Diskusi Membumikan Pendidikan Karakter

Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Pilar Demokrasi Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII) bekerjasama dengan Tempo menggelar diskusi bertajuk “Peran Budaya Dalam Membumikan Pendidikan Karakter”. Diskusi yang berlangsung di Auditorium Gedung Moh. Hatta Perpustakaan UII pada Jum’at (27/4) ini menghadirkan Dosen Prodi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial-Budaya (FPSB) UII, Irwan Nuryana Kurniawan, dan Dosen Program Studi Pendidikan Agama Islam, Aden Wijdan S.Z., sebagai pembicara dan Samsul Zakaria sebagai moderator.

 

Irwan Nuryana Kurniawan menjelaskan dalam paparannya bahwa pendidikan karakter diperlukan akan tetapi tidak cukup tanpa menjadikan karakter itu sebagai budaya sekolah. Dalam uraiannya, ia juga mengungkapkan ketidakberhasilan pelaksanaan pendidikan karakter karena kegagalan dalam merumuskan konsep dan rancangan program serta lemahnya dalam pelaksanaan program tersebut. ”Sebagai sebuah program pilihan yang diyakini terbaik sudah semestinya matang dalam tataran konsep dan desain bahkan pelaksanaan,” ujarnya.

Menurut Irwan, karakter bisa ditumbuhkembangkan melalui pengasuhan, pendidikan di sekolah, sosisalisasi yang otomatis akan menjadi pembiasaan sehari-hari. Ia mengatakan program pengembangan pendidikan karakter seharusnya menyediakan kegiatan-kegiatan spesifik yang mendukung berkembangnya kekuatan karakter tertentu dan mendorong untuk terus menggunakanya dalam kehidupuan sehari-hari siswa.

Diskusi Membumikan Pendidikan Karakter

Lebih lanjut dia menyatakan pendidikan ahlak mulia lebih diperlukan daripada sekedar pendidikan karakter seperti dikutip dalam pasal 1 ayat 1 UU Sisdiknas Tahun 2003 bahwa pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan UUD RI 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan zaman. “Itu artinya ahlak mulia bukan karakter karena secara tegas dan eksplisit dinyataka sebagai salah satu tujuan pendidikan nasional sehingga konsekuensi logisnya adalah  ahlak mulia juga harus menjadi salah satu ukuran keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan nasional bukan hanya Ujian Nasional,” tegasnya dihadapan peserta diskusi.

Sementara itu, Aden Wijdan SZ mengutarakan sesungguhnya secara konsepsional pendidikan karakter telah menjadi kesadaran para pemangku kepentingan bahkan secara operasional telah dimulai secara sistematis. “Dalam konteks implementasi belum baik jika dilihat dari strategi implementasi maupun proses transformasinya yang belum berjalan secara optimal namun yang lebih penting lagi proses pendidikan memang berlangsung sepanjang hayat,” ujarnya menjelaskan.