswa Hafidz/Hafidzah UII adalah salah satu langkah nyata untuk mencapainya. Jangan lewatkan kesempatan ini!

Daftar sekarang di pmb.uii.ac.id dan jadilah bagian dari Program Studi Ekonomi Islam Universitas Islam Indonesia.

Temukan informasi menarik lainnya di https://fis.uii.ac.id/ekis

Antara Transparansi Atau Manipulasi, Bisnis Tanpa Korup Utopis Atau Realistis ?

Di Indonesia, masalah korupsi sudah seperti penyakit kronis yang sulit disembuhkan. Transparency International melaporkan bahwa Indonesia berada di peringkat 96 dari 180 negara dalam Indeks Persepsi Korupsi 2023, Ini menunjukkan betapa seriusnya masalah korupsi di negeri ini dan bagaimana ini mempengaruhi serta berdampak pada dunia bisnis. Korupsi kerap terjadi mulai dari korupsi di lembaga pemerintahan , sektor swasta, bahkan hal
hal yang tampak kecil yang akan berdampak besar seperti, pemotongan dana bansos, penyalahgunaan anggaran desa, penggelapan dana kas RT/RW, pungutan liar sampai manipulasi laporan keuangan dalam organisasi. Hal ini menunjukkan bagaimana kurangnya transparansi dan integritas dapat menghancurkan kesejahteraan publik dan merugikan banyak pihak.

Pentingnya Kejujuran dalam Bisnis

Dalam Islam, kejujuran adalah fondasi yang sangat penting dalam menjalankan bisnis. Kejujuran tidak hanya penting untuk menjaga kepercayaan pelanggan, tetapi juga untuk mendapatkan berkah dari Allah. Bisnis yang dijalankan dengan prinsip kejujuran dan transparansi akan lebih tahan lama dan membawa manfaat jangka panjang.

Pada skandal besar korupsi yang terjadi seperti Kasus Jiwasraya, di mana triliunan rupiah uang nasabah lenyap akibat manajemen yang tidak jujur dan transparan dalam berinvestasi. Begitu pula dengan manipulasi laporan keuangan Garuda Indonesia yang menipu investor dan merusak reputasi perusahaan tersebut di mata dunia serta kandal korupsi lainnya dipemerintahan daerah, contoh kasus korupsi tersebut menunjukan perlunya penegakan hukum yang tegas, peningkatan transparansi, dan pengawasan yang ketat terhadap penggunaan dana publik, baik di tingkat pemerintah, swasta, tingkat pusat ataupun daerah.

Kasus-kasus korupsi ini menunjukkan betapa pentingnya tanggung jawab, kejujuran dan transparansi dalam pengelolaan investasi di dunia bisnis dan pemerintahan Indonesia. Setiap pelaku bisnis atau pengelola dana harus bertindak jujur dan transparan dalam setiap transaksi agar terhindar dari penyelewengan dan kerugian yang tidak diinginkan. Tanpa integritas, korupsi dan penyelewengan akan terus merajalela, merusak tatanan ekonomi dan mengurangi kepercayaan publik terhadap institusi-institusi negara.

Dalam Islam sendiri diberikan panduan yang jelas dalam menghadapi masalah korupsi. Beberapa prinsip utama yang dapat diterapkan untuk mengurangi korupsi antara lain:

  1. Transparansi (At-Tashrih) Semua aspek transaksi harus dilakukan dengan terbuka dan jelas. Dengan adanya transparansi, maka akan meminimalkan kemungkinan terjadinya penipuan dan manipulasi.
  2. Keadilan (Al-Adl) Setiap individu atau perusahaan harus diperlakukan dengan adil, tanpa memihak dan tidak ada pihak yang dirugikan. Keadilan dalam bisnis membantu menciptakan lingkungan yang sehat dan kompetitif.
  3. Akuntabilitas Setiap orang yang terlibat dalam bisnis harus bertanggung jawab atas tindakan mereka. Ini termasuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan setiap keputusan yang diambil.

Demikian pula, seperti yang telah dijelaskan dalam Al-Qur’an pada Q.S Al-baqarah ayat 282, pada ayat tersebut menekankan pentingnya pencatatan utang-piutang secara akurat untuk menjaga kejelasan dan keadilan. Pencatatan harus dilakukan dengan benar, melibatkan saksi bila perlu, semua pihak terkait harus bertindak dengan integritas. Ayat ini juga menunjukkan bahwa pencatatan dan kesaksian adalah bagian dari prinsip transparansi dan akuntabilitas dalam transaksi keuangan.

Selain itu dalam Q.S. An-Nisa ayat 58 ditegaskan pentingnya menunaikan amanah dan memberikan keputusan secara adil. Ayat ini mengingatkan bahwa Allah memerintahkan kita untuk menyampaikan kepercayaan kepada yang berhak dan menetapkan hukum dengan keadilan. Allah memberikan pengajaran terbaik dan selalu memperhatikan segala sesuatu.

Untuk melihat ayat klik disini

Dalam menghadapi tantangan korupsi yang menjadi masalah besar sehingga dapat merusak tatanan sosial dan ekonomi suatu negara, kita harus memahami bahwa perubahan dimulai dari diri sendiri. Seperti pepatah yang mengatakan, “Sekecil apa pun sebuah langkah, itu adalah awal dari sebuah perjalanan panjang.” Mari kita jadikan kejujuran sebagai pedoman dalam setiap tindakan kita, baik dalam skala kecil maupun besar. Kita tidak bisa hanya mengandalkan penegak hukum dan regulasi semata, tanggung jawab ada di tangan kita masing-masing.

Dalam bisnis pula, kejujuran bukan hanya tentang mengikuti aturan, tetapi juga tentang membangun kepercayaan dan menciptakan lingkungan yang adil dan berkelanjutan. Transparansi dan akuntabilitas adalah kunci untuk menciptakan masyarakat yang berintegritas dan bebas dari korupsi. Kepercayaan yang dibangun melalui kejujuran akan memperkuat hubungan antara perusahaan dan pemangku kepentingan, termasuk pelanggan, karyawan, dan mitra bisnis. Selain itu, transparansi dalam operasional bisnis juga memungkinkan perusahaan untuk mengidentifikasi dan mengatasi masalah lebih awal, mencegah terjadinya penyimpangan yang lebih besar di kemudian hari.

Lebih jauh lagi, penerapan prinsip-prinsip ini dapat meningkatkan reputasi perusahaan di mata publik dan investor. Sebuah perusahaan yang dikenal jujur dan transparan akan lebih mudah menarik investasi dan dukungan dari masyarakat. Dengan demikian, perusahaan tidak hanya berkembang secara ekonomi tetapi juga memberikan kontribusi positif terhadap pembentukan budaya bisnis yang etis dan bertanggung jawab. Yang pada akhirnya, menciptakan lingkungan bisnis yang adil dan berkelanjutan bukan hanya menguntungkan bagi individu atau perusahaan, tetapi juga bagi perekonomian secara keseluruhan, membangun fondasi yang kuat untuk pertumbuhan yang berkelanjutan dan inklusif.

Untuk mencapai hal ini, langkah-langkah di level mikro sangat penting. Setiap individu harus mulai dengan diri sendiri, menerapkan kejujuran dan transparansi dalam setiap aspek kehidupan sehari-hari. Di tempat kerja, kita bisa mulai dengan melaporkan setiap tindakan yang mencurigakan, menolak untuk terlibat dalam praktik-praktik tidak etis, dan mendorong budaya integritas di lingkungan kita. Dalam komunitas, kita bisa mengedukasi orang-orang sekitar tentang pentingnya kejujuran dan dampak negatif dari korupsi. Dengan cara ini, perubahan besar dapat dimulai dari tindakan-tindakan kecil yang dilakukan oleh banyak orang.

Semoga kita semua dapat menjadi bagian dari solusi dan bukan bagian dari masalah. Mari kita bangun masa depan yang lebih bersih, lebih jujur, dan lebih adil untuk generasi mendatang. Sebab, di tangan kitalah harapan itu berada.

Semoga kita semua dapat menjadi bagian dari solusi dan bukan bagian dari masalah. Mari kita bangun masa depan yang lebih bersih, lebih jujur, dan lebih adil untuk generasi mendatang.  Sebab, di tangan kitalah harapan itu berada.

Bersama-sama, kita bisa mengubah arah dan menciptakan Indonesia yang lebih baik, dimulai dari tindakan hari ini!!

Follow up for more information https://fis.uii.ac.id/ekis/