Yesterday is History, Today is Reality and Tomorrow is Mistery

Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperlihatkan apa yang telah diperbuatnya dihari esok (akhirat), dan bertaqwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. al-Hasyr [59]: 18).

Sebuah kalimat singkat yaitu “Yesterday is history”. Sebuah kisah yang telah terukirkan didalam diri setiap manusia pastilah hal-hal yang telah terjadi sebelum hari ini. Sebagian manusia juga akan mengatakan, “Wah, ko’ sudah hari minggu lagi?”. Kalimat tersebut juga tidak akan disadari akan terbercik dalam lisan kita. Karena, dengan berjalannya waktu yang belum digunakan oleh manusia untuk melakukan hal-hal kebaikan.

Yesterday is History

Waktu yang telah digunakan oleh manusia dengan sebaik-baiknya yang dapat memberikan manfaat bagi sesamanya itulah sebenarnya hakikat waktu yang sebenarnya. “Hari kemarin adalah sejarah”, itulah sebuah kalimat yang berarti hari kemarin tidak akan dapat kembali lagi sedetikpun. Banyak hal yang biasa kita perbuat, sadar atau tidaknya perbuatan kita akan mengantarkan kita pada niat awal yang kita rencanakan. Seperti dalam kaidah Ushul Fiqh, “Al-umûru bimaqâshidihâ”, sesuatu hal itu akan mendapatkan hasilnya dengan tujuan-tujuan yang kita rencanakan awalnya.

Dalam kitab “Asybah Wannadhâir fil Furû’”, Nabi Muhammad s.a.w bersabda : “Innamal A’malu Binniyât” (sesungguhnya perbuatan itu dinilai dari niatnya). Bahwa hadits tersebut merupakan hadits shahih dan masyhur yang dikeluarkan oleh enam imam ahli hadits. Banyak Ulama dalam Kitab (Al-Asybah Wannadhâir fil Furû’) mengatakan bahwa “niat itu adalah sepertiganya ilmu. Hal ini dapat dijelaskan bahwa usaha seseorang itu terdapat dalam tiga unsur, yaitu, hati, lisan, dan perbuatan. Sedangkan niat, merupakan salah satu bagian dari tiga hal tersebut. Yaitu, niat berada dalam hati”.

Today is Reality

Kehidupan dunia adalah kehidupan senda gurau dan dunia main-main belaka. Dunia adalah permainan, bagi mereka yang merasa bahwa dunia sebagai tujuan hidup mereka. Dalam Q.S al-An’âm [6]: 32, difirmankan “ وما الحيا ة الد نيا الاّ لعب و لهو ولدار الآ خرة خير للذين يتقون افلا تعقلون “Dan tidaklah ada kehidupan didunia ini, melainkan hanya main-main dan senda gurau belaka, dan kehidupan akhirat adalah lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa, apakah engkau tidak mengatahui?”.

Orang-orang yang bertaqwa, mendapatkan keistimewaan, yaitu berupa kehidupan yang lebih baik, di akhirat kelak. Mereka itulah yang menganggap bahwa kehidupan dunia sebagai alat, bukan tujuan. Tujuan mereka itu adalah akhirat kelak dengan alat kehidupan dunia. Sebaliknya, bagi orang – orang yang hanya ingin memuaskan dirinya dengan dunia, mengatakan inilah tujuan hidup saya. Mereka mengatakan inilah kekayaan yang saya cari selama ini. Mereka menjadikan dunia sebagai tujuan hidup dengan alat kerja keras tanpa batas, dan tak mengenal waktu.

Today is reality, sesungguhnya adalah sebuah ungkapan mengesankan bagi kita semua. Kehidupan sekarang ini adalah kehidupan yang real, nyata, benar-benar yang sedang kita jalani sekarang ini. apabila kehidupan sekarang kita lewatkan, maka akan berdampak pada diri kita sendiri. Dan apabila waktu sekarang atau hari ini kita sia-siakan, maka akan menjadi yesterday is history, akan menjadi sejarah yang tinggal sejarah saja. Mari, kita perbaiki diri kita, introspeksi diri kita, bahwa memang waktu tidak dapat kita sia-siakan, dan harus kita gunakan sebaik-baiknya, dengan beribadah kepada Allah S.W.T. dan berusaha untuk mencari jalan-Nya yang lebih benar demi mendapatkan tujuan hidup kita, yaitu Akhirat kelak.

Tomorrow is Mistery

Hari esok adalah misteri. Mengapa? Karena hari esok adalah hari dimana setiap orang tidak akan tahu apa yang akan terjadi. Walaupun setiap orang mengatakan, besok saya sudah mempunyai segala macam rencana. Tetapi, rencana tinggal rencana, apabila orang tersebut lebih cepat diperintahkan untuk kembali kepada Ilahi Rabbi. Dalam Firman Allah Q.S al-A’râf [7]: 34 di firmankan bahwa, ” ولكل امّة اجل فاذا جا ء اجلهم لا يستأ خرون سا عة ولا يستقد مون “ , “Bahwa setiap manusia itu mempunyai ajal, dan jika datang ajal itu kepada mereka, niscaya mereka tidak dapat mengundurkannya sedikitpun dan tidak dapat memajukannya”. Disini letak kesombongan kebanyakan manusia. Seakan-akan akan hidup selamanya dengan meninggalkan hal-hal yang diperintahkan oleh Allah semata.

Bagaimana dengan sedikitnya waktu yang diberikan oleh Allah untuk hidup didunia ini, kita pergunakan dengan baik untuk beribadah kepada-Nya. Tetapi, dengan cara tidak meninggalkan kehidupan dunia. Lebih ditekankan bahwa kehidupan dunia dan kehidupan akhirat sama-sama berjalan satu arah dengan seimbang. Karena Nabi Muhammad s.a.w. pun sudah memerintahkan kepada kita sebagai umatnya yang selalu bersholawat kepadanya. Sabdanya adalah ” اعمل لدّنياك كأنك تعيش ابدا واعمل لأخرتك كأنك تموت غدا ” “Kerjakanlah untuk duniamu seakan-akan kamu hidup selamanya, dan kerjakanlah untuk akhiratmu seakan-akan kamu meninggal dunia besok hari”. Rasa optimis untuk mengejar dunia memang diperbolehkan seakan kita hidup selamanya, tetapi, tidak boleh menyampingkan sisi akhirat yang pasti menjadi tujuan manusia kelak.

Tomorrow is mistery adalah ungkapan yang sangat penting apabila kita hayati seksama. Introspeksi diri lebih baik jika kita memandang hari kemudian tidak ada seorang pun yang mengetahui apa yang akan terjadi. Bahkan fenomena-fenomena modern sekarang ini sudah menjadi kelaziman di praktekkan oleh kalangan remaja, dewasa dan orang tua. Yaitu sifat menunda pekerjaan demi memuaskan dirinya dalam hal nafsunya, bahasa lainnya adalah memanjakan sifat “malas”. Suatu pekerjaan apa yang belum kita laksanakan untuk hari esok (hari akhir). Mulai dari rukun Islam itu sendiri, rukun iman, sampai pada Ihsan. Ketiganya tidak akan dapat dipisahkan, karena saling berkaitan diantaranya. Di dalam Islam terdapat Iman dan Ihsan, di dalam Iman terdapat Islam dan Ihsan, dan di dalam Ihsan terdapat Islam dan Iman. Maka, dengan kunci taqwa itulah kita dapat meraih ketiga faktor tersebut.

Pemanfaatan waktu secara optimal dan membuahkan hasil yang maksimal juga perlu ditingkatkan demi tercapainya hari esok yang lebih baik dari hari ini. Hari sebelumnya adalah hari dimana kita dapat mengambil pelajaran demi tidak terulangnya perbuatan yang tidak baik. Begitu pula , dapat dijadikan acuan bahwa perbuatan baik harus selalu dipertahankan.

Pelajaran Yang Dapat Dipetik

Pelajaran yang dapat dipetik dari penjelasan tersebut adalah Sikap manusia mengahadapi kehidupan dunia. Bagaimana sikap manusia memperlakukan dunia dihadapaj Tuhannya, dan dihadapan masyarakatnya, bahkan dihadapan dirinya sendiri. Sekali lagi diingatkan bahwa dunia hanyalah alat untuk mencapai tujuan, yaitu akhirat kelak. Banyak orang salah dalam mengartikan dunia. Dunia sebagai tujuan hidup manusia itu sendiri. Padahal kehidupan kekal adalah kehidupan yang ditempuh dengan jalan hidup di dunia ini. dengan pepatah jawa dikatakan “Ing Dunyo mung mampir Ngombe”, kedunia, hanya mampir minum saja.

Tidak akan lama manusia hidup didunia ini. Tidak akan kekal manusia hidup di dunia ini. Manusia hidup di dunia ini karena ada yang memberi hidup, yaitu sang maha hidup. Kembali pada ayat yang tertulis di awal, bahwa alam akhirat itu lebih baik untuk orang orang yang bertaqwa. “waladdârul âkhiratu khoirun lilladziyna yattaquwna”. Dunia senda gurau dan dunia main-main belaka itu hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang senang akan keduniawian saja.

Saran Penulis bagi penulis pribadi dan pembaca, bahwa memang harus kita sadari bersama, nikmat Allah S.W.T. tidak akan habis dan tidak akan dapat kita hitung alangkah banyak nikmat-Nya. Kenikmatan – kenikamatan Syurga telah digambarkan oleh Allah S.W.T. di dalam (Q.S al-Rahmân [55]: 49, 50, 52, 56, dan 60).

“Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? (49), Didalam kedua Syurga itu ada dua buah mata air yang memancar, (50), Didalam kedua syurga itu terdapat aneka buah-buahan yang berpasang-pasangan, (52), Didalam Syurga itu ada Bidadari-bidadari yang membatasi pandangan, yang belum pernah disentuh oleh manusia maupun jin sebelumnya, (56), Tidak ada balasan Kebaikan selain kebaikan pula (60).

Maka, mari kita tingkatkan taqwa kita, untuk semata-mata mendapatkan Ridha Allah S.W.T. Dengan cara selalu berhati-hati dalam setiap keadaan, selalu mengintrospeksi diri kita supaya menjadi lebih baik, baik linnafsi (bagi diri sendiri), linnaas (bagi orang lain), lilumaroo’ (bagi negara) mauupun Liddiyn (bagi agama). Wallâhu A’lam bi Shawwâb.[]

Syaifulloh Yusuf, Pengurus Jama’ah Al-Faraby FIAI UII, Koord.’Ubudiyah OSPP UII

Artikel ini dipublikasikan dalam Buletin Jumat Al-Rasikh terbitan Direktorat Pendidikan dan Pengembangan Agama Islam (DPPAI) Universitas Islam Indonesia (UII) Edisi 25 November 2011. Artikel dapat diakses di link ini.

Unduh Artikel